Litium
Dengan densitas yang kira-kira setengah dari air, litium merupakan unsur yang paling kecil
densitasnya dari semua unsur-unsur padatan pada temperatur dan tekanan ruang. Karena
densitasnya yang sangat rendah, litium digunakan dalam alloy pesawat terbang. Contohnya
alloy LA 141 yang terdiri atas 14 persen litium, 1 persen aluminium dan 85 persen magnesium,
hanya mempunyai densitas 1,35 g cm–1, hampir tepat setengah dari densitas alumnium,
merupakan yang paling banyak digunakan sebagai logam densitas-rendah. Logam litium
mempunyai tampilan seperti perak bercahaya, namun ketika permukaannya terkena udara
lembab, maka cengan cepat akan berubah menjadi hitam. Seperti logam alkali lainnya, litium
bereaksi dengan dioksigen di udara. Dari semua logam alkali hanya litium yang bereaksi
dengan dinitrogen. Untuk merusak ikatan ganda-tiga dalam molekul dinitrogen membutuhkan
suatu input energi 945 kJ mol–1. Untuk mengimbangkan kebutuhan energi ini, energi kisi dari
produk harus sangat tinggi. Dan hanya ion litium yang mempunyai densitas muatan yang paling
tinggi dari segolongannya, sehingga membentuk nitrida dengan energi kisi yang cukup tinggi:
Nitrida ini bersifat reaktif, dan akan membentuk ammonia ketika bereaksi dengan air.
Litium cair merupakan material paling korosif yang dikenal. Contohnya, jika suatu sampel
litium dilelehkan dalam kontainer gelas, sampel ini akan bereaksi secara spontan dengan gelas
tersebut menghasilkan lubang dalam kontainer, reaksi ini diikuti dengan emisi cahaya putih
kehijauan. Penggunaan industri yang paling besar dari litium adalah dalam pelumas litium -
fakta menunjukan bahwa 60 persen dari semua pelumas kendaraan bermotor mengandung
litium. Senyawa yang digunakan adalah litium stearat, C17H35COOLi, yang dicampur dengan
oli menghasilkan resistnasi-air, material seperti pelumas yang tidak mengeras pada temperatur
dingin dan yang stabil pada temperatur tinggi.
Natrium
Natrium merupakan logam alkali yang secara inustri paling tinggi kebutuhannya. Seperti logam
alkali lainnya, unsur murninya tidak terdapat di alam sebab reaktifitasnya yang sangat tinggi.
Logam ini dibuta dengan cara proses Downs dimana natrium klorida (titik leleh 801 oC) dalam
keadaan leburan di elektrilisis. Elektrolisis dilakukan dalam sebuah sel berbentuk silinder
dengan suatu pusat anoda grafit dan katoda baja yang mengelilinginya. Campuran kalsium
klorida dan natrium klorida digunaakn untuk mengurangi titik leburnya sehingga menurunkan
temperatur pada mana sel dibutuhkan untuk beroperasi. Walapun kalsium klorida itu sendiri
mempunyai titik lebur 772 oC, suatu campuran natrium klorida 33% dan kalsium klorida 67%
mempunyai titik lebur sekitar 580 oC. Ini merupakan titik lebur yang paling rendah dan
campuran ini yang menjadikan proses tersebut dapat terjangkau secara komersial. Kedua
elektroda tersebut dipisahkan oleh suatu diafragma baja berbentuk silinder, sehingga leburan
natrium yang mengapung pada bagian atas ruang katoda akan dijauhkan dari gas klorin yang
terbentuk pada anoda.Logam natrium yang dihasilkan mengandung sekitar 0,2 persen logam
kalsium. Pendinginan campuran logam tersebut pada 110 oC akan memadatkan pengotor
kalsium (t.l. 842 oC) dan selanjutnya mengendap ke dalam leburan. Natrium yang murni (t.l.
98 oC) tetap sebagai leburan dan dapat dipompa menjadi seperti adonan dingin dan kemudian
menjadi padatan.
Logam natrium dibutuhkan untuk mensintesis sejumlah besar senyawa natrium, tetapi ada dua
penggunaan utamanya, dan salah satunya adalah ekstraksi logam-logam lain. Cara yang paling
mudah untuk memperoleh logam-logam jarang seperti torium, zirkonium, tantalum dan
titanium adalah dengan cara mereduksi senyawanya dengan natrium. Contohnya, titanium
dapat diperoleh dengan cara mereduksi titanium (IV) klorida dengan logam natrium:
Natrium klorida kemudian dapat dikeluarkan dari logam titanium murni. Pemanfaatan kedua
yang utama dari logam natrium adalah dalam produksi aditif dari bensin tetraetillead (TEL).
Walapun TEL sekarang ini dilarang (Amerika Utara) terdapat dalam bensin karena sifat
toksisnya dan polusi timbal yang diakibatkan dari penggunaanya, sampai saat ini di sebagian
besar dunia masih digunakan untuk meningkatkan tingkat oktan terhadap bensin murah.
Sintesis TEL menggunakan reaksi antara alloy natrium-timbal dan etil klorida:
Kalium
Kalium yang ditemukan di lingkungan alamiah agak sedikit radioaktif karena mengandung
sekitar 0,012 persen isotop radioaktof kalium-40. Pada kenyataannya, proporsi yang paling
besar dari radiasi yang dihasilkan dalam tubuh kita adalah berasal dari isotop ini, yang
mempunyai waktu paruh 1,3 x 109 tahun. Kira-kira 89 persen atom-atom kalium meluruh
dengan mengemisi sebuah elektron sedangkan 11 persen lainnya meluruh dengan cara
menangkap sebuah elektron:
Ekstraksi industri dari logam kalium dilakukan dengan cara kimiawi. Ekstraksi dalam suatu sel
elektrolisis akan membahayakan karena reaksi yang sangat hebat dari logamnya. proses kimia
melibatkan reaksi logam natrium dengan leburan kalium klorida pada 850 oC:
Walaupun kesetimbangannya terletak pada sebelah kiri, pada temperatur ini kalium berada
dalam fasa gas (t.d. 766 oC, titik didih untuk natrium 890 oC). Sehingga prinsip Le Châtelier
dapat digunakan untuk mengarahkan reaksinya ke sebelah kanan dengan cara memompa gas
hijau kalium dari campuran, ketika gas ini terbentuk. Seperti yang telah disinggung sebelumnya
bahwa garam-garam logam alkali terdapat dengan berbagai variasi kelarutan. Khususnya,
garam-garam yang kurang larut adalah garam-garam yang terbentuk oleh ion-ion yang
ukurannya hampir mirip. Jadi anion-anion yang sangat besar akan membentuk garam-garam
yang kurang larut dengan kation-kation Golongan 1 yang lebih besar. Konsep ini yang
diterapkan pada anion heksanitritokobaltat (III), [Co (NO2)6]3–, yang sangat besar. Garamnya
dengan litium dan natrium melarut, sedangkan dengan kalium, rubidium dan cesium tidak
melarut. Jadi jika suatu larutan yang diyakini mengandung ion natrium dan ion kalium, proses
panambahan ion heksanitritokobaltat (III) dapat digunakan sebagai pengujian. Endapan kuning
jernih mengindikasikan adanya ion kalium:
Anion yang sangat besar lainnya yang dapat digunakan dalam pengujian endapan dengan
logam-logam alkali yang lebih besar adalah ion tetrafenilborat, [B(C6H5)4]–:
Senyawa-senyawa Alkali
Oksida dan Hidroksida
Semua logam-logam alkali bereaksi dengan udara membentuk oksida, walaupun produknya
bervariasi bergantung pada logamnya. Hanya litium yang membentuk normal oksida
(monoksida) ketika bereaksi dengan oksigen, Li2O (dan beberapa peroksida Li2O2), natrium
membentuk natrium dioksida (2–), Na2O2 (lebih sering dikenal sebagai peroksida; dan
beberapa monoksida Na2O) . Tanda “2–” hanya mengindikasikan muatan pada ionnya, suatu
metode yang direkomendasikan oleh ACS (American Chemical Society) untuk penggunaan
bilamana terdapat lebih dari satu muatan ion. Natrium dioksida (2–) bersifat diamagnetik dan
panjang ikatan oksigen-oksigennya adalah sekitar 149 pm, lebih panjang dari ikatan yang
terdapat pada molekul dioksigen (121 pm). Ketiga logam alkali lainnya bereaksi dengan
dioksigen berlebih membentuk dioksida (1–) (yang nama konvensionalnya superoksida),
mengandung ion dioksida (1–), O2– paramagnetik. Panjang ikatan oksigen-oksigen dalam ion-
ion ini (133 pm) lebih pendek dari yang terdapat dalam dioksida (2–) tetapi agak besar sedikit
dari yang terdapat dalam dioksigen itu sendiri. Kesemua lima logam alkali dapat dibuat
membentuk oksida normal, peroksida atau superoksida dengan cara melarutkan logamnya ke
dalam cairan amonia dan membuihkan dalam oksigen yang secukupnya. dan yang lainnya
membentuk superoksida dengan tipe MO2 Monoksida-monoksida bersifat ionik, contohnya
2Li+ dan O2–. Li2O dan Na2O seperti yang diharapkan adalah padatan putih, akan tetapi K2O
berwarna kuning pucat, Rb2O kuning terang dan Cs2O berwarna oranye. Oksida logam
biasanya bersifat basa. Oksida yang khas M2O merupakan oksida basa yang kuat dan bereaksi
dengan air membentuk basa yang kuat.
Li2O + H2O ® 2LiOH
Na2O + H2O ® 2NaOH
K2O + H2O ® 2KOH
Struktur kristal dari Li2O, Na2O, K2O dan Rb2O adalah struktur anti-fluorit. Struktur anti-
fluorit seperti struktur CaF2, kecuali posisi ion-ion positif dan negatifnya saling bergantian.
Jadi Li+ mengisi posisi yang ditempati oleh F–, dan O2– mengisi posisi yang ditempati oleh
Ca2+. Cs2O mempunyai struktur lapisan anti-CdCl2. Kalium dioksida (1–) digunakan pada
ruang kapsul, kapal selam dan beberapa tipe alat pernafasan sendiri karena dapat mengabsorpsi
karbondioksida yang dihembus (dan uap air) dan melepaskan gas dioksigen:
4 KO2(s) + 2 CO2(g) ® 2 K2CO3(s) + 3 O2(g)
K2CO3(s) + CO2(g) + H2O(g) ® 2 KHCO3(s)
Natrium hidroksida, NaOH sering disebut kaustik soda, dan kalium hidroksida disebut caustic
potash, karena sifat korosifnya (contohnya pada gelas dan pada kulit). Alkali caustic ini
merupakan basa paling kuat yang dikenal dalam larutan air. Hidroksida Na, K, Rb dan Cs
sangat larut dalam air, tetapi LiOH sangat kurang larut. Pada temperatur 25 oC larutan pekat
NaOH kira-kira 27 molar, sedangkan larutan pekat LiOH hanya kira-kira 5 molar. Basa-basa
ini bereaksi dengan asam mebentuk garam dan air, dan digunakan untuk berbagai penetralan.
NaOH + HCl ® NaCl + H2O
Basa-basa ini juga bereaksi dengan CO2, walaupun dalam jumlah kecil di udara, membentuk
karbonat. LiOH digunakan untuk mengabsorpsi karbondioksida dalam lingkungan tertutup
seperti ruang kapsul.
2NaOH + CO2 ® Na2CO3 + H2O
Basa-basa ini juga bereaksi dengan oksida amfoterik, Al2O3 membentuk aluminat, SiO2 (atau
gelas) membentuk silikat, SnO2 membentuk stannat, PbO2 membentuk plumbat dan ZnO
membentuk zinkat. Pada reaksi dengan garam ammonium dan kompleks koordinasi dimana
ammonia terrekat pada suatu ion logam transisi (kompleks-kompleks ammina) basa-basa ini
melepaskan ammonia.
NaOH dapat bereaksi dengan H2S membentuk sulfida S2– dan hidrogen sulfida SH– dan
digunakan untuk mengeluarkan mercaptan dari produk minyak bumi.
NaOH + H2S ® NaSH ® Na2S
KOH menyerupai NaOH dalam hal reaksinya, tetapi KOH lebih mahal sehingga penggunaanya
lebih jarang. Akan tetapi KOH lebih mudah larut dalam alkohol menghasilkan ion OC2H5–
dengan kesetimbangan:
C2H5OH + OH– ® OC2H5– + H2O
Karbonat
Hanya logam-logam alkali (dan ion ammonium) yang membentuk karbonat yang dapat
melarut. Natrium karbonat, karbonat logam alkali yang paling penting terdapat dalam keadaan
hidrat (soda ash), sebagai monohidrat Na2CO3.H2O dan yang paling utama sebagai dekahidrat,
Na2CO3.10H2O (soda pencuci). Kebanyakan natrium karbonat digunakan dalam produksi
gelas. Dalam prosesnya natrium karbonat direaksikan dengan silikon dioksida (pasir) dan
komponen lainnya pada temperatur sekitar 1500 oC. Formula sebenarnya dari produk yang
dihasilkan bergantung pada rasio stoikiometri dari reaktan. reaksi kuncinya adalah
pembentukan natrium silikat dan karbondioksida:
Na2CO3(l) + xSiO2(s) ® Na2O.xSiO2(l) + CO2(g)
Natrium karbonat juga digunakan untuk memisahkan ion-ion logam alkali tanah dari air minum
dengan cara mengkonversinya menjadi karbonat yang tak larut, suatu proses yang disebut
“pelunakan” air. Ion yang paling umum yang perlu untuk dikeluarkan adalah kalsium.
Konsentrasi yang sangat tinggi dari ion ini ditemukan pada air minum yang datang dari batu
kapur atau pembentukan kapur secara geologi:
CO32–(aq) + Ca2+(aq) ® CaCO3(s)
Logam-logam alkali (kecuali litium) yang hanya dapat membentuk padatan hidrogen karbonat
(sering disebut bikarbonat). Natrium hidrogen karbonat agak kurang larut dibandingkan
natrium karbonat. Jadi senyawa ini dapat diperoleh dengan menggelembungkan karbon
dioksida melalui larutan pekat karbonat:
Na2CO3(aq) + CO2(g) + H2O(l) ® 2 NaHCO3(s)