Anda di halaman 1dari 92

BUPATI MINAHASA TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA


NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
TAHUN 2013 – 2033

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MINAHASA TENGGARA,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di


Kabupaten Minahasa Tenggara dengan memanfaatkan
ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna,
serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pertahanan keamanan, berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 perlu disusun rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan


pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat
maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan
lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26


tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu menetapkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa
Tenggara dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang


Perindustrian (Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 3274);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2007 tentang


Pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4685);

5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);

7. Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang


Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5214);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang


Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang


Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);

13. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 28 Tahun 2008


tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
dan
BUPATI MINAHASA TENGGARA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA


TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
MINAHASA TENGGARA TAHUN 2013 – 2033.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Provinsi adalah Provinsi Sulawesi Utara.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Minahasa Tenggara.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara
adalah Bupati dan Wakil Bupati serta Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di
Kabupaten Minahasa Tenggara.
6. Bupati adalah Bupati Kabupaten Minahasa Tenggara
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lain, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang mengatur rencana
struktur dan pola tata ruang wilayah Kabupaten
10. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak.
11. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
13. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah
tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kabupaten
yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek
keruangan, yang pada dasarnya mendukung
terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
14. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah
arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu
20 (dua puluh) tahun.
15. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah
penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-
langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan
pola ruang wilayah kabupaten.
16. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah
rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana
wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu
bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan
sistem jaringan prasarana lainnya.
17. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota.
18. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
19. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
20. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut
PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa.
21. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah
kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki
cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
22. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah
rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat
kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan
keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk
hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi
tertentu dalam wilayah kabupaten.
23. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan
gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga
20 (dua puluh) tahun mendatang.
24. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah
arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai
dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan
pelaksanaan program penataan/pengembangan
kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan
kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
25. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
adalah petunjuk yang memuat usulan program utama,
lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan
instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang
kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang.
26. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat atau
disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW
kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah
kabupaten.
27. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten
adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan
ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk
setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai
dengan RTRW kabupaten.
28. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten sesuai
kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak
sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai
alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang
tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
disusun dan ditetapkan.
29. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau
upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
juga perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
30. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi
bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang berlaku.
31. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
32. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung
atau budidaya.
33. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
34. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
35. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang
memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan
banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
36. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
37. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan
38. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
39. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
40. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
41. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang
ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
42. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
43. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
44. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dalam bentuk dari kondisi fisik
pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
45. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi
primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
46. Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan
sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
danau/waduk.
47. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang mewakili
ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang
memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan
fauna yang khas dan beraneka ragam
48. Kawasan Kebun Raya Reklamasi Ex Tambang Emas
Ratatatotok yang selanjutnya disingkat KKRRTE adalah
kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan konservasi,
penelitian dan pendidikan serta wisata.
49. Kawasan Cagar Alam Laut adalah kawasan suaka alam
laut yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindingi dan
perkembangan berlangsung secara alami.
50. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas
satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan
sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan
sumber daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
51. Kawasan Minapolitan adalah kawasan pengembangan
ekonomi berbasis usaha budidaya dan penangkapan
ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menciptakan
iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
52. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
53. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
54. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
55. Kawasan Pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang
ditunjukan dan atau ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakter fisik,
biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan
keberadaannya.
56. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
57. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi.
58. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh
lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.
59. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan
dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
60. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha
hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa
penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam
agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan
bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen
untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat.
61. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan,
alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen,
pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan
pengusahaannya.
62. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral, batubara dan panas bumi yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
63. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas
tertentu yang dibangun atau didirikan untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata.
64. Keamanan adalah suatu keadaan yang memberikan
kebebasan dari rasa ketakutan dan ancaman dari
berbagai gangguan baik secara fisik maupun psikis.
65. Lingkungan adalah sumberdaya fisik dan biologis yang
menjadi kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat
(manusia) dapat bertahan.
66. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya.
67. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
68. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
69. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup.
70. Konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan oleh
manusia terhadap biosfer sehingga dapat menghasilkan
manfaat berkelanjutan yang terbesar kepada generasi
sekarang sementara mempertahankan potensinya untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi akan datang
(suatu variasi defenisi pembangunan berkelanjutan).
71. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui membangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
72. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
73. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi/atau
pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
74. Peran serta masyarakat adalah partisipasi aktif
masyarakat dalam proses perencanaa tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
75. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan lingkungan hidup, termasuk
sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
76. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan
dalam kegiatan pemanfaatan.
77. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc
yang dibentuk untuk mendukung Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
Kabupaten Minahasa Tenggara dan mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi
penataan ruang di daerah
78. Orang adalah orang perseorangan dan/ atau korporasi.
79. Kawasan Hutan Rakyat adalah Kawasan hutan yang
dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitarnya dengan
mengikuti ketentuan yang ditetapkan.
80. BTS adalah singkatan dari Based Transmition System.
81. SPMA adalah singkatan dari Sistem Pengembangan Mata
Air.
82. Reduce adalah adalah sistem pengolahan sampah
dengan mengurangi atau meminimalisir sampah.
83. Reuse adalah sistem pengolahan sampah untuk
pemanfaatan kembali.
84. Recycling adalah sistem pengolahan sampah untuk di
daur ulang.

BAB II
RUANG LINGKUP, TUJUAN, KEBIJAKAN
DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Ruang lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Minahasa Tenggara meliputi:
a. Luas dan batas administrasi;
b. Posisi geografis; dan
c. Lingkup substansi.
(2) Luas wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara yang masuk
dalam wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a adalah daerah dengan luas darat 710,83
Km2 (kilometer persegi) dengan batas-batas meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Amurang
Timur dan Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Langowan Kabupaten Minahasa dan Laut Maluku;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku dan
Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranoyapo
dan Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa
Selatan.
(3) Posisi geografis Kabupaten Minahasa Tenggara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b terletak
antara 1240 30’24”-1240 56’24” Bujur Timur (BT) dan 10
08’19”-00 50’46” Lintang Utara (LU).
(4) Lingkup substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013-2033
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
b. rencana pola ruang wilayah kabupaten;
c. penetapan Kawasan Strategis;
d. arahan pemanfaatan ruang;
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang;
f. kelembagaan; dan
g. peran serta masyarakat.

Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 3

Penataan ruang Kabupaten Minahasa Tenggara bertujuan


untuk mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Dan Terpadu
di Kabupaten Minahasa Tenggara yang mengedepankan
Agroindustri, Perikanan Dan Pariwisata.
Bagian Ketiga
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 4

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Minahasa Tenggara


terdiri atas:
a. perwujudan pembangunan berkelanjutan dan terpadu di
Kabupaten Minahasa Tenggara;
b. pembangunan dan pengembangan agroindustri
berdasarkan komoditas unggulan wilayah;
c. pembangunan dan pengembangan perikanan sebagai
salah satu sektor unggulan dan peningkatan daya saing di
Teluk Tomini;
d. pembangunan dan pengembangan pariwisata daerah yang
mengutamakan pada kondisi karakteristik alami di
Kabupaten Minahasa Tenggara; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan Negara.

Bagian Keempat
Strategi Penataan Ruang

Pasal 5

(1) Strategi perwujudan pembangunan berkelanjutan dan


terpadu di Kabupaten Minahasa Tenggara sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 huruf a, terdiri atas:
a. mengembangkan pembangunan yang berdasarkan
pada aspek konservasi dan preservasi lingkungan;
b. mengembangkan pembangunan yang berbasis
mitigasi bencana;
c. membangun dan mengembangkan kawasan
perkotaan dan perdesaan sesuai dengan fungsi dan
peranan dari masing-masing kawasan tersebut dalam
lingkup wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara
maupun dalam lingkup wilayah Provinsi Sulawesi
Utara;
d. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya binaan
dengan delineasi pola ruang yang jelas;
e. membangun & mengembangkan sarana dan
prasarana wilayah yang terstruktur serta memiliki
efisiensi dan efektif dalam pelayanan dan
penggunaan ruang;
f. mengembangkan penggunaan teknologi modern yang
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup; dan
g. mengembangkan pembangunan yang
mengedepankan pada keterpaduan antar sektor dan
lintas sektor dengan wilayah administrasi yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Minahasa
Tenggara.
(2) Strategi pembangunan dan pengembangan agroindustri
berdasarkan komoditas unggulan wilayah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 huruf b, terdiri atas:
a. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan
agroindustri berdasarkan potensi komoditas
unggulan dari tiap-tiap kawasan yang ada di
Kabupaten Minahasa Tenggara;
b. mengembangkan usaha-usaha agroindustri baru
berdasarkan hasil kajian yang memiliki potensi dan
peluang daya saing di tingkat regional dan nasional;
c. membangun dan meningkatkan sarana dan
prasarana yang menunjang aktivitas agroindustri
yang berkelanjutan;
d. mengembangkan usaha diversifikasi pada kawasan-
kawasan agroindustri yang sudah ada untuk
meningkatkan produktivitas hasil dan perekonomian
masyarakat;
e. melakukan kajian dan pengembangkan teknologi
yang dapat meningkatkan produktivitas usaha
agroindustri di Kabupaten Minahasa Tenggara; dan
f. menyusun rencana induk (masterplan)
pengembangan agroindustri di Kabupaten Minahasa
Tenggara.
(3) Strategi pembangunan dan pengembangan perikanan
sebagai salah satu sektor unggulan dan peningkatan daya
saing di Teluk Tomini sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 huruf c, terdiri atas:
a. mengembangkan usaha perikanan yang terpadu
dengan pengembangan sektor lain yang terkait untuk
dapat mengoptimalkan hasil dan produktivitasnya;
b. membangun dan meningkatkan sarana dan
prasarana yang menunjang aktivitas perikanan yang
berkelanjutan dan memiliki daya saing sehat baik di
tingkat regional maupun di tingkat nasional;
c. membangun dan mengembangkan aksesibilitas ke
kawasan pusat aktivitas perikanan yang dilengkapi
dengan infrastruktur penunjangnya;
d. membangun dan mengembangkan usaha perikanan
yang berbasis masyarakat yang tetap
mengedepankan pada aspek-aspek tradisional dan
tradisi masyarakat setempat; dan
e. menyusun rencana induk (masterplan)
pengembangan perikanan di Kabupaten Minahasa
Tenggara.
(4) Strategi pembangunan dan pengembangan pariwisata
daerah yang mengutamakan pada kondisi karakteristik
alami di Kabupaten Minahasa Tenggara sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 huruf d, terdiri atas:
a. menggali dan mengembangkan Objek Daerah Tujuan
Wisata (ODTW) yang dinilai memiliki potensi besar
untuk dikembangkan berdasarkan kearifan lokal dan
kealamiahan di Kabupaten Minahasa Tenggara;
b. mengoptimalkan dan melakukan revitalisasi
pengembangan pariwisata pada semua ODTW yang
memiliki ciri khas dan spesifikasi yang unik/khusus
di Kabupaten Minahasa Tenggara;
c. merevitalisasi dan merehabilitasi objek-objek wisata
yang memiliki nilai sejarah tinggi yang dapat menjadi
landmark dan identitas Kabupaten Minahasa
Tenggara;
d. membangun dan mengembangkan sarana dan
prasarana wilayah yang dapat mengintegrasikan
kawasan-kawasan wisata di Kabupaten Minahasa
Tenggara dalam satu kesatuan paket wisata; dan
e. menyusun rencana induk (masterplan)
pengembangan pariwisata di Kabupaten Minahasa
Tenggara yang terintegrasi dengan pengembangan
pariwisata di lingkup regional Provinsi Sulawesi
Utara.
(5) Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf e meliputi:
a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan.
b. Mengembangkan budi daya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau
kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagai
zona penyangga; dan
d. Memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan
keamanan.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Minahasa


Tenggara meliputi :
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), digambarkan dalam peta dengan skala
ketelitian 1 : 50.000 yang tercantum dalam Lampiran I
dan tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan

Pasal 7

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Minahasa


Tenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf a, terdiri atas :
a. PKWp;
b. PKL;
c. PPK; dan
d. PPL.
(2) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu
Ratahan.
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu
Belang dan Tombatu.
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri
atas :
a. Ratatotok di Kecamatan Ratatotok;
b. Pusomaen di Kecamatan Pusomaen;
c. Touluaan di Kecamatan Touluaan; dan
d. Ratahan Timur di Kecamatan Ratahan Timur.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri
atas :
a. Tombatu Utara di Kecamatan Tombatu Utara;
b. Tombatu Timur di Kecamatan Tombatu Timur;
c. Silian Raya di Kecamatan Silian Raya;
d. Pasan di Kecamatan Pasan; dan
e. Touluaan Selatan di Kecamatan Touluaan Selatan.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 8

(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten


Minahasa Tenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut;
c. sistem jaringan perkeretaapian; dan
d. sistem jaringan transportasi udara.
(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan
digambarkan dalam peta dengan skala ketelitian minimal
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi:
1. jaringan jalan;
2. jaringan prasarana lalu lintas; dan
3. jaringan pelayanan lalu lintas.
b. jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, angka 1, terdiri atas :
a. jaringan jalan eksisting, yang meliputi:
1. jaringan jalan kolektor primer K1 yang ada di
Kabupaten Minahasa Tenggara, terdiri atas: jalan
lintas timur sulawesi meliputi ruas jalan Buyat –
Rumbia yang melewati wilayah Kecamatan
Ratatotok, Belang, dan Pusomaen;
2. jaringan jalan kolektor primer K2 yang ada di
Kabupaten Minahasa Tenggara, terdiri atas:
a) ruas jalan Amurang – Ratahan yang melewati
wilayah Kecamatan Touluaan, Tombatu,
Tombatu Utara, Tombatu Timur, Pasan, dan
Ratahan;
b) ruas jalan Langowan – Ratahan – Belang.
3. jaringan jalan kolektor primer K3 yang ada di
Kabupaten Minahasa Tenggara, terdiri atas ruas
jalan Silian – Tombatu; dan
4. jaringan jalan lokal yang menghubungkan dari
Desa winorangian ke Desa winorangian satu dan
Desa Kuyanga.
5. jaringan jalan lokal yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara.
b. jaringan jalan rencana, yang meliputi:
1. rencana peningkatan fungsi dan dimensi jaringan
jalan Kolektor Primer K1 Rumbia – Buyat yang
merupakan bagian dari rencana pengembangan
jalan Trans Sulawesi Lintas Selatan menjadi jalan
arteri primer;
2. rencana peningkatan fungsi dan dimensi fisik
jaringan jalan eksisting K2 yang ada di wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara khususnya jalan
yang menghubungkan antara Kecamatan
Langowan (di Kabupaten Minahasa) dan
Kecamatan Ratahan menjadi jalan arteri
sekunder;
3. rencana pembangunan dan pengembangan jalan
Kolektor Sekunder, yang terdiri atas:
a) jalan yang menghubungkan antara Desa
Wongkai (Kecamatan Ratahan Timur) dan
Desa Atep (Kecamatan Langowan di Kab
Minahasa);
b) jalan yang menghubungkan antara Desa
Wiau (Kecamatan Pusomaen) dan Desa Atep
(Kec Langowan di Kabupaten Minahasa);
c) jalan yang menghubungkan antara Desa
Silian (Kecamatan Silian Raya) dan
Kecamatan Amurang di Kabupaten Minahasa
Selatan.
4. Pembangunan jalan-jalan baru yang
menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di
wilayah kabupaten Minahasa Tenggara, seperti:
a) rencana pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Belang dan Kecamatan Tombatu;
b) rencana pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Ratatotok dan Kecamatan Touluaan serta
Tombatu;
c) rencana pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Pusomaen dan Kecamatan Ratahan Timur;
d) rencana pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Belang dan Kecamatan Pasan;
e) rencana pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Silian dan Kecamatan Tombatu;
5. rencana pembangunan jalan lingkar di wilayah
Kecamatan Ratahan dan kawasan-kawasan
perkotaan padat lainnya seperti di Belang dan
Ratatotok;
6. rencana jalan-jalan baru yang membuka akses ke
kawasan-kawasan industri pertanian dan
perkebunan, serta ke kawasan-kawasan wisata;
dan
7. rencana pembangunan jembatan baru yang akan
menyesuaikan dengan pembangunan jalan-jalan
baru seperti tersebut di atas.
c. rencana fungsi dan kelas jalan di wilayah Kabupaten
Minahasa Tenggara, meliputi:
1. jalan arteri primer yaitu Jalan Lintas Timur
Sulawesi (Rencana Jalan Trans Sulawesi) meliputi
ruas jalan Buyat – Rumbia yang melewati wilayah
Kecamatan Ratatotok, Belang, dan Pusomaen;
2. jalan arteri sekunder yaitu jalan yang
menghubungkan antara wilayah Kecamatan
Langowan (Kabupaten Minahasa) dan Kecamatan
Ratahan, yang melalui wilayah Kecamatan
Ratahan Timur dan Ratahan;
3. jalan kolektor primer yaitu Jalan Amurang –
Ratahan yang melewati wilayah Kecamatan
Touluaan, Tombatu, Tombatu Utara, Tombatu
Timur, Pasan, dan Ratahan;
4. jalan kolekor sekunder, terdiri atas:
a) jalan yang menghubungkan antara Desa
Wongkai (Kecamatan Ratahan Timur) dan
Desa Atep (Kecamatan Langowan di
Kabupaten Minahasa);
b) jalan yang menghubungkan antara Desa
Wiau (Kecamatan Pusomaen) dan Desa Atep
(Kecamatan Langowan di Kabupaten
Minahasa); dan
c) jalan yang menghubungkan antara Desa
Silian (Kecamatan Silian Raya) dan
Kecamatan Amurang di Kabupaten Minahasa
Selatan.
5. jalan lokal, terdiri atas:
a) Jalan Silian – Tombatu;
b) rencana Jalan Belang – Tombatu;
c) rencana Jalan Belang – Pasan;
d) rencana Jalan Ratatotok – Touluaan –
Tombatu;
e) rencana Jalan Pusomaen – Ratahan Timur;
f) jalan-jalan lingkar di masing-masing wilayah
kecamatan; dan
g) jalan-jalan lingkungan dalam kabupaten
lainnya.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, angka 2, terdiri atas :
a. rencana pembangunan dan pengembangan terminal
penumpang Tipe A yang berlokasi di Kecamatan
Belang;
b. rencana pembangunan dan pengembangan terminal
penumpang tipe B di Ratahan dan Tombatu; dan
c. rencana pembangunan dan pengembangan terminal
penumpang tipe C di Ratatotok, Pusomaen, Ratahan
Timur, Pasan, Silian Raya, Tombatu Utara, Tombatu
Timur, Touluaan, dan Touluaan Selatan.
(4) Jaringan pelayanan lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a,angka 3, terdiri atas :
a. Terminal Tipe A di Kecamatan Belang melayani trayek
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di wilayah Regional
Pulau Sulawesi;
b. Terminal Tipe B di Kecamatan Ratahan melayani
trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan
mengacu pada hasil kajian khusus;
c. Terminal Tipe C berlokasi di Kecamatan Ratatotok,
Pusomaen, Ratahan Timur, Pasan, Tombatu Timur,
Tombatu Utara, Tombatu, Silian Raya, Touluaan dan
Touluaan Selatan; dan
d. trayek/sistem angkutan pesisir yang menghubungkan
seluruh kawasan pesisir di wilayah Kabupaten
Minahasa Tenggara seperti Desa Bentenan – Desa
Tumbak – Belang – Desa Mangkit – Desa Basaan –
Kota Ratatotok – Desa Lakban.
(5) Jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi pelabuhan
penyeberangan di Kecamatan Pusomaen, Belang dan
Ratatotok.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Minahasa Tenggara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. rencana pengembangan pelabuhan Belang menjadi
pelabuhan pengumpul;
b. rencana pembangunan terminal khusus dan terminal
untuk kepentingan sendiri di Kecamatan Ratatotok
c. rencana pembangunan pelabuhan pengumpan baru di
Bentenan dan Ratatotok;
d. rencana pembangunan pelabuhan perikanan di Desa
Bentenan Kecamatan Pusomaen;
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. jaringan pelayanan transportasi pesisir: Bitung-Kema-
Belang-Nuangan-Pinolosian-Molibagu (Bitung,
Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang
Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan);
b. pengembangan alur pelayaran lintas Teluk Tomini ke
wilayah Sulawesi Tengah dan Gorontalo;
c. pengembangan alur pelayaran untuk jaringan wisata
bahari yang terdiri atas: Bentenan Beach Resort –
Pantai Hais – Pelabuhan Belang – Pulau Tulang –
Pulau Hogow – Pulau-pulau lainnya di wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretaapian

Pasal 11

Jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat


(1) huruf c, terdiri atas :
a. jaringan jalur kereta api umum, terdiri atas :
1. jalur Manado – Bitung – Kema – Belang – Molibagu –
Gorontalo dengan prioritas tinggi;
2. jalur Manado – Tomohon – Tondano – Kawangkoan –
Langowan – Ratahan dengan prioritas sedang; dan
3. jalur perkotaan RATOMBELA yang meliputi Ratahan –
Tombatu – Belang.
b. stasiun kereta api, terdapat di Kecamatan Belang dan
Ratahan.

Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 12

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Minahasa
Tenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
berupa rencana pembangunan bandar udara baru di desa
Minanga Kecamatan Pusomaen – di desa Tababo di
Kecamatan Belang.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 13

(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam
peta dengan skala ketelitian minimal 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi

Pasal 14

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. rencana pembangunan dan pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada
beberapa sungai besar yang ada di wilayah Kabupaten
Minahasa Tenggara;
b. rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) terpusat baru di beberapa lokasi wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara berdasarkan hasil
kajian; dan
c. rencana pembangunan dan pengembangan sumber-
sumber energi yang ramah lingkungan lainnya seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, dll.
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi jaringan transmisi tenaga listrik,
terdiri atas :
a. rencana pengembangan gardu induk, terdapat di
Ratahan, Belang, dan Tombatu;
b. jaringan prasarana energi yang ada di wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri atas Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM), Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) di seluruh wilayah Kabupaten
Minahasa Tenggara, yang menghubungkan antara
sumber-sumber energi listrik dengan gardu induk,
serta antara gardu induk dengan pusat-pusat aktivitas
masyarakat; dan
c. Jaringan energi yang menghubungkan antara sumber-
sumber energi dengan gardu-gardu induk yang ada di
wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 15

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan kabel;
b. sistem jaringan nirkabel; dan
c. sistem jaringan satelit.
(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri atas jaringan kabel yang
menghubungkan seluruh wilayah di Kabupaten Minahasa
Tenggara.
(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri atas jaringan mikro digital di
kawasan perkotaan Ratahan dan sekitarnya.
(4) Sistem jaringan satelit yang berupa sarana menara Based
Transmition System (BTS), akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan daerah.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 16

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. wilayah sungai
b. jaringan irigasi;
c. prasarana air baku untuk air minum; dan
d. sistem pengendalian banjir.
(2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional Tondano –
Likupang, yang diantaranya meliputi wilayah DAS
Ratahan Pantai, terdiri atas: Sungai Kayuwatu, Sungai
Kinamang, Sungai Molompar, dan Sub DAS Ratatotok,
yang merupakan kewenangan pemerintah; dan
b. Wilayah Sungai (WS) Kabupaten, terdiri atas: DAS
Sosoan, DAS Ranoako, DAS Kayuuling, DAS Kalait,
DAS Ranoyapo, DAS Suhuyon, DAS Sasano, DAS
Lamangi, DAS Lowatag, DAS Surat Kedong, DAS
Limbole, DAS Sue, DAS Bangasu, DAS Mamaya, DAS
Kalewaha, DAS Limbale, DAS Tutua, DAS Tiwalako,
DAS Malebu, DAS Yarorongan, DAS Katawae, DAS
Pinamangkulan, DAS Lahaus, DAS Konga, DAS
Waasu, DAS Pantuah, DAS Palaus, DAS Kawira, DAS
Puta, DAS Makalu, DAS Konde, DAS Nipung, DAS
Kosal, DAS Tawang, DAS Abuang, DAS Hais, DAS
Nunuk, DAS Kawiwi, DAS Poniki, DAS Minanga, DAS
Paderen, DAS Tuolunik, DAS Palaus, DAS Wawesen,
DAS Kaanon, DAS Binuang, DAS Koker, DAS
Tonsawang, DAS Totok, DAS Matuahtuah, DAS
Koserangan, DAS Tembaga, DAS Limpoda, DAS
Ropada, DAS Lahendung, DAS Wongangaan, DAS
Mongawo, DAS Wawesen II, DAS Mopsalkaw, DAS
Mopsaleleng, DAS Basaan, dan DAS Morea.
(3) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. bendungan yang berupa Bendungan Ranombolay di
Minahasa Tenggara untuk pelayanan kurang lebih
1.157 (seribu seratus lima puluh tujuh) hektar;
b. daerah irigasi (DI) yang terdiri atas:
1. DI Buyat yang diantaranya meliputi wilayah
Kecamatan Ratatotok di Kabupaten Minahasa
Tenggara;
2. DI Belang di Kecamatan Belang;
3. DI Touluaan di Kecamatan Touluaan;
4. DI Ratahan di Kecamatan Ratahan;
5. DI Pusomaen di Kecamatan Pusomaen; dan
6. DI Tombatu di Kecamatan Tombatu.
7. DI Kecamatan Tombatu Timur (Aliran sungai
Nanauan)
8. DI Silian di Kecamatan Silian Raya
9. DI Tombatu di Kecamatan Tombatu Utara
10. DI Poniki di Kecamatan Pasan
11. DI Wioi di Kecamatan Ratahan Timur
12. DI Kalait di Kecamatan Touluaan Selatan
c. saluran irigasi primer yang meliputi Saluran Irigasi
Ranombolay di Minahasa Tenggara, sepanjang kurang
lebih 1,45 (satu koma empat lima) kilometer, serta
saluran irigasi sekunder yang meliputi Saluran Irigasi
Ranombolay di Minahasa Tenggara sepanjang kurang
lebih 19,08 (sembilan belas koma kosong delapan)
kilometer.
(4) Prasarana air baku untuk air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa rencana
pengembangan jaringan air minum, terdiri atas:
a. rencana pengembangan Sumber Mata Air (SPMA) di
Kalatin-Ratahan, dengan debit kurang lebih 60 liter
per detik dan di Kecamatan Tombatu Timur,
Kecamatan Tombatu Utara, Kecamatan Belang,
Kecamatan Touluaan serta Kecamatan Ratatotok.
b. rencana pengembangan Sumber Air Sungai Dan
Danau (SASD) di Sungai Makalu dengan debit kurang
lebih 250 liter per detik, dan Sungai Belang dengan
debit kurang lebih 200 liter per detik.
c. rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPAM) di Sungai Makalu dengan debit kurang
lebih 250 liter per detik; dan Sungai Belang dengan
debit kurang lebih 200 liter per detik.
(5) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, terdiri atas
a. perlindungan daerah tangkapan air;
b. normalisasi sungai;
c. perbaikan drainase;
d. pembangunan tanggul pada sungai yang rawan banjir;
e. pengamanan pantai; dan
f. pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan
pemeliharaan bangunan-bangunan pengendali banjir
dan pengamanan pantai.
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 17

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan drainase;
d. jalur evakuasi bencana; dan
e. sistem prasarana air limbah.
(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. pengelolaan sistem persampahan di wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara yang tetap
mengedepankan pada prisnsip 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycling);
b. rencana pembangunan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) di empat lokasi yang tersebar di
Kecamatan Belang, Ratatotok, Tombatu, dan
Touluaan; dan
c. rencana pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah di Kecamatan Ratahan yang
dikembangkan dengan sistem sanitary landfill.
(3) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. jaringan air minum Desa Wioi Kecamatan Ratahan
Timur;
b. rehabilitasi jaringan air minum Desa Pangu
Kecamatan Ratahan Timur;
c. jaringan air minum Desa Kalait Kecamatan Touluaan
Selatan;
d. jaringan air minum Desa Tombatu II Kecamatan
Tombatu Utara;
e. jaringan air minum Desa Kuyanga Kecamatan
Tombatu Utara;
f. jaringan air minum Desa Bentenan Kecamatan
Posumaen;
g. jaringan air minum Desa Tambelang Kecamatan
Touluaan Selatan;
h. jaringan air minum Desa Permukiman Trasmigrasi
Tombatu Kecamatan Tombatu;
i. jaringan air minum Desa Esandom Raya Kecamatan
Tombatu Timur;
j. jaringan air minum Desa Tonsawang Kecamatan
Tombatu;
k. jaringan air minum Desa Mundung dan Mundung I
Kecamatan Tombatu Timur;
l. jaringan air minum Desa Molompar Raya Kecamatan
Tombatu Timur;
m. jaringan air minum Desa Tolombukan Kecamatan
Pasan;
n. jaringan air minum Desa Rasi Raya Kecamatan
Ratahan;
o. jaringan air minum Desa Minanga Kecamatan
Posumaen;
p. jaringan air minum Desa Wiau Kecamatan Ratahan
Timur;
q. jaringan air minum Desa Tababo, Desa Mangkit, Desa
Buku Raya, Kecamatan Belang;
r. jaringan air minum Desa Soyowan, Desa Basaan
Kecamatan Ratatotok;
s. jaringan air minum Desa Morea Kecamatan Ratatotok;
t. jaringan air minum di Silian dan Silian Raya;
u. jaringan air minum Ibukota Kecamatan Ratatotok;
v. jaringan air minum Ibukota Kecamatan Belang;
w. jaringan air minum Desa Tumbak Kecamatan
Pusomaen;
x. Jaringan Air Minum Molompar-Belang;
y. jaringan air minum Ibukota Kecamatan Posumaen;
z. jaringan air minum di Kecamatan Silian Raya (Sungai
Mamaya-masuk Winorangian);
æ. Jaringan air minum desa Winorangian Kecamatan
Tombatu Utara (Sungai Mamaya);
ø. Jaringan Air Minum di Desa Tombatu I Kecamatan
Tombatu;
å. Jaringan Air Minum di Desa Ranoketang Atas, Desa
Toundanouw Kecamatan Touluaan; dan
aa.Sistem jaringan air minum yang ada di Pesisir Pantai
(4) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. rencana pembangunan jaringan drainase pada
sepanjang sisi kiri dan kanan jaringan jalan, terutama
pada kawasan perkotaan;
b. rencana pengembangan jaringan sungai sebagai
bagian dari pengembangan sistem drainase yang
difungsikan sebagai jaringan drainase primer;
c. rencana pengembangan kawasan cekungan sebagai
kawasan resapan air; dan
d. rencana pembangunan dan pengembangan sumur-
sumur resapan dan lubang-lubang biopori serta upaya
teknis lainnya untuk mempercepat proses peresapan
air.
(5) Sistem jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d,terdiri atas:
a. rencana pembangunan jalur evakuasi dan ruang
evakuasi pada kawasan pesisir pantai yang berlokasi
di wilayah Kecamatan Ratatotok, Belang, dan
Pusomaen;
b. perlindungan dan pengendalian pembangunan pada
kawasan yang rawan terhadap bahaya bencana
Gunung Soputan, baik perlindungan terhadap
lontaran material letusan gunung maupun terhadap
bahaya aliran lahar gunung berapi; dan
c. perlindungan dan pengendalian pembangunan pada
kawasan yang rawan banjir dan tanah longsor.
d. Pemasangan instalasi peringatan dini bencana.
(6) Sistem prasarana air limbah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, terdiri atas:
a. rencana pembangunan dan pengembanganInstalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) kabupaten akan
dikembangkan secara terpadu yang berlokasi di
wilayah Kecamatan Ratahan, Kecamatan Belang dan
kecamatan lainnya sesuai dengan kebutuhan
b. sistem pengolahan limbah pada IPAL dan IPLT
dilakukan dengan sistem off site.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan


lindung dan kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta
dengan skala ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 19

Kawasan lindung kabupaten sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 ayat (1), terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.
Pasal 20

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal


19 huruf a, terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung Gunung Soputan di Kecamatan
Silian Raya, Kecamatan Tombatu Utara, Kecamatan
Pasan, Kecamatan Ratahan, dan Kecamatan Ratahan
Timur dengan luas kurang lebih 4.139 (empat ribu seratus
tiga puluh sembilan) hektar; dan
b. kawasan hutan lindung Gunung Kawatak di Kecamatan
Ratahan Timur dengan luas kurang lebih 737 (tujuh ratus
tiga puluh tujuh) hektar.
c. Kawasan Hutan lindung bakau di Kecamatan Posumaen,
Belang dan Ratatotok

Pasal 21

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan


bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
berupa kawasan resapan air yang terdiri atas:
a. kawasan sekitar Sungai Lahendong, Sungai Kaluya,
Dungusan Keleweng, Londola Mamaya, Kelewaha, Londola
Ranoako, Solasang, Sungai Kokor, sekitar Tonsawang,
Dungusan Dahera, Kasarengan, Dungusan Dokoliuan,
sekitar Lowatag, Kuni, Lomanggi, sekitar Minanga, sekitar
gunung Kaanom, Gunung Walintang, Sungai Binuang dan
Mangkit, sekitar Sungai Wewesen, Gunung Manembo,
Gunung Hais, Limpoga, Gunung Pasoloilobogan;
b. daerah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30º
ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di
seluruh wilayah kabupaten; dan
c. Kawasan Hutan Bakau yang berada di daerah pesisir
pantai.
d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya perlu memperhatikan ketentuan
perundangan yang mengatur status tanah pasini.

Pasal 22

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas:
a. kawasan sempadan pantai, dengan lebar 200 (dua ratus)
meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup
seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di
seluruh wilayah pesisir kabupaten yang berlokasi di
wilayah Kecamatan Ratatotok, Belang, dan Pusomaen;
b. kawasan sempadan sungai, dengan lebar 50 (lima puluh)
meter dari muka air sungai seperti Sungai Ranoyapo, di
luar wilayah permukiman adalah minimal 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai, sedangkan untuk sungai dan anak
sungai misalnya Sungai Molompar, Sungai Kaluya, dan
lain-lain, lebar sempadan adalah 5 (lima) meter di
kawasan permukiman dan 50 (lima puluh) meter di luar
kawasan permukiman, dari tepi sungai;
c. kawasan sempadan danau yaitu kawasan sekitar Danau-
danau di Kabupaten Minahasa Tenggara antara lain
Danau Bulilin yang terletak di Kecamatan Tombatu dan
Danau Kawelaan di Kecamatan Touluaan, yakni tepian
selebar antara 50 (lima puluh) meter hingga 100 (seratus)
meter yang ditetapkan berdasarkan bentuk dan kondisi
fisik tepian danau; dan
d. kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 (dua ratus)
meter dari pusat mata air, meliputi semua wilayah yang
ada di wilayah kabupaten, seperti sekitar mata-mata air di
lereng gunung Kawatak, kawasan sekitar Pangu, sekitar
Tiwalako dan sekitar Derel di Tombatu.

Pasal 23

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, terdiri atas:
a. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi:
1. Kawasan Budaya Batulesung, Ratuoki, Kali, di
Tombatu;
2. Kawasan Kubur Raja Bantik di Kecamatan Pasan;
3. Kawasan Batu Koya di Kecamatan Ratahan;
4. Kawasan Kubur Keramat di Kecamatan Belang;
5. Kawasan Budaya Pesta Adat Labuang Bentenan; dan
6. Kawasan-kawasan lainnya berdasarkan hasil kajian
khusus tentang kepariwisataan.
b. kawasan pantai berhutan bakau, meliputi kawasan di
sekitar Teluk Totok, kawasan Teluk Bohungan, kawasan
Teluk Ratatotok, kawasan Bentenan, kawasan sekitar
Teluk Sompini serta kawasan seputar Desa Tumbak dan
Desa Tumbak Madani.

Pasal 24

Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19 huruf e, terdiri atas:
a. kawasan rawan gelombang pasang terdapat di pesisir
Selatan meliputi pantai Kecamatan Ratatotok, Belang, dan
Pusomaen;
b. kawasan rawan longsor dan gerakan tanah meliputi
kawasan sekitar Suhuyon, Lowatag, Lomangi,
Amburumalad, Maimbeng, Kaluya,Pangu, Wongkai, Wioi,
Gunung Wolitang;
c. kawasan rawan banjir, meliputi kawasan di sekitar
Kecamatan Belang, Kecamatan Pusomaen; Kecamatan
Tombatu Utara dan Kawasan Sungai Kawiwi

Pasal 25

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


19 huruf f berupa kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri
atas:
a. kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir Selatan
meliputi pantai Kecamatan Ratatotok, Belang, dan
Pusomaen;
b. kawasan rawan gempa dan kawasan zona patahan/sesar
meliputi kawasan sesar bagian tengah kabupaten mulai
dari Touluaan ke arah Tenggara sampai di Pantai Selatan
Kecamatan Belang; serta kawasan sesar barat daya yang
berawal dari perbatasan Kecamatan Touluaan dan
Kecamatan Ratatotok meliputi kawasan Dungusan
Popotitingan hingga kawasan Kuala Monsalkawi di
Kecamatan Ratatotok; dan
c. kawasan rawan bencana gunung berapi, terdiri atas:
1. kawasan bahaya letusan gunung berapi yang berjarak
radius 5 kilometer dari puncak Gunung Soputan,
meliputi kawasan Pinus, Keleweng, dan Manimporok;
2. kawasan waspada letusan gunung api yang berjarak
radius 8 kilometer dari puncak Gunung Soputan,
meliputi Limbale, Lobu, Ranoketang Atas, Silian,
Buililin, Kali, Tombatu, Kuyanga, Mundung,
Molompar, Liwutung, Rasi, Wawali, Wioi, Ratahan,
Kalatin, Pangu; Toundanow, Winorangian dan
3. kawasan bahaya aliran lava, meliputi kawasan Kuala
Lahendong, Kuala Ralih, Kuala Rapola, Kuala
Sinoraan, Kuala Wewesen, dan Kuala Molompar.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 26

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ayat


(1), terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD);
f. kawasan peruntukan pertambangan;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukan permukiman; dan
j. kawasan peruntukan lainnya.
Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi terbatas (HPT); dan
b. kawasan hutan produksi tetap (HP).
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, meliputi Hutan Produksi Terbatas
Gunung Surat di Kecamatan Ratatotok, Kecamatan
Touluaan Selatan, Kecamatan Tombatu, dan Kecamatan
Belang.
(3) Kawasan hutan produksi tetap (HP) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi Hutan
Produksi Tetap Sungai Ranoyapo terdapat di Kecamatan
Touluaan Selatan dan Kecamatan Touluaan.
(4) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b terdapat di seluruh
wilayah kecamatan.

Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 26 huruf c, terdiri atas:
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah tanaman pangan
lahan basah dan tanaman pangan lahan kering terdapat
di seluruh wilayah kecamatan.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdapat di:
a. Kecamatan Touluaan Selatan, Touluaan, Tombatu,
Silian Raya, Tombatu Utara, dan Pasan, dengan
budidaya tanaman sayur-sayuran; pengembangan
komoditi Kentang di Banga-Lowatag;
b. Kecamatan Ratahan Timur dengan budidaya
tanaman buah Salak;
c. Kecamatan Ratahan, Belang, Pusomaen, Tombatu,
dan Touluaan Selatan, dengan budidaya tanaman
buah Mangga, Pisang, Langsat, Alpukat, Durian.
Budidaya Pisang Roa di Wongkai Kecamatan
Ratahan Timur;
d. Desa Lowatak dengan komoditi strawberry;
e. Kecamatan Silian Raya, Tombatu Utara, dan Pasan,
dengan budidaya tanaman semangka;
f. Kecamatan Pusomaen dengan budidaya Jeruk Ikan;
dan
g. Pisang Abaca di seluruh kecamatan yang memiliki
kesesuaian lahan dan iklim.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c tersebar di seluruh wilayah kabupaten, dengan
komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah
Kelapa, Cengkih, Kakao, Panilli, Pala, Kopi dan Aren
terdapat di:
(5) Kawasan kebun raya dapat dikembangkan di lokasi ex
pertambangan Newmont Minahasa Raya Kecamatan
Ratatotok.
(6) Kawasan perkebunan kelapa sawit dan karet dapat
dikembangkan diseluruh wilayah sesuai dengan kajian
dan potensi kewilayahannya.
(7) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d terdapat di:
a. Kecamatan Tombatu dengan jenis peternakan itik;
b. Kecamatan Touluaan, Belang, dan Tombatu, dengan
jenis peternakan Sapi Potong; dan Sapi Perah di Pisa
dan Lowatak;
c. Kecamatan Belang dan Kecamatan Ratatotok dengan
jenis peternakan Kambing;
d. Semua Kecamatan dengan jenis peternakan Ayam
Buras, Ayam Ras pedaging/petelur, Burung Puyuh,
Wallet;
e. Kecamatan Ratahan dengan Ulat Sutera Emas;
f. Jenis Peternakan Babi tersebar di semua Kecamatan
yang ada
g. Hijauan makanan ternak di semua kecamatan.

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 26 huruf d, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan perikanan budidaya;
c. Kawasan peruntukan pengolahan hasil perikanan;
dan
d. Kawasan peruntukan konservasi perairan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di:
a. Kecamatan Belang berupa Pengembangan TPI di Desa
Borgo dan usaha Perikanan tangkap berupa ikan
pelagis, Demersal dan jenis ikan laut lainya.
b. Kecamatan Ratatotok berupa usaha perikanan
tangkap ikan Pelagis Demersal dan jenis ikan
lainnya.
c. Kecamatan Pusomaen berupa pembangunan
pelabuhan perikanan di Desa Bentenan dan usaha
perikanan tangkap Ikan Pelagis, Ikan Demersal dan
jenis ikan lainnya.
(3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya air tawar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di
Kecamatan Belang, Kecamatan Ratahan, Kecamatan
Ratahan Timur, Kecamatan Touluaan, Kecamatan
Touluaan Selatan, Kecamatan Tombatu, Kecamatan
Tombatu Timur, Tombatu Utara, Kecamatan Pasan,
Kecamatan Ratatotok, Kecamatan Silian Raya dan
Kecamatan Pusomaen dengan komoditas antara lain
berupa Ikan Mas, Ikan Nila, Lele dan Jenis ikan air tawar
lainnya.
(4) Kawasan peruntukan perikanan budidaya air payau di
Kecamatan Belang, Kecamatan Ratatotok dan Kecamatan
Pusomaen dengan komoditas antara lain berupa ikan
Bandeng, Udang, Kepiting dan Jenis ikan lainnya.
(5) Kawasan peruntukan budidaya Laut di Kecamatan
Belang, Kecamatan Posumaen, Kecamatan Ratatotok
antara lain berupa budidaya rumput laut, Ikan Karapu,
dan jenis ikan laut lainnya serta budidaya Kerang Mutiara
di Pulau Babi.
(6) Kawasan peruntukan sentra pengolahan hasil perikanan
di Kecamatan Belang, antara lain berupa pembangunan
sarana prasaranan pengolahan seperti pabrik es,
pembangunan Cold Storage di Kecamatan Ratatotok,
pengolahan ikan cakalang fufu, bakasang, dan hasil
olahan lainnya.
(7) Untuk mendukung aktivitas perikanan di wilayah
kabupaten Minahasa Tenggara maka ditetapkan kawasan
Minapolitan perikanan budidaya dan kawasan
Minapolitan perikanan tangkap Kabupaten Minahasa
Tenggara.
(8) Untuk menjaga kelestarian sumberdaya Kelautan dan
Perikanan di Kabupaten Minahasa Tenggara Maka
dikembangkan pos-pos pengawasan sumber daya
kelautan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan
Pusomaen, Belang, dan Ratatotok.
(9) Kawasan peruntukan konservasi perairan di Kecamatan
Pusomaen dan Kecamatan Ratatotok, antara lain
perlindungan sumber daya ikan, mangrove, terumbu
karang dan padang lamun.

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 26 huruf f, di wilayah kabupaten
hanya terdiri atas kawasan peruntukan pertambangan
mineral yang meliputi mineral logam, mineral non logam
dan batuan.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat di:
a. Kecamatan Ratatotok dengan bahan tambang emas;
b. Kecamatan Belang dengan bahan tambang pasir besi;
c. Kecamatan Pusomaen dengan bahan tambang pasir
besi;
d. Kecamatan Touluaan Selatan dengan bahan tambang
emas;
e. Kecamatan Tombatu dengan bahan tambang logam
emas
f. Kecamatan Tombatu Timur dengan bahan tambang
logam emas
g. Kecamatan Tombatu Utara dengan bahan tambang
logam emas
h. Kecamatan Touluaan dengan bahan tambang logam
emas
(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdapat di
Kecamatan Ratatotok dengan bahan tambang batu
gamping.
(4) Kawasan peruntukan pertambangan batuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdapat di:
a. Kecamatan Belang dengan bahan tambang sirtu,
andesit, dan batu;
b. Kecamatan Ratatotok dengan bahan tambang sirtu;
c. Kecamatan Ratahan Timur dengan bahan tambang
lempung, batu apung dan trass;
d. Kecamatan Ratahan dengan bahan tambang lempung
dan trass;
e. Kecamatan Pasan dengan bahan tambang sirtu, batu
kali, dan pasir;
f. Kecamatan Tombatu dengan bahan tambang pasir
vulkanik, dan andesit;
g. Kecamatan Tombatu Timur dengan bahan tambang
trass dan batu;
h. Kecamatan Silian Raya dengan bahan tambang pasir
vulkanik, dan andesit;
i. Kecamatan Touluaan dengan bahan tambang sirtu
dan batu kali; dan
j. Kecamatan Touluaan Selatan dengan bahan tambang
andesit dan sirtu.
(5) Kawasan peruntukan pertambangan rakyat mineral logam
emas terdapat di Kecamatan Ratatotok dan Kecamatan
Touluaan Selatan.

Pasal 31

Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 huruf g, di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara
diperuntukan bagi industri pangan, industri logam dan
elektronik serta industri kimia dan bahan bangunan, yang
terdapat di:
a. Pengembangan industri pangan berada di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara sesuai
karakteristik dan potensi sumber daya di wilayah.
b. Pengembangan industri logam dan elektronik, industri
Kimia dan bangunan berada di Kawasan Kecamatan
Belang dan Kecamatan Ratatotok
c. Pembangunan pabrik semen di wilayah Kecamatan
Ratatotok.
d. Luas kawasan Industri sebagaimana huruf a dan b diatas
diatur lebih lanjut di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten Minahasa Tenggara.
e. Pengembangan industri Mikro kecil dan Menenggah dapat
dikembangkan sesuai karakteristik dan potensi sumber
daya di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara.
f. Pengembangan industri sebagaimana huruf d di atas
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 26 huruf h, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pariwisata Senibudaya;
b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan
c. kawasan peruntukan pariwisata buatan/ Wisata
kuliner.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di:
a. Kecamatan Ratatotok meliputi Musik Bambu; dan
Maengket
b. Kecamatan Pusomaen, meliputi Pesta Labuang Desa
Bentenan, Tenun Tradisional Desa Bentenan, musik
bambu, hadrah dan sambra;
c. Kecamatan Belang, meliputi Kubur Keramat Desa
Borgo, Mandi Sapar, Tari Kiting-Kiting, musik
bambu, hadrah dan sambra;
d. Kecamatan Ratahan, meliputi Pasak Wanua, Musik
Bambu; Batu Koyo; Goa Wanua Tohurang
e. Kecamatan Ratahan Timur, meliputi Gereja Tua Desa
Wioi, Tari Salak Desa Pangu, Musik Bambu, Tari
Maengket Desa Wioi
f. Kecamatan Pasan, meliputi Kubur Raja Bantik Desa
Liwutung, Musik Bambu;
g. Kecamatan Tombatu, meliputi Lesung Batu Ratu Oki
Desa Kali, Musik Bambu;
h. Kecamatan Tombatu Timur, meliputi Musik Bambu;
Maengket; Korgaya, cakalele
i. Kecamatan Tombatu Utara, meliputi Musik Bambu;
Maengket; Korgaya, cakalele
j. Kecamatan Silian Raya, meliputi Musik Bambu;
k. Kecamatan Touluaan, meliputi Musik Bambu; dan
l. Kecamatan Touluaan Selatan, meliputi Musik
Bambu.
(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hururf b, terdapat di:
a. Kecamatan Ratatotok, meliputi Kawasan Pantai
Lakban, Bukit Pengharapan, Pantai Montoi, Goa
Alam desa Soyoan, Teluk Buyat, Taman Laut Teluk
Totok, Pantai Wisata Pulau Hogou, Pantai Wisata
Gemilang; Pulau Racun
b. Kecamatan Pusomaen, meliputi Pantai Bentenan,
wisata bahari Taman Laut Tumbak, Hutan Bakau,
Tanjung Merah dan pulau – pulau kecil lainnya;
c. Kecamatan Belang, meliputi Pantai Hais, Teluk
Borgo, Panjat Tebing, Kawasan Pulau Keramat;
Sumur Bajo, Pulau Bohoi Besar, Pulau Bohoi Kecil
dan Pulau Sangkeles.
d. Kecamatan Ratahan meliputi Gunung Manimporok,
Air Konde Kelurahan Wawali Pasan; Danau Lumpias.
Danau Kinawakan
e. Kecamatan Ratahan Timur, meliputi Hutan Lindung
Gunung Potong dan Wisata Buah Salak Desa pangu;
f. Kecamatan Pasan, meliputi Air Terjun Desa Poniki,
Danau Mongawo Desa Liwutung;
g. Kecamatan Tombatu, meliputi Danau Bulilin Desa
Kali dan Batu Lesung Ratu Oki desa kali
h. Kecamatan Tombatu Timur, meliputi Kolam Desa
Molompar Raya, Danau Nanauan dan Kawasan
Persawahan sebagai kawasan Agro Wisata;
i. Kecamatan Silian Raya, meliputi Gunung Soputan
Desa Silian; dan
j. Kecamatan Touluaan, meliputi Air Panas Kelewaha
dan Danau Kawelaan Desa Lobu,
k. Kecamatan Tombatu Utara, Desa Kuyanga meliputi
Air Terjun
l. Di kawasan lainnya yang memiliki potensi
pengembangan objek wisata alam.
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di:
a. Kecamatan Ratahan, meliputi wisata kuliner
Akenbuku;
b. Kecamatan Ratahan Timur, meliputi wisata kuliner
Dodol Salak Desa Pangu, Dodol Nenas Desa Wioi, dan
Gula Aren Desa Pangu; dan
c. Kecamatan Tombatu, meliputi wisata kuliner Rumah
Makan Terapung Danau Bulilin, dan Mie Gado-gado.
d. Kecamatan Touluaan meliputi wisata kuliner
Sopulut.
e. Disemua Kecamatan yang memiliki potensi
pengembangan sesuai spesifikasi/kekhasan tempat.

Pasal 33

Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 26 huruf i, meliputi:
a. pembangunan yang mengacu pada tingkat kepadatan
bangunan, terdiri atas:
1. permukiman dengan tingkat kepadatan sedang (50 –
150 rumah per hektar), meliputi wilayah Kecamatan
Ratahan, Ratahan Timur, Ratatotok, Belang, dan
Tombatu; dan
2. permukiman dengan tingkat kepadatan rendah (< 50
rumah per hektar), meliputi wilayah Kecamatan
Pusomaen, Pasan, Tombatu Timur, Tombatu Utara,
Silian Raya, Touluaan, dan Touluaan Selatan.
b. pembangunan dan pengembangan permukiman baru,
terdiri atas:
1. pembangunan dengan konsep LISIBA BS
(Lingkungan Siap Banguan Berdiri Sendiri) akan
dikembangkan di wilayah Kecamatan Ratahan,
Tombatu, Belang, dan Ratatotok; dan
2. pembangunan dengan konsep intensifikasi atau
pengembangan permukiman baru yang terbatas akan
dikembangkan dengan memanfaatkan lahan-lahan
yang belum terbangun pada kawasan perkotaan akan
dikembangkan di wilayah Kecamatan Ratahan Timur,
Pusomaen, Pasan, Tombatu Utara, Tombatu Timur,
Silian Raya, Touluaan, dan Touluaan Selatan.

Pasal 34

Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 huruf j, terdiri dari atas:
a. kawasan pelatihan TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang
berlokasi di Gunung Potong di Kecamatan Ratahan Timur;
b. kawasan strategis TNI AD yaitu kawasan Markas
Komando Distrik Militer (Kodim) di Ibukota Kabupaten
dan kawasan Markas Komando Rayon Militer (Koramil)
yang berkedudukan di setiap kecamatan;
c. kawasan untuk Pos TNI Angkatan Laut (TNI AL) pada
kawasan pesisir yang terdapat di wilayah Kecamatan
Belang, Ratatotok, dan Pusomaen;
d. kawasan markas kepolisian pada setiap kawasan yang
dinilai memiliki tingkat kestrategisan tinggi dalam
mempertahankan stabilitas dan keamanan di wilayah
Kabupaten Minahasa Tenggara, seperti Markas Kepolisian
Resort (Polres) di Ibukota Kabupaten, Markas Kepolisian
Sektor (Polsek) di seluruh wilayah kecamatan serta
pembangunan Markas Sub Detasemen (Subden) Brigade
Mobil (Brimob) di Kecamatan Ratatotok, serta
pembangunan pos-pos polisi (Pospol) di wilayah tertentu
seperti objek vital, bandara, pelabuhan, terminal serta
fasilitas lainnya yang membutuhkan pengamanan pihak
kepolisian;
e. kawasan pusat olahraga berstandar internasional yang
akan dikembangkan terpusat di wilayah kecamatan
Ratahan, Belang, Pasan dan Ratatotok;
f. kawasan lembaga pemasyarakatan (lapas) di Kecamatan
Ratahan;
g. kawasan pusat pengembangan olahraga air dan juga
merupakan bagian dari pengembangan wisata bahari di
wilayah Kecamatan Ratatotok dan Kecamatan Belang;
h. kawasan pusat pengembangan kesehatan yang berupa
Rumah Sakit berstandard internasional di wilayah
Kecamatan Ratahan;
i. kawasan pusat pengembangan pendidikan tinggi di
wilayah Kecamatan Ratahan;
j. kawasan/lokasi pembangunan dan pengembangan
menara-menara/tower penangkal petir yang tersebar
diseluruh wilayah kabupaten yang rawan terhadap petir
berdasarkan hasil kajian khusus;
k. Lokasi Sekolah Pelayaran di Kecamatan Belang dan
sekitarnya sesuai dengan potensi kewilayahannya;
l. lokasi Sekolah Pertambangan di Kecamatan Ratatotok;
m. pengembangan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di
Kecamatan Ratatotok;
n. lokasi Rumah Sakit Umum Daerah di Kecamatan Tombatu
Timur;
o. pengembangan Puskesmas Rawat Inap di Kecamatan
Silian Raya, Kecamatan Ratahan Timur dan Kecamatan
Tombatu;
p. pembangunan laboratorium kesehatan di kecamatan
Ratahan;
q. kawasan pusat pengembangan pendidikan kesehatan di
wilayah Kecamatan Ratahan, Kecamatan Pasan dan
Kecamatan Tombatu Timur;
r. kawasan Pusat Pemerintahan di Kecamatan Ratahan;
s. kawasan Pusat Pengembangan Pendidikan Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sederajat
tersebar di seluruh Kecamatan;
t. lokasi pengembangan pusat penanganan pemadam
kebakaran di wilayah Kecamatan Ratahan, Belang, dan
Tombatu;
u. kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) akan
dikembangkan di setiap wilayah kecamatan yang akan
dipadukan dengan pengembangan RTH pada masing-
masing kawasan tersebut;
v. lokasi pengembangan pentas budaya/teater di wilayah
Ibu Kota Kabupaten Minahasa Tenggara.
w. tempat Pelelangan Ikan terdapat di Kecamatan Pusomaen,
Kecamatan Belang dan Kecamatan Ratatotok;
x. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung di Wilayah
Kecamatan Belang dan sekitarnya; dan
y. lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) dan sejenisnya tersebar di seluruh
kecamatan se Kabupaten Minahasa Tenggara sesuai
dengan potensi dan kebutuhan serta lokasi pembangunan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) dan Solar
Packed Dealer Nelayan (SPDN) di lokasi tertentu sesuai
kebutuhan.

BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 35

(1) Kawasan strategis yang ada di wilayah kabupaten


Minahasa Tenggara, terdiri dari:
a. kawasan strategis provinsi; dan
b. kawasan strategis kabupaten.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta
dengan skala ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36

Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Minahasa


Tenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf
a, terdiri atas :
a. kawasan koridor pantai selatan meliputi wilayah pesisir
Kecamatan Pusomaen, Belang dan Ratatotok, yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
b. kawasan DAS yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten
yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 37

(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya;
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam;
d. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan strategis pusat pemerintahan dan pendidikan
di Kecamatan Ratahan;
b. kawasan pusat perdagangan dan jasa di wilayah
Kecamatan Ratahan yang ditetapkan sebagai PKW;
c. kawasan pusat pengembangan industri perikanan
untuk menunjang pengembangan Minapolitan di
kawasan pesisir pantai Pusomaen, Belang, dan
Ratatotok; dan
d. kawasan pusat pengembangan industri pertanian di
Kecamatan Ratahan Timur, Pasan, Tombatu, Tombatu
Timur, Tombatu Utara, Silian Raya, Touluaan, dan
Touluaan Selatan, sesuai dengan potensi unggulan
dari masing-masing wilayah.
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Kawasan Budaya Batulesung, Ratu Oki, Kali, di
Tombatu;
b. Kawasan Kubur Raja Bantik Kecamatan Ratahan;
c. Kawasan Budaya Pesta Adat Labuang Bentenan
Kecamatan Pusomaen;
d. Kawasan Sport Centre di Kecamatan Ratahan, Pasan,
Belang dan Ratatotok; dan
e. Kawasan strategis pariwisata bahari yang berlokasi di
Bentenan, Hais, Lakban; pariwisata tirta yang
berlokasi di Air Konde Danau Lumpias.
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sumber daya
alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. Kawasan strategis DAS Molompar sebagai sumber
energi listrik bagi pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Poniki;
b. Kawasan strategis bendungan dan Daerah Irigasi
Ranombolay yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan air bagi kegiatan pertanian yang mampu
melayani area seluas kurang lebih 1.157 Hektar;
c. Kawasan strategis pengembangan Sumber Mata Air
yang terletak di Kalatin-Ratahan dengan debit kurang
lebih 60 liter per detik serta di Kecamatan Tombatu
Timur, Kecamatan Tombatu Utara, Kecamatan Belang,
Kecamatan Touluaan dan Kecamatan Ratatotok; dan
d. Kawasan strategis Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM) di Sungai Makalu dengan debit air kurang lebih
250 liter per detik dan di Sungai Belang dengan debit
air kurang lebih 200 liter per detik;
(5) Kawasan strategis dari fungsi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas
a. kawasan strategis konservasi kepulauan di
Kecamatan Ratatotok, Belang dan kawasan strategis
konservasi bawah laut di Pulau Batutoli di Ratatotok,
Taman Laut Tumbak, dan Pantai Bentenan di
Kecamatan Pusomaen;
b. kawasan Pantai Lakban dan Teluk Buyat di
Kecamatan Ratatotok;
c. kawasan strategis konservasi pulau Kepulauan di
Kecamatan Ratatotok, Belang dan Pusomaen;
d. kawasan strategis gunung berapi Soputan di
Kecamatan Ratahan, Pasan, Ratahan Timur, Silian
Raya, Tombatu, Tombatu Timur, Tombatu Utara dan
kecamatan Touluaan;
e. Kawasan strategis Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumput Tinja (IPLT)
kabupaten yang berlokasi di Kecamatan Ratahan,
Kecamatan Belang dan kecamatan lainnya sesuai
kebutuhan.
f. kawasan strategis sungai di Tababo dan Kalait
(pemanfaatan sumber daya air untuk situ atau danau
buatan sebagai sumber air irigasi dan perikanan
darat); dan
g. kawasan Danau Bulilin di wilayah Kecamatan
Tombatu.

Pasal 38

(1) Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Minahasa Tenggara disusun Rencana Rinci
Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten.
(2) Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 39

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada


rencana struktur ruang dan pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan
melalui penyusunan dan pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang
disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 40

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 39 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi
program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah


Kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :


a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 42

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a
digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah
dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
sekitar sistem prasarana wilayah, terdiri atas :
1. kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. kawasan sekitar prasarana energi;
3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air;
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut
di dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 43
(1) Perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang
dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan
rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini;
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan kewenangannya; dan
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 44

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di


Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin lingkungan; dan
e. izin mendirikan bangunan;
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan e diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 45

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi
pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan
pengenaan disinsentif;
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini; dan
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang
perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam


pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat; dan
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan
oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 47

(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), terdiri atas:
a. ketentuan umum insentif sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. pemberian keringanan atau penundaan pajak (tax
holiday) dan kemudahan proses perizinan;
2. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh
pemerintah untuk memperingan biaya investasi
oleh pemohon izin;
3. pemberian kompensasi terhadap kawasan
terbangun lama sebelum rencana tata ruang
ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta
dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan; dan/atau
4. pemberian kemudahan dalam perizinan untuk
kegiatan yang menimbulkan dampak positif.
b. pemberian insentif khusus ditujukan pada pola
ruang tertentu yang dinilai harus didorong
pemanfaatannya, meliputi :
1. kawasan perikanan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap
dan darat;
2. kawasan wisata dalam upaya mempertahankan
kelestarian lingkungan alami dan menjaga
pelestarian budaya tradisional daerah dan
peninggalan bersejarah yang ada; dan
3. kawasan pertanian untuk mengoptimalkan
pemanfaatan ruang guna peningkatan
pendapatan masyarakat dan pendapatan asli
daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
insentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 48

(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2), terdiri
atas :
a. ketentuan pemberian disinsentif meliputi :
1. pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan
yang berlokasi di daerah yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan
komersial, daerah yang memiliki tingkat
kepadatan tinggi;
2. penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna
usaha, hak guna bangunan terhadap kegiatan
yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi;
3. peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah
yang tidak dipacu pengembangannya, atau
pengembangannya dibatasi; dan
4. penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang
budidaya yang akan dilakukan di dalam kawasan
lindung.
b. pemberian disinsentif khusus ditujukan pada pola
ruang tertentu yang dinilai harus dibatasi dan/atau
dikendalikan pemanfaatannya, meliputi :
1. kawasan hutan lindung;
2. kawasan sempadan pantai, danau, sungai, dan
mata air; dan
3. kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana
gunung berapi, longsor, gempa, gelombang
pasang/tsunami; dan banjir.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 49

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41


ayat (2) huruf d merupakan acuan bagi pemerintah
daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada
pelanggar pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
struktur ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan
prosedur yang tidak benar.

Pasal 50

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 49 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf
f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (2) huruf c dikenakan sanksi administratif
berupa :
a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 51

(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap


rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a, b dan c yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta
Rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana pejara
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Pasal 52

(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai


dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan oleh
pejabat berwenang berdasarkan RTRW Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf d,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus
Juta Rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana pejara
paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Miliar
Rupiah).

Pasal 53

Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan


dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (2) huruf e, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah).

Pasal 54

Setiap orang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang


oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf f,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus Juta
Rupiah).

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 55

(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama


antar wilayah, dibentuk Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati.
BAB X
PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 56

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah,


masyarakat berhak:
a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai
ruang sebagai akibat dari penataan ruang;
d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang
merugikan; dan
f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan
tata ruang.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 57

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah


meliputi:
a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang diberikan; dan
c. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum.

Pasal 58

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan


ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 57
dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria,
kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan
masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan
sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung
lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur
pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan
ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 59

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan


antara lain melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 60

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


59 pada tahap perencanaan tata ruang dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. penentuan arah pengembangan wilayah;
2. potensi dan masalah pembangunan;
3. perumusan rencana tata ruang; dan
4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana
tata ruang; dan
c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau sesama unsur masyarakat.

Pasal 61

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat


berupa:
a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai
dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan
ruang;
c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian,
dan/atau dana dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;
d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan
ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau dan pihak
lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian
tujuan penataan ruang;
f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan dan SDA;
g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau
pihak lain apabila kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan merugikan.

Pasal 62

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan


ruang dapat berupa:
a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang
telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan
minimal di bidang penataan ruang;
c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang
dalam hal menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan
adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal
dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan ruang;
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik
yang dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
dan
e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang
berwenang.

Pasal 63

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat


disampaikan secara langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat disampaikan kepada bupati; dan
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga dapat disampaikan melalui unit kerja terkait yang
ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 64

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah


daerah membangun sistem informasi dan dokumentasi
penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.

Pasal 65

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan


ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 66

(1) RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud dilengkapi


dengan lampiran berupa buku Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013 –
2033 dan album peta skala 1:50.000; dan
(2) Buku RTRW Kabupaten Minahasa Tenggara dan album
peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 67

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Minahasa Tenggara adalah 20 (dua puluh) tahun dan
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar dan/atau
perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan
nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh
Menteri Kehutanan terhada bagian wilayah Kabupaten
Minahasa Tenggara yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat Peraturan Derah ini ditetapkan,
rencana dan album peta disesuaikan dengan peruntukan
kawasan hutan berdasarkan hasil penetapan Menteri
Kehutanan.
(5) Pengintegrasian peruntukan kawasan hutan berdasarkan
penetapan Menteri Kehutanan ke dalam RTRW Kabupaten
Minahasa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 68

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua


peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan
ruang Daerah yang telah ada dinyatakan berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan
telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan
sampai izin terkait habis masa berlakunya dan
dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya
dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan
dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang
timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut
dapat diberikan penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan
penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan
tanpa izin ditentukan sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah
ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai