Ke seberang lagi, lalu ke seberang lagi Tak berhenti di situ, aku pergi ke seberang sekali lagi Siapa yang tahu, tidak ada yang tahu Kalau aku tak ke seberang lagi, ada yang mencuri ikan kami
Aku sempat ragu
Sudah berkemas, masuk-masuk baju Bapak itu ada lagi Kumisnya masih lucu, sikapnya tetap tidak RAGU RAGU PULANG! Kaget sekali lagi. Tidak jadi ragu. Tidak jadi pulang. Sekali lagi-aku ke seberang
Di seberang aku lihat kehidupan.
Kehidupan ditebang, diikat, mau dibawa ke seberang jauh Mereka pikir ia akan tetap hidup Maka tak akan kubiarkan hal itu terjadi. Yang mau bawa, aku teriaki “RAGU-RAGU PULANG!” Aku teriak, sembari sedikit ragu-bisa saja aku mati. Tapi mereka ragu. Mereka yang pulang. ke rumah mereka yang hanya sebesar kamar kos. dengan pintu besi.
Di seberang yang lain, aku lihat mereka datang.
Datang, bukan pergi Bawa sesuatu. Kalau sesuatu itu masuk, tetanggaku tidak makan. Dagangannya tidak laku. Susah dipanen, dibuang mudah di pekarangan Maka aku bilang pada yang datang. Teriak juga. Tapi kali ini tidak ragu. “KAMI TIDAK RAGU. TAPI KALIAN. PULANG!” Benar mereka pulang. Aku pergi. Tidak pulang, tapi ke lain seberang.
Di seberang situ, rusak sepatu.
aku mampir beli satu Dia mau kasih gratis, kasih baru Katanya karena kami, dia bisa makan Tidak hanya dia, tapi pekerjanya Tidak hanya pekerjanya, tapi anak-anaknya juga Tidak hanya anak-anaknya, tapi cucu-cucunya juga Tidak hanya cucu, tapi kucing, ayam, dan babinya pun ikut makan Kami bilang tidak usah Semua sudah jadi tugas kami.
Aku mau layar lagi ke seberang.
Tapi surya sudah di barat. Mau jatuh. Sedikit lagi gelap. Maka layarlah aku ke rumah. Kali ini pulang, tapi bukan karena ragu. Aku yakin. Biar anakku nanti yang ke seberang.