Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu

sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi

electromagnet (Brunner & Suddarth, 2015). Luka bakar adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti

api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2009). Luka bakar

adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya

bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan

luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam

menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi

diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan.

Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman

kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam

kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2009).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis,

maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak

dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan


mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel

(Yepta, 2003).

Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun

tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan

kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya

tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga

(Sjamsuidajat, 2012). Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi,

dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti

kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa

kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh

panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan

jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,

listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya

berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang

mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif

(PRECISE, 2011)

B. Etiologi/Penyebab Luka Bakar

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara

langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak

terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari

matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api

Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat

membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami

memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik

cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan

berupa cedera kontak. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak

langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada

area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka

bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

2. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan

semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan

ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit

sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan

keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang

menandai permukaan cairan.

3. Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan

radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas

yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila
terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran

napas distal di paru.

4. Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian

atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan

tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang

menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan

luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)

7. Radiasi

8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi

C. Grading Luka Bakar

1. Luka bakar grade I

a. Disebut juga luka bakar superficial

b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai

daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn.

c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.

d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

2. Luka bakar grade II

a. Superficial partial thickness

1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis


2) Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat

daripada luka bakar grade I

3) Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena

luka

4) Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda

yang basah

5) Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bilaterkena

tekanan

6) Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak

terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti

sebelumnya.

b. Deep partial thickness

1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis

2) Disertai juga dengan bula

3) Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena

variasi dari vaskularisasi pembuluh darah ( bagian yang

putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah

muda mempunyai beberapa aliran darah

4) luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.3. Luka bakar

3. Luka bakar grade III.

a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen

b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan

pembuluh darah sudah hancur.


c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan

tulang

4. Luka bakar grade IV

a. Berwarna hitam.

D. Kegawatan Pada Luka Bakar

1. Pertolongan pertama pada luka bakar

Bila terjadi luka bakar segera celupkan bagian yang terkena luka

bakar le air dingin, apabila luka bakar masih terasa panas jangan

direndam kedalam air es karena akan menyebabkan retraksi jaringan.

Dalam membersihkan luka bakar maka gunakan air steril maupun NaCl,

kompres terus sehingga menurunkan rasa sakit dan mengurangi

kesrusakan jaringan . luka bakar karena zat kimia harus dicuci dengan

menggunakan air mengalir selama mungkin. Tujuan dilakukannnya

pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengurangi rasa sakit,

menghilangkan kotoran, dan mencegah terjadinya kerusakan jaringan

lebih lanjut. Luka bakar yang paling sakit adalah luka bakar pada derajat

2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan morpin, petidin, kodein,

dan tramadol.

Seringkali korban didapatkan berlari dengan baju terbakar api dan

berkobar-kobar, untuk mencegah luka bakar menjadi serius maka dapat

dilakukan Tindakan STOP, DROP, and ROLL (hentikan, jatuhkan, dan

gulingkan) untuk memadamkan api pada baju. Bila korban terkena aliran

listrik tegangan tinggi, harus diperhatikan bahwa penolong tidak menjadi


korban. Bila memungkinkan aliran listrik dipadamkan dibagian sentral,

atau bila tidak memungkinkan penolong menggunakan alat bantu yang

tidak menghantarkan listrik, seperti kayu kering. Bila anggota tubuh yang

terkena luka bakar masih dalam kurun waktu kurang dari 2 menit, dapat

dilakukan usaha menghentikan kerusakan yang lebih dalam

(menghilangkan heat restore) dengan merendamkannya dalam air dingin.

a. Jauhkan penderita dari sumber luka bakar

1) Padamkan pakaian yang terbakar

2) Hilangkan zat kimia penyebab luka bakar

3) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia

4) Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan

objek yang kering dan tidak menghantarkan listrik.

b. Kaji ABC (airway, breathing, circulation)

1) Perhatikan jalan napas (airway)

2) Pastikan pernapasan (breathing) adekuat

3) Kaji sirkulasi

4) Kaji trauma yang lain

5) Pertahankan panas tubuh

6) Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena

7) Transportasi (segera kirim klien ke rumah sakit)

2. Penanganan resusitasi
Sesuai dengan prinsip basic life support (bantuan hidup dasar) maka

Tindakan resusitasi harus dilakukan dengan urutan penilaian, Tindakan,

dan evaluasi terhadap:

a. Airway (jalan napas)

Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah penilaian terhadap

jalan napas. Trauma inhalasi yaitu tersumbatnya jalan napas akibat

edema yang disebabkan karena trauma panas pada jalan napas itu

sendiri, harus dicurigasi bila:

1) Luka bakar pada wajah

2) Bulu hidung atau alis yang terbakar

3) Didapatkan timbunan karbon kehitaman disekitar mulut, hidung,

dan orofaring.

4) Dahak yang berwarna kehitaman

5) Riwayat terbakar diruang tertutup

6) Riwayat ledakan didepan wajah, leher, dan dada.

7) Kadar karboksi-hemoglobin lebih dari 10% setelah Riwayat

dalam lingkungan api.

Bila didapatkan keadaan-keadaan seperti di atas, maka harus

disiapkan terapi definitif jalan napas debelum terjadi obstruktif.

Intubasi oro atau naso-tracheal lebih direkomendasikan

dibandingkan tracheostomi mengingat komplikasi yang lebih

tinggi. Bila didapatkan karboksi hemoglobin lebih dari 10%

maka dapat diberikan fraksi oksigen 100%.


b. Breathing (Ventilasi)

Prioritas pada pernapasan yaitu menciptakan jalan napas yang

efektif, untuk klien dengan kecurigaan cedera inhalasi maka

diberikan oksigen 100% melalui masker 10 liter/menit. Pada luka

bakar pada dada yang melingkar dapat menimbulkan gangguan

ventilasi oleh karena hlangnya sifat elastis kulit yang terbakar

(eskar), dan bila hal tersebut terjadi melingkar, maka dapat

mengganggu Gerakan otot-otot pernapasan. Bila didapatkan kondisi

tersebut di atas, maka dapat dilakukan Tindakan eksarotomi untuk

menghilangkan atau mengurangi cengkaraman eskar pada dinding

dada. Eskarotomi dilakukan dengan irisan longitudinal minimal di

dua tempat, bila perlu dapat ditambahkan irisan transversal (insisi

zebra).

c. Circulation

Bila didapatkan tanda-tanda syok, harus segera dilakukan resusitasi

cairan. Pada kasus-kasus luka bakar, resusitasi cairan diberikan

dengan cairan ringer lactat atau cairan koloid seperti albumin dan

plasma melalui jalur intravena. Berbagai formula diberikan untuk

memperkirakan kebutuhan cairan, namun yang sering digunakan

adalah formula baxter, yaitu:

Kebutuhan cairan = 4 cc x BB (kg) x luas luka bakar (%) cc

 Delapan jam pertama diberikan setengah (1/2) kebutuhan

 Enam belas jam berikutnya diberikan setengah (1/2) sisanya


Bila luas luka bakar lebih dari 50% maka perhitungan kebutuhan

cairan diperhitungkan dengan luas luka bakar 50%. Waktu

pemberian cairan terhitung sejak kejadian (onset)., bukan dari saat

masuk rumah sakit. Gangguan sirkulasi local/regional dapat terjadi

oleh karena luka bakar yang melingkar pada anggota gerak sehingga

menyebabkan kompartemen sindrom akibat eskar yang melingkar.

Bila hal ini terjadi, Tindakan yang dilakukan adalah eskarotomi

longitudinal minimal pada dua tempat.

d. Disability (Trauma Penyerta)

Seringkali diperhatikan terhadap korban luka bakar tertuju pada

luka bakarnya itu sendiri, padahal tidak jarang trauma termal disertai

dengan trauma lainnya yang dapat menyebabkan kematian seperti,

cedera kepala tertutup, trauma torak seperti hemato-pneumotorak,

trauma abdomen seperti internal bledding atau perforasi, fraktur

pelvis, dan fraktur tulang-tulang Panjang. Oleh karena itu setiap

korban luka bakar diruang emergensi harus dibuka dan dilepas

semua pakaian yang digunakan untuk dapat melihat jejas yang

mengarahkan ketrauma penyerta. Untuk itu perlu dilakukan

pertolongan pertama sesuai dengan trauma penyerta tersebut.

3. Monitoring

Setelah dilakukan Tindakan resusitasi, hal terpenting yang harus

dilakukan adalah monitoring terhadap pasien. Monitoring terhadap vital

sign (denyut nadi, tekanan darah, frekuensi napas, temperature tubuh)


produksi urine, dan suara napas harus diperhatikan secara ketat, untuk

mengetahui respon terhadap resusitasi cairan. Untuk itu perlu dipasang

kateter urethral, dan bila perlu kateter tekanan darah vena sentral (CVP

normal 0-8 mmhg ) pada pasien luka bakar berat (luas luka bakar lebih

daro 50%).

Bila didapatkan tanda-tanda resusitasi cairan inadekuat (denyut

nadi cepat, tekanan darah systole <90 mmhg) dapat diberikan tambahan

resusitasi, bila tanda-tanda resusitasi berlebihan (suara napas tambahan

ronkhi basah basal, tekanan darah vena sentral lebih dari 8 mmhg), maka

pemberian cairan dikurangi dan diberikan diuretic. Monitoring pada

pasien anak-anak dan geriatric harus dilakukan dengan sangat ketat.

Pemeriksaan laboratorium yang diambil adalah, hemoglobin, hemtokrit,

angka eritrosit, angka leukosit, angka trombosit, waktu perdarahan,

waktu pembekuan, golongan darah (termasuk croos-match), gula darah

sewaktu, elektrolit, dan bila perlu kadar hb-CO, analisis gas darah bila

terdapat indikasi trauma inhalasi.

4. Indikasi rawat inap

Indikasi perujukan ke Unit Luka Bakar atau kriteria rawat inap

adalah sebagai berikut:

a. Trauma inhalasi

b. Trauma derajat III lebih dari 10% untuk dewasa

c. Trauma derajat III lebih dari 15% untuk anak-anak dan geriatric

d. Trauma derajat II lebih dari 15% untuk dewasa


e. Trauma derajat II lebih dari 10% untuk anak-anak dan geriatric

f. Luka bakar didaerah wajah, tangan, kaki, perineum, dan sendi besar

g. Luka bakar elektrik dan kimia

h. Luka bakar dengan trauma penyerta lain

i. Luka bakar dengan kelainan medis lain

E. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu

sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau

radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi

protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan

lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat

mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan

burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan

lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air

panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang

serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat

selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan

hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan

diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal

sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat

hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium

serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.


Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada

volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan

dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan

terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan

melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi

denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan

curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga

36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8

jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan

menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,

volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka

bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada

ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi

iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen Volume darah yang

beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.

Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar

ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium

serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera

setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat

destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan

berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai

hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.

Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa

pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka

bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,

konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat

hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat

dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi

cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah

lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat

tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor

inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,

gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka

bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan

ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar

menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya

menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.


WOC Luka Bakar

F. Resusitasi Cairan Pada Luka Bakar


Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena

yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak

terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena

adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,

tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas

cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang

menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan

cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi

maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip

dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan

air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian

cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah

terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai

1.5mL/kgBB/jam.

Ada beberapa cara dalam menentukan jumlah cairan dalam pemberian

resusitasi cairan, antara lain sebagai berikut:

1. Formula Parkland

Selama 24 jam pertama diberi cairan Ringer laktat sebanyak

4ml/kgBB/% luka bakar.


 Contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %,

cairan yang dibutuhkan pada pasien tersebut adalah:

(25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama.

Pemberian dilakukan selama 2x yaitu ½ jumlah cairan atau 4000 ml

diberikan dalam 8 jam pertama, dan ½ jumlah cairan atau 4000 ml

diberikan dalam 16 jam selanjutnya.

2. Rumus Evans

a. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24

jam

b. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma /

24 jam.

No 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma

untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan

meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan

keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar

c. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang

hilang akibat penguapan).

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam

pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari

kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan

hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

3. Rumus Baxter
% x BB x 4 ccSeparuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam

pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya

Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL

karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari

pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar

seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc

yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.

4. Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri,

25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.

Petunjuk perubahan cairan:

a. Pemantauan urine output setiap hari

b. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral

c. Kecukupan sirkulasi perifer

d. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi

e. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH, dan kadar glukosa

G. Perawatan Luka Pada Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan

dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran

dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh

rasa sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka

ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan

meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.


2. Luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak

hipotermi.

3. Penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa

nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.

Pilihan penutupan luka harus sesuai dengan derajat luka bakar, dalam

pemilihan penutupan luka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara

lain:

1. Luka bakar derajat I

Merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan

kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep

antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu

dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa

sakit dan pembengkakan.

2. Luka bakar derajat II (superfisial )

Perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi

dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan

dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan

penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig

skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis

(opsite, biobrane, transcyte, integra)

3. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III,


Perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and

grafting. Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan

kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ),

setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya.

E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya

dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari

berikutnya.Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi

pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar

yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat

eksisi.

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan

luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu

lama, mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di rumah sakit,

memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah komplikasi

seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian

membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak

ada perbedaan dalam hal kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik

hasilnya bila dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada muka, tangan

dan kaki.Pada lukabakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan

mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru

yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara

biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari metode ini adalah

membuthkan waktu yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit


(autograft) yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut. Metode ini

juga sangat mahal.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2014. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.

Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,


editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta

Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E., 2014. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2011). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media

Huddak & Gallo. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on


Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius

Moenadjat Y. 2009. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Sjamsudiningrat, R & Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai