Anda di halaman 1dari 15

Nama : Suci Yulisti

Kelas : 4282111100079

Mata Kuliah : Perpajakan

1. Dari beberapa pengertian pajak, tersimpul ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu :

Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah).

Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran Pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur

2. wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung artinya dengan kita membayar pajak maka
bukan berarti kita akan mendapat balasan yang berupa uang atau pun jasa melainkan ketersediaan
fasilitas umum oleh pemerintah. Fasilitas umum yang dimaksud misalnya jalanan, pasar, transportasi,
taman bermain dan lain-lain. Oleh karena fasilitas ini diberikan tidak serta merta atau langsung maka itu
dikatakan wajib pajak yang membayar pajak tidak akan mendapatkan balasan langsung karena yang
akan didapatkan adalah manfaat dari fasilitas fasilitas yang disediakan untuk warga secara tidak
langsung.

3. Pajak

Pajak adalah pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas penghasilan perorangan, perusahaan,
tanah, barang-barang pemberian, atau sumber-sumber lainnya untuk memberikan pemasukan bagi
barang umum (public). Pengumpulan dan pembayaran pajak dilaksanakan menurut hukum.

Karakteristik dan ciri-ciri pajak

Adanya iuran masyarakat kepada negara yang berarti bahwa pajak hanya dipungut oleh negara, tidak
boleh dipungut oleh swasta.
Pemungutan pajak oleh negara harus berdasarkan undang-undang yang dibuat oleh wakil-wakil rakyat
bersama pemerintah. Dengan adanya pajak yang dipungut berdasarkan undang-undang, berarti
pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Ada jasa timbal ( kontraprestasi ) dari negara secara langsung yang dapat ditunjuk. Berarti dengan
adanya pajak ada balas jasa, namun tidak dapat ditunjuk langsung kepada setiap individu.

Apabila ada kelebihan hasil pajak untuk membiayai pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran rutin
maupun pembangunan ), maka sisanya digunakan untuk publik investment.

Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu pada seseorang.

Retribusi

Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada masyarakat yang menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh negara. Disini terlihat bahwa bagi mereka yang membayar retribusi akan menerima
balas jasanya secara langsung berupa fasilitas negara yang digunakan.

Ciri-ciri dan karakteristik retribusi

Retribusi dipungut berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku untuk umum ( dalam hal ini UU dan
perda ).

Dalam pembayaran retribusi terdapat imbalan secara langsung yang dapat ditunjuk secara individual.

Hasil retribusi digunakan untuk pelayanan umum berkait dengan retribusi yang bersangkutan.

Pelaksanaannya dapat dipaksakan, namun paksaan ini bersifat ekonomis.

Perbedaan Pajak dan Retribusi

Pajak berasal dari dasar hukum undang-undang sedangkan retribusi berasal dari peraturan pengertian,
persamaan, dan perbedaan pajak dan retribusi pemerintah, peraturan menteri, atau pejabat negara
yang lebih rendah.

Balas jasa pada pajak bersifat tidak langsung sedangkan pada retribusi bersifat langsung dan nyata
kepada individu tersebut.

Pungutan pajak berlaku untuk umum seperti penghasilan, kekayaan, laba perusahaan dan kendaraan,
sedangkan pungutan retribusi hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu yang menggunakan jasa
pemerintah.
Pajak bersifat dapat dipaksakan (menurut UU). Jadi, wajib dibayar. Jika tidak, maka akan mendapatkan
sanksi, sedangkan retribusi dapat dipaksakan juga, akan tetapi paksaannya bersifat ekonomis yang
hanya berlaku kepada orang-orang yang menggunakan jasa pemerintah.

Lembaga pemungut pajak adalah pemerintah pusat maupun daerah (negara), sedangkan lembaga
pemungut retribusi hanya pemerintah daerah.

Pajak bertujuan untuk kesejahteraan umum, sedangkan retribusi bertujuan untuk kesejahteraan
individu tersebut yang menggunakan jasa pemerintah.

4. Brainly.co.id

Apa pertanyaanmu?

Sekolah Menengah Atas Ekonomi 5 poin

Sebutkan sumber -sumber penerimaan negara

Tanyakan detil pertanyaan Ikuti tidak puas? sampaikan! dari Arandryn 11.05.2018

Jawabanmu

JAWABAN PALING CERDAS!

riotjiandra

riotjiandra Ambisius

1. Pajak

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak
tertentu berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung
bagi pembayarnya. Jenis pajak di Indonesia:

a. Pajak Pusat:

- Pajak Penghasilan (PPh)

- Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)

- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)


- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

- Bea Meterai

- Bea Masuk

- Cukai

- Pajak Ekspor

b. Pajak Daerah:

- Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

- Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

- Pajak Reklame

- Pajak Hiburan

- Pajak Bahan Bakar

2. Retribusi

Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) berdasarkan undang-
undang (pemungutannya dapat dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi
pembayarnya. Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh
pemerintah, pembayaran uang sekolah, dll

3. Keuntungan BUMN/BUMD

Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN.
Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak memperoleh bagian
laba BUMD.

4. Denda dan Sita

Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik masyarakat, apabila masyarakat
(individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan pemerintah. Misalnya: denda
pelanggaran lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal,
penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll

5. Pencetakan Uang

Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak
ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak
harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi

6. Pinjaman

Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit
anggaran. Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban pemerintah, karena pinjaman
tersebut harus dibayar kembali, berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat diperoleh dari dalam
maupun luar negeri. Sumber pinjaman bisa berasal pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank,
maupun individu

7. Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah

Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu, institusi, atau pemerintah.
Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Tidak ada kewajiban
pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan, hadiah, dan hibah
bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak
yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah.

8. Penyelenggaraan Undian Berhadiah

Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah dengan menunjuk suatu institusi tertentu
sebagai penyelenggara. Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian
dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan.Banyak negara menyelenggarakan
undian berhadiah, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah).

5. Ada 2 ( dua ) ajaran atau pendapat mengenai saat timbulnya utang pajak yaitu Ajaran Materiil dan
Ajaran Formil.

1. Ajaran Materiil
Dalam ajaran materiil, utang pajak timbul karena Undang Undang dan karena ada sebab-sebab yang
mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak, yaitu karena perbuatan, keadaan dan
peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.

Contoh perbuatan, keadaan dan peristiwa yang menyebabkan utang pajak adalah :

Perbuatan : mendirikan bangunan, melakukan kegiatan impor/ekspor,bepergian keluar negeri.

Keadaan : memiliki tanah/bumi dan bangunan, memperoleh penghasilan, memiliki kendaraan bermotor.

Peristiwa/kejadian : mendapat hadiah undian.

2. Ajaran Formil

Dalam ajaran formil, utang pajak timbul dikarenakan adanya ketetapan pajak dari pemerintah atau
fiskus. Sehingga pajak terutang pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak oleh pihak
fiskus/pemerintah.

6. Kelola Pajak Online dengan Hitung, Setor & Lapor secara terintegrasi dalam 1 Aplikasi Pajak Online
kami. Praktis ✔ GRATIS Selamanya ✔ Coba Sekarang!

Menu

Mulai Sekarang

Menilik Timbul dan Hapusnya Utang Pajak di Indonesia

OLEH DINA LATHIFA

SEPTEMBER 26, 2019

3 MENIT

Share on facebook

Share on whatsapp

Share on twitter

Share on linkedin
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Timbul dan hapusnya utang pajak masih menjadi perbincangan hangat di antara para praktisi. Pasalnya,
belum ada penjelasan mengenai timbulnya utang pajak dalam undang-udang sehingga terjadi
perbedaan pendapat atau persepsi mengenai hal tersebut.

Penyebab Timbulnya Utang Pajak

Meski belum ada peraturan yang menjelaskan tentang timbulnya utang pajak, para praktisi saat ingin
menggunakan dua teori atau dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak.

1. Ajaran Formil

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus (pegawai pajak yang
membantu Wajib Pajak/Subjek Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya). Hal ini terjadi jika
pemungutan pajak dilakukan dengan official assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak di
mana jumlah pajak yang harus dibayar dan dihitung oleh fiskus. Kemudian fiskus akan mengirimkan
surat pemberitahuan terkait jumlah yang harus dibayarkan kepada Wajib Pajak.

2. Ajaran Materil

Utang pajak timbul karena undang-undang dan karena ada sebab yang mengakibatkan seseorang atau
suatu pihak dikenakan pajak. Sebab-sebab yang membuat seseorang memiliki utang pajak di antaranya:

Perbuatan, yaitu mendirikan bangungan, melakukan kegiatan impor atau ekspor, serta bepergian ke luar
negeri.

Keadaan, yaitu memiliki tanah atau bumi dan bangunan, memperoleh penghasilan, serta memiliki
kendaraan bermotor.

Peristiwa atau kejadian, yaitu mendapat hadiah undian.

Jadi sampai saat ini, para praktisi menggunakan dua ajaran ini untuk menilai munculnya utang pajak
pada wajib pajak.

6. Cara Penghapusan Utang Pajak

1. Pembayaran
Cara pertama menghapus utang pajak adalah dengan membayarnya pada negara. Pembayarannya
secara lunas dalam bentuk sejumlah uang oleh Wajib Pajak ke Kas Negara. Dalam hal ini, Wajib Pajak
dapat membayarnya sendiri atau menguasakannya pada pihak lain selama pihak tersebut bertindak atas
nama wajib pajak yang memiliki utang pajak.

Selain itu, pembayaran ini perlu menggunakan mata uang yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini
adalah Rupiah.

2. Kompensasi

Kompensasi dapat dilakukan jika Wajib Pajak memiliki kelebihan dalam membayar pajak sehingga dapat
digunakan untuk membayar utang pajak. Kelebihan bayar pajak sendiri dapat terjadi karena berbagai
hal, seperti perubahan undang-undang pajak, kekeliruan pembayaran, adanya pemberian pengurangan,
dan sebagainya. Karena itu, kelebihan pajak ini dapat dikreditkan.

Wajib pajak dapat menghapus utang pajak menggunakan cara ini dengan syarat ia wajib mengajukan
sendiri kepada pejabat pajak. Selain itu, Wajib Pajak tidak bisa mengkompensasikan utang pajak dengan
utang biasa karena berbeda konteks.

Kompensasi dapat berupa:

Kompensasi kerugian, ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu kompensasi kerugian yang mendatar
(horizontal compensative), kompensasi yang tegak (vertical compensative), dan kompensasi kerugian
perang.

Kompensasi pembayaran, ini dapat dilakukan jika salah satu pihak memiliki utang dan memiliki tagihan
pada pihak lain.

Jika ingin menggunakan cara kompensasi, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan:

Bahwa pada saat yang sama, kedua subjek saling mempunyai tagihan.

Hal yang dikompensasikan hanyalah dua utang berupa uang dan barang yang sama macamnya.

Kompensasi berlaku karena hukum, bahkan jika pihak yang berhutang tidak mengetahuinya dan saling
menghilangkan utang yang sama besarnya pada saat yang sama.
3. Kedaluwarsa

Kedaluwarsa di sini adalah kedaluwarsa penagihan. Melansir dari DJP, hak untuk menagih pajak
kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejat tanggal terutang pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan.

Kedaluwarsa penagihan pajak dapat dicegah dengan melakukan penagihan teguran, dan pengakhiran
dengan mengajukan permohonan keberatan atau penangguhan.

Selain itu, ada dua macam kedaluwarsa dalam hal utang pajak. Pertama adalah kedaluwarsa lemah
(penagihannya kedaluwarsa), dan kedua adalah kedaluwarsa kuat (utangnya kedaluwarsa).

4. Pembebasan

Alternatif lain untuk menghapus utang pajak adalah dengan cara pembebasan. Namun, pembebasan di
sini pada umumnya bukan berarti menghilangkan pokok utang pajak, meniadakan sanksi administratif
terkait utang pajak.

Tetapi, utang pajak dapat berakhir dengan pembebasan karena cara ini merupakan sarana hukum pajak
untuk melepaskan tanggung jawab wajib pajak berupa membayar pajak.

5. Penghapusan/Peniadaan

Penghapusan utang pajak mirip dengan cara pembebasan. Perbedaannya, cara penghapusan diberikan
karena keadaan keuangan Wajib Pajak.

Penghapusan juga merupakan cara untuk mengakhiri utang pajak. Namun, hanya dengan alasan
tertentu, seperti Wajib Pajak terkena musibah atau karena dasar penetapannya tidak benar. Ketika
utang pajak telah dihapus, perikatan pajak akan berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi memiliki
kewajiban membayar pajak yang terutang.

7. - fungsi anggaran atau penerimaan (budgetair)

- fungsi mengatur (regulerend)

- fungsi stabilitas
- fungsi redistribusi penerimaan

8. Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau penerimaan (budgetair): pajak
merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara dari sektor perpajakan dimasukkan ke dalam komponen
penerimaan dalam negeri pada APBN.

Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi mengatur (regulerend) : pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya
adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah dan minuman keras.

Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas : pajak sebagai penerimaan negara dapat
digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya adalah kebijakan stabilitas
harga dengan tujuan untuk menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat lewat
pemungutan dan penggunaan pajak yang lebih efisien dan efektif.

Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan negara dari pajak
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka
kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

9. Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam setiap aktivitas pemungutan
pajak. Berikut ini 5 syarat pemungutan pajak di Indonesia.

Syarat Keadilan (pemungutan pajak harus adil).

Syarat Yuridis (pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang).

Syarat Ekonomis (pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian nasional).

Syarat Finansial (pemungutan pajak harus efisien).

Syarat Sederhana (sistem pemungutan pajak harus sederhana).

Dalam setiap aktivitas pemungutan pajak, penerapan sekian syarat tersebut punya arti yang penting.
Sebab, tanpa syarat tersebut, aktivitas pemungutan pajak bisa menghadapi kendala bahkan melenceng
dari target yang ditetapkan.

Agar lebih jelas lagi, berikut ini uraian dari masing-masing syarat pemungutan pajak tersebut:

Syarat Keadilan
Pemungutan pajak harus berlandaskan keadilan, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai keadilan bagi masyarakat. Contoh dari adil yang dimaksud antara lain:

Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang.

Setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak haruslah menyetorkan pajaknya.

Adanya sanksi untuk pelanggaran-pelanggaran pajak yang terjadi.

Syarat Yuridis

Pemungutan pajak selalu didasarkan pada undang-undang yang berlaku. Salah satu undang-undang
yang mengatur pemungutan pajak adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Perpajakan. Dengan adanya pengaturan dalam bentuk undang-undang, pemerintah memberikan
jaminan hukum bagi terlaksananya aktivitas pemungutan pajak.

Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas perekonomian yang dapat mengakibatkan
kelesuan perekonomian nasional. Contohnya, pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas
produksi ataupun perdagangan yang sedang berlangsung.

Syarat Finansial

Pemungutan pajak harus dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
Efisien maksudnya pemungutan pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan
biaya minimal.

Efektif artinya pemungutan pajak harus membawa hasil sesuai perhitungan yang telah dilakukan. Dalam
syarat ini, biaya pemungutan pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang diterima kas
negara.

Syarat Sederhana

Sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah dimengerti wajib pajak. Sistem pemungutan
pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak dalam melaporkan pajak mereka dan mendorong
masyarakat memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian, pemasukan negara dari pajak akan
semakin meningkat.

Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam setiap aktivitas pemungutan
pajak.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Syarat pemungutan pajak di Indonesia berkaitan dengan sistem pemungutan pajaknya yaitu sistem
withholding tax. Dalam sistem ini pemungutan pajak berupa pemungutan dan/atau pemotongan.

Pemungutan ini berkaitan dengan jumlah pajak yang dipungut untuk pembayaran-pembayaran yang
dianggap memiliki potensi menghasilkan pendapatan bagi penerima pembayaran, misalnya PPh pasal
22.

Sedangkan maksud dari pemotongan pajak disini adalah jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi
penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya, contohnya PPh pasal 21 dan PPh
pasal 23.

Siapa yang dapat disebut pemungut pajak?

Pemungut pajak adalah pihak yang melakukan pemungutan pajak berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2018 Pasal 22, yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak yaitu:

1. Bendahara pemerintah, pejabat pemegang kas, dan pejabat lainnya yang menjalankan fungsi sama,
baik yang bekerja di pemerintah pusat dan daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;

2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antara
lain otomotif dan semen; dan
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.

Berikut ini tiga ketentuan mengenai pemungut pajak

Pemungut pajak haruslah ditunjuk secara selektif agar memiliki kompetensi yang cukup untuk bersikap
efisien dan efektif dalam pemungutan pajak;

Pemungut pajak tidak mengganggu kelancaran ekonomi masyarakat seperti mengganggu kelancaran
peredaran barang.

Pemungut pajak melaksanakan pemungutan dengan cara yang sederhana sehingga masyarakat mudah
mengerti akan prosesnya.

Mengapa harus ada syarat pemungutan pajak?

Penerapan syarat pemungutan pajak ditujukan untuk banyak hal. Pertama, untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak. Kedua, untuk tujuan
kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu.

Syarat pemungutan pajak ini merupakan landasan bagi para pemungut pajak, wajib pajak atau mereka
yang bergerak di dunia perpajakan, dalam memberlakukan pajak yang adil demi tercapainya Sila Kelima
Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

10. 1. Asas finansial

Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan (finansial) atau besaran
pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.

Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar Rp15.000.000 per
tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per
tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut tentu saja berbeda.
Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus dibayarkan kedua orang tersebut harus
lebih kecil dari pendapatan mereka selama setahun.

2. Asas ekonomis

Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan sesuai dengan
kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi penyebab
merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan
pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui
skema lain seperti utang luar negeri.

3. Asas yuridis

Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945. Selain itu pemungutan
pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang, yaitu:

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. Asas umum
Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini, pemungutan pajak di
Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik pemungutan maupun penggunaan pajak
memang dirancang dari dan untuk masyarakat Indonesia.

5. Asas kebangsaan

Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar pajak
sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal
atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini
wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

6. Asas sumber

Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan berdiri atau
tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang
tinggal dan bekerja di Indonesia.

Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Australia, meskipun
secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi berdasarkan sumber pendapatannya Pak
Ahmad tidak wajib membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah Indonesia.

7. Asas wilayah

Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu Laila merupakan WNI
yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila
tidak wajib dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia
dalam jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang berlaku di
negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai