Anda di halaman 1dari 2

Bapak itu tegap, bagai macan

Kumisnya saja lucu, tapi sikapnya tidak


Aku dibuatnya kaget
RAGU RAGU PULANG!

Pesan itu aku bawa ke pulau seberang


Ke seberang lagi, lalu ke seberang lagi
Tak berhenti di situ, aku pergi ke seberang sekali lagi
Siapa yang tahu, tidak ada yang tahu
Kalau aku tak ke seberang lagi, ada yang mencuri ikan kami

Aku sempat ragu


Sudah berkemas, masuk-masuk baju
Bapak itu ada lagi
Kumisnya masih lucu, sikapnya tetap tidak
RAGU RAGU PULANG!
Kaget sekali lagi. Tidak jadi ragu.
Tidak jadi pulang. Sekali lagi-aku ke seberang

Di seberang aku lihat kehidupan.


Kehidupan ditebang, diikat, mau dibawa ke seberang jauh
Mereka pikir ia akan tetap hidup
Maka tak akan kubiarkan hal itu terjadi.
Yang mau bawa, aku teriaki
“RAGU-RAGU PULANG!”
Aku teriak, sembari sedikit ragu-bisa saja aku mati.
Tapi mereka ragu. Mereka yang pulang.
ke rumah mereka yang hanya sebesar kamar kos.
dengan pintu besi.

Di seberang yang lain, aku lihat mereka datang.


Datang, bukan pergi
Bawa sesuatu.
Kalau sesuatu itu masuk, tetanggaku tidak makan.
Dagangannya tidak laku. Susah dipanen, dibuang mudah di pekarangan
Maka aku bilang pada yang datang. Teriak juga. Tapi kali ini tidak ragu.
“KAMI TIDAK RAGU. TAPI KALIAN.
PULANG!”
Benar mereka pulang.
Aku pergi. Tidak pulang, tapi ke lain seberang.

Di seberang situ, rusak sepatu.


aku mampir beli satu
Dia mau kasih gratis, kasih baru
Katanya karena kami, dia bisa makan
Tidak hanya dia, tapi pekerjanya
Tidak hanya pekerjanya, tapi anak-anaknya juga
Tidak hanya anak-anaknya, tapi cucu-cucunya juga
Tidak hanya cucu, tapi kucing, ayam, dan babinya pun ikut makan
Kami bilang tidak usah
Semua sudah jadi tugas kami.

Aku mau layar lagi ke seberang.


Tapi surya sudah di barat. Mau jatuh.
Sedikit lagi gelap.
Maka layarlah aku ke rumah.
Kali ini pulang, tapi bukan karena ragu.
Aku yakin.
Biar anakku nanti yang ke seberang.

Anda mungkin juga menyukai