OLEH:
LUH DILA AYU PARAMITA
2002621001
2. Epidemiologi
BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki usia tua
(Izmirli , et al, 2011). Menurut studi epidemiologis terpercaya mengenai
BPH di Amerika Serikat tahun 2000, BPH merupakan alasan utama kasus
rujukan ke klinik sebesar 4,4 juta kasus, dan 117.000 kunjungan ke unit
gawat darurat, serta 105.000 kasus rawat inap di rumah sakit (Parsons , et
al, 2008). Prevalensi histologis BPH meningkat dari 20% pada laki-laki
berusia 41-50 tahun, 50% pada laki usia 51-60 tahun hingga lebih dari
90% pada laki berusia diatas 80 tahun. Meskipun bukti klinis belum
muncul, namun keluhan obstruksi juga berhubungan dengan usia. Pada
usia 55 tahun + 25% laki-laki mengeluh gejala obstruksi pada saluran
kemih bagian bawah, meningkat hingga usia 75 tahun dimana 50% laki-
laki mengeluh berkurangnya pancaran atau aliran pada saat berkemih
(Cooperberg, 2013)
3. Etiologi
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses
penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan
hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya hiperplasia stroma
pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia
stroma dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan
memicu terjadi BPH.
4. Patofisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
dimana terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena
produksi testosterone menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi
konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel-sel
kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara
langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis
protein sehingga mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang
akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran uretra
prostatika dan penyumbatan aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli
harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013).
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-
buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula,
dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai
keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom
(LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan
semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi
obat-obatan ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang
paling tepat adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP.
5. Klasifikasi
Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidajat dan De
jong (2011) secara klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi :
1. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin
kurang dari 50 ml
2. Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur
dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml.
3. Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas
prostat tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml.
4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total.
6. Gejala klinis
Menurut Hariono, (2012) tanda dan gejala BPH meliputi:
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan
intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b.Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
terjadi pada malam dan siang hari.
c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
7. Pemeriksaan fisik
Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini :
a) Rectal Gradding
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
Grade 0 : Penonjolan prosrar 0-1 cm ke dalam rectum.
Grade 1 : Penonjolan prosrar 1-2 cm ke dalam rectum.
Grade 2 : Penonjolan prosrar 2-3 cm ke dalam rectum.
Grade 3 : Penonjolan prosrar 3-4 cm ke dalam rectum.
Grade 4 : Penonjolan prosrar 4-5 cm ke dalam rectum.
b) Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh
kencing dahulu kemudian dipasang kateter.
Normal : Tidak ada sisa
Grade I : sisa 0-50 cc
Grade II : sisa 50-150 cc
Grade III : sisa > 150 cc
Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing.
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga
keadaan buli-buli termasuk residual urine.
2. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red
Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau
hematuria (prabowo dkk, 2014).
3. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen
dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.
4. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
5. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel
jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui
apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan menjadi
landasan untuk treatment selanjutnya.
6. Serum Prostate Specific Antigen (PSA) dapat dipakai untuk mengetahui
perjalanan penyakit dari BPH. PSA disintesis oleh sel epitel kelenjar
prostat dan bersifat organ spesifik tetapi bukan kanker spesifik. Kadar
PSA tinggi berarti pertumbuhan volume prostat lebih cepat, keluhan akibat
BPH atau laju pancaran urin lebih buruk, dan lebih mudah terjadinya
retensi urin akut.
7. Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urin selama proses
miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi
gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif.
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flow inkontinen) (Hesham et al, 2014).
11. Komplikasi
Menurut Widijanto ( 2011 ) komplikasi BPH meliputi :
a) Aterosclerosis
b) Infark jantung
c) Impoten
d) Haemoragik post operasi
e) Fistula
f) Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g) Infeksi
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1
hari pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara
head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat
dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi
rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan
hipertensi pada anak.
Gerakan melindungi 2. Menunjukkan tingkat nyeri 12. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
Tingkah laku berhati- Definisi : tingkat keparahan dari 13. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi, (ex: relaksasi,
hati nyeri yang dilaporkan atau guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-
sayu, tampak capek, Melaporkan nyeri 15. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
klien
sulit atau gerakan Frekuensi nyeri 16. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
kacau, menyeringai) Lamanya episode nyeri 17. Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri
Terfokus pada diri Ekspresi nyeri: wajah secara tepat
sendiri Posisi melindungi tubuh 18. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
Fokus menyempit Kegelisahan keluhan
(penurunan persepsi Perubahan Respirasirate 19. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota
waktu, kerusakan keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk
Perubahan Heart Rate
proses berpikir, pendekatan preventif
Perubahan tekanan Darah
penurunan interaksi 20. monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
Perubahan ukuran Pupil
dengan orang dan
Perspirasi
lingkungan) 2. Pemberian Analgetik
Kehilangan nafsu makan
Tingkah laku distraksi, Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau
Keterangan:
contoh : jalan-jalan, menghilangkan nyeri
1 : berat
menemui orang lain Intervensi:
2 : agak berat
dan/atau aktivitas, 1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan
3 : sedang
aktivitas berulang- sebelum pengobatan
4 : sedikit
ulang) 2. Berikan obat dengan prinsip 12 benar
5 : tidak ada
Respon autonom 3. Cek riwayat alergi obat
4. Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan
(seperti diaphoresis, digunakan
perubahan tekanan 5. Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu
darah, perubahan nafas, analgetik jika telah diresepkan
nadi dan dilatasi pupil) 6. Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
Perubahan autonomic berdasarkan tipe dan keparahan nyeri.
dalam tonus otot 7. Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian
(mungkin dalam analgetik
rentang dari lemah ke 8. Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
kaku) 9. Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang
Tingkah laku ekspresif tidak diinginka.
(contoh : gelisah, 10. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
merintih, menangis, analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh 3. Manajemen lingkungan : kenyamanan
kesah) Definisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan terapeutik
Perubahan dalam nafsu Intervensi :
makan dan minum 1. Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
2. Batasi pengunjung
3. Tentukan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
4. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
5. Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
6. Sediakan lingkungan yang tenang
7. Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
8. Atur posisi pasien yang membuat nyaman.
Cemas
Fisiologis : Keterangan:
Suara gemetar 1 :Tidak pernah menunjukkan
Gemetar, tangan 2 : Jarang menunjukkan
tremor 3 : Kadang-kadang
Goyah menunjukkan
Keinginan kencing
(parasimpatis)
Nadi meningkat
(simpatis)
Berkeringat banyak
Wajah tegang
Anorexia (simpatis)
Jantung berdetak kuat
(simpatis)
Diare (parasimpatis)
Keragu-raguan dalam
berkemih
(parasimpatis)
Kelelahan (Simpatis)
Mulut kering
(simpatis)
Kelemahan (simpatis)
Wajah kemerahan
(simpatis)
rongga mulut
Mudah merasa 2. Monitor nutrisi
kenyang, sesaat setelah Definisi : mengumpulkan dan menganalisa data dari pasien untuk
mencegahatau meminimalkan malnutrisi.
mengunyah makanan Intervensi :
Dilaporkan atau fakta 1. BB klien dalam interval spesifik
adanya kekurangan 2. Monitor adanya penurunan BB
makanan 3. Monitor tipe dan jumlah nutrisi untuk aktivitas biasa
Dilaporkan adanya 4. Monitor respon emosi klien saat berada dalam situasi yang
perubahan sensasi rasa mengharuskan makan.
Perasaan 5. Monitor interaksi anak dengan orang tua selama makan.
ketidakmampuan untuk 6. Monitor lingkungan selama makan.
mengunyah makanan 7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama jam
Miskonsepsi makan.
Keengganan untuk 10. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah.
Faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
Post operasi
1.
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x 24 jam, Definisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat
Definisi : Sensori dan klien dapat: kenyamanan yang dapat diterima pasien
pengalaman emosional 1. Mengontol nyeri
yang tidak menyenangkan Definisi : tindakan seseorang untuk Intervensi:
yang timbul dari mengontrol nyeri. 1. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi: lokasi,
kerusakan jaringan aktual Indikator: karakteristik,waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas,
atau potensial, muncul Mengenal faktor-faktor penyebab intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
tiba-tiba atau lambat Mengenal onset/waktu kejadian 2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
dengan intensitas ringan nyeri khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara
sampai berat dengan akhir Tindakan pertolongan non- efektif
yang bisa diantisipasi atau analgetik 3. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
diduga dan berlangsung Menggunakan analgetik 4. Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat
kurang dari 6 bulan. Melaporkan gejala-gejala kepada mengekspresikan nyeri
Batasan karakteristik : tim kesehatan (dokter, perawat) 5. Kaji latar belakang budaya klien
Laporan secara verbal Nyeri terkontrol 6. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup:
atau non verbal adanya pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,
nyeri Keterangan: tanggungjawab peran
Fakta dari observasi 1 = tidak pernah dilakukan 7. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan
Posisi untuk 2 = jarang dilakukan nyeri kronis
menghindari nyeri 3 = kadang-kadang dilakukan 8. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
Tingkah laku berhati- 5 = selalu dilakukan 9. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
Muka topeng 2. Menunjukkan tingkat nyeri lama terjadi, dan tindakan pencegahan
11. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
Gangguan tidur (mata Definisi : tingkat keparahan dari
nyeri yang dilaporkan atau respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur
sayu, tampak capek,
ditunjukan ruangan, penyinaran, dll)
sulit atau gerakan
12. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
kacau, menyeringai) Indikator: 13. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi,
Terfokus pada diri Melaporkan nyeri guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin,
sendiri Frekuensi nyeri massase)
Fokus menyempit Lamanya episode nyeri 14. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang
(penurunan persepsi Ekspresi nyeri: wajah telah digunakan
waktu, kerusakan Posisi melindungi tubuh 15. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
proses berpikir, Kegelisahan 16. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa
penurunan interaksi lama terjadi, dan tindakan pencegahan
Perubahan Respirasirate
dengan orang dan 17. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
Perubahan Heart Rate
lingkungan) respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur
Perubahan tekanan Darah
Tingkah laku distraksi, Perubahan ukuran Pupil
ruangan, penyinaran, dll)
contoh : jalan-jalan, 18. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
Perspirasi
menemui orang lain 19. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi,
Kehilangan nafsu makan
dan/atau aktivitas, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin,
aktivitas berulang- massase)
Keterangan:
ulang) 20. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
1 : berat
Respon autonom 21. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
2 : agak berat
(seperti diaphoresis, klien
3 : sedang
22. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
perubahan tekanan 4 : sedikit 23. Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri
darah, perubahan nafas, 5 : tidak ada secara tepat
nadi dan dilatasi pupil) 24. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
Perubahan autonomic keluhan
dalam tonus otot 25. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga
(mungkin dalam saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan
rentang dari lemah ke preventif
kaku) 26. monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, 2. Pemberian Analgetik
merintih, menangis, Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri.
Intervensi:
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi obat
Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan
digunakan
Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan
Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
dan peningkatan Menjelaskan aktivitas yang dapat 10. Gunakan sarung tangan steril
paparan lingkungan meningkatkan resistensi terhadap 11. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
Ruptur membran infeksi 12. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
Penyakit kronik Mengetahui keadaan kesehatan 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kesehatan sesuai kebutuhan 3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
Keterangan:
1 : Sangat bermasalah
2 : Cukup bermasalah
3 : Masalah sedang
4 : Sedikit bermasalah
5 : Tidak ada masalah
4. Luka sembuh, dengan
Indikator:
Kulit utuh
Berkurangnya drainase purulen
Drainase serousa pada luka
berkurang
Drainase sanguinis pada luka
berkurang
Drainase serosa sangunis pada
luka berkurang
Drainase sangunis pada drain
berkurang
Drainase serosasanguinis pada
drain berkurang
Eritema disekitar kulit berkurang
Edema sekitar luka berkurang
Suhu kulit tidak meningkat
Luka tidak berbau
3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan
1. Pendidikan kesehatan: Proses penyakit
tentang : penyakit, diet, keperawatan selama 1 x 24 jam
pengobatan pengetahuan klien dan keluarga
Intervensi :
meningkat tentang:
1. Gali pengetahuan tentang proses penyakit
Definisi : tidak adanya 1. Proses penyakit dengan
2. Jelaskan patofisiologi penyakit
atau kurangnya informasi Indikator:
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
kognitif sehubungan Mengenal nama penyakit
4. Terangkan proses penyakit
dengan topik spesifik Menjelaskan proses penyakit 5. Identifikasi proses kemungkinan penyebab
Menjelaskan penyebab/fakor 6. Berikan informasi tentang kondisi pasien
Batasan karakteristik : yang berkontribusi 7. Hindari memberi harapan palsu
memverbalisasikan Menjelaskan factor-faktor 8. Berikan informasi kondisi pasien pada keluarga
adanya masalah, resiko 9. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah
ketidakakuratan mengikuti Menjelaskan efek dari penyakit komplikasi di masa depan
instruksi, perilaku tidak Menjelaskan tanda-tanda dan 10. Diskusikan pilihan terapi
sesuai. gejala 11. Terangkan rasional tindakan
Menjelaskan tentang 12. Terangkan komplikasi kronik
Faktor yang komplikasi dan tanda 13. Terangkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan
berhubungan :
keterbatasan kognitif, gejalanya 14. Jelaskan cara mencegah atau meminimalkan efek
interpretasi terhadap Menjelaskan tentang samping penyakit.
informasi yang salah, perawatan dirumah
2. Ajarkan : Diet
kurangnya keinginan
untuk mencari informasi, Keterangan:
Intervensi :
tidak mengetahui sumber- 1 : tidak pernah
1. Kaji pengetahuan klien tentang diet yang dianjurkan
sumber informasi. 2 : terbatas
2. Tentukan sikap keluarga klien terhadap diet
3 : sedang
3. Jelaskan tujuan diet
4 : Sering
4. Informasikan berapa lama diet harus diikuti
5 : Selalu
5. Anjarkan klien tentang makanan yang boleh dan
tidak boleh dimakan
2. Diet, dengan
6. Bantu klien untuk mencatat makanan kesukaan
indikator:
dalam diet yang dianjurkan
Menggambarkan diet yang 7. Observasi pilihan makanan klien sesuai dengan diet
dianjurkan yang dianjurkan
Menyebutkan keuntungan dari 8. Anjurkan membuat rencana makan
mengikuti anjuran diet 9. Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan
Menyebutkan tujuan dari diet oleh tenaga kesehatan lain
yang yang dianjurkan 10. Konsul ahli gizi
Menyebutkan makanan- 11. Libatkan keluarga
makanan yang diperbolehkan
3. Ajarkan : pengobatan
dalam diet
Menyebutkan makanan- Intervensi :
makanan yang dilarang 1. Jelaskan klien utk mengenal karakteristik obat
Memilih makanan-makanan 2. Informasikan nama generik dan nama dagang
yang dianjurkan dalam diet 3. Jelaskan tujuan dan kerja obat
4. Jelaskan dosis, rute dan durasi obat
Keterangan: 5. Evaluasi kemampuan klien menggunakan obat
1 : Tidak pernah 6. Ajarkan klien untuk melakukan prosedur sebelum
2 : Terbatas minum obat
3 : Sedang 7. Informasikan apa yang dilakukan jika dosis obat
4 : Luas hilang
5 : Sangat luas 8. Informasikan akibat tidak minum obat
9. Informasikan efek samping obat
3. Pengobatan, dengan 10. Jelaskan tanda dan gejala over dosis obat
indikator: 11. Jelaskan cara menyimpan obat
Menggambarkan metode 12. Jelaskan interaksi obat
pengobatan yang tepat 13. Jelaskan cara mencegah atau mengurangi efek
Menggambarkan tindakan- samping obat
tindakan dalam pengobatan 14. Berikan informasi tertulis tentang aksi, tujuan, efek
Menggambarkan efek samping samping obat, dll
dalam pengobatan
Menyebutkan interakasi obat
dengan agen yang lainnya
Menyebutkan rute pemberian
obat yang tepat
Keterangan :
1 : Tidak pernah
2 : Terbatas
3 : Sedang
4 : Luas
5 : Sangat luas
4 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu dalam perawatan diri (mandi, berpakaian,
(kurang perawatan diri : keperawatan selama … x 24 jam, berhias, makan, toileting)
mandi, berpakaian, klien mampu melakukan perawatan Definisi : membantu pasien untuk memenuhi ADL
makan, dan toileting) diri: Activities of Daily Living
Definisi : Gangguan (ADL), dengan indikator: Intervensi :
kemampuan untuk makan 1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang
melakukan ADL pada diri berpakaian mandiri.
toileting 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
Batasan karakteristik : mandi kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
ketidakmampuan untuk berhias 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
mandi, ketidakmampuan hygiene melakukan self-care.
untuk berpakaian, 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
oral hygiene
ketidakmampuan untuk normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
ambulasi: berjalan
makan, ketidakmampuan 5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
ambulasi: wheelchair
untuk toileting bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
transfer performance
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
Faktor yang untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak
Keterangan:
berhubungan : mampu untuk melakukannya.
1: bergantung total
kelemahan, kerusakan 7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
kognitif atau perceptual, 2 : dibantu orang dan alat 8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
kerusakan neuromuskular/ 3 ; dibantu orang aktivitas sehari-hari.
otot-otot saraf. 4 : dibantu alat
5: mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J., (2010), Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC :
Jakarta.
Mansjoer, A., dkk, (2014), Kapita selekta kedokteran, Edisi Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta.
Parsons, J.K. (2010). Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary
tract symptoms: Epidemiology and risk factors. Springer Journal, Curr
Bladder Dysfunct Rep, 5:212–218.
Putra, R.A. (2012). 2020, Lansia Indonesia lebih banyak hidup di kota.
Style sheet: http://mizan.com/news_det/2020-lansia-indonesia-lebih-
banyakhidup-di-kota.html.
Sjamsuhidajat, R., & Jong, de.W. (2015). Buku ajar ilmu bedah (Edisi 2).
EGC. (Hal 782–786): Jakarta
Smeltzer S.C., & Bare, B.G. (2013). Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing. (10th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.