Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan suatu derajat kesehatan
yang perlu ditingkatkan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan guna menurunkan
angka kematian ibu dan bayi serta mengupayakan untuk penyelamatan dari separuh ibu
bersalin dengan infeksi serta perdarahan yang disertai penyulit pada proses persalinan
(Saleha, 2009).
Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) pada tahun (2011), Angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sangatlah tinggi dibandingkan
dengan negara tetangga. Hal ini dikarenakan persalinan masih banyak yang dilakukan
dirumah. Sementara itu, salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) pada
tahun 2030 yaitu terjadi penurunan angka kematian ibu dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi ( AKB) menjadi prioritas dalam
peningkatan status kesehatan ibu dan anak.
Oleh karna itu, sangatlah penting di tingkatkan untuk menunjang status kesehatan
pada ibu post partum. Terutama pada ibu post partum dengan anemia. Angka kematian
pada ibu post partum dengan anemia disebabkan karna infeksi ataupun perdarahan
sehingga dapat memicu terjadinya anemia, namun dapat diatasi dengan menjaga nutrisi
ibu post partum dengan resiko tinggi untuk memberikan pertolongan pertama dalam
pencegahan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia (Sukarni & wahyu, 2013).
Post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan normal (sebelum hamil) yang berlangsung
dalam waktu enam minggu (Sulistyawati, 2009). Menurut Hikmah & Yani, (2015), pada
postpartum normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih 200 ml.
Episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100 ml dan kadang lebih banyak lagi. Akan
tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih kecil dapat menimbulkan
akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis. Menurut Hasanah, ( 2014 )
perdarahan pada post partum disebabkan oleh beberapa faktor salah satu faktor
resiko terjadinya perdarahan yaitu anemia. Resiko perdarahan akan meningkat pada ibu
postpartum dengan anemia berat, dimana ibu yang menderita anemia menyebabkan
uterus akan kekurangan oksigen, glukosa, nutrisi esensial dan cenderung bekerja tidak
efesien. Apabila jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang menyebabkan otot- otot
uterus pun tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atoni auteri yang
mengakibatkan perdarahan pada postpartum sehingga berlanjut ke anemia.
Menurut Kusniandani & Adila pada tahun (2015) anemia pada ibu post partum
didefinisikan sebagai suatu komplikasi yang dapat terjadi setelah melahirkan karna kadar
hemoglobin yang kurang dari normal yang dapat menyebabkan kehilangan zat besi dan
berpengaruh dalam proses laktasi. Rendahnya suplai oksigen yang dibawa hemoglobin
didalam sel darah merah pada tubuh, mengakibatkan terganggunya fungsi masing –
masing sel tubuh, seperti premature, kecacatan, cadangan besi kurang, syok, serta
perdarahan postpartum dengan kendala partus lama karna inersia uteri, infeksi baik
inpartum maupun postpartum (Manuaba, 2010 ).
Dimana kejadian anemia di Indonesia pada umumnya 50% disebabkan oleh kekurangan
zat besi, sedangkan sisanya akibat kekurangan asam folat dan kekurangan vitamin B12
(Wardoyo, 2014 :32).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada ibu post partum dengan Anemia

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan anemia.
2. Tujuan khusus
 Melakukan pengkajian tentang asuhan keperawatan maternitas pada ibu post
partum dengan anemia
 Menetapkan dianosa keperawatan pada asuhan keperawatan maternitas pada
ibu post partum dengan anemia
 Menyusun perencanan asuhan keperawatan maternitas pada ibu post partum
dengan anemia
 Melaksanakan tindakan keperawatan maternitas pada ibu post partum dengan
anemia
 Melakukan evaluasi pada keperawatan maternitas pada ibu post partum
dengan anemia
D. Manfaat penulisan
1. Teoritis
Sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pola pikir dan pemahaman
penulis dalam penelitian terhadap pemberian asuhan keperawatan pada ibu
postpartum dengan anemia
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang ibu post partum atas
indikasi anemia dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang nutrisi
melalui pendidikan kesehatan dan tindakan cara pencegahan pada ibu post partum
dengan anemia.
b. Bagi klien
Klien dapat menerima asuhan keperawatan secara kompherenshif mancakup bio
psikoso spiritual khususnya pada asuhan keperawatan ibu post partum dengan
anemia serta menambah pengetahuan dan wawasan agar klien dapat merubah pola
hidup yang lebih baik melalui pendidikan kesehatan dan cara pencegahan anemia
agar terhindar dari masa post partum dengan indikasi anemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Nifas
Pengertian Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil) karena masa nifas berlangsung selama kurang lebih dalam waktu 6 minggu atau
selama 42 minggu (Dewi & Sunarsih, 2011). Puerpurium adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan
pasca persalinan yang berkualitas harus diselenggara pada masa itu dan memenuhi
kebutuhan ibu (Dewi, 2011). Menurut WHO (2014) postpartum normal adalah :
postpartum atau persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal
persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Dari seluruh persalinan
didapatkan lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal dan sekitar 15-20% terjadi
komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO pada tahun (2014) menyatakan bahwa hanya
5% - 10% saja yang membutuhkan seksio sesarea. Namun kenyataanya, menurut sensus
survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) pada Tahun 2007 bahwa kematian ibu
penyebab utama adalah komplikasi karena partus lama insiden ini menyebabkan
persalinan sering berlangsung di tengah proses persalinan dengan tindakan.

Tahapan Masa Nifas Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010 ) Nifas dibagi menjadi
3 tahap :
a. Puerpurium Dini Masa dimana kepulihan ibu setelah diperbolehkan berdiri dan
berjalanjalan. Dan dalam beragama islam dianggap telah bersih dan diperbolehkan
berkerja setelah 40 hari.
b. Puerpurium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang selang
waktu lamanya 6 - 8 minggu.
c. Remote Puerpurium Masa dimana waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau selama persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulan bahkan tahun tahun.

2. Anemia
a. Anemia post partum di definisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl.
Meskipun wanita hamil dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi haemoglobin
biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum melahirkan. Hal ini di perburuk dengan
kehilangan darah saat melahirkan dan pada masa nifas.
Pengertian Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh yg
membutuhkan nya (Tarwoto & Wartonah, 2008). Anemia adalah penurunan kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit atau menghitung eritrosit (red cell account) yang akan
berakibatkan pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. (Sudoyo
aru, dalam Nurarif & Kusuma, 2015).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal yang biasa di kenal dengan kurang darah. Berkurang nya sel darah
matang yang membawa oksigen ke seluruh tubuh jaringan yang dijalankan oleh
protein yang disebut hemoglobin (Hb) dengan ambang normal 11,5 - 16,5 gr/dl untuk
perempuan dan 12,5 gr/dl – 18,5 gr/dl untuk laki-laki (Suryoprajogo, 2009). Menurut
Ayahbunda, (2013) anemia pada post partum merupakan komplikasi yang sering
dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa persalinan, dimana salah satu
penyebab utamanya adalah infeksi. Terutama bagi ibu bersalin yang mengalami
perdarahan saat persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya
menderita anemia sejak masa kehamilan. Menurut Suprianti, (2010) dalam penelitian
Wahyuningsih, (2014) terdapat hubungan antara konsumsi makanan yang
mengandung banyak protein dan sayuran hijau serta istirahat yang cukup pada ibu
nifas dengan anemia ringan dengan pemeriksaan hemoglobin awal 9,7 gr/dl
meningkat menjadi 11,7 gr/dl. Menurut Diana, (2008) dalam penelitian
Wahyuningish, ( 2014) terdapat hubungan antara diet tinggi kalori tinggi protein serta
KIE tentang nutrisi ibu nifas pada ibu postpartum yang mengalami anemia ringan dari
pemeriksaan Hb awal 9,6 gr/dl menjadi 11,6 gr/dl.
b. Karakteristik Anemia
a) Anemia Aplastik Merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam
bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan
sum-sum tulang.
b) Anemia Defisiensi Besi Ialah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
c) Anemia Megaloblastik Anemia yang ditandai dengan adanya megaloblast dalam
sum sum tulang, dimana maturasi pada sitosplasma normal tetapi intinya besar
dengan susunan kromosom yang longgar.
d) Anemia Hemolitik Anemia ini disebabkan oleh hemolisis yaitu pemecahan
eritrosoit dalam pembuluh darah yang belum waktunya.
e) Anemia Sel Sabit Merupakan anemia yang disebabkan oleh pewarisan dua
salinan gen hemoglobin detektif, dari masing maisng orangtua. ( Handayani &
Sulystyo, 2008).
B. Etiologi
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia post partum yang
di sebabtkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama
kehamilan dan persalinan. Anemia post partum berhubungan dengan lamanya perawatan
di rumah sakit, depresi, kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat.
Berdasarkan Nanda Nicnoc, (2015) Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri
(disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlyng
disease), pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan) yang bisa terjadi pada postpartum
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2008 )

a. Genetik
o Hemoglobinopati
o Thalasemia
o Abnormal enzim glikolitik
o Fanconi anemia
b. Nutrisi
o Defisiensi besi, defisiensi asam folat
o Defisiensi cobal, vitamin B12
o Alkoholis, kekurangan nutrisi / malnurisi
c. Perdarahan
d. Imunologi
e. Infeksi
o Hepatitis
o Cytomegalovirus
o Parvovirus
o Clostridia
o Sepsis gram negative
o Malaria
o Toksoplasmosis
f. Obat obatan atau zat kimia
o Agen kemotherapi
o Anticonvulsant
o Antimetabolis
Menurut Biecan (2008) Terdapat patosifiologi anemia yaitu perdarahan sehingga
kekurangan unsur zat besi, intake kurang misalnya, menu jelek klien muntah terus
menerus dan kebutuhan zat besi meningkat akibat perdarahan.

3. Tingkatan anemia
Menurut ( Handayani &Sulystyo, 2008) :
a) Anemia ringan sekali Dimana kadar hemoglobin ( Hb) 10g/dl – 13 gr/dl
b) Anemia ringan Dimana kadar hemoglobin (Hb) 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c) Anemia sedang Dimana kadar hemoglobin (Hb) 6 gr/dl

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nicnoc (2015) :
a. Manifestasi klinis yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Cepat lelah
8) Prestasi kerja fisik / pikiran menurun

Tergantung dari derajat berat atau tidaknya anemia, hal ini dapat berdampak
negatif bagi ibu selama masa nifas, kemampuan untuk menyusui, p[erawatan di
rumah sakit bertambah, dan perasaan sehat dari ibu.

Masalah yang muncul kemudian seperti pusing,lemas,tidak mampu merawat dan


menjaga bayinya selama masa nifas umumnya terjadi.

Penelitian menunjukan bahwa wanita dengan anemia post partum memiliki gejala
yang dapat mengganggu kondisi kesehatan ibu dan meningkatkan resiko terjadinya
depresi post partum jika di bandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

b. Gejala khas masing masing anemia


1) Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
2) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada
anemia hemolitik
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan

Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara pembuluh darah
spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung
Manifestasi khusus pada anemia :

1) Defisiensi besi spoon nail, glositis


2) Defisiensi B12: Paresisi, ulkus di tungkai
3) Hemolitik : ikterus, splenomegali
4) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

5. Pengaruh anemia
Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang
mudah terjadi infeksi mamae ( prawirohardjo,2005).

6. Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu nifas


Faktor dasar :
 Faktor ekonomi
 Faktor pengetahuan
 Faktor pendidikan
 Faktor budaya

Faktor langsung

 Penyakit infeksi
 Perdarahan

Faktor tidak langsung

 Paritas
 Umur

7. Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap anemia meliputi pemberian preparat besi secara oral, besi
parenteral, transfusi darah dan pilihan lainnya yaitu rHuEPO (rekombinan human
erythropoietin).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN ANEMIA

1. Pengkajian
a. Aktivitas
 Keletihan, kelemahan, malaise umum.
 Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
 Toleransi terhadap latihan rendah.
 Kebutuhan untuk istrahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi
 Riwayat kehilangan darah kronis
 Palpitasi
 CRT lebih dari 2 detik
c. Integritas Ego
 Cemas, gelisa, ketakutan
d. Eliminasi
 Konstipasi
 Sering kencing
e. Makanan/cairan
 Nafsu makan menurun
 Mual/muntah
f. Nyeri/kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
g. Pernapasan
Napas pendek pada saat istrahat maupun aktivitas
h. Seksual
 Dapat terjadi pendarahan per vagina
 Pendarahan akut. Sebelumnya
 Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutri kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai
anemia.
3. Rencana Keperawatan

No Dx kep Tujuan Intervensi


1. Perubahan Tujuan : 1. Tentukan keadekuatan
nutrisi Setelah dilakukan asuhan kebiasaan asupan nutrisi
kurang dari keperawatan selama 3x24 dulu/sekarang dengan
kebutuhan jam di harapkan kebutuhan menggunakan batasan 24
b/d nutri klien terpenuhi jam.
mual,muntah Kriteria Hasil : R : kesejahteraan janin dan
 Berat badan klien dalam ibu tergantung pada nutrisi
batas normal ibu selam kehamilan
 Klien tidak mengalami sebagaiman selama 2 tahun
mual muntah sebelum kehamilan
 Klien tidak mununjukan 2. Dapatkan riwayat kesehatan
penurunan nafsu makan ; catat usia ( khususnya
kurang dari 17 tahun,lebih
dari 35 tahun).
R : remaja dapat cenderung
malnutrisi/anemia,dan klien
lansia mungkin cenderung
obesitas/diabetes
3. Pastikan tingkat
pengetahuan tentang
kebutuhan diet.
R : menentukan kebutuhan
belajar khusus
4. Tinjaulang frekuensi dan
beratnya mual muntah
2. Intoleransi Tujuan : setelah di berikan 1. Jelaskan alasan perlunya
aktivitas b/d asuhan keperawatan selama tirah baring,penggunaan
ketidak 3x24 jam di harapkan klien posisi rekumben lateral
seimbangan dapat beraktivitas dengan kiri/miring. Dan penurunan
antara baik aktivitas
kebutuhan Kriteria hasil : R : Tindakan ini di tunjukan
dan suplai  Nadi dan tekatan darah untuk mempertahankan janin
oksigen. dalam batas normal jauh dari serviks dan
( nadi 60-100x/menit. meningkatkan perfusi uterus.
TD 90/60-140/90 Tirah baring dapat
mmHg) menurunkan peka
 Klien tidak mengeluh rangsangan uterus.
lelah dan lemah 2. Berikan tindakan
kenyamanan seperti gosokan
punggung, perubahan posisi,
atau penurunan stimulus
dalam ruangan
R : Menurunkanb tegangan
otot dan kelelahan serta
meningkatkan rasa nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada
klien secara bertahap (aktif
dan pasif)
3. Kurang Tujuan : setelah di berikan 1. Kaji kesiapan klien untuk
pengetahuan asuhan keperawatan selama belajar
b/d 3x24 jam di harapkan 2. Libatkan orang terdekat
keterbatasan pengetahuan klien dalam proses belajar-
pengetahuan mengenai anemia menjadi mengajar
mengenai adekuat. 3. Berikan informasi tentang
anemia. Kriteria hasil : perawatan tindakan lanjut.
 Dapat menjelaskan
kembalimengenai
pengertian anemia
 Dapat mengkuti
instruksi dan prosedur
perawat
 Dapat menunjukan
prilaku kesehatan yang
positif untuk
menanggulangi anemia.

4. Evaluasi
1) Kebutuhan nutrsi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2) Klien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lelah dan lemah
3) Pengetahuan klien mengenai anmeia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan
dan prosedur perawat.

Anda mungkin juga menyukai