Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

Diajkukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pengampu :

Nina Gartika, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :

Farhan Fauzi

NIM. 402020041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
A. Definisi
Oksigenasi adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh, oksigen juga kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan dan
aktivitas berbagai sel organ atau sel. Seseorang biasanya mengalami
masalah oksigenasi disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika
seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau
potensial pada status pernapasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif
2. Ketidakefektifan pola pernapasan adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial
yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan.
3. Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika seseorang individu
mengalami penurunan jalanya gas yang aktual dapat mengalami
potensial antara alveoli paru-paru dan sistem veskular.

Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia


atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan untuk dalam proses metabolisme sel.
Pemberian O2 binasal merupakan pemberian oksigen melalui hidung
dengan kanula ganda.

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh, oksigen juga dapat diartikan sebagai kegiatan
memasukan zat asam O2 ke dalam paru dengan alat khusus.

Tujuan pemberian oksigenasi:

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan


2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernapasan dalam


mempertahankan oksigenasi, tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transfor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardiu,
beberapa metode pemberian oksigen:

a. Low flow oxygen system


Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi
pemberianya bervariasi menurut pola pernapasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen
dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pla pernafasan pasien.

B. Fisiologi pernapasan
1. Struktur Sistem Pernapasan
a. Saluran pernapasan atas
Fungsinya adalah untuk menyaring, menghangatkan dan
melembapkan udara yang dihirup. Terdiri dari : hidung, faring,
laring, epiglotis.
b. Saluran pernapasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukosa
ciliary, memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea,
bronchus, paru.

Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran


O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:
a. Ventilasi pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar masuk paru-paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi proses pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus.
b. Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi
atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membran kapiler.
c. Transpor oksigen dan karbondioksida
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-
paru.
 Transpor O2.
Normalnya sebagian oksigen (97%) berikatan lemah
dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh tubuh
jaringan dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2), sisanya
terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh
ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi
(aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah
yang dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam
plasma.
 Transfor CO2
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus
diangkut menuju paru-paru melalui 3 cara : sebagian
besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah
merah dalam bentuk bicarbonat (HCO3), sebanyak 23%
karbondioksida berikatan dengan hemoglobin
membentuk karbaminohemoglobin (HBCO2), sebanyak
7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dalam bentuk asam bicarbonat.

Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada proses


metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan.

C. Nilai-nilai normal

Parameter Nilai normal


Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi 1100 ml
(VCE)
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional 2300 ml
(KRF)
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigen adalah :
1. Tahap perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki
dada yang kecil dan jalan nafas pendek. Bentuk dada bulat pada
waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
belakang berkurang dengan proposi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thoraks diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thoraks dan pola
napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makin tinggi daratan, maka semakin rendah PaO2, sehingga
semakin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya
individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan
jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3. Gaya hidup.
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen
dalam tubuh. Merokok dan pekerjan tertentu pada tempat yang
berdebu dapat menjadi presdiposisi penyakit paru.
4. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat
pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu
penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contok kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi trasnportasi gas-gas tersebut.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan di medula. Oleh karena
itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus
memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasandapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler
paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke sel
jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan


obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang di inspirasi sampai
jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit,
dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.

7. perubahan pola napas


pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamanya. Bernapas yang
sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas
cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut
jantung meningkat.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atau bawah.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutukan tindakan yang
tepat.

E. Jenis gangguan
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia :
a. Gangguan pernapasan
b. Gangguan peredaran darah
c. Gangguan sitem metabolisme
d. Gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen
(nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan, sering ddisebut hyperventilasi
alveoli sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan
tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang
diproduksi menyebabkan peningkatan rata-rata dan kedalaman
pernapasan.
Tanda dan gejala :
a. Pusing
b. Nyeri kepala
c. Henti jantung
d. Koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh) sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.
Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kolaps alveoli,
obstruksi jalan napas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala :
a. Napas pendek
b. Nyeri dada
c. Sakit kepala ringan
d. Pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne strokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi dari pernapasan yang
sangat dalam lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif dan overdosis obat.
Fisiologis :
a. Orang yang berada di ketinggian 12000-15000 kaki
b. Pada anak-anak yang sedang tidur
c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi.

Pathologis :

a. Gagal jantung
b. Pada pasien uremi.
5. Kussmaul’s
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari
20x/menit dijumpai pada asidosis metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti napas, pada gangguan sistem saraf pusat.
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat.

F. Pengkajian
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun secara fisiologis jenis kelamin dan pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya atau
penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Kelyhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(paliatif/propokatif, quality, regio, skala dan time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30-60x/menit
b. Bayi : 44x/menit
c. Anak : 20-25x/menit
d. Dewasa : 15-20x/menit
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah atau penyakit yang sama
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll
6. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan
(gangguan hidung dan tenggorokan) seperti epiktasis (kondisi
akibat luka atau kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker),
obstruksi nasal (akibat polip, hipertrofi tulang hidung, tumor dan
influenza) dan keadaan lain yang mengganggu pernapasan.
Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada
daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan
kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5̊C sakit kepala lemas sakit
perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak) faring berwarna
merah dan adanya edema
7. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai
apakah batuk termasuk batuk kering keras dan kuat dengan suara
mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasen yang
mengalami penyakit kanker.
Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada
bagian tenggotokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana pasien sedang makan merokok, atau saat pada malam hari.
Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah
berdebu, penuh asap dan adanya kecenderungan adanya alergi)
perlu dilakukan pengkajian sputum dilakukan dengan cara
memeriksan warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah
terhadap sputum yang dikeluarkan pasien
8. Sakit dada
Pengkajian sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang
sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan posisi pasien saat berubah, serta ada atau tidaknya
hubungan antara waktu inspirasi inspirasi dan ekspirasi dengan
rasa sakit.
9. Pengkajian fisik
1) Infeksi, pengkajian ini meliputi :
a. Pertama penentuan tipe jalan nafas seperti menilai
apakah nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal,
atau menggunakan selang endotrakeal atau trachostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan
ada atau tidaknya secret, pendarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik
b. Kedua perhitungan prekuensi pernafasan dalam waktu
satu menit (umunya wanita bernapas lebih cepat) yaitu
20x/menit orang dewasa, <30x/menit pada anak-anak,
bayi pernapasan ,50x/menit.
c. Ketiga pemeriksaan sifat pernapasan yaitu torakal
abdominal dan kombinasi dari keduanya
d. Keempat pengkajian irama pernafasan yaitu menelaah
masa inspirasi dan ekspirasi pada keadaan normal
ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang
sesak napas ekspirasi lebih cepat dalam keadaan normal
perbandingan frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi
adalah 1:1 sedangkan pada orang yanng keracunan
barbiturat perbandinganya adalah 1:6 kaji ritme atau
irama pernafasan yang secara normal adalah reguler /
irragular
a) Caine stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang di selingi apnea
b) Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam,
atau pernapasan diot yaitu pernapasan yang ritme
maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea
e. Kelima pengkajian terhadap dalam dangkalnya
pernapasan. Pada pernapasan dangkal dingding thoraks
hampir tidak kelihatan bergerak ini biasaanya dijumpai
pada pasien empisema
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti
nyeri tekan yang dapat timbl akibat luka peradangan
setempat metastasis tumor ganas pleuritis atau
pembengkakan dan benjolan pada dada melalui palpasi
dapat diteliti gerakan dingding thoraks pada saat ekspirasi
dan inspirasi terjadi kelainan pada paru seperti getaran
suara atau premitus vokal dapat dideteksi bila terdapat
getaran suatu diperiksaan letakan tanganya pada saat pasien
berbicara, getaran yang terasa oleh pemeriksan dapat juga
ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran oleh
membran pleura pada pleuritis
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya,
suara perkusi paru perawat melakukan perkusi untuk
mengkaji resonansi pulmoner organ yang ada disekitarnya
dan perkembangan (ekskursi) diagfrahma. Jenis suara
perkusi ada 2 jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
 Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru
dan normalnya bergaung dan bersuara rendah.
 Dullnes : dihasilkan diatas pada bagian jantung atau
paru-paru
 Timpany : dihasilkan diatas perut yang berisi udara
yang umunya bersifat musikal.
b. Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang
abnormal berisi udara
 Platnes : nadanya lebih tinggi dari dullnes dan dapat
didengar pada perkusi daerah paha dimana seluruh
areanya berisi jaringan
4) Auskultasi

Auskultasi pengkajian yang sangat bermakna mencangkup


mendengar suara napas dan suara napas tambahan (abnormal)
suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih
Jenis suara napas normal adalah :

a. Bronkial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang dihasilkan melalui suatu tube
(pipa) suaranya terdengar keras, nyaring dengan hembusan
yang lembut fase ekspirasinya lebih panjang daripada
inspirasi dan tidak ada jeda diantara kedua fase tersebut
(E>1) normal terdengar diatas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
b. Bronkopesikular
Merupakan gabungan suara napas bronkhial dan vesikular
suaranya terdengar nyaring dengan instesitas sedang
inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E=I) suara ini
terdengar didaerah dada dimana bronkus tertutup oleh
dingding dada
c. Vesikular
Mendengar lembut halus, seperti angin spoispoi inspiarsi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan (E<I)
Jenis suara napas tambahan adalah :
a. Wezing : terdengar selama ekspirasi dan inspirasi
dengan karakter suara nyaring musikal suara terus
menerus yang disebabkan aliran udara melalui aliran
jalan napas yang menyempit
b. Bronchi : terdengar selama fase ekspirasi dan isnpirasi
karakter suara terdengar perlahan nyaring dan suara
menggorok secara terus menerus berhubungan dengan
secresi kental dan peningkatan produksi sputum
c. Pleural fiktion rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi karakter suara kasar bersiut dan suara seperti
gesekan akibat inflamasi pada daerah pleura seringkali
pasien mengalami sakit pada saat bernafas dalam.
d. Kracles : dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Fine crakles setiap fase sering terdengar pada saat
inspirasi karakter suara melutup terpatah patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkeolus suara seperti rambut yang digesekan
2. coarse crakles lebih menonjol saat ekspirasi karakter
suara lemah dan kasar suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar mungkin akan berubah pada saat pasien batuk\
G. Diagnosa keperawatan
1. ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. ketidakefektifan pola napas
3. gangguan pertukaran gas

H. Intervensi

Hari Diagnosa Tujuan Intervensi


/tgl keperawatan
Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadaan umum
bersihan jalan keperawatan selama 1x24 pasien dan TTV
napas jam diharapkan bersihan 2. Auskultasi bunyi nafas
jalan nafas efektif dengan 3. Atur posisi yang nyaman
kriteria hasil : seperti posisi semi fowler
1. Menunjukan jalan 4. Beri latihan pernafasan
nafas bersih dalam dan batuk efektif
2. Tidak ada penggunaan 5. Kolaborasi humidikasi
otot bantu nafas tambahan (nebulizer) dan
3. Mampu melakukan terapi oksigen
perbaikan bersihan jala
nafas

ketidakefektifan setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadaan umum


pola nafas keperawatan selama 1x24 pasien dan TTV
jam diharapkan pola nafas 2. Atur posisi sesuai
efektif degan kriteria hasil: kebutuhan seperti semi
1. Menunjukan pola nafas fowler
efektif dengan 3. Ajarkan teknik nafas
frekuensi nafas 16- dalam
24x/menit dan irama 4. Kolaborasi dalam
teratur pemberian oksigenasi
2. Mampu menunjukan
perilaku peningkatan
fungsi paru
Ganggguan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadaan umum
pertukaran gas keperawatan selama 1x24 pasien dan TTV
jam diharapkan 2. Observasi warna kulit dan
mempertahankan capilary refil
pertukaran gas yang 3. Kurangi aktivitas pasien
normal dengan kriteria 4. Beri posisi pasien yang
hasil : nyaman, seperti semi
1. Menunjukan perbaikan fowler
ventilasi dan oksigenasi 5. Kolaborasi dalam
jaringan pemberian oksigenasi
2. Tidak ada gejala distres
pernafasan

I. Referensi

Asmadi,2012. Teknik prosedural keperawatan :konsep dan aplikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika

Carpenito-moyet, Lynda Juall.2012 Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Edisi 13. Jakarta EGC.

Hidayat,A Aziz Alimul, 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai