Anda di halaman 1dari 30

Tugas individu

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

DISUSUN OLEH :

DEBI SARI MUIS


18144010014

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PRODI D-III KEPERAWATAN
SEMESTER V/A
TAHUN 2020
TOPIK 1
POSYANDU

1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (Cessnasari.
2005) judul artikel (Pengertian Posyandu, Kegiatan, Definisi, Tujuan,
Fungsi, Manfaat  dan Pelaksanaan Posyandu. KMS)
Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait.
(Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267)

2. Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain: 
1) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu
hamil), melahirkan dan nifas.
2) Membudayakan NKBS
3) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4) Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera,
gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)


 
3. Kegiatan Pokok Posyandu
1) KIA
2) KB
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Penanggulangan diare

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

4. Pelaksanaan Layanan Posyandu


Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5
meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran  
Meja II : Penimbangan 
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
1) Imunisasi
2) Pemberian vitamin A dosis tinggi.
3) Pembagian pil KB atau kondom.
4) Pengobatan ringan.
5) Konsultasi KB.

Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja
V merupakan meja pelayanan medis.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)
 
5. Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S  : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
1) D Æ Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.
2) N Æ Berhasil tidaknya program posyandu.

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

6. Kegiatan Posyandu
1) Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak
Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus
diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali  tidak
melakukan penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai
umurnya dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah
KMS.
Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A. Pemberian PMT
untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/
bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah
KMS. Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda
lumpuh layu. Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan
rujukan bila perlu.
2) Pelayanan Tambahan yang Diberikan 
a) Pelayanan bumil dan menyusui. 
b) Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang
diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan
kelompok bermain lainnya.
c) Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin,
tabunus dan sebagainya.
d) Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
e) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
f) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
g) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
h) Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
i) pemanfaatan pekarangan.
j) Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-
lain.
k) Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.

(Bagian Kependudukan dan Biostatik FKM USU. 2007)

7. Manfaat Posyandu  
Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi,
gizi, penanggulangan diare.
1) Kesehatan ibu dan anak
a) Ibu:  Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan
kehamilandan nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian
vitamin dan pil penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.
b) Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada
bulan Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan
Biostatistik FKM USU. 2007). Akibat dari kurangnya vitamin A
adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 95)
c) Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di
posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara
rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi
sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari
penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari   data tersebut
dapat diketahui status pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI.
2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya
untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita


dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan
pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan anaknya. 
Kriteria Berat Badan balita di KMS:
Berat badan naik :
a) Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan
bertamabah ke pita warna diatasnya.

Berat badan tidak naik :


a) Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan
bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.

Berat badan dibawah garis merah  Merupakan awal tanda  balita gizi buruk
Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT diberikan kepada semua
balita yang menimbang ke posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006:
104)
2) Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom,
pil KB, dan suntik KB.
3) Imunisasi
Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi. Macam
imunisasi yang diberikan di posyandu adalah:
a) BCG untuk mencegah penyakit TBC.
b) DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan),
tetanus.
c) Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.
d) Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).

4) Peningkatan Gizi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita,
sangat tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo.
2003: 205). Peningkatan gizi balita  di posyandu yang dilakukan oleh
kader berupa    memberikan penyuluhan tentang  ASI, status gizi
balita, MPASI, Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang
anak, diare pada balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 24).

5) Penanggulangan diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127).
Melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukan tanda
bahaya di Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129).
Memberikan penyuluhan penggulangan diare oleh  kader posyandu.
(Departemen Kesehatan RI. 2006: 132)

8. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu:


1) Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
2) Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu 
3) Pekerjaan iu 
4) Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat 
5) Sarana dan prasarana di posyandu 
6) Jarak dari posyandu tersebut
TOPIK 2
DESA SIAGA

1. Pengertian desa siaga


Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa
siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di
Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi,
munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru,
merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS,
HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti
diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia.
Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung
meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal
menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.

Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan


kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih
partisipatif dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep
peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Depkes, 2007).

2. Konsep desa siaga


Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
(Depkes 2009).

3. Tujuan pengembangan desa siaga


Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan
desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :

1) Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan


sekurang-kurangnya 2 orang kader desa.
2) Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta
peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh
masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal :
3) Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
4) Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB
serta kekurangan gizi.
5) Kesiapsiagaan    penanggulangan    bencana    dan kegawatdaruratan
kesehatan.
6) Pelayanan    kesehatan    dasar,    sesuai    dengan kompetensinya.
7) Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,
penyehatan lingkungan dan lain-lain.

4. Prinsip pengembangan desa siaga (Depkes, 2008), yaitu :


1) Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya
masyarakat yang terorganisir.
2) Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan
cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
3) Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu
masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah
yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan
akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan
RSUD).
4) Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga


dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada
di tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala desa atau
lurah. Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas
melaksanakan kegiatan lapangan seperti pemetaan balita untuk penimbangan
dan imunisasi, pemetaan ibu hamil, membantu tugas administrasi di
poskesdes dan lain-lain.

5. Kegiatan pokok desa siaga


1) Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga
akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi
tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta
tersebut dipaparkan di poskesdes.
2) Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui
survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD).
Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya,
melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan
penyusunan anggaran.
3) Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga,
masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan
kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai
tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa
mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan
koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar
desa siaga berkelanjutan (sustainable).
4) Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus
yang efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar
penentuan kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada
untuk program tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam
mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh
fasilitator dan pihak puskesmas.
5) Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu
Kesehatan Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga
tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala
mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan
dalam peta desa.
6) Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block
grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya
sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya
sudah direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan
Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan
dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang
ada.

6. Tahapan pengembangan desa siaga


Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan
bersifat siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1) Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan
kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk
kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus,
kader dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang
dihadapi dan menentukan masalah prioritas yang akan diatasi.
2) Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri
dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan
masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat
2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada
saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain
memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana
kegiatan dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi
rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi dan persetujuan
masyarakat.
3) Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan
berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4) Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
TOPIK 3
PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


PHBS merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Sedangkan pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan
karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu
menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam
aktivitas masyarakat.
Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya
untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu,
kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai
media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti
materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan
perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat. 

PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan


sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu
meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan
sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka
atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan
masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan
yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk
memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

2. Beberapa Tatanan PHBS


Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat
beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang
dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai proses penyadartahuan
tentang perilaku hidup bersih sehat :
1) PHBS di Rumah tangga
2) PHBS di Sekolah
3) PHBS di Tempat kerja
4) PHBS di Sarana kesehatan
5) PHBS di Tempat umum

3. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan
menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan
meningkatkan kualitas hidup.
1) Manfaat PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat
untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajar
mengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah
menjadi sehat.
2) Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat
dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah
tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu
meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS
rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi
gizi.
3) Manfaat PHBS di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja
agar tahu dan mau untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
berperan dalam menciptakan tempat kerja yang sehat. manfaat PHBS di
tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya dan
tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra
tempat kerja yang positif.
4) Manfaat PHBS di Masyarakat
Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan
lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu mengembangkan
kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Indikator PHBS di Sekolah

PHBS di Sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa, guru dan


masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat.

Contoh PHBS di sekolah

 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


 Mengonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Tidak merokok di lingkungan sekolah
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang sehat.

4. Tatanan PHBS Rumah Tangga


Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang
bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan
mampu menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki
peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat. Tujuan utama dari
tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang
sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat


dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada
tingkatan rumah tangga :

1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik
itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan
peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat
mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan
bayi yang dilahirkan.

2) Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.

3) Menimbang bayi dan balita secara berkala


Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan
hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan
anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara
teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.

4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat
tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

5) Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6) Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan
unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7) Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan
berbagai penyakit.

8) Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta
serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja
yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

10) Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah kesehatan.
TOPIK 4
(SDGS)

1. Pengertian MDGS dan SDGS


MDGs (Millenium Development Goals) sebuah padigma pembangunan
global di deklarasikan konferensi tingkat tinggi Milenium oleh 189 negara
anggota PBB untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan

SDGs (Sustainabel Development Goals) adalahkeberlanjutandari Global


goals MDGs yang berakhirtahun2015

2. indikator SDKS
1) Mengakhiri segala bentuk kemiskinan
2) Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan
gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan
3) Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk di segala usia
4) Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan
kesempatan belajar seumur hidup untuk semua
5) Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak
perempuan
6) Menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi secara
berkelanjutan
7) Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan, dan modern.
8) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan,
kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk
semua
9) Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi
inklusif dan berkelanjutan dan mendorong inovasi
10) Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara
11) Membuat kota dan pemukiman manusia yang adil, merata, aman,
tangguh dan berkelanjutan
12) Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan
13) Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya
14) Melestarikan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan
15) Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan secara
berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan, memerangi
desertifikasi, dan menghentikan dan memulihkan degradasi lahan dan
menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati
16) Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan
membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua
tingkatan
17) Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global
untuk pembangunan berkelanjutan

TOPIC 5

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)


1. Pengertian SJSN
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). SJSN diselenggarakan berdasarkan
3 (tiga) asas, yakni asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan
penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas
yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efektif dan
efisien. Asas keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas
tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan hak
peserta.

2. UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)


Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dituangkan dalam UU No.
40 Tahun 2004 (UU SJSN) bertujuan untuk melaksanakan amanat Pasal
28 H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD Negara Kesatuan RI.

3. Tujuan SJSN 
SJSN merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Melalui
program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup  yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan
hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami
kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.

Ketentuan ini mengubah secara fundamental penyelenggaraan program


jaminan sosial Indonesia, yaitu:
 Dari upaya merespon masalah dan kebutuhan pemberi kerja
terhadap tenaga kerja murah, berdisiplin dan berproduktifitas tinggi
ke pemenuhan hak konstitusional Warga Negara;
 Dari pengaturan oleh berbagai peraturan perundangan untuk tiap-
tiap kelompok masyarakat ke pengaturan oleh satu hukum jaminan
sosial yang menjamin kesamaan hak dan kewajiban bagi seluruh
Warga Negara Indonesia;
 Dari penyelenggaraan oleh badan usaha pro laba ke
penyelenggaraan oleh badan publik nir laba.

4. Prinsip SJSN
SJSN diselenggarakan berdasarkan pada 9 (sembilan) prinsip:
1) Kegotong-royongan; prinsip kebersamaan antar peserta dalam
menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan
kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji,
upah atau penghasilannya.
2) Nirlaba; prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan
hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi seluruh peserta.
3) Keterbukaan; prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar dan jelas bagi setiap peserta.
4) Kehati-hatian; prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan
tertib.
5) Akuntabilitas; prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Portabilitas; prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun
peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7) Kepesertaan bersifat wajib; prinsip yang mengharuskan seluruh
penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara
bertahap.
8) Dana amanat; bahwa iuran dan pengembangannya merupakan dana
titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan
peserta jaminan sosial.
9) Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta;  bahwa hasil dividen dari pemegang saham yang dikembalikan
untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi
penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah:
1. Penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia dan
hak konstitusional setiap orang; sebagaimana tercantum dalam UUD
Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3) menetapkan, “Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.”
2. Penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab negara dalam
pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial;
sebagaimana tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 34
ayat (2) menetapkan, “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
3. Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang
mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat; sebagaimana dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28
H ayat (3), “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermanfaat.”
Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu menyusun SJSN
yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan pelbagai bentuk
jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat
menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang
lebih besar bagi setiap peserta.
5. Manfaat Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Hadirnya SJSN telah melahirkan sistem baru program jaminan sosial di
Indonesia dan menggantikan program-program jaminan sosial yang ada
sebelumnya, seperti Asuransi Kesehatan (Askes) dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek). Sistem baru yang dinamakan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) adalah wujud tanggung jawab
Negara untuk memberikan perlindungan sosial sepenuhnya kepada
masyarakat Indonesia.

Dengan hadirnya BPJS, penyelenggaraan jaminan sosial di


Indonesia telah terlaksana sebagaimana mestinya. Terbentuknya BPJS
bukanlah untuk tujuan komersil atau mencari keuntungan. Menggantikan
peran Askes dan Jamsostek, ada dua fungsi yang dijalankan BPJS yang
terbagi ke dalam dua lembaga: BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
Dari namanya, jelas bahwa kedua lembaga BPJS tersebut
memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia berupa:
1) Jaminan Sosial untuk Kesehatan
Sebelum adanya BPJS, masyarakat Indonesia cukup kesulitan untuk
mendapatkan bantuan biaya pengobatan. Mereka harus terlebih dahulu
mengurus surat-surat keterangan di kelurahan dan sebagainya. Setelah
munculnya BPJS Kesehatan (menggantikan Askes) pada tahun 2014, akses
ke pengobatan menjadi lebih mudah.
Untuk mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan,
setiap warga negara Indonesia terlebih dahulu harus mendaftar sebagai
peserta. Manfaat yang diberikan bertingkat sesuai dengan kelasnya.
Masyarakat bisa memilih manfaat yang sesuai dengan kemampuan dalam
membayar iuran. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi masyarakat yang
dikategorikan tidak mampu. Mereka mendapat pengecualian untuk
pembayaran iuran.
UU menerangkan bahwa setiap warga negara Indonesia ataupun
warga negara asing yang menetap di Indonesia lebih dari enam (6) bulan
diwajibkan untuk mengikuti jaminan sosial kesehatan melalui BPJS
Kesehatan. Itu berarti kita sebagai warga negara Indonesia harus ikut serta
dalam keanggotaan BPJS Kesehatan.
2) Jaminan Sosial untuk Ketenagakerjaan
Selain manfaat Kesehatan, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial juga
memberikan manfaat bagi tenaga kerja di Indonesia. BPJS
Ketenagakerjaan dibentuk setahun kemudian setelah BPJS Kesehatan,
yaitu pada tahun 2015 untuk menggantikan Jamsostek. Seperti namanya,
pertanggungan atau jaminan sosial yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan
dikhususkan bagi para pekerja, baik di sektor formal maupun informal.
Ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan mengikuti BPJS
Ketenagakerjaan, diantaranya.
a. Jaminan Kematian
Program jaminan kematian (JKM) memberikan keringanan risiko
terhadap ahli waris atas kematian peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan sosial ini berupa santunan. Program JKM bisa diklaim bukan
atas dasar kecelakaan kerja. Manfaat yang dapat diperoleh selain
santunan kematian adalah biaya pemakaman dan santunan berkala
selama 24 bulan.
b. Jaminan Kecelakaan Kerja
Program jaminan kecelakaan kerja (JKK) dapat dimanfaatkan para
pekerja di sektor formal. Pembayaran JKK di BPJS Ketenagakerjaan
sepenuhnya ditanggung perusahaan. JKK bertujuan untuk mengganti
sebagian ataupun keseluruhan atas hilangnya penghasilan yang
diakibatkan risiko kecelakaan kerja dan dihitung mulai berangkat kerja
hingga pulang ke rumah. Jaminan yang diberikan dapat berupa
kompensasi ataupun rehabilitasi. Yang termasuk dalam risiko kerja, di
antaranya kematian ataupun cacat, baik fisik maupun mental.
c. Jaminan Sosial Hari Tua
Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan manfaat perlindungan yang
diakibatkan terputusnya penghasilan kerja pada usia nonproduktif.
Biasanya JHT berbentuk kepastian penerimaan penghasilan kepada
yang bersangkutan setelah mencapai usia 55 tahun. Namun, sangat
dimungkinkan bahwa penghasilan hari tua dapat diperoleh dari proses
pengunduran diri dari tempat bekerja dengan alasan ataupun
persyaratan tertentu. Misalnya, perusahaan akan memberikan jaminan
hari tua setelah karyawannya bekerja selama lebih dari 10 tahun dan
lain sebagainya.
d. Jaminan Jasa Konstruksi
Bagi para pekerja lepas, paruh waktu, ataupun pekerja borongan di
sektor jasa konstruksi yang ditangani kontraktor dalam proyek swasta,
proyek APBD, proyek dana internasional, maupun proyek APBN maka
akan mendapatkan jaminan sosial. Program ini memiliki landasan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
196/MEN/1999. Jaminan sosial di bidang konstruksi ini dinaungi
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian
(JKM).

TOPIC 6

KONSEP DAN KEBIJAKAN HAJI


A. KEBIJAKAN MENTERI KESEHATAN TERHADAP KEBERANGKATAN
CALON JAMAAH HAJI YANG SAKIT
1. Deskripsi Kebijakan Menteri Kesehatan Terhadap Keberangkatan Calon
Jamaah Haji Sakit Sebagaimana kita ketahui, Menterian Kesehatan
mengeluarkan Permenkes baru terkait Kesehatan Haji, berupa Permenkes
Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istit{a’ah Kesehatan Jemaah Haji. Istit{a’ah
Kesehatan Jemaah Haji merupakan kemampuan Jemaah Haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan.
Beberapa yang yang baru pada Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 Tentang
Istit{a’ah Kesehatan Jemaah Haji adalah pada pembagian kriteria penetapan
Status Kesehatan Jemaah haji.1 Beberapa dasar hukum yang menjadi latar
belakang Permenkes ini diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Ibadah Haji

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Undang-Undang nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

6.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442 Tahun 2009 Tentang


PedomanPenyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia;

7. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan


Ibadah Haji Reguler

8. Peraturan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan


Ibadah Haji Khusus

Beberapa pengertian yang termaktub (Pasal 1) Dalam Peraturan Menteri ini antara
lain:
1. Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia, beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan
yang di tetapkan.
2. Istit{a’ah adalah kemampuan Jemaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah,
pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa
menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.
3. Istit{a’ah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek
kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan
yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan
ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
4. Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji adalah rangkaian kegiatan penilaian
status kesehatan Jemaah Haji yang diselenggarakan secara komprehensif.
5. Pembinaan Istit{a’ah Kesehatan Haji adalah serangkaian kegiatan terpadu,
terencana, terstruktur dan terukur, diawali dengan Pemeriksaan Kesehatan
pada saat mendaftar menjadi Jemaah Haji sampai masa keberangkatan ke
Arab Saudi.

Pada Pasal 2 disebutkan, Pengaturan Istit{a’ah Kesehatan Haji bertujuan


untuk terselenggaranya Pemeriksaan Kesehatan dan Pembinaan Kesehatan
Jemaah Haji agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran
agama Islam.

Pada Pasal 3, Terhadap Jemaah Haji harus dilakukan Pemeriksaan


Kesehatan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji dalam rangka Istit{a’ah
Kesehatan Haji.

Pasal 5, Pemeriksaan Kesehatan dilakukan sebagai dasar pelaksanaan


Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji dalam rangka Istit{a’ah Kesehatan Jemaah
Haji.

Pada Pasal 6, beberapa tahap pemeriksaan kesehatan jemaah haji meliputi


beberapa tahap berikut:

1. Tahap pertama; di puskesmas dan/atau rumah sakit pada


saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi.
2. Tahap kedua; dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di puskesmas dan/atau rumah sakit pada saat
pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan Jemaah Haji pada
tahun berjalan.
3. Tahap ketiga. dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang
Kesehatan di embarkasi pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.

Pasal 7, Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama ditetapkan


status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi atau tidak Risiko Tinggi. Status
Kesehatan Risiko Tinggi ditetapkan bagi Jemaah Haji dengan kriteria:

1. berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau


2. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan
kesehatan yang potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan
ibadah haji.

Penetapan Status Kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi dituangkan dalam surat
keterangan hasil Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji yang dikeluarkan dan
ditandatangani oleh dokter pemeriksa kesehatan haji (Pasal 8)

Pada Pasal 9 disebutkan, Berdasarkan Pemeriksaan kesehatan tahap kedua


ditetapkan Istit{a’ah Kesehatan Jemaah Haji. Istit{a’ah Kesehatan Jemaah Haji
meliputi:

1. Memenuhi Syarat istit{a’ah Kesehatan Haji.

2. Memenuhi Syarat istit{a’ah Kesehatan Haji dengan pendampingan

3. Tidak Memenuhi Syarat istit{a’ah Kesehatan Haji untuk Sementara; atau

4. Tidak Memenuhi Syarat istit{a’ah Kesehatan Haji.

Pasal 10: Jemaah Haji yang ditetapkan memenuhi syarat Istit{a’ah


Kesehatan Haji merupakan Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti
proses ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain dengan tingkat
kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup wajib berperan aktif dalam
kegiatan promotif dan preventif
Sementara penentuan tingkat kebugaran dilakukan melalui pemeriksaan
kebugaran yang disesuaikan dengan karakteristik individu Jemaah Haji. Jemaah
Haji yang ditetapkan memenuhi syarat istit{a’ah Kesehatan Haji dengan
pendampingan merupakan Jemaah Haji dengan kriteria (Pasal 11)

1. berusia 60 tahun atau lebih; dan/atau

2. menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam kriteria Tidak memenuhi
syarat istit{a’ah sementara dan/atau tidak memenuhi syarat Istit{a’ah.

Jemaah Haji yang ditetapkan tidak memenuhi syarat istit{a’ah kesehatan haji
merupakan Jemaah Haji dengan kriteria (Pasal 12):

1. Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah;

2. Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh, antara lain


Tuberkulosis sputum BTA Positif, Tuberculosis Multi Drug Resistance,
Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, Hipertiroid, HIV-AIDS dengan Diare
Kronik, Stroke Akut, Perdarahan Saluran Cerna, Anemia Gravis;

3. Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi wabah;

4. Psikosis Akut;

5. Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi;

6. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis; atau

7. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang dari
14 minggu atau lebih dari 26
TOPIC 7

COVID-19

A. Pengertian Covid-19
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi
penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-
2019.
Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang
menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk,
flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.

Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus


yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia
corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS),
dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Virus ini mampu
mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO telah menjadikan
status virus corona ini menjadi pandemi dan meminta Presiden Joko Widodo
menetapkan status darurat nasional corona.

B. Proses Penularan Covid-19


Menularnya Covid-19 membuat dunia menjadi resah, termasuk di
Indonesia. Covid-19 merupakan jenis virus yang baru sehingga banyak pihak
yang tidak tahu dan tidak mengerti cara penanggulangan virus tersebut.
Pemerintah dituntut untuk sesegera mungkin menangani ancaman nyata
Covid-19. Jawaban sementara terkait dengan persoalan tersebut ternyata
telah ada dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Dimana dalam undang-undang tersebut telah
memuat banyak hal terkait dengan kekarantinaan kesehatan, pihak yang
berwenang menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat, dan lain
sebagainya. Menurut WHO, Covid-19 menular dari orang ke orang. Caranya
dari orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit menyebar
melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang
terinfeksi virus bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda
atau permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu orang sehat ini
menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa menyebar
ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan dengan
yang terinfeksi corona.

C. Cara Menanggulangi dan Mencegah Covid-19 Yang Benar


Seiring mewabahnya virus Corona atau Covid-19 ke berbagai negara,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan protokol kesehatan. Protokol
tersebut akan dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh pemerintah dengan
dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan.
Adapun salah satu protokolnya yaitu jika merasa tidak sehat dengan
o
kriteria demam lebih dari 38 C, batuk, flu, nyeri tenggorokan maka
beristirahatlah yang cukup rumah dan minumlah air yang cukup. Gunakan
masker, apabila tidak memiliki masker, hendaknya mengikuti etika ketika
batuk dan bersin yang benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan
tisu, lengan atas bagian dalam. Bila merasa tidak nyaman dan masih
berkelanjutan dan disertai sesak nafas maka segerakan diri untukmemeriksakan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan usahakan untuk tidak menaiki
kendaraan massal.

Sebagaimana protokol diatas maka dapat diambil kesimpulan mengenai


penanggulangan dan pencegahan Covid-19 secara umum yang benar adalah
sebagai berikut:
• Rajin mencuci tangan
• Kurangi berinteraksi dengan orang lain
• Gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh
• Jaga jarak aman (1 meter) dengan orang yang batuk/bersin
• Hindari kerumunan
• Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
• Hindari bepergian ke daerah terjangkit atau bila sedang sakit
 Rajin mencuci tangan
 Kurangi berinteraksi dengan orang lain
 Gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh
 jaga jarak aman (1 meter) dengan orang yang batuk/bersin
 Hindari kerumunan
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
 Hindari bepergian ke daerah terjangkit atau bila sedang sakit
 Etika batuk dan bersin, hindari meludah di tempat umum
 Olah daging mentah dengan hati-hati
 Hindari memakan daging hewan yang sakit/ mati karena sakit
 Bila ada gejala, segera berobat dan gunakan masker bila sedang sakit
 Serta selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Melindungi
• Hindari memakan daging hewan yang sakit/ mati karena sakit
• Bila ada gejala, segera berobat dan gunakan masker bila sedang sakit
• Serta selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Melindungi

D. Bentuk Partisipasi Dalam Memerangi Covid-19


Di tengah gencarnya kebijakan Merdeka Belajar era Menteri Nadiem
Makarim, negara digegerkan dengan wabah virus corona (Covid-19).
Kebijakan yang diberlakukan saat ini adalah belajar di rumah. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Bapak Presiden Jokowi di istana bogor pada tanggal 15
Maret 2020 yaitu "Dengan kondisi ini saatnya kita kerja dari rumah, belajar
dari rumah, ibadah di rumah." Hal ini sudah berjalan sejak satu bulan lebih.
Dimana sekolah diliburkan, tetapi proses belajar mengajar tetap berjalan
melalui kegiatan di rumah. Guru mengajar dari rumahnya masing-masing,
para siswa belajar di rumahnya masing-masing. Pembelajaran di rumah bisa
menggunakan model pembelajaran mandiri, pembelajaran online,
pembelajaran berbantu ICT, atau bentuk lain.

TOPIK 8
PRIMARY HEALH CARE (PHC)

1. Pengertian PHC
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasrkan kepada metoda
dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dan Negara
untuk memeliharan setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri.

PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk mencapai tingkat minimal
dan pelayanan kesehatan semua penduduk.

PHC : Menggambarkan keadaan sosial ekonomi, budaya dan politik


masyarakat dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan – sosisal –
biomedis dan pelayana kesehatan masyarakat.

PHC : ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat


dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Minimal mencakup : Penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan
cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan
gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan
Keluarga Berencana,Imunisasi , pengobatan penyakit umum dan cedera serta
penyediaan obat essensial.

2. TUJUAN PHC (PRIMARY HEALTH CARE)


1. TUJUAN UMUM
Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah masalah
kesehatan di masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal
2. TUJUAN KHUSUS
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat, untuk melaksanakan pelayanan kesehatan
dasar dalam rangka mengatasi masalah kesehatan dasar.
c. Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
pelayanankesehatan.
d. Tertanganinya kelompok khusus yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan.
e. Terlayaninyan kasus kasus yang memerlukan tindak lanjut dalam
pelayanan

3. SASARAN PHC
1) Individu
2) Keluarga
3) Masyarakat
4) Kelompok khusu :

a. Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus : ibu hamil, BBL,balita,


usia sekolah
b. Kelompom dengan kesehatan khusus : Penderita penyakit menular
(Aids, TB, Kusta Dll), Penderita dengan penyakit tidak menular
( DM,Jantung Dll)
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit : WTS, Pecandu
Narkoba, dll.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi (panti werda,panti asuhan,
pusat pusat rehabilitasi)

4. UNSUR UTAMA PHCDANFUNGSI PHC


Tiga Unsur Utama yang terkandung dalam PHC adalah :
Mencakup Upaya Upaya dasar Kesehatan (promotif,preventif,kuratif dan
rehabilitatif)
1. Melibatkan peran serta masyarakat
2. Melibatkan kerja sama lintas sektor

5. FUNGSI PHC
1) Pemeliharaan kesehatan
2) Pencegahan penyakit
3) Diagnosis dan pengobatan
4) Pelayanan tindak lanjut
5) Pemberian sertifikat

6. LIMA PRINSIP DASAR PHCDAN 8 ELEMEN PHC


1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerja sama lintas sector
7. ELEMEN ESENSIAL PHC/RUANG LINGKUP
1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendalianya
2) Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4) KIA dan KB
5) Imunisasi
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7) Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8) Penyediaan obat obat Essensial

8. CIRI CIRI PHC


1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisir
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupiun masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang berkesinambungan
7) Pelayanan yang progresiif
8) Pelayanan yang berorientasi pada keluarga
9) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

9. TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN DALAM PH


Tanggung jawab Tenaga Kesehatan dalam PHC lebih dititk beratkan kepada hal
hal sebagai berikut:
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai