Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KECENDERUNGAN PSIKOSOMATIS DI TENGAH PANDEMI


COVID-19

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5:
1. APRILLIA NURHAYATI P 101 19 167
2. KHAERUNNISYA P 101 19 149
3. JENITA T I TOBONDO P 101 19 161
4. NURUL AMELIA NURDIN P 101 19 155
5. REFLY TESAR MANGOTING P 101 19 173

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah “Kecenderungan Psikosomatis ditengah
Pandemi Covid-19” dapat terselesaikan tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan. Disamping itu kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya sebagai tambahan
ilmu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Azwar Zulkifli, S.KM..,M.Kes


selaku dosen mata kuliah Psikologi Kesehatan, serta pihak–pihak yang telah memberi
dukungan dalam pembuatan makalah ini.

Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading, yang tak retak” kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami minta maaf atas segala
kekurangan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sebagai pembelajaran bagi kami agar menjadi lebih baik kedepannya.

Palu, 25 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Covid-19 3
2.2 Pengertian Psikosomatis 3
2.3 Kecenderungan Terjadinya Psikosomatis Ditengah Pandemi Covid-19 4
2.4 Upaya Pencegahan Terjadinya Psikosomatis 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau
radang paru-paru misterius pada desember 2019. Kasus ini di duga berkaitan
dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging
binatang, termasuk yang tidak biasa di konsumsi, misal ular, kelelawar, dan
berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di
pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar
dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus
sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis
yang mampu menginfeksi manusia sehingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan
MERS, yaitu juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang
tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki
gejalah yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga
mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Kelelawar, ular, dan
berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih dianggap sebagai faktor penyebab
virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/20).
Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID -19 yang
sangat cepat hingga hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen dari
virus Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat hingga
butuh penanganan secepatnya. Sayangnya, hingga kini belum ada obat spesifik
untuk menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19. WHO menyatakan
saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona secara global. Eropa
memiliki lebih banyak kasus kematian akibat COVID-19 dibanding China.

1
Jumlah total kasus virus corona, menurut WHO, kini lebih dari 136 ribu di
sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus
ada di wilayah China daratan. Italia, yang merupakan negara Eropa yang
terdampak virus Corona twrpara, kini tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus.
1.5 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud COVID-19?
2. Apa Pengertian Psikosomatis?
3. Kecenderungan Psikosomatis apa saja yang terjadi di tengah pandemi
COVID-19?
4. Apa saja upaya pencegahan terjadinya Psikosomatis?
1.6 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu COVID-19;
2. Untuk mengetahui pengertian Psikosomatis;
3. Memberitahukan kecenderungan Psikosomatis ditengah pandemi Covid-19;
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya Psikosomatis.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Covid-19
Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menular
pada manusia dan menyerang gangguan system pernapasan sampai berujung
pada kematian (Thalia, 2020). Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai
dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus
ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal
ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Kasus infeksi pneumonia misterius ini
memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-
19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga
terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan
hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga
menjadi penyakit radang paru. Tanda-tanda umum orang terinfeksi virus ini
adalah demam di atas 38˚C, batuk, sesak, dan susah bernapas. Ciri-ciri virus
Corona atau Covid-19 dan gejalanya kebanyakan muncul 2-10 hari setelah
kontak dengan virus. Tapi pada beberapa kasus, ciri-ciri awal dan gejalanya baru
muncul sekitar 24 hari.
Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID-19 yang
sangat cepat hingga hampir tidak ada negara atau wilayah di dunia yang absen
dari virus Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat
sehingga membutuhkan penanganan secepatnya. Namun, sampai saat ini belum
ada obat spesifik untuk menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19.
2.2 Pengertian Psikosomatis
Psikosomatis berasal dari bahasa Yunani psyche yaitu jiwa dan Soma
adalah badan (Atkinson, 1999). Kartini Kartono (1986) mendefinisikan
psikosomatis adalah bentuk macam-macam penyakitfisikyangditimbulkanoleh

3
konflik psikis dan kecemasan kronis. Senada dengan hal tersebut, (Wika &
Yusleny) menyebutkan psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan
faktor kejiwaan dan sosial emosi yang menumpuk serta dapat menimbulkan
guncangan dalam diri seseorang.
Definisi-definisi tersebut, merujuk pada kesimpulan bahwa psikosomatis
adalah penyakit fisik disebabkan oleh tekanan psikologis yang dapat berasal dari
stressor atau sumber stress seperti lingkungan sosial sehingga membentuk
kecemasan yang memengaruhi fungsi tubuh, contohnya stress dapat
menyebabkan magh. Hakim (2004) menjelaskan keluhan psikosomatis dapat
berupa jantung berdebar, sakit maag, sakit kepala, sesak napas, dan lesu.
Psikosomatis erat kaitannya dengan psikososial, teori behavioristik menyatakan
bahwa lingkungan sangat memengaruhi kepribadian individu, saat ini informasi
dapat dijangkau secara mudah dan cepat oleh masyarakat melalui jaringan
internet.
Gangguan psikosomatis merupakan kondisi ketika tekanan psikologis
memengaruhi fungsi fisiologis (somatik) secara negatif hingga menimbulkan
gejala sakit. Hal ini bisa terjadi karena adanya disfungsi atau kerusakan organ
fisik akibat aktivitas yang tidak semestinya dari sistem saraf tak sadar dan
respons biokimia tubuh. Ketika cemas, amygdala, pusat rasa cemas pada otak,
merespons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan. Tubuh
dibuat seolah sedang menghadapi ancaman sehingga selalu siaga. Akibatnya
gejala psikosomatis muncul, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
menciptakan rasa sakit di dada.
2.3 Kecenderungan Terjadinya Psikosomatis Ditengah Pandemi Covid-19
Pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi kesehatan mental
masyarakat umum. Kebijakan pembatasan fisik membikin banyak orang harus
beraktivitas tidak sebagaimana biasanya. Akibat “dirumahkan” banyak
masyarakat mulai merasakan penat. Di tingkat kelompok yang lebih tua,
kebijakan ini juga berdampak pada penurunan kognitif/demensia, menjadikan

4
mereka lebih mudah cemas, marah, stres, dan gelisah. Tekanan psikis masyarakat
semakin berat ketika negara memutuskan melakukan karantina wilayah. Di saat
bersamaan mereka harus menerima informasi meluap dari media sosial, termasuk
laporan soal kekurangan pasokan APD, staf medis, dan kapasitas rumah sakit di
Wuhan.
Semakin hari banyak informasi yang menyebar perihal Covid-19, dari
informasi hoax hingga informasi yang bersifat resmi dan akurat. Keadaan ini
membuat individu merasa cemas dan banyak menimbulkan respon negatif seperti
terobsesi untuk menimbun alat kesehatan hingga dapat berdampak psikosomatis.
Dr. Martina mengatakan kepada Metro (dikutip dari Yasinta, 2020) bahwa sangat
mungkin banyak orang mengembangkan gejala yang mirip dengan virus Corona,
hanya karena kecemasan. Banyaknya informasi yang menjelaskan bahwa Covid-
19 menyebabkan kematian membuat individu merasa cemas yang berlebih.
Kecemasan terhadap kematian yang berlebih akan menimbulkan gangguan
fungsi emosional seperti neurotisma, depresi, dan gangguan psikosomatis (Gina,
dkk, 2017). Dr. Martina juga mengatakan kepada Metro, serangan panik dapat
dengan mudah disalahartikan sebagai permulaan virus Corona. Theory of
somatic weakness menyatakan bahwa psikosomatis dapat terjadi karena organ
secara biologis sudah peka dan lemah. Hal tersebut memberi arti bahwa
psikosomatis akan sering terjad banyak menyerang masyarakat Indonesia seiring
dengan berkembangnya informasi dan kurangnya pengetahuan terhadap hal ini,
terlebih jika individu yang mengalami memiliki organ biologis yang lemah.
Kecenderungan psikosomatis akibat Covid-19 juga dapat diperkuat oleh
pendapat Prawiharjo (1973) yang menyebutkan salah satu jenis psikosomatis
adalah system respiratory (psikosomatis yang sering menyerang saluran
pernapasan), mengingat bahwa Covid-19 juga menyerang sistem pernapasan
manusia, dengan ini jelas bahwa individu yang secara tiba-tiba mengalami sesak
napas belum tentu mengalami gejala Covid, tetapi dapat diklasifikasikan pada
psikosomatis sebagai respon dari ketegangan yang dialami.

5
2.4 Upaya Pencegahan Terjadinya Psikosomatis
Banyaknya informasi yang beredar mengenai virus Corona (Covid-19)
dapat memengaruhi kesehatan mental. Rasa panik, stres, takut kehilangan orang-
orang tercinta, dan perubahan aktivitas adalah beberapa dampak dari
mewabahnya Covid-19. Mengikuti perkembangan informasi tentang virus
Corona penting untuk kewaspadaan. Namun jika terus terpapar informasi, baik
yang terpercaya maupun tidak, akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Orang yang sebelumnya sudah mengalami gangguan mental adalah kelompok
yang mungkin paling rentan terkena dampak psikis dari pandemi ini. Begitu pula
dengan anak-anak dan orang-orang yang turun langsung menangani virus
Corona, khususnya dokter atau tenaga kesehatan. Efek fisik maupun psikologis
yang bisa muncul meliputi rasa takut dan khawatir berlebihan terhadap kesehatan
diri sendiri maupun orang-orang tercinta, perubahan pola tidur dan pola makan,
serta memburuknya masalah kesehatan yang sudah ada. Berikut upaya dalam
mencegah terjadinya psikosomatis:
1. Mencari Sumber yang Terpercaya
Dengan beragam informasi yang kita peroleh sebaiknya kita lebih hati-
hati karena tidak menutup kemungkinan bahwa berita itu tidak benar, dan
menambah rasa panik dan cemas.
2. Menjaga Kesehatan
Di tengah pandemi Covid-19, salah satu hal yang dapat dilakukan agar
lebih tenang adalah menjaga kesehatan. Saat kita merasa tidak menjaga
kesehatan diri dengan cukup baik, akan menimbulkan rasa takut tertular yang
berlebihan.
3. Tetap Berhubugan dengan Keluarga
Kebijakan isolasi telah diberlakukan di beberapa wilayah demi
mencegah penyebaran virus corona, yang membuat kita merasa kesepian.
Dengan tetap memelihara komunikasi bersama keluarga rasa panik, takut, dan
lelah akan berkurang.

6
4. Berpikir Positif
Dengan memberikan sugesti positif pada diri sendiri, lebih berfokus
pada hal-hal baik dan menyenangkan dalam hidup membuat kita lebih merasa
lebih tenang.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menular pada
manusia dan menyerang gangguan system pernapasan sampai berujung pada
kematian (Thalia, 2020).
2. Psikosomatis berasal dari bahasa Yunani psyche yaitu jiwa dan Soma adalah
badan (Atkinson, 1999). Kartini Kartono (1986) mendefinisikan psikosomatis
adalah bentuk macam-macam penyakitfisikyangditimbulkanoleh konflik
psikis dan kecemasan kronis. Senada dengan hal tersebut, (Wika & Yusleny)
menyebutkan psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan faktor
kejiwaan dan sosial emosi yang menumpuk serta dapat menimbulkan
guncangan dalam diri seseorang.
3. Pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi kesehatan mental masyarakat
umum. Kebijakan pembatasan fisik membikin banyak orang harus beraktivitas
tidak sebagaimana biasanya. Akibat “dirumahkan” banyak masyarakat mulai
merasakan penat, menjadikan mereka lebih mudah cemas, marah, stres, dan
gelisah. Tekanan psikis masyarakat semakin berat ketika negara memutuskan
melakukan karantina wilayah dan disaat yang bersamaan mereka harus
menerima informasi meluap dari media sosial, termasuk laporan soal
kekurangan pasokan APD, staf medis, dan kapasitas rumah sakit yang memicu
terjadinya gangguan psikosomatis.
4. Upaya untuk mencegah atau mengurangi psikosomatis yaitu, mencari sumber
yang terpercaya, menjaga kesehatan, tetap berhubugan dengan keluarga, dan
berpikir positif.
3.2 Saran
Saran dari pembuatan makalah ini yaitu, kiranya setiap individu tetap
tenang dalam menghadapi situasi yang terjadi saat ini dengan mewabahnya

8
Covid-19, kita dapat mengganti respon negatif menjadi positif sebagai upaya
untuk meminimalisir terjadinya psikosomatis.

9
DAFTAR PUSTAKA
Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia) . Jurnal
Sosial Humaniora Terapan 2(2): 117-123.
Rachmania, Ana. (2018). Kecenderungan Psikosomatis Pada Remaja yang Tinggal
Di Pondok Pesantren. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel.
Rachmaniyah, A., & Rahayu, S. 2019. Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan
Kecenderungan Psikosomatis Pada Remeja. Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam 9(1): 45-53.
Sari, Dian & Basri, Augustine Sukarlan 2017. Gambaran Kecemasan pada Siswi
yang Mengalami Kesurupan Massal. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Yusuf, Thalia. 2020. Gaya hidup orang percaya berlandaskan Mazmur 91:1-16
dalam menyikapi masalah virus corona (Covid-19) masa kini. Toraja:
Institut Agama Kristen Negeri.

10

Anda mungkin juga menyukai