Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya


adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Batubara adalah suatu material solid yang sangat heterogen, bahkan beberapa ahli
mengatakan bahwa batubara adalah material solid yang paling sukar untuk diambil samplenya
secara representative. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pembentukan batubara yang berasal
dari tumbuhan yang sangat heterogen jenisnya. Selain itu faktor lingkungan selama proses
pembentukan (coalification) ikut menambah heterogennya sifat-sifat atau karakteristik batubara
tersebut. Oleh karena itu, berbagai penelitian dan pengujian statistic dilakukan oleh komite-
komite standard internasional seperti ISO standard, ASTM standard, JIS, dan lain-lain dalam
menentukan metoda pengambilan sample yang representative. Komite-komite standard tersebut
secara terus menerus mengupdate metoda-metoda sampling dan preparasi untuk batubara agar
metoda pengambilan sample untuk batubara tersebut lebih sempurna sehingga sample batubara
dapat diambil secara representative. Metoda standard untuk pengambilan sample tersebut sesuai
dengan perkembangannya telah mengalami revisi-revisi atau update dengan metoda-metoda
yang lebih mutakhir. 

Di sisi lain, Sampling merupakan proses yang paling penting dalam menentukan
karakteristik suatu batubara baik dalam explorasi maupun dalam transaksi komersial. Kesalahan
dalam sampling, akan menyebabkan seluruh hasil pengujian karakteristik batubara tersebut akan
salah. Sehingga hal ini akan menyebabkan kerugian di salah satu pihak apabila kesalahan
tersebut dilakukan pada pengujian karakterisitk batubara untuk tujuan transaksi komersial.

1
Oleh karena itu, para pelaku bisnis batubara sebaiknya memahami atau mengerti dalam
hal sampling, preparasi dan analisa batubara terutama untuk bagian-bagian teknisnya seperti
bagian PIT Control, Tambang, Quality Control, Processing, dan Shipping

Batu bara secara umum


Umur batu bara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-
era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu(jtl),
adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu
bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 – 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

Materi pembentuk batu bara


Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk
batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batu bara dari perioda ini.
 Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
 Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India danAfrika.

2
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan
gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-
75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

Pembentukan batu bara


Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar
air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.

1.2 Tujuan
 Mengetahui berbagai metode pelaksanaannya sampling.

3
 Mengetahui teknis pengambilan sampling.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam industri batubara banyak sekali ditemukan istilah-istilah atau nama –nama yang
menyangkut batubara. Istilah-istilah tersebut biasa muncul dalam kegiatan eksplorasi,
penambangan, handling, loading, transhipment, tender jual beli batubara dan lain sebagainya.
Salah satu istilah atau nama diantaranya adalah parameter kualitas batubara dan basisnya.
Sebenarnya banyak sekali parameter kualitas yang ditentukan dari batubara tersebut dan juga
istilahnya. Diantara istilah tersebut ada yang group dan ada yang individual. Parameter group
contohnya adalah ; Proximate analysis yang di dalamnya terdiri dari parameter : Moisture, Ash,
Volatile Matter, dan Fixed Carbon. Kemudian Ultimate analysis yang terdiri dari parameter
Carbon, Hydrogen, Nitrogen , Sulfur, dan Oksigen. Contoh lainnya adalah Ash analysis,
Petrographic analysis, trace element, dan lain-lain. Sedangkan yang bersifat individual misalnya
Calorific Value, Chlorine in coal, HGI, Total moisture, dan lain-lain.

Masing-masing parameter tersebut dilaporkan menurut basis yang sudah disepakati oleh
dunia internasional. Fungsinya adalah agar diperoleh suatu bahasa dan persepsi yang sama dalam
menganalisis dan mengevaluasi data-data parameter batubara . Dengan adanya acuan ini maka
tidak akan terjadi persepsi yang keliru dalam menganalisa dan membaca setiap laporan yang
memuat tentang parameter kualitas batubara.

Secara kuantitative kandungan batubara dibagi menjadi 4 bagian yaitu yang disebut
sebagai Proximate. Jadi batubara terdiri dari 1. Moisture, 2. Ash (mineral matter) 3. Volatile
Matter, 4. Fixed carbon. Sehingga dalam penentuan proximate ini jumlah persentasinya harus
100 %.

Basis yang dipakai dari keempat parameter diatas tergantung dari tempat atau kondisi
dari batubara tersebut seperti . Kondisi 1; Apabila yang dimaksud batubara diatas berada masih
dalam seamnya atau masih berada di dalam tanah, maka moisture yang dimaksud adalah EQM
(Equilibrium moisture) atau MHC (Moisture holding capacity), atau Bed moisture, atau Inherent

4
moisture (versi ASTM), atau In-situ moisture dan lain lain yang mencerminkan moisture pada
batubara in-situ. Sedangkan parameters yang lain (ash, VM, dan FC) basisnya dalam moist basis
atau in-situ basis. Kondisi 2; Apabila batubara yang dimaksud adalah batubara yang ada di
stockpile, maka moisturenya adalah TM (Total moisture) dan parameter yang lain dalam as
received basis. Kondisi 3; Apabila batubara yang dimaksud adalah batubara yang berada di lab
yang sudah di air drying maka moisture diatas adalah Moisture in the analysis sample (versi
ASTM), atau Inherent moisture (versi Australian Standard), atau Air dried moisture (versi ISO
standard).

Jadi secara kuantitative batubara hanya dibagi menjadi 4 golongan besar seperti
digambarkan di atas. Sedangkan dari empat golongan diatas dibagi lagi menjadi beberapa
parameter lain baik secara kualitative maupun secara kuantitative. Sebagai contoh dari parameter
ASH atau ABU, parameter yang ditentukan dari ash batubara ini diantaranya ;

1. Kuantitative: Ash analysis (ash constituent), Trace element , dan lain-lain.


2. Kualitative: Ash fusion, Ash resistivity, dan lain lain. Sedangkan dari gabungan VM dan FC,
merupakan penganalisaan parameter yang paling banyak seperti Ultimate, Maceral, Calorific
value, dan sebagainya.

Pada prinsipnya semua parameter yang ditentukan dari batubara ketelitiannya terletak
pada sampling, preparasi, dan analisa laboratorium itu sendiri. Secara filosofi tingkat ketelitian
dari ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut.: Sampling = 80 %, Preparasi dan analisa = 20
%. Didalam preparasi dan analisa lab. itu sendiri terbagi menjadi Preparasi = 80 % dan analisa
lab = 20 %. Hati-hati dalam menerjemahkan filosofi tersebut, karena banyak yang menafsirkan
kurang tepat mengenai filosofi tersebut. Pembagian persentasi tersebut hanya didasarkan atas
tingkat kesukaran dalam mengulang prosesnya atau kesukaran dalam menentukan benar atau
salahnya proses tersebut, jadi bukan ketelitian pengerjaanya. Kalau dilihat dari ketelitiannya
tentu saja ketiga proses tersebut harus mendekati akurat 100 %. Yang dimaksud tingkat
kesukaran dalam mengulang proses adalah gambarannya sebagai berikut;

5
SAMPLING
Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai; “ Suatu proses pengambilan sebagian
kecil contoh dari suatu material sehingga karakteristik contoh material tersebut mewakili
keseluruhan material”.

Didalam industri pertambangan batubara, sampling merupakan hal yang sangat penting,
karena merupakan proses yang sangat vital dalam menentukan karakteristik batubara tersebut.
Dalam tahap explorasi, karakteristik batubara merupakan salah satu penentu dalam study
kelayakan apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk ditambang atau tidak. Begitu pun
dalam tahap produksi dan pengapalan atau penjualan batubara tersebut karakteristik dijadikan
acuan dalam menentukan harga batubara.

Secara garis besar sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan
dimana batubara berada dan tujuannya yaitu; Explorasi sampling, Pit sampling, Production
sampling, dan loading sampling (barging dan transhipment)
Explorasi sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas batubara baik dengan cara
channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan cara pemboran atau drilling. Tujuan
dari sampling di tahap ini adalah untuk menentukan karakteristik batubara secara global yang
merupakan pendeteksian awal batubara yang akan di exploitasi.

Pit sampling dilakukan setelah explorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan progress
tambang didalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data yang
sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini dilakukan oleh pit control untuk mengetahui
kualitas batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengkontrol kualitas
batubara yang akan ditambang dalam jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat
dilakukan dengan pemboran juga dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan
untuk mengecek kualitas batubara yang dalam progress ditambang.

Production sampling; dilakukan setelah batubara di proses di prosesing plant dimana proses ini
dapat merupakan penggilingan (crushing) pencucian (washing), penyetokan dan lain-lain.

6
Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara yang akan di jual atau dikirim ke
pembeli supaya kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas batubara di stockpile atau di penyimpanan
sementara kita dapat menentukan batubara yang mana yang cocok untuk dikirim ke Buyer
tertentu dengan spesifikasi batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending)
batubara-batubara yang ada di stockpile atau pun dengan single source dengan memilih kualitas
yang sesuai.

Loading Sampling; Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke pembeli baik
menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya dilakukan oleh independent
company karena kualitas yang ditentukan harus diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan
pembeli (Buyer). Tujuannya adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang dijual yang
nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter yang
sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas actual pada saat batubara
dikapalkan.

Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai tujuan seperti telah dijelaskan
di atas,dilakukan dengan menggunakan standard – standard yang telah ada. Dimana
pemilihannya tergantung keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon
pembeli batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan tersebut diantaranya ; ASTM
(American Society for Testing and Materials), AS (Australian Standard), Internasional Standard,
British Standard, dan banyak lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun
internasional.
Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu;
1. Manual sampling
2. Mechanikal sampling

7
Sedangkan berdasarkan teknis pengambilannya Sampling dapat dibagi menjadi beberapa
golongan sebagai berikut;

Core Sampling
- Exploration sampling
- Deep drilling
- Shalow drilling
- Pit sample
- Pit drilling
Channel sampling
- Explorasi sampling
- Outcrop sampling
- Pit sampling
- Seam face sampling
Bulk sampling
- Stasionary sampling
- Stockpile sampling
- Wagon sampling
- Coal truck sampling, Dll.
Moving sampling
- Cross belt sampling
- Stop belt sampling
- Falling stream sampling
- Moving bucket sampling, DLL.

Sampling batubara merupakan sampling yang tersulit dari semua sampling solid material.
Hal ini dikarenakan batubara merupakan heterogen solid material. Selain itu parameter yang
ditentukan dari batubara memeliki sifat-sifat penyebaran yang bervariasi. Oleh karena itu dalam
melakukan sampling batubara harus betul-betul mengikuti kaidah-kaidah atau standard yang
digunakan.

8
Ada 3 faktor yang menentukan bahwa suatu sample dapat dikatakan representative atau tidak,
yaitu :
1. Teknik pengambilan sample dan alat yang digunakan
2. Massa /jumlah sample yang diambil
3. Periode atau interval pengambilan.

Untuk memperoleh sample yang representative, maka ketiga faktor diatas harus dilakukan
dengan baik menurut standard yang digunakan.

Teknik Pengambilan dan Alat yang digunakan


a. Teknik pengambilan sample

Teknik pengambilan sample harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi material
yang akan diambil dan alat yang digunakan. Teknik pengambilan sample yang salah,
akan menyebabkan hasil dari sample tersebut bias. Teknik sampling harus betul betul
diperhatikan terutama pada sampling secara manual.
Sebagai contoh, dalam pengambilan sample dari falling stream, shovel atau ladle yang
digunakan harus masuk ke seluruh stream batubara. Apabila hanya sebagian stream yang
diambil maka sample yang diperoleh akan bias.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah muatan sample dalam ladle. Ladle harus terisi
sample secukupnya dan tidak boleh berlebihan (overfill). Pengambilan sample yang
overfill juga akan menyebabkan bias, karena partikel yang besar-besar akan jatuh, dan
sebagian besar sample yang terambil adalah fine coal.
Jadi teknik pengambilan sample harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, batubara yang
akan diambil samplenya. Seorang sampler yang profesional harus menguasai teknik
sampling yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi batubara yang akan diambil
samplenya.

9
b. Alat yang digunakan
Selain teknik pengambilan sample, yang tak kalah pentingnya yang harus diperhatikan
adalah alat yang digunakan untuk mengambil sample tersebut. Alat yang digunakan
untuk melakukan sampling memiliki ukuran dan bentuk yang ditentukan oleh standard.
Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standard, akan mengakibatkan bias pada
sample yang diperoleh dan akan menyebabkan kesalahan pada hasil analisanya.
Ada 5 jenis alat untuk pengambilan sample secara manual yang biasanya digunakan yaitu
:
1.Laddle : Digunakan untuk pengambilan sample dari falling stream
2.Manual Cutter : Digunakan untuk pengambilan sample dari falling stream
3.Scoop : Digunakan untuk pengambilan sample seperti dari bucket WA dsb.
4.Shovel : Digunakan untuk pengambilan sample di stockpile, DT dan lain-lain.
5.Sampling Frame: Digunakan untuk pengambilan sample diatas belt conveyor

Massa / jumlah sample yang diambil

Massa atau jumlah sample yang diambil tergantung dari ukuran butir atau particle size dari
batubara tersebut. Ketentuan ini juga tergantung pada standard mana yang diikuti.
Satuan pengambilan sample terkecil disebut Increment, dan increment-increment digabungkan
membentuk satu gross sample. Berat minimum sample untuk setiap increment tergantung dari
ukuran butir batubara yang disampling, dan mengikuti persamaan sebagai berikut :
M = 0.06 D
Dimana :
M = Massa / berat per increment (kg)
D = Diameter / particle top size batubara (mm)

10
Contoh 1 : berat minimum per increment pada manual sampling untuk ukuran batubara top size
50 mm, adalah :
M = 0.06 x 50= 3.00 kg

Sedangkan untuk berat per increment pada mechanical sampling berlaku persamaan sebagai
berikut :

M = C x A / 3.6 V

Dimana :
M = berat per increment (kg)
C = Capacity belt Conveyor(tph)
A = Aperture cutter (m) (min. 3 x top size)
V = Kecepatan belt conveyor (m/det)

Contoh 2 : Berat sample per increment untuk batubara dengan top size 50 mm, dengan loading
rate 1000 tph, dan kecepatan belt 4.5 m/s adalah :

M = (1000 x 0.15) / (3.6 x 4.5)= 9.26 kg

Jumlah increment sample yang harus diambil dari setiap lot batubara tergantung dari tonnase lot
batubara tersebut.
Untuk menentukan jumlah sample increment, ASTM memberikan 2 standard perhitungan
sebagai berikut :
1.15 Increment untuk satu sampling unit (lot) dengan jumlah lot 1000 ton bagi washed coal
2.35 Increment untuk satu sampling unit (lot) dengan jumlah lot 1000 ton bagi unwashed coal /
unknown coal.

Semakin banyak sample increment yang diambil semakin representative sample tersebut, namun
demikian semakin banyak sample yang dihandle semakin tinggi juga kemungkinan kesalahan
dalam penanganan sample tersebut.

11
c. Periode / Interval pengambilan

Faktor ini sangat penting sekali, karena tanpa memperhatikan faktor ini maka sample yang
terambil tidak akan representative walaupun faktor 1 dan 2 telah dipenuhi.
Sebagai contoh, kita mengambil sample loading dengan teknik yang benar dan jumlah sample
sesuai dengan standard. Tapi pengambilan tersebut dilakukan sekaligus diawal loading, dan
sudah selesai pada saat loading masih terus berjalan sampai beberapa jam lagi kedepan. Hal ini
akan menyebabkan sample yang terambil tidak mewakili seluruh lot atau batubara yang
diloading, karena mungkin saja setelah selesai pengambilan sample tadi, tiba-tiba kualitas
batubara berubah total dari yang awal-awal diloading.
Oleh karena itu pengambilan increment sample harus merata dan diambil selama “throughout”
poroses pemindahan batubara tersebut. Dalam istilah sampling cara seperti ini disebut “
Systematic Stratified Sampling”

PREPARASI SAMPLE
Preparasi sample adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sample sampai pada massa
dan ukuran yang cocok untuk analisa di Laboratorium.
Tahap-tahap preparasi sample adalah sebagai berikut :

1. Pengeringan udara/Air Drying


Pengeringan udara pada gross sample dilakukan jika sample tersebut terlalu basah untuk
diproses tanpa menghilangnya moisture atau yang menyebabkan timbulnya kesulitan
pada crusher atau mill. Pengeringan udara dilakukan pada suhu ambient sampai suhu
maksimum yang dapat diterima yaitu 400C. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan
ini bervariasi tergantung dari typical batubara yang akan dipreparasi, hanya prinsipnya
batubara dijaga agar tidak mengalami oksidasi saat pengeringan.

12
2.Pengecilan ukuran butir
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan ukuran atas sample tanpa menyebabkan
perubahan apapun pada massa sample
Contoh alat mekanis untuk melakukan pengecilan ukuran butir adalah :
- Jaw Crusher
- Rolls Crusher
- Swing Hammer Mills
Jaw Crusher atau Roll Crusher biasa digunakan untuk mengurangi ukuran butir dari 50 mm
sampai 11,2 mm; 4,75 mm atau 2,36 mm.
Roll Crusher lebih direkomendasikan untuk jumlah/massa sample yang besar.
Swing Hammer Mill digunakan untuk menggerus sample sampai ukuran 0,2 mm yang akan
digunakan untuk sample yang akan dianalisa di Laboratorium.

3.Mixing atau Pencampuran


Mixing / pencampuran adalah proses pengadukan sample agar diperoleh sample yang homogen.
Pencampuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a.Metode manual ; menggunakan riffle atau dengan membentuk dan membentuk kembali
timbunan berbentuk kerucut
b.Metode Mekanis : menggunakan Alat Rotary Sample Divider (RSD)

4. Pembagian atau Dividing

Proses untuk mendapatkan sample yang representatif dari gross sample tanpa memperkecil
ukuran butir. Sebagai aturan umum, pengurangan sample ini harus dilakukan dengan melakukan
pembagian sample.
Pembagian dilakukan dengan metode manual (riffling atau metode increment manual) dan
metode mekanis (Rotary Sample Divider)

13
COAL ANALYSIS

Jenis analisa atau parameter untuk menentukan kualitas suatu batubara banyak sekali baik analisa
fisik atau disebut physical property, chemical property, pilut scale test, dan lain-lain. Contoh
yang masuk kedalam physical property misalnya ; HGI, Sieve analysis, Drop shatter, bulk
density dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk kedalam chemical property adalah misalnya
Proximate, Ultimate, Ash analysis, dan lain-lain. Dan beberapa contoh pilot scale test misalnya ;
Test Sponcomb, Test burn, Wet tumble test, dan lain-lain. Begitu banyak test atau analysis yang
dilakukan terhadap batubara dengan tujuannya masing-masing. Setiap test atau analyisis sudah
pasti ada tujuan atau ada yang ingin diketahui. Ditinjau dari tujuannya, coal analysis dapat dibagi
ke dalam dua tujuan utama yaitu tujuan Study, dan tujuan komersial.
Parameter-parameter tersebut antara lain adalah :
• Moisture
• Ash
• Volatile matter
• Fixed carbon
• Sulfur
• Calorific Value
• Ash Analysis
• Ash Fusion Temperature
• Hardgrove Grindability Index

Moisture
Moisture di dalam batubara dapat dibagi menjadai dua bagian yaitu inherent moisture dan
extraneous moisture. Dua istilah tersebut di atas merupakan istilah pengertian bukan istilah
parameter. Inherent moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara dan tidak dapat
menguap atau hilang dengan pengeringan udara atau air drying pada ambien temperature
walaupun batubara tersebut telah dimilling ke ukuran 200 mikron. Inherent moisture ini hampir
menyatu dengan struktur molekul batubara karena berada pada kapiler yang sangat kecil dalam
partikel batubara. Nilai Inherent moisture ini tidak fluktuatif dengan berubah-ubahnya humiditas
ruangan. Dan moisture ini baru bisa dhilangkan dari batubara pada pemanasan lebih dari 100

14
derajat Celsius. Extaraneous moisture adalah moisture yang berasal dari luar dan menempel atau
teradsorpsi di permukaan batubara atau masuk dan tergabung dalam retakan-retakan atau lubang-
lubang kecil batubara. Sumber extraneous moisture ini misalnya ; air dari genangan, air hujan,
dan lain-lain. Moisture ini dapat dihilangkan atau diuapkan dengan cara air drying atau
pemanasan di oven pada ambien temperature. Ada yang mengistilahkan untuk moisture ini
adalah Surface moisture atau Free moisture.
Parameter – parameter yang termasuk ke dalam penentuan kadar moisture adalah ;
• EQM / MHC / Inherent moisture / Bed moisture / In situ Moisture
• Total Moisture / as received moisture / as sampled moisture /as despatched moisture
• Air dried moisture / inherent moisture / moisture in the analysis sample
• Transportable moisture limit / flow moisture

Equilibrium moisture
Equilibrium moisture adalah parameter penentuan moisture sebagai pendekatan untuk
menentukan inherent moisture atau insitu moisture dalam batubara. EQM ini biasanya ditentukan
pada saat explorasi batubara yang kegunaanya adalah untuk memperkirakan nilai TM pada saat
batubara tersebut ditambang. Nilai EQM ini relative tidak fluktuasi nilainya pada satu seam yang
sama. Selain untuk memperkirakan TM, juga EQM berguna dalam menentukan golongan atau
Rank dari suatu batubara terutama untuk Low rank coal yang penentuan Ranknya menggunakan
nilai calorific value pada basis mmmf (moist, mineral matter free basis), dimana basis ini
memerlukan data insitu moisture atau EQM. EQM ini adalah istilah penentuan dalam standard
ASTM, sedangkan dalam ISO standard istilah parameternya adalah MHC ( Moisture Holding
Capacity ). Belakangan ini penentuan untuk inherent moisture ini bisa dilakukan pada sample
channel yang not visible surface moisture dengan prosedur sampling tertentu.
Total Moisture
Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi sampai transshipment.
Nilainya sangat penting sekali, karena dalam penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan
menentukan harga dari batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain
dalam basis as received. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk menaksir atau memperkirakan
nilai TM batubara in-situ sekaligus untuk menentukan nilai surface moisturenya dari selisih
antara TM dan EQM. Karena TM adalah jumlah dari EQM dengan Surface moisture. ( TM =

15
EQM + SM ). Selain itu, nilai TM yang didapat dari sample core pada saat explorasi banyak
digunakan oleh geologist-geologist untuk menampilkan data dalam basis as received pada saat
batubara tersebut belum ditambang. Yang paling menentukan dalam penentuan TM ini adalah
samplingnya, yakni sesaat setelah sample batubara disampling sesegera mungkin sample tersebut
dimasukan kedalam kontainer yang ditutup sangat rapat sehingga tidak ada moisture yang masuk
atau keluar dari sample tersebut. Apabila ini terlaksana dengan baik maka nilai TM yang
diperoleh dapat dianggap mewakili nilai moisture batubara yang diambil samplenya tersebut
pada saat dan keadaan batubara tersebut disampling. Prinsip ini biasanya sulit terlaksana pada
sample core dari sample Pit atau bor dalam, karena dari sample core tersebut masih ada beberapa
data yang harus dicatat dan diamati, sehingga sample tersebut tidak segera dapat dimasukan ke
dalam kontainer yang kedap udara sesaat setelah disampling. Selain itu pada saat pemboran
biasanya menggunakan air selama coring dilakukan, sehingga kontaminasi batubara tersebut oleh
air yang bukan berasal dari batubara mungkin sekali terjadi. Oleh karena itu nilai TM tersebut
menjadi tidak begitu reliable untuk menunjukan nilai TM batubara in-situ. Nilai TM yang
diperoleh juga biasanya sangat fluktuatif nilainya.
Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh luas permukaan batubara (size distribusi ), juga
oleh cuaca, sehingga nilai TM pada coal in bulk relatif fluktuatif seiring dengan keadaan cuaca
atau musim dan size distribusi dari batubara tersebut terutama setelah di crushing.

Air dried moisture


Sesuai dengan namanya, air dried moisture adalah nilai moisture batubara pada saat setelah
batubara tersebut diair drying. Nilai moisture ini sangat penting karena pada dasarnya semua
parameter ditentukan pada sample setelah air drying sehingga basisnya adalah air dried basis.
Nilai parameter dalam basis ini merupakan actual hasil analisa dari Lab. Sedangkan basis-basis
lainya dalam coal analysis merupakan kalkulasi saja dari nilai-nilai air dried basis ini. Jadi
jelaslah bahwa tanpa nilai air dried moisture, parameter-parameter yang lain tidak dapat diubah
ke dalam basis lainnya. Selain itu nilai ADM ini berpengaruh pada nilai parameter lainnya pada
basis airdried, seperti CV, VM, Sulfur dan lain-lain. Sehingga nilai ADM menjadi lebih penting
lagi apabila spesifikasi dinyatakan dalam basis air dried.

Transportable moisture limit

16
Batubara in bulk yang diangkut dengan menggunakan palka tertutup seperti kapal-kapal besar,
dalam kondisi tertentu yang diakibatkan oleh angin dan ombak, memungkinkan terjadinya
segregasi moisture dan finer coal dari bulk dan membentuk semacam “liquefaction” dan pada
kondisi tertentu dapat membahayakan kapal tersebut terutama pada stability kapal selama dalam
pelayarannya. Oleh karena itu IMO ( International Marine Organisation) mensyaratkan untuk
setiap kapal yang mengangkut batubara terutama low rank coal, harus meminta statement dari
Shipper mengenai nilai transportable moisture limit dari batubara yang akan dimuat. Ada satu
metoda yang dikembangkan di National Coal Board (UK) untuk menentukan nilai TML ini yaitu
dengan cara ; Sebanyak 10 kg batubara dimasukan ke dalam suatu silinder dimana di bawah
silinder tersebut diletakan dua bola tenis meja. Kemudian silinder tersebut diletakan di atas
“Vibrating table”. Penentuan ini dilakukan pada nilai moisture batubara yang bervariasi. Flow
Moisture ditentukan sebagai nilai moisture pada saat bola tenis meja tersebut masuk naik ke atas
batubara dalam silinder tersebut. Sedangkan TML adalah 90 % dari nilai Flow moisture tersebut.
Ash Content (AC)
Sebenarnya batubara tidak mengandung ash melainkan mengandung mineral matter. Ash adalah
istilah parameter dimana setelah batubara dibakar dengan sempurna, material yang tersisa dan
tidak terbakar adalah ash atau abu sebagai sisa pembakaran. Jadi ash atau abu merupakan istilah
umum sebagai sisa pembakaran. Pada material yang lain mungkin ash ini dapat mencerminkan
langsung mineral matter yang terkandung dalam material yang dibakar tersebut. Akan tetapi di
dalam batubara hal tersebut tidak selamanya terjadi karena terjadinya reaksi-reaksi kimia selama
pembakaran atau insinerasi batubara tersebut, sehingga nilai ash yang didapat relative akan lebih
kecil dibanding dengan nilai mineral matter yang sebenarnya. Ada pula yang menggolongkan
mineral dalam batubara ke dalam tiga kategori yaitu ;
• Mineral matter
• Inherent ash
• Extraneous ash

Mineral matter adalah unsur-unsur yang terikat secara organik dalam rantai carbon sebagai
kation pengganti hidrogen. Unsur ini biasanya ada dalam batubara pada saat pembentukan
batubara yang berasal dari tumbuhan atau pohon pembentuk batubara tersebut. Unsur yang
biasanya ditemukan sebagai mineral matter ini adalah Kalsium, Sodium, dan juga ditemukan besi

17
dan alumina pada low rank coal. Inherent ash adalah superfine discrete mineral yang masih dapat
tertinggal dalam partikel batubara setelah dipulverize. Dan yang ketiga adalah extraneous ash,
yang termasuk kedalam kategori ini adalah tanah atau pasir yang terbawa pada saat
penambangan batubara dan mineral yang keluar dari partikel batubara pada saat dipulverize.
Ketiga jenis ash tersebut sangat tergantung pada lingkungan pada saat pembentukan batubara
serta bahan pembentuk batubara sehingga memiliki sifat-sifat thermal masing-masing, akibatnya
juga setiap type ash tersebut memiliki kontribusi yang berbeda terhadap slagging dan fouling.
Penentuan di laboratorium yaitu dengan membakar batubara pada temperature 750 atau 800
derajat celsius sampai dianggap pembakaran telah sempurna. Dalam prosedure standard
temperature dan waktu pembakaran ditentukan yang nilainya tergantung kepada standard
masing-masing. Penentuan secara prosedure di atas untuk batubara tertentu yang mengandung
banyak pyrite dan carbonat, menjadi tidak begitu teliti karena selama pembakaran terjadi
beberapa reaksi akan terjadi. Reaksi reaksi yang mungkin terjadi selama pembakaran adalah ;

• Decomposisi Pyrite :
4 FeS2 + 15 O2 ——> 2 Fe2 O3 + 8 SO3

• Dekomposisi Carbonat
CaCO3 + O2 —–> CaO + CO2

• Fixation of sulfur
CaO + SO3 ——-> CaSO4
Na2O + SO3 ——-> Na2SO4

Dalam basis dry mineral matter free basis untuk penentuan rank batubara di ASTM, Ash yang
digunakan adalah hasil kalkulasi dimana ash dinyatakan sebagai ash bebas sulfat.

Volatile Matter
Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara. Zat yang terkandung dalam
volatile matter ini biasanya gas hidrokarbon terutama gas methane. Volaitile matter ini berasal
dari pemecahan struktur molekule batubara pada rantai alifatik pada temperature tertentu. Di

18
laboratorium sendiri penentuannya dengan cara memanaskan sejumlah batubara pada
temperature 900 derajat Celsius dengan tanpa udara. Volatile matter keluar seperti jelaga karena
tidak ada oksigen yang membakarnya. Volatile matter merupakan salah satu indikasi dari rank
batubara. Dalam klasifikasi batubara ASTM, Volatile matter digunakan sebagai parameter
penentu rank untuk batubara high rank coal. Volatile matter juga memiliki korelasi yang jelas
dengan salah satu maceral yaitu Vitrinite. Apabila volatile matter dalam basis DMMF di plot
dengan reflectance dari vitrinite, maka akan diperoleh suatu garis yang relative lurus yang
korelatif dengan rank batubara. Selain itu pada saat penentuan di laboratorium, juga dapat
digunakan sebagai prediksi awal apakah batubara tersebut memiliki sifat agglomerasi atau tidak.
Sifat dalam coal combustion, volatile matter memegang peranan penting karena ikut menentukan
sifat-sifat pembakaran seperti efisiensi pembakaran karbon atau carbon los on ignition. Volatile
matter yang tinggi menyebabkan batubara mudah sekali terbakar pada saat injection ke dalam
suatu boiler. Low rank coal biasanya mengandung Voloatile matter yang tinggi sehingga
memiliki efisiensi yang sangat tinggi pada saat pembakaran di power station.
Volatile matter juga digunakan sebagai parameter dalam memprediksi keamanan batubara pada
Silo Bin, Miller atau pada tambang-tambang bawah tanah. Tingginya nilai volatile matter
semakin besar pula resiko dalam penyimpananya terutama dari bahaya ledakan.
Fixed Carbon
Fixed carbon adalah adalah parameter yang tidak ditentukan secara analisis melainkan
merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile matter. Fixed carbon
ini tidak sama dengan total carbon pada Ultimate. Perbedaan yang cukup jelas adalah bahwa
Fixed carbon merupakan kadar karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak
menguap. Sedangkan carbon yang menguap pada temperature tersebut termasuk kedalam
volatile matter. Sedangkan total carbon yang ditentukan pada Ultimate analysis merupakan
semua carbon dalam batubara kecuali carbon yang berasal dari karbonat. Jadi baik hidrokarbon
yang termasuk ke dalam Volatile matter atau fixed carbon termasuk di dalamnya. Penggunaan
nilai parameter ini sama dengan volatile matter yaitu sebagai parameter penentu dalam
klasifikasi batubara dalam ASTM standard. Serta untuk keperluan tertentu fixed carbon bersama
volatile matter dibuat sebagai suatu ratio yang dinamakan fuel ratio (FC/VM).
Sulfur (S)
Sulfur didalam batubara sama seperti halnya material yang lain terdiri dari dua jenis yaitu sulfur

19
organik dan sulfur anorganik. Sulfur organik biasanya ada dalam batubara seiring dengan
pembentukan batubara dan berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut. Dan tidak
menutup kemungkinan juga berasal dari luar tumbuhan yang dikarenakan suatu reaksi kimia
yang terjadi pada saat peatifikasi dan coalifikasi pada saat perubahan diagenetik dan perubahan
kimia. Sedangkan anorganik sulfur berasal dari lingkungan dimana batubara tersebut
terbentuk.atau dari mineral yang berada disekeliling batubara atau bahkan yang berada dalam
seam batubara yang membentuk parting, spliting, band dan lain-lain. Sulfur anorganik ini
biasanya dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu Pyritic sulfur dan sulfat sulfur. Dalam analysis di
laboratorium sulfur-sulfur ini ditentukan dengan parameter yang disebut form of sulfur. Dimana
laporannya terdiri dari pyritic sulfur, sulfate sulfur dan organik sulfur. Yang ditentukan di
laboratorium dengan test adalah hanya piritic sulfur dan sulfate sulfur sedangkan organik sulfur
merupakan hasil kalkulasi selisih antara Total sulfur dan jumlah dari piritic dan sulfate sulfur.
Form of sulfur biasa digunakan untuk memprediksi secara awal apakah sulfur dari batubara
tersebut dapat dikurangi dengan cara separasi media atau washibility density. Organik sulfur
secara teeoritis tidak dapat dipisahkan dari batubara dengan metoda separasi yang menggunakan
dens medium plan atau washing karena sulfur tersebut terikat secara organik dalam molekul
batubara. Sedangkan anorganik sulfur secara teoritis dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
cara separasi media karena termasuk ke dalam mineral matter yang memiliki density lebih tinggi
dibanding batubara. Selain itu pyrtic sulfur juga digunakan sebagai bahan acuan dalam
memprediksi kecenderungan batubara tersebut untuk terbakar secara spontan pada waktu
penyimpanannya di stockpile. Karena pyritic sulfur dapat mengkatalisasi terjadinya self heating
pada batubara yaitu dengan reaksi oksidasi yang menghasilkan panas. Selain itu dari reaksi
tersebut dapat menyebabkan disintegrasi partikel batubara sehingga menambah luas permukaan
batubara yang juga dapat menambah kecenderungan batubara tersebut untuk teroksidasi yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya pembakaran spontan. Hidrogen disulfida atau FeS2 di
dalam batubara terdiri dari dua type yaitu cubic yellow pyrite dan rombik marcasite. Dan
marcasite inilah yang disinyalir lebih reaktif terhadap oksigen dibanding pyrite.
Dalam utilisasi di industri, sulfur yang tinggi sangat tidak diharapkan karena dapat menimbulkan
emisi SO2 yang konsentrasinya tidak boleh tinggi karena dapat menyebabkan hujan asam.
Batasan konsentrasi SO2 yang diijinkan tergantung dari negara dimana industri tersebut berada,
karena peraturan masing-masing negara berbeda. Selain itu SO2 juga termasuk corrosive

20
constituent bersama chlorine yang dapat merusak metal dalam boiler.
Analisa reguler yang ditentukan baik untuk explorasi, produksi, dan shipment adalah total sulfur
yang biasanya ditentukan dengan metoda high temperature method
Calorific Value (CV)
Nilai Kalori atau Calorific Value adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan bakar
yang dibakar dengan oxygen, nitrogen dan oksida nitrogen, carbondioksida, sulfurdioksida, uap
air dan abu padat
Nilai kalori biasanya dilaporkan sebagai :
a. Gross Calorific Value, adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan-bahan yang
dibakar dengan oksigen di bawah kondisi standar. Disebut juga kalori gross pada volume konstan
b. Net Calorific Value, adalah konversi secara matematis dari Gross Calorific Value dengan
menerapkan faktor koreksi yang didasarkan pada kandungan hydrogen, oksigen dan moisture.
Biasa disebut sebagai panas pembakaran pada tekanan konstan dimana air berujud gas.
Penentuan nilai kalori batubara yang digunakan misalnya dengan alat Calorimeter dengan sistem
Isoperibol. Alat ini menggunakan siklus Isotermik, dimana secara komputerize, panas yang
dihasilkan dari pembakaran batubara dalam calorimeter tersebut dikonversikan ke dalam satuan
Megajoule per kilogram (MJ/kg) atau Calori per gram
(Cal/g). Jadi secara otomatis nilai kalori dari batubara yang ditentukan diprint out oleh alat
kalorimeter tersebut.

Ash Analysis (ASH COMPOSITION)


Ash pada umumnya terdiri dari ikatan dari logam Silikon, Aluminium, Besi dan Kalsium serta
kondungan lain yang lebih kecil seperti Titanium, mangan, magnesium, sodium dan potassium
dimana semuanya terjadi dalam bentuk silicates, oksida, sulphida, sulfat dan phospat. Element
lain seperti arsen, copper, timbal, nikel, zinc dan uranium dapat dilaporkan dalam jumlah yang
sangat kecil. Pengetahuan mengenai komposisi sebenarnya dari ash sangat penting untuk
memprediksi karakteristik dan behaviour batubara jika digunakan dalam berbagai aplikasi di
dunia industri.
Ash Fusion Temperature
Ash Fusion Temperature menggambarkan karakteristik pelunakan dan pelelehan ash, dan diukur
menurut standar prosedur tertentu dengan cara pemanasan secara gradual terhadap sample yang

21
sudah disiapkan dalam bentuk cone untuk selanjutnya diamati profil perubahannya.
Temperatur dicatat pada sifat-sifat yang menunjukkan :
- initial Deformation
- Spherical
- Hemispherical
- Flow
Ash Fusion Temperature biasa diukur pada dua kondisi yaitu kondisi Reduksi dan Oksidasi.
Pengukuran dalam kondisi Oksidasi selalu lebih tinggi dibandingkan kondisi Reduksi disebabkan
keberadaan beberapa komponen dalam ash seperti besi oksida yang memiliki perbedaan fluxing
effects pada suasana oksidasi dan reduksi.
Hardgrove Grindability Index (HGI)
Test ini adalah untuk mengukur kemudahan relatif saat batubara dihancurkan ke dalam ukuran
yang lebih kecil. Semakin tinggi nilai HGI maka semakin lunak batubara yang berarti semakin
mudah batubara tersebut untuk dihancurkan.
Index ini sangat membantu dalam memperkirakan kapasitas mill yang digunakan untuk
menggiling batubara sampai ukuran yang diperlukan untuk umpan ke furnace.
BASIS
Basis adalah dasar yang dipakai untuk menyatakan nilai dari suatu parameter dan
menginterpretasikan nilai tersebut pada kondisi tertentu batubara. Interpretasi dari basis tersebut
sesuai dengan istilah basis tersebut, misalkan seperti basis basis di bawah ini ;
• As received/as sampled basis (AR) = nilai parameter atau kualitas batubara pada saat batubara
tersebut diterima / disampling.
• Air dried basis (ADB) = nilai kualitas pada kondisi batubara setelah di air dried.
• Dry basis (DB) = nilai kualitas pada kondisi batubara kering atau tidak memiliki nilai moisture
(moisture free)
• Dry ash free basis (DAF) = nilai kualitas batubara pada kondisi batubara tersebut kering dan
bebas dari ash.
• Dry mineral matter free basis (DMMF) = menginterpretasikan nilai kualitas pada kondisi
batubara tidak mengandung air dan mineral matter.
• Moist, mineral matter free basis (mmmf) menginterpretasikan nilai kualitas batubara pada

22
kondisi batubara tersebut masih didalam tanah (in-situ coal) dan tidak mengandung mineral
matter,dan lain-lain.

Basis-basis di atas merupakan basis-basis yang umum atau biasanya dipakai dalam menyatakan
nilai dari suatu parameter kualitas dari suatu batubara. Selain basis-basis tersebut di atas masih
ada beberapa basis lainnya yang hanya untuk keperluan tertentu saja digunakan seperti
misalnya ; Sulfat free, SO3 free, Ash free, dan lain-lain.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu;
1. Manual sampling
2. Mechanikal sampling

 Teknik pengambilan sample harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi material
yang akan diambil dan alat yang digunakan. Teknik pengambilan sample yang salah,
akan menyebabkan hasil dari sample tersebut bias. Teknik sampling harus betul betul
diperhatikan terutama pada sampling secara manual.
Sebagai contoh, dalam pengambilan sample dari falling stream, shovel atau ladle yang
digunakan harus masuk ke seluruh stream batubara. Apabila hanya sebagian stream yang
diambil maka sample yang diperoleh akan bias.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah muatan sample dalam ladle.

3.2 Kritik dan saran


Semoga dengan adanya presentasi beserta laporan ini sedikitnya dapat membantu dan
memberi pengetahuan baru bagi  para pelajar khususnya

Kami berharap semoga pembuatan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tak lupa
saran dan kritik yang membangun, kami harapkan dari para pembaca sekalian agar untuk
kedepannya dapat lebih baik lagi

24

Anda mungkin juga menyukai