Anda di halaman 1dari 3

I.

Introduction
Sungguh mengejutkan sekarang ini penyakit yang disebut silent killer terus
bertambah jumlah penderitanya. Pola makan dan aktivitas yang buruk pada masyarakat
Indonesia menjadikan salah satu faktor yang menyebabkan silent killer atau hipertensi
itu terjadi. Sebanyak 23,7 % dari 1,7 juta Kematian di Indonesia tahun 2016 disebabkan
karena Hipertensi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah dan jantung yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh.
Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur dan mengalami peningkatan
sebesar 34,1% di tahun 2018 tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Prevalensi hipertensi menurut Nasional Basic
Health Survey pada tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia
18-24 tahun adalah 13,2%, usia 25-34 tahun adalah 20,1%, usia 35-44 tahun 31,6%, usia
45-54 tahun 45,3%, 55-64 tahun 55,2%, usia 65-74 tahun 63.2% dan diatas 75 tahun
sebesar 69,5% Alasan tidak meminum obat hipertensi yang terbanyak adalah merasa
sudah sehat yaitu sebesar 59,8% dan tidak rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
sebesar 31,3%.
Salah satu kepatuhan yang harus ditaati penderita hipertensi adalah makanan
(kepatuhan diet). Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan pada penderita hipertensi. Konseling gizi merupakan salah satu upaya
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga tentang gizi.
Konseling adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk
menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
permasalahan yang sedang dihadapi. Setelah melakukan konseling diharapkan individu
dan keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizinya
termasuk perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan
hidup sehat.
Kami, mahasiswa keperawatan memainkan peran penting saat kami
mempraktikkan konsep yang kami pelajari tentang keperawatan kesehatan komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas berpusat pada individu dan keluarga. Dengan berbagai
intervensi yang diberikan kepada mereka, satu tujuan umum adalah agar keluarga
menjadi mandiri. Petugas kesehatan ingin menekankan bahwa mereka harus menawarkan
komitmen mereka serta dukungan penuh mereka kepada sesama anggota agar mereka
dapat memperoleh kesehatan yang baik. Kami memutuskan untuk memilih Mayor
keluarga sebagai fokus studi kami.

Secara khusus, keperawatan kesehatan komunitas bertujuan untuk:


1. Untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan yang terjadi
2. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan komunitas dengan menggunakan
instrumen yang telah disusun
3. Mampu mengolah data hasil pengkajian dengan menerapkan metode-metode statistik
deskriptif
4. Mampu memformulasikan diagnosa keperawatan komunitas sesuai dengan data
5. Mampu menyusun rencana keperawatan komunitas yang sesuai
6. Mampu mengidentifikasi intervensi-intervensi yang sesuai untuk penyelesaian
masalah
7. Mempromosikan pencegahan kesehatan dari kemungkinan terjadinya penyakit.
8. Mendorong keluarga untuk memulai keterampilan pemecahan masalah yang efektif
untuk menjaga kualitas kesehatan dan kehidupan mereka.

Pada kasus ini, kami perawat komunitas mendapatkan data dari pusat kesehatan
masyarakat bahwa di Rukun Warga 02 tepatnya di Rukun Tetangga 3 sebanyak 67
keluarga yaitu 235 orang mayoritas menderita hipertensi. Untuk itu perawat pusat
kesehatan masyarakat bekerja sama dengan kader melakukan intervensi lebih lanjut pada
Rukun Tetangga tersebut tepatnya pada satu keluarga yaitu pasangan suami istri yang
menderita hipertensi dengan dua orang anaknya.

Anda mungkin juga menyukai