Konsep PKn yang terakhir yaitu secara teoritis menurut para ahli. Banyak
pendapat yang mengemukakan pendapatnya mengenai pendidikan
kewarganegaraan, diantaranya: M. Nu’man Soemantri (2011), Abdul Azis Wahab
dan Sapriya (2011), Winarno (2013) dan lain lain. Menurut M. Nu’man Soemantri
(2011), berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-
sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan, sekolah,
masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa
berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan
hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Abdul
Azis Wahab dan Sapriya (2011) menyatakan bahwa istilah civics dan pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia sudah mulai dikenalkan dalam kurikulum sekolah
sejak tahun 1968 sebagai upaya untuk menyiapkan warga negara menjadi warga
negara yang baik, yaitu warga negara yang mengetahui hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya. Secara teoritik pendidikan kewarganegaraan merupakan perluasan
dari mata pelajaran civics dan lebih menekankan pada pendidikan orang dewasa
dan lebih beriorentasi pada praktik kewarganegaraan. Dengan kata lain pada
dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik. Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
pelajar sebagai individu anggota masyarkat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.