Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Muhammad Alif Fahrezi


NIM : 010001500287
PK : VII (HukumPemerintahandanPerundang-undangan)
Judul : IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA MEDAN PERIODE 2019-2024
DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

• Latar Belakang

DPRD dan Kepala Daerah mempunyai kedudukan yang sama dan bersifat
kemitraan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, artinya bahwa diantara lembaga pemerintahan
daerah tersebut memiliki kedudukan yang sama atau setara dan tidak saling
membawahi. Negara Republik Indonesia memberikan hak, wewenang, dan
kewajiban kepada setiap pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran masyarakat, serta peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Republik
Indonesia.1
Sebagai suatu bangsa yang merdeka, Negara Indonesia dimana pemerintah di
daerah merupakan bagian integralnya telah memiliki tujuan akhir. Tujuan akhir itu
adalah suatu masyarakat adil dan makmur, materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 2 Kepala
1
Haw. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2005), h. 37.
2
W. Sunindhia, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah, (Jakarta:Bina Aksara,1987), h.3.
daerah dan DPRD dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bantu oleh
perangkat daerah. Dasar utama pembentukan perangkat daerah adanya urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah yang terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Pemerintah daerah dikenal
dengan adanya perangkat daerah dimana perangkat daerah provinsi terdiri atas
secretariat daerah, secretariat DPRD, Inspektorat, dinas dan badan. 3 Sedangkan
untuk perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas secretariat daerah, secretariat
DPRD, Inspektorat, dinas, badan dan kecamatan. 4

Di setiap perangkat daerah tersebut mempunyai hubungan yang saling berkaitan


yang tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan atau pelaksanaan kebijakan
pemerintah daerah yang tentunya harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. DPRD Merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan
berkedudukan sebagai unsure penyelenggaraan pemerintahan daerah. 5 DPRD
kabupaten/kota memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota,


2) Fungsi Pengawasan, dan
3) Fungsi Anggaran.6

Dari ketentuan pasal 149 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah tersebut, DPRD mempunyai fungsi yang salah satunya itu
fungsi pengawasan. Dalam hal pengawasan, DPRD melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan daerah (perda) dan peraturan perundang-
undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah
daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerja sama
internasional di daerah. Kegiatan pengawasan bukan tujuan dari suatu kegiatan

3
Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
4
Pasal 209 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
5
Pasal 1 butir (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
6
Pasal 149 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
pemerintah, akan tetapi sebagai salah satu sarana untuk menjamin tercapainya
tujuan pelaksanaan suatu perbuatan atau kegiatan.

Perbuatan buruk yang dilakukan aparat pemerintah tendensinya akan


menimbulkan kerugian bagi pihak yang terkena perbuatan tersebut. Menyadari
hal ini, negara akan selalu berusaha untuk mengendalikan aparatnya jangan
sampai melakukan perbuatan yang tercela ini. Sehubungan dengan itu, dibuatlah
suatu sistem pengawasan terhadap perbuatan aparat pemerintah dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya perbuatan yang merugikan masyarakat, setidaknya
menekan seminimal mungkin terjadinya perbuatan tersebut. 7 Dalam menjalankan
fungsi pengawasan seyogyanya DPRD memiliki rencana atau agenda
pengawasan meliputi apa, siapa yang akan diawasi, mengapa harus diawasi
serta kapan dan bagaimana pengawasan tersebut dilakukan. Para wakil rakyat
belum memandang pengawasan sebagai proses manajerial dan politik yang
memerlukan langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian. Pengawasan oleh DPRD YANG TIDAK SESUAI RANAH
Pengawasan DPRD Yakni ranah kebijakan dan politik serta tidak terprogram,
akan membawa dampak pada munculnya hal-hal sebagai berikut: 8

a. Ruang lingkup pengawasan DPRD terabaikan;


b. Duplikasi pengawasan dengan lembaga pengawasan lainnya;
c. Kurangnya mutu pengawasan;
d. Pengawasan belum efektif.

7
Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara di
Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2007), h. 36.
8
Sadu Wasistiono dan Yonathan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
(Bandung: Fokusmedia, 2009), h.157.
Terdapat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
tujuan adanya peraturan tersebut karena adanya tuntutan masyarakat yang semakin
meningkat khususnya di bidang penyelenggaraan pelayanan public tersebut, kondisi
penyelenggaraan pelayanan public seringkali berjalan kurang efektif dilihat dari
sumber daya manusia (SDM) aparatur yang belum memadai. Selama ini DPRD
DALAM MENJALANKAN FUNGSINYA,dirasa belum mampu memberikan solusi
yang efektif untuk menyelesaikan masalah masalah yang mendasar yang dihadapi
masyarakat kota medan pada umumnya. Ketidakpuasan tersebut lebih disebabkan
oleh mekanisme yang berlarut larut dan disebabkan DPRD YANG BELUM efektif
dalam bekerja ,belum representative dalam kebijakan dan kinerja yang belum
dipertanggungjawabkan dalam fungsi pengawasan. Sebagai contoh di kota medan
terdapat pengurusan kartu tanda penduduk yang memerlukan proses yang panjang
dan rumit. Sebagai contoh lagi terkait dengan pelayanan public mengenai perizinan
yang berlarut-larut. Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD diharapkan mampu
mendorong pihak pemerintah daerah agar peraturan yang sudah ada dapat
dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan supaya tertib hukum dan kepastian
hukum berjalan dengan fungsinya, sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi
masyarakat.

Pelaksanaan pengawasan DPRD masih dirasakan sebagai suatu pengawasan


yang reaktif dan sporadic, tanpa terencana dan tersistem dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan pengawasan oleh DPRD tanpa disertai sistem dan prosedur yang
baku serta belum ada standarisasinya. Fakta di lapangan banyak memberikan
gambaran, bagaimana hasil pengawasan DPRD berujung pada kasus politik uang
daripada pembenahan secara kebijakan maupun manajerial. 9

Dari permasalahan di atas, peneliti merasa perlu mengkaji lebih lanjut dalam
sebuah penelitian yang berjudul “ IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA MEDAN PERIODE
2019-2024 DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK “

9
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), h. 157.
• Permasalahan
Dalam penelitian inidirumuskanpermasalahanpenelitiansebagaiberikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan DPRD Kota Medan
terhadappenyelenggaraanpelayananpublik ?
2. Bagaimana optimalisasi fungsi pengawasan DPRD Kota Medan terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik ?

• TujuanPenelitian
Berdasarkanuraiantersebutdiatasmakatujuanpenelitianiniialahsebagaiberikut:
1. Untukmengetahuipelaksanaanpengawasan DPRD
terhadappenyelenggaraanpelayananpublik di Kota Medan.
2. Untukmengetahuioptimalisasifungsipengawasan DPRD Kota Medan
terhadappenyelenggaraanpelayananpublik.

• ManfaatPenelitian
PenelitianinidilakukansebagaisalahsatusyaratkelulusandariPendidikan Strata
Satu (S1) FakultasHukumUniversitasTrisakti. Selainsebagaisyaratkelulusan,
penelitianinimemilikimanfaatsebagaiberikut;
1. ManfaatPraktis
 ManfaatBagiAkademis
Hasilpeneletianinidiharapkandapatmenambahpengalamandan
pengetahuan yang
nantinyaditerapkandalamdunianyatasebagaibentukpartisipasidalampe
mbangunannegaradanmasyarakat Indonesia
berdasarkanPancasiladanUndang-UndangDasar.
 ManfaatBagiPemerintah
Dapatmemberikanmasukanuntukmembenahisistemdancontrolling
di Kota Medan khususnyamengenaiimplementasifungsipengawasan
DPRD dalampenyelenggaraanpelayananpublik, agar
memberikankemudahan di dalammencapaitujuannegara yang
telahdiamanatkanoleh UUD 1945.
 ManfaatBagiMasyarakat
Diharapkanmampumemberikaninformasimengenaiimplementasifun
gsipengawasan DPRD dalampenyelenggaraanpelayananpublik.

• ManfaatTeoritis
Secarateoritis,
penelitianinidiharapkanberkontribusimenambahpengetahuandalamilmuhukum,
khususnyadalammengetahuifungsipengawasan DPRD Kota Medan
terhadappenyelenggaraanpemerintahdaerah,
terutamadalamkaitannyadenganpenyelenggaraanpelayananpublik di Kota
Medan.

• MetodePenelitian
MenurutSoerjonoSoekanto,penelitianhukummerupakansuatubentukkegiatanilmia
h,yangdidasarkanpadametode,sistematika,danpemikirantertentu, yang
bertujuanuntukmempelajarisuatuataubeberapagejalahukumtertentu,
denganjalanmenganalisanya.
Disampingitudilakukanjugapemeriksaansecaramendalamterhadapsuatufaktorhukumt
ersebut, untukkemudianmengusahakansuatupemecalahanataspermasalahan-
permasalahan yang timbul di dalamgejala yang bersangkutan.
• TipePenelitian
Sesuaidenganrumusanmasalahdantujuanpenelitian yang ingin di
capaidaripenulisaninimengenai “IMPLEMENTASI FUNGSI PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA DKI JAKARTA
PERIODE 2019-2024 DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK “
Tipepenelitian yang di gunakanolehpenulisadalahsuatupenelitianyuridis normative
dandikajidenganperundang-undangan.

• SifatPenelitian
Sifatpenelitian yang digunakanyaitupenelitiandeskriptifanalisis,
penelitianinidiharapkandiperolehgambaransecarasistematisdanterperincitentangp
ermasalahan yang akanditeliti.
Sifatpenelitianiniyaitumenggunakansifatdeskriptif
,penelitiandilakukandengancaramenggambarkanmengenaiobjek yang
ditelitiberdasarkan data yang tersedia.

SoerjonoSoekanto, PengantarPenelitianHukum(Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press),


2015), H.10
Metodedeskriptifmerupakansuatumetodedalammeneliti status
kelompokmanusia, suatuobjek,suatu set kondisi,suatu system
pemikiranataupunsuatukelasperistiwapadamasasekarang.

tujuandaripenelitiandeskriptifiniadalahuntukmembuatdeskripsi,gambaran,ataul
ukisansecarasistematis,factualdanakuratmengenaifakta-fakta, sifat-
sifatsertahubunganantarfenomena yang diselidiki.

• Data dan Sumber Data


• Data
Data yang digunakan di dalampenelitianiniadalah data sekunder,
yaitubahanhukum yang memberipenjelasanmengenaibahanhukum primer
yang diperolehdariliteraturdanstudikepustakaan yang
berkaitandengantemapenelitian. Data sekunderdiperolehdaridokumen, buku,
laporanpenelitian, dan lain-lain.
• Sumber Data
Sumber data yang digunakan di dalampenelitianiniterdiridaribahanhukum
primer danbahanhukumsekunder, yang meliputi:
• BahanHukum Primer:
• Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
• BahanHukumSekunder, yaitubahan hukum yang
memberikanpenjelasanmengenaibahanhukum primer,
sepertinaskahakademikperaturanperundang-undangan, hasil-
hasilpenelitian, hasilkaryadarikalanganhukum, dan lain-lain.
Bahanhukumsekunder yang digunakandalampenelitianinimeliputibuku-
bukuhukumdanjurnal yang memuatpendapat para ahli,
dantulisanatauartikel yang bersumberdarihasilunduhanmelalui internet.

• Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalampenelitianiniadalahdengancarastudipustaka.
Studiinidigunakandalamrangkapengumpulan data sekunder. Data
tersebutditempuhdengancaramengumpulkan,membaca,mengkaji,menganalisis,s
ertamengkritisiperanfungsipengawasan DPRD Kota Medan
dalammengawasipenyelenggaraanpelayanan public.

• Analisis Data
Teknikanalisis data yang digunakan di
dalampenelitianiniadalahmetodekualitatif.
Metodepenelitiankualitatifadalahanalisis data yang
lebihmenekankanpadakualitasatauisidari data tersebut.
Dalamsuatupenelitiansangatdibutuhkansuatuanalisis data yang
bergunauntukmemberikanjawabanataspermasalahan yang diteliti. Analisis data
dalampenelitianinimenggunakanmetodekualitatif.
Analisis data penelitianberisiuraiantentangcara-caraanalisis yang
menggambarkanbagaimanasuatu data dianalisisdanapamanfaatdari data yang
terkumpuluntukdipergunakanmemecahkanmasalah yang
dijadikanobjekpenelitian.

Bahwapenelitianinimenggunakananalisis data berupa data kualitatif yang


artinyaupaya yang dilakukandenganjalanbekerja data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnyamenjadisatuan yang dapatdikelola, mensintesiskan,
mencaridanmenemukanapa yang pentingdanapa yang dipelajari,
danmemutuskanapa yang dapatdiceritakankepada orang lain.

• Cara PenarikanKesimpulan
Cara penarikankesimpulandilakukandenganmenggunakanlogikadeduktif,
yaitumetodeuntukmenarikkesimpulan yang bersifatkhususdaripernyataan-
pernyataan yang bersifatumum. Cara
penarikankesimpulandilakukandenganmenganalisispokokpermasalahan di
dalampenelitianini.

• Kerangka Konsepsional

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan


antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan di teliti. Pada umumnya
kerangka konsepsional mengedepankan definisi-definisi yang ada dari suatu
permasalahan atau dengan kata lain konsep ini merupakan uraian mengenai
hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa
konsep dan pengertian mengenai istilah yang berkaitan langsung dengan obyek
penelitian. Maka dari itu, perlu diketahui mengenai definisi dari beberapa istilah yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah
daerah,sebagai salah satu lembaga perwakilan tersebut DPRD memiliki fungsi
pembentukan peraturan daerah , anggaran dan pengawasan di dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Salah satu fungsi pokok DPRD di indonesia adalah pengawasan. Fungsi
pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan perda
dan perkada , pelaksanaan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan
penyelenggaraan pemerintah daerah ,dan pelaksana tindak lanjut hasil pemeriksaan
laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 10

Pengawasan bermakna proses pengukuran kinerja dan pengambilan


tindakan untuk menjamin agar hasil ( ouput dan outcomes ) sesuai yang diinginkan
serta menjamin segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan
standar yang ditetapkan ( on the right track ). Dalam tata kepemerintahan yang baik,
pengawasan berperan memberikan umpan balik ( feed back ) kepada pemerintah
daerah. Sistem pengawasan sebenarnya melekat dalam setiap fungsi yang
dilakukan manajemen, artinya pada saat melaksanakan fungsi perencanaan
seorang manajer dan yang mempunyai fungsi pengawasan sudah harus
melaksanakan fungsi pengawasan demikian juga pada fungsi manajemen lainnya. 11

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah pengawasan politik dan


kebijakan yang bertujuan untuk memelihara akuntabilitas public, terutama lembaga-
lembaga yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kebijakan dan program
pemerintahan serta pembangunan di daerah. Sistem akuntabilitas di daerah akan
menjadi lebih efektif, karena proses dan hasil pengawasan yang dilakukan DPRD

10
Andi Pangeran Moenta dan Syafa’at Anugerah Pradana,Pokok-Pokok Hukum Pemerintahan Daerah,(Depok:
RajaGrafindo Persada, 2018), h. 68.
11
Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
(Bandung: Fokusmedia, 2009), h.144.
akan memungkinkan lembaga-lembaga public digugat jika mereka tidak memenuhi
kaidah-kaidah public.12

Pelayanan public menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan public sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam pedoman umum penyelenggaran pelayanan public
juga menyatakan bahwa hakekat pelayanan public adalah pemberian pelayanan
prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur
pemerintah sebagai abdi masyarakat. Dalam hal ini ditegaskan bahwa pemerintahan
melalui instansi-instansi penyedia layanan publiknya bertanggung jawab
memberikan layanan yang sangat baik kepada masyarakat.

Pengawasan merupakan sarana untuk menghubungkan target dengan realisasi


setiap program atau kegiatan atau proyek yang harus dilaksanakan oleh pemerintah
secara utuh dan menyeluruh. Pengertian tentang pengawasan sangat beragam dan
banyak pendapat para ahli yang mengemukakannya, namun demikian pada
prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukakan para ahli itu sama, yaitu tindakan
membandingkan antara hasil dalam kenyataan ( das sein ) dengan hasil yang
diinginkan ( das sollen ). Lembaga administrasi negara mengungkapkan bahwa
pengawasan adalah salah satu fungsi organic manajemen, yang merupakan proses
kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran
serta tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai rencana,
kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang
berlaku. Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

12
Sadu Wasistiono dan Yonathan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), h. 145.
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, dan kegagalan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas organisasi. 13

Menurut Manullang, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan


pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu
dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. 14
Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik selama proses
manajemen/administrasi berlangsung, maupun setelah berakhir, untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi/unit kerja. Fungsi pengawasan harus
dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. 15 Pengawasan dapat di
klasifikasikan seperti berikut ini:16

1) Pengawasan dipandang dari “kelembagaan” yang di control dan yang


melaksanakan control dapat di klasifikasikan:

a) Kontrol intern ( internal control )


Pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan/organ yang secara struktural
masih termasuk organisasi dalam lingkungan pemerintah.

b) Kontrol ekstern (external control )


Pengawasan yang dilakukan oleh badan/organ yang secara struktur
organisasi berada di luar pemerintah dalam arti eksekutif.

2) Pengawasan dipandang dari waktu pelaksanaan pengawasan, meliputi hal-hal


berikut:

a) Kontrol a-priori

13
Titik Triwulan , Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, ( Jakarta:
Kencana,2011), h. 449.
14
Titik Triwulan , Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, h. 450.
15
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintahan Daerah, (Jakarta: Pustaka Mandiri,2010), h. 140.
16
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintahan Daerah, h. 145.
Pengawasan yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan atau
dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan pemerintah atau peraturan
lainnya yang menjadi wewenang pemerintah. Kontrol ini mengandung unsure
pengawasan preventif yaitu untuk mencegah atau menghindarkan terjadinya
kekeliruan.

b) Kontrol a-posteriori

Pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkan suatu keputusan atau


ketetapan pemerintah atau sesudah terjadinya tindakan pemerintah. Sifat
pengawasan ini represif yang bertujuan mengoreksi tindakan yang keliru.

3) Pengawasan dipandang dari aspek yang diawasi, dapat diklasifikasikan atas:

a) Pengawasan dari segi “hukum” (legalitas)

Pengawasan dimaksudkan untuk menilai segi-segi hukumnya saja


(rechtmatigheid).

b) Pengawasan dari segi “kemanfaatan” (opportunitas)

Pengawasan dimaksudkan untuk menilai segi kemanfaatannya


(doelmatigheid). Kontrol internal secara hierarkhis oleh atasan adalah jenis
penilaian segi hukum (rechtmatigheid) dan sekaligus segi (opportunitas).

4) Pengawasan dipandang dari cara pengawasan dibedakan atas:

a) Pengawasan “negative represif” .


Pengawasan yang dilakukan setelah sutau tindakan dilakukan.

b) Pengawasan “negative preventif” atau positif.


Pengawasan yang dilakukan dengan cara badan pemerintah yang lebih tinggi
menghalangi terjadinya kelalaian pemerintah yang lebih rendah.

c. Teori Efektivitas Hukum

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektif artinya ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) saat mulai berlakunya suatu undang-undang dan
peraturan17 . efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau
kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak terlepas dari
penganalisisan terhadap karakterisitk dua variable terkait yaitu: karakteristik atau
dimensi dari objek sasaran yang digunakan.18

Ada beberapa pendapat para pakar hukum mengenai teori efektivitas


hukum, yaitu:

1. Menurut Soerjono Soekanto

Dalam teori efektifitas hukum sebagi gambaran bahwa efektif atau tidaknya
suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) factor, yaitu :19

a. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).


b. Faktor penegak hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat.
e. Faktor kebudayaan.

17
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 284.
18
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya,2013), h.67.
19
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ,
2008), h. 8.
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa dalam sosiologi
hukum masalah kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap kaidah-
kaidah hukum pada umumnya telah menjadi factor yang pokok
dalam mengukur efektif tidaknya sesuatu yang ditetapkan dalam
hukum ini.20

Studi efektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang


memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat
umum, yaitu suatu perbandingan antara realitas hukum dan ideal
hukum, secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam
tindakan (law in action) dengan hukum dalam teori (law in theory)
atau dengan kata lain kegiatan ini akan memperlihatkan kaitannya
antara law in the book and law in action.21

2. Menurut Munir

Hukum harus efektif sehingga dapat dikatakan valid, efektif dalam hal:

a. Efektif bagi pelaku hukum, misalnya hukuman pidana bagi penjahat,


sehingga setelah dihukum dia sudah jera (memenuhi unsure efek jera)
sehingga kemudian dia tidak lagi melakukan tindakan kejahatan tersebut.
b. Efektif bagi masyarakat, terutama terkait dengan hukum-hukum yang
berkaitan dengan kepentingan umum.22

Jadi, kata efektifitas mengandung arti keefektifan yaitu pengaruh efek


keberhasilan atau kemanjuran, dalam keefektifan hukum tentu tidak
terlepas dari penganalisian terhadap karakteristik 2 (dua) variable terkait.

20
Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Press,1993), h. 47.
21
Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Press,1993), h. 47.
22
DR. Munir, Teori-Teori Besar dalam Hukum, (Jakarta: Prenadamedia,2013), h.120.
Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas suatu aturan hukum, maka kita
harus mengukur sejauh mana hukkum itu ditaati oleh sebagian orang-
orang yang menjadi latar belakang terbentuknya peraturan itu sendiri. 23

3. Menurut Bustanul Arifin

Dalam negara yang berdasarkan hukum, berlaku efektifnya sebuah hukum


apabila didukung oleh tiga pilar, yaitu:24
a. Lembaga atau penegakan hukum yang berwibawa dapat diandalkan
b. Peraturan hukum yang jelas sistematis
c. Kesadaran hukum masyarakat tinggi

Factor-faktor yang mengukur ketaatan terhadap hukum secara umum


antara lain:25

a. Relevansi aturan hukum secara umum, dengan kebutuhan hukum dari


orang-orang yang menjadi target aturan hukum secara secara umum.
b. Kejelasan rumusan dari substansi aturan hukum, sehingga dapat
mudah dipahami oleh target diberlakukannya aturan hukum.
c. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum itu.
d. Jika hukum yang dimaksud adalah perundang-undangan, maka
seyogyanya aturannya bersifat melarang, dan jangan bersifat
mengharuskan, sebab hukum yang bersifat melarang (prohibitur) lebih
mudah dilaksanakan ketimbang hukum yang bersifat mengharuskan
(mandatur).

23
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpelasi
Undang-Undang (Legisprundence), (Jakarta: Kencana, 2009), h.375.
24
Raida L Tobing, dkk, (Hasil Penelitian), Efektivitas Undang-Undang Money Loundering,(Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional, Kementrian Hukum dan HAM RI, 2011), h. 11.
25
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi
Undang-Undang (Legisprudence), h.376.
e. Sanksi yang diancam oleh aturan hukum itu harus dipadankan dengan
sifat aturan hukum yang dilanggar tersebut.
f. Berat ringannya sanksi yang diancam dalam aturan hukum harus
proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
g. Kemungkinan bagi penegak hukum untuk memproses jika terjadi
pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut, adalah memang
memungkinkan karena tindakan yang diatur dan diancamkan sanksi,
memang tindakan yang konkret, dapat dilihat, diamati, oleh karenanya
memungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan
(penyelidikan,penyidikan,penuntutan, dan penghukuman).
h. Aturan hukum yang mengandung norma moral berwujud larangan,
relative akan jauh lebih efektif ketimbang aturan hukum yang
bertentangan dengan nilai norma yang dianut oleh orang-orang yang
menjadi target diberlakukannya aturan tersebut.
i. Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga
tergantung pada optimal dan profesional tidak aparat penegak hukum
untuk menegakkan aturan hukum tersebut.
j. Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga
mensyaratkan adanya standar hidup sosio-ekonomi yang minimal di
dalam masyarakat.

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN
Dalambabiniakandiuraikanmengenailatarbelakang,
pokokpermasalahan, tujuanpenelitian, metodepenelitian,
kerangkakonsepsionaldansistematikapenulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Dalambabiniakandiuraikanmengenaipengertian DPRD,
perandanfungsi DPRD, tugasdanwewenang DPRD,
hakdankewajiban DPRD, ruanglingkuppengawasan DPRD,
dangambaranumum DPRD kota Medan.

BAB III : GAMBARAN UMUM MENGENAI PELAYANAN PUBLIK


Padababinimenerangkanpengertianpelayanan public
,asaspenyelenggaraanpelayanan public
,standarpelayananpublic,kualitaspelayanan public
dankonsepkinerjadanpenilaianpelayanan public.

BAB IV : ANALISA FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT DAERAH (DPRD) KOTA MEDAN PERIODE 2019-2024
DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
Dalam bab inimenjelaskanpelaksanaandaripengawasan DPRD
terhadappenyelenggraanpelayanan public di Kota Medan dan
optimalisasi pelaksanaanfungsipengawasan DPRD Kota Medan
terhadap penyelenggaraan pelayanan public.

BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakanbabpenutup yang berisikesimpulandan saran.

Anda mungkin juga menyukai