Anda di halaman 1dari 6

Pandangan Islam soal Menyusui dan Waktu Menyapih Anak

Menyapih anak bukanlah urusan biasa karena hal ini ada kaitannya dengan asupan ASI pada bayi,
sedang ASI sendiri merupakan makanan paling penting pada proses pertumbuhan seorang anak
manusia, dan bahkan anak yang tidak diberi asi sewaktu kecilnya akan sangat berpengaruh pada
kesehatan dan kepribadiannya kelak jika ia dewasa. Dan bila kesehatan dan kepribadian seseorang
bermasalah, maka bukan cuma mempengaruhi kedidupannya di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Itulah sebabnya mengapa Al-Qur’an bahkan sampai menyebutkan persoalan ini lebih dari satu kali.
Dan Anda juga pasti tau bahwa perkara apa saja yang disebutkan oleh Al-Qur’an maka sudah pasti
hal tersebut merupakan perkara penting dan tidak bisa diabaikan.

Ada banyak sekali permasalah yang sering dipertanyakan ibu soal waktu menyapih anak, mulai dari
waktu terbaiknya, kapan sebaiknya dihentikan, bila kurang apa akibatnya dan bila lebih dari yang
digariskan oleh Al-Qur’an apakah boleh dan apa saja efeknya.

Apa Saja Pandangan Islam soal Menyusui Anak dan Waktu Menyapih Anak

Perlu diketahui bahwa dalam mencari hukum suatu perkara maka yang paling utama dijadikan
rujukan adalah Al-Qur’an, dan baru setelah tidak ditemukan dasarnya dalam Al-Qur’an maka
selanjutnya mencari dalam hadis Nabi, terutama dalam Kitab 9 Hadis yang masyhur. Dan bila juga
tak ditemukan maka selanjutnya didasarkan pada pendapat jumhur ulama dan Qiyas. Asalkan jangan
menebak sendiri karena sudah pasti kemungkinan salahnya lebih besar.

1. Dalil Al-Qur’an

Al-Baqarah ayat 233

َّ‫اع َۚ‌ة َو َعلَى ۡٱل َم ۡولُ و ِد لَ ُه ۥ ِر ۡزقُهُن‬ َ ‫ض‬ َ َّ‫ن لِ َم ۡن أَ َرا َد أَن ُي ِت َّم ٱلر‬ ‌ِۖ ‫ض ۡع َن أَ ۡولَ ٰـ َدهُنَّ َح ۡولَ ۡي ِن َك ا ِملَ ۡي‬ ِ ‫َٲت ي ُۡر‬ ُ ‫َو ۡٱل َوٲلِ د‬
ۡ ۬ ۢ َ ‫ُوفِ‌ اَل ُت َكلَّفُ َن ۡفسٌ إِاَّل وُ ۡس َع َه ۚا‌ اَل ُت‬ ۚ ‫َوك ِۡس َو ُتہُنَّ ِب ۡٱل َم ۡعر‬
‫ث‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫ضٓارَّ َوٲلِ َدةُ ِب َولَ ِد َها َواَل َم ۡولُو ٌد لَّ ُه ۥ ِب َولَ ِد ِهۦ‌ۚ َو َعلَى ٱل َو‬
ۡ‫ض ع ُٓو ْا أَ ۡولَ ٰـدَ ُكم‬ِ ‫اح َعلَ ۡي ِہ َم ۗا‌ َوإِ ۡن أَ َرد ُّتمۡ أَن َت ۡس َت ۡر‬َ ‫اض م ِّۡن ُہ َما َو َت َشاوُ ۬ ٍر َفاَل ُج َن‬ ۬ ٍ ‫صاالً َعن َت َر‬ َ ِ‫ك َفإِ ۡن أَ َرادَا ف‬ ‌َۗ ِ‫م ِۡث ُل َذٲل‬
:‫ص ي ۬ ٌر (البق رة‬ َ ُ‫ٱعلَ ُم ٓو ْا أَنَّ ٱهَّلل َ ِب َم ا َت ۡع َمل‬
ِ ‫ون َب‬ ۗ ‫اح َعلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َس لَّ ۡم ُتم مَّٓا َءا َت ۡي ُتم ِب ۡٱل َم ۡعر‬
ۡ ‫ُوفِ‌ َوٱ َّتقُ و ْا ٱهَّلل َ َو‬ َ ‫َفاَل ُج َن‬
)٢٣٣
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf (baik). Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (2:233)

Al-Ahqaf ayat 15

1
‫ون َش ۡہرً ۚا‌ َح َّت ٰ ٓى‬
َ ‫ِص ٰـلُ ُه ۥ َثلَ ٰـ ُث‬َ ‫ض َع ۡت ُه ُك ۡر ۬ ًه ۖا‌ َو َح ۡملُ ُه ۥ َوف‬ َ ‫نس ٰـ َن ِب َوٲلِد َۡي ِه إِ ۡح َس ٰـ ًن ۖا‌ َح َملَ ۡت ُه أ ُ ُّم ُه ۥ ُك ۡر ۬ ًها َو َو‬
َ ِ ‫َو َوص َّۡي َنا ٱإۡل‬
َ ‫ك ٱلَّت ِٓى أَ ۡن َع ۡم‬ ۬
‫ت َعلَىَّ َو َعلَ ٰى َوٲلِ دَىَّ َوأَ ۡن‬ َ ‫ِين َس َن ًة َق ا َل َربِّ أَ ۡو ِز ۡعن ِٓى أَ ۡن أَ ۡش ُك َر ن ِۡع َم َت‬ َ ‫ش َّدهُ ۥ َو َبلَ َغ أَ ۡر َبع‬ ُ َ‫إِ َذا َبلَ َغ أ‬
َ ‫ك َوإِ ِّنى م َِن ۡٱلم ُۡسلِم‬
‫ِين‬ َ ‫ت إِلَ ۡي‬ ‌ٓۖ ‫صل ِۡح لِى فِى ُذرِّ َّيت‬
ُ ‫ِى إِ ِّنى ُت ۡب‬ ۡ َ‫ض ٰٮ ُه َوأ‬َ ‫ص ٰـلِ ۬حً ا َت ۡر‬ َ ‫أَ ۡع َم َل‬
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” (46:15)

Luqman ayat 14

‫ك إِلَىَّ ۡٱلمَصِ ي ُر‬ َ ‫َو َوص َّۡي َنا ٱإۡل ِن َس ٰـ َن ِب َوٲلِدَ ۡي ِه َح َملَ ۡت ُه أ ُ ُّم ُه ۥ َو ۡه ًنا َعلَ ٰى َو ۡه ۬ ٍن َوف‬
ۡ ‫ِص ٰـل ُ ُه ۥ فِى َعا َم ۡي ِن أَ ِن‬
َ ‫ٱشڪ ُۡر لِى َول َِوٲلِدَ ۡي‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Catatan: “…menyapihnya dalam dua tahun” maksudnya selambat-lambat waktu menyapih adalah
setelah anak berumur dua tahun. (menurut salah satu catatan terjemahan Al-Qur’an)

Kapan waktu terbaik menyapih anak?

Dalam Al-Qur’an sendiri kita mendapati beberapa dalil mengenai waktu menyusui ini. Sebagaimana
disebutkan: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
(ibu) yang ingin menyempurnakan penyusuan…” (QS. Al-Baqarah ayat 233). Dari penggalan ayat ini
dapat kita pahami bahwa waktu terbaik menyapih anak adalah setelah ia menyusui selama 2 tahun
atau 24 bulan. Selain itu bila merujuk pada ayat kedua di atas yang menyebutkan “…
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan” Para ulama menyimpulkan
berdasarkan penggalan ayat tersebut, bahwa masa mengandung seorang ibu hingga masa
menyapihnya anak adalah 30 bulan, dengan perhitungan masa hamil yang paling cepat adalah 6
bulan, sehingga masa menyusui menjadi dua tahun penuh (6 + 24 = 30), atau masa hamil 9 bulan
dan masa menyusui dua puluh satu bulan. Apabila masa kehamilan normal 9 bulan ditambah
menyusui penuh selama 24 bulan maka totalnya adalah 33 bulan, waktu ini adalah waktu yang
cukup sempurna dalam memberikan asupan makanan pada bayi yang belum bisa mencari
makanannya sendiri. Kesimpulannya adalah bahwa waktu terbaik menyapih anak adalah setelah 2
tahun menyusui, namun tidak ada larangan jika kurang atau lebih.

Kapan waktu menyapih anak? Apakah boleh menyapih anak kurang dari 2 tahun?

Nah, timbul pertanyaan, bagaimana jika kurang dari itu? Jawabannya masih dalam ayat yang sama,
yakni “…Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya” Maksudnya adalah tidak ada larangan jika
sang anak disapih kurang dari 2 tahun, selama antara ibu dan bapaknya sama-sama rela dan tidak

2
menimbulkan perselisihan yang dapat merusak rumah tangga. Dan bahkan bisa jadi hukumnya wajib
jika si ibu terus menyusui dapat menyebabkan sakit atau kematian baginya.

Salah dalil dalan hadis Nabi mengenai ini adalah:

‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬


َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫اس ُم ابْنُ َر ُس‬ ِ ‫ لَمَّا ُتوُ ِّف َي ْال َق‬: ‫ْن َعلِيٍّ َقا َل‬ ِ ‫ْن ب‬ِ ‫ُسي‬ َ ‫ْن َعنْ أَ ِبي َها ْالح‬ َ ‫ت ْالح‬
ِ ‫ُسي‬ ِ ‫َعنْ َفاطِ َم َة ِب ْن‬
ِ ‫اع ُه َف َقا َل َر ُس و ُل هَّللا‬
َ ‫ض‬َ ‫ان هَّللا ُ أَ ْب َقاهُ َح َّتى َيسْ َت ْك ِم َل ِر‬
َ ‫ت لُ َب ْي َن ُة ْال َقاسِ ِم َفلَ ْو َك‬ْ َّ‫ِيج ُة َيا َرسُو َل هَّللا ِ دَر‬
َ ‫ت َخد‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم َقال‬
)‫ضاعِ ِه فِي ْال َج َّن ِة (رواه ابن ماجه‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِنَّ إِ ْت َما َم َر‬
َ
dari Fatimah binti Al Husain dari bapaknya Al Husain bin Ali ia berkata, “Tatkala Al Qasim putra
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Khadijah berkata, “Wahai Rasulullah, air susu Al Qasim
melimpah, sekiranya saja Allah memberinya kehidupan hingga tuntas penyusuannya. ” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menjawab: “Sungguh penyusuannya akan disempurnakan di surga. ”
(HR. Ibnu Majah – Kitab : Jenazah, Bab : Menshalati putera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
No. Hadist : 1501 – berdasarkan software hadis Lidwa)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan : “”Sesungguhnya di dalam surga
sudah ada yang akan menyempurnakan penyusuannya, dan ia termasuk Shiddiq (jujur).” (HR. Ahmad
– Kitab : Musnad penduduk Kufah, Bab : Hadits Al Barra` bin ‘Azib Radliyallahu ta’ala ‘anhu, No.
Hadist : 17766 – berdasarkan software hadis Lidwa)

Jadi tak perlu merasa bersalah jika anak sampai harus disapih kurang dari 2 tahun karena kondisi
tertentu, karena toh Nabi sudah memberikan pejelasannya dari hadis di atas.

Bagaimana bila lebih dari dua tahun?

Sebaiknya hindari. Ini alasannya:

Dalam ketiga ayat di atas sama sekali tidak ada yang menyebutkan larangan jika menyusui anak di
atas 2 tahun, namun karena Allah swt. telah menyebutkan angka pastinya waktu menyapih anak
maka sudah pasti hal tersebut punya alasan kuat, baik itu pada dampak kesehatan dan kepribadian
anak serta kesehatan payudara ibu itu sendiri. Jika demikian halnya, maka menyusui lebih dari 2
tahun tidak ada anjurannya dan juga tidak ada larangannya. Namun, beberapa literatur
menyebutkan efek samping jika ASI terus diberikan pada anak di atas usia 2 tahun, di antaranya:

Disebutkan dalam penjelasan salah satu artikelnya bahwa ASI pada ibu yang menyusui yang sudah
lebih dari 2 tahun sudah tidak mengandung kalori dan gizi yang cukup lagi untuk dikomsumsi buat
anak. Selain itu, di masa seperti itu, dalma kondisi tertentu, biasanya produksi ASI dari payudara juga
sudah semakin menurun dan hanya akan membuat si ibu menjadi sakit bila terus diisap oleh
anaknya sedang ASI yang keluar sangat sedikit. Dan jika dikaitkan pada masalah kepribadian maka si
anak akan menjadi kurang mandiri dan manja karena selalu tergantung pada ibunya. Selain itu, ia
juga akan terlambat dan sulit bersosialisasi dengan anak seusianya, karena pada anak lain sudah
mulai bebas bermain dengan yang lainnya, dia malah masih terus digendong dan dimanja ibunya.

Penulis bernama Benjamin Chaffee dari University of California berdasarkan hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa anak yang disusui lebih dari 2 tahun akan beresiko tinggi mengalami kerusakan
pada gigi susu dan rongga mulutnya.

3
Sebagaimana diungkapkan oleh William Bowen, peneliti Center for Oral Biology at the University of
Rochester Medical Center di New York, bahwa mulut dan gigi bayi yang menempel dalam waktu
lama pada puting susu ibunya akan mengakibatkan terhalangnya produksi air liur yang mana dari
kondisi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan gigi, termasuk gigi berlubang, karena air
liur yang berfungsi menghilangkan bakteri pada gigi tidak bisa diproduksi dengan baik.

Bagaimana cara menyapih anak?

Dalil dari Hadis Nabi

1. Dapat menunda pelaksanaan hukuman pada ibunya.

Pada hadis di bawah menceritakan kisah seorang wanita yang telah berzina dan memberikan
pengakuan pada Nabi, namun karena ia masih dalam keadaan hamil waktu itu, maka Nabi
memerintahkannya untuk menunggu hingga ia melahirkan, dan setelah melahirkan dan datang pada
beliau, ia lantas diminta lagi menunggu hingga ia selesai menyusui dan menyapih anaknya. Dari sini
kita bisa melihat bahwa begitu mulianya ajaran Islam, bahkan pada orang bersalah sekalipun.

‫ت َي ا َر ُس و َل‬ ْ َ‫ان ْال َغ ُد َق ال‬ َ ‫ْت َف َطهِّرْ نِي َوإِ َّن ُه َر َّد َها َفلَمَّا َك‬ ُ ‫ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ إِ ِّني َق ْد َز َني‬ ْ َ‫ت ْال َغا ِم ِد َّي ُة َف َقال‬
ْ ‫َقا َل َف َجا َء‬
‫ت‬ ْ َ‫ت مَاعِ ًزا َف َوهَّللا ِ إِ ِّني لَ ُح ْبلَى َقا َل إِمَّا اَل َف ْاذ َه ِبي َح َّتى َتلِ دِي َفلَمَّا َولَ د‬ َ ‫ك أَنْ َت ُر َّدنِي َك َما َرد َْد‬ َ َّ‫هَّللا ِ لِ َم َت ُر ُّدنِي لَ َعل‬
‫الص ِبيِّ فِي‬ َّ ‫ت َه َذا َق ْد َولَ ْد ُت ُه َقا َل ْاذ َه ِبي َفأَرْ ضِ عِي ِه َح َّتى َت ْفطِ مِي ِه َفلَمَّا َف َط َم ْت ُه أَ َت ْت ُه ِب‬ ْ َ‫أَ َت ْت ُه ِبالص َِّبيِّ فِي خِرْ َق ٍة َقال‬
‫ِين ُث َّم أَ َم َر‬
َ ‫الط َعا َم َفدَ َف َع الص َِّبيَّ إِلَى َرج ٍُل مِنْ ْالمُسْ لِم‬ َّ ‫ت َه َذا َيا َن ِبيَّ هَّللا ِ َق ْد َف َط ْم ُت ُه َو َق ْد أَ َك َل‬ ْ َ‫َي ِد ِه كِسْ َرةُ ُخب ٍْز َف َقال‬
‫ض َح ال َّد ُم‬ َّ ‫اس َف َر َجمُو َها َف ُي ْق ِب ُل َخالِ ُد بْنُ ْال َولِي ِد ِب َح َج ٍر َف َر َمى َر ْأ َس َها َف َت َن‬ َ ‫ص ْد ِر َها َوأَ َم َر ال َّن‬ َ ‫ِب َها َف ُحف َِر لَ َها إِلَى‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َس َّب ُه إِيَّا َها َف َقا َل َم ْهاًل َيا َخالِ ُد َف َوالَّذِي َن ْف ِس ي ِب َي ِد ِه‬ َ ِ ‫َعلَى َوجْ ِه َخالِ ٍد َف َس َّب َها َف َسم َِع َن ِبيُّ هَّللا‬
)‫ت (رواه مسلم‬ ْ ‫صلَّى َعلَ ْي َها َو ُدفِ َن‬ َ ‫س لَ ُغف َِر لَ ُه ُث َّم أَ َم َر ِب َها َف‬ٍ ‫صاحِبُ َم ْك‬ َ ‫ت َت ْو َب ًة لَ ْو َتا َب َها‬ ْ ‫لَ َق ْد َتا َب‬
“… Buraidah melanjutkan, “Suatu ketika ada seorang wanita Ghamidiyah datang menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, diriku telah berzina, oleh karena itu
sucikanlah diriku.” Tetapi untuk pertama kalinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
menghiraukan bahkan menolak pengakuan wanita tersebut. Keesokan harinya wanita tersebut
datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa
anda menolak pengakuanku? Sepertinya anda menolak pengakuan aku sebagaimana pengakuan
Ma’iz. Demi Allah, sekarang ini aku sedang mengandung bayi dari hasil hubungan gelap itu.”
Mendengar pengakuan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekiranya kamu ingin
tetap bertaubat, maka pulanglah sampai kamu melahirkan.” Setelah melahirkan, wanita itu datang
lagi kepada beliau sambil menggendong bayinya yang dibungkus dengan kain, dia berkata, “Inilah
bayi yang telah aku lahirkan.” Beliau lalu bersabda: “Kembali dan susuilah bayimu sampai kamu
menyapihnya.” Setelah mamasuki masa sapihannya, wanita itu datang lagi dengan membawa
bayinya, sementara di tangan bayi tersebut ada sekerat roti, lalu wanita itu berkata, “Wahai Nabi
Allah, bayi kecil ini telah aku sapih, dan dia sudah dapat menikmati makanannya sendiri.” Kemudian
beliau memberikan bayi tersebut kepada laki-laki muslim, dan memerintahkan untuk melaksanakan
hukuman rajam. Akhirnya wanita itu ditanam dalam tanah hingga sebatas dada. Setelah itu beliau
memerintahkan orang-orang supaya melemparinya dengan batu. Sementara itu, Khalid bin Walid
ikut serta melempari kepala wanita tersebut dengan batu, tiba-tiba percikan darahnya mengenai
wajah Khalid, seketika itu dia mencaci maki wanita tersebut. Ketika mendengar makian Khalid, Nabi
Allah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tenangkanlah dirimu wahai Khalid, demi dzat yang

4
jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya perempuan itu telah benar-benar bertaubat, sekiranya
taubat (seperti) itu dilakukan oleh seorang pelaku dosa besar niscaya dosanya akan diampuni.”
Setelah itu beliau memerintahkan untuk menshalati jenazahnya dan menguburkannya.” (HR. Muslim
– Kitab Hudud, Bab : Orang yang mengakui perzinaannya, No. Hadist : 3208 – menurut software
hadis Lidwa)

2. Menyusui karena anak karena alasan lapar

Jika dikatakan bahwa kadar gizi dan kalori pada ASI di atas 2 tahun sudah sangat sedikit,
sebagaimana disebut di atas, maka itu artinya ia tidak lagi bisa dikatakan sebagai makanan baginya
dan tidak bisa lagi dijadikan sebagai penghilang lapar, melainkan hanya seperti air yang
menghilangkan rasa haus. Hadis yang berkaitan mengenai ini adalah:

)‫اع َة مِنْ ْال َم َجا َع ِة (رواه ابن ماجه‬


َ ‫ض‬َ َّ‫َفإِنَّ الر‬
Karena penyusuan itu karena sebab lapar.” (HR. Ibnu Majah – Kitab : Jenazah, Bab : Menshalati
putera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, No. Hadist : 1935 – berdasarkan software hadis
Lidwa)

َ َ ‫اع إِاَّل َما َف َت َق اأْل‬


‫مْعا َء‬ َ ‫ض‬ َ ِ ‫الز َبي ِْر أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل اَل َر‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬
ُّ ‫ْن‬

dari Abdullah bin Az Zubair bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukan termasuk
penyusuan kecuali yang mengenyangkan.” (HR. Ibnu Majah – Kitab : Jenazah, Bab : Menshalati
putera Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, No. Hadist : 1936 – berdasarkan software hadis
Lidwa)

Hadis lain soal penyusuan yang tidak berkaitan.

‫ت‬ َ ‫ان فِي ْال َم ْه ِد َوإِاَّل َما أَ ْن َب‬


َ ‫اع َة إِاَّل َما َك‬
َ ‫ض‬َ ‫ اَل َر‬: ‫ب َيقُو ُل‬ ُ ْ‫ْن َسعِي ٍد أَ َّن ُه َقا َل َسمِع‬
ِ ‫ت َسعِي َد ب َْن ْال ُم َس َّي‬ ِ ‫َعنْ َيحْ َيى ب‬
‫اللَّحْ َم َوال َّد َم‬
dari Yahya bin Sa’id ia berkata; Aku mendengar Sa’id bin Musayyab berkata; “Tidak berlaku hukum
penyusuan kecuali pada bayi yang masih dalam gendongan. Jika tidak, maka apa yang akan
menumbuhkan darah dan daging.” (HR. Imam Malik – Kitab Penyusuan, Bab : Menyusui anak kecil,
No. Hadist : 1111 – berdasarkan software hadis Lidwa)

Demikian ulasan panjang soal Pandangan Islam soal Menyusui Anak dan Waktu Menyapihnya,
selebihnya tinggal bagaimana anda memahami penjelasan di atas. Jika memang merasa bahwa
anjuran Allah adalah seperti peprintah bagi Anda maka usia 2 tahun adalah waktu menyapih anak
yang paling tepat , tapi bila seandainya terhalang oleh sutuasi sehingga harus kurang atau lebih dari
itu maka tak usah dipermasalahkan karena toh tidak ada anjuran dan juga larangan di luar dari
ketentuan 2 tahun tersebut.

--------------------

5
6

Anda mungkin juga menyukai