BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk lebih memahami mengenai fraktur krusris tertutup terutama tentang definisi,
anatomi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis, cara mendiagnosis, penatalaksanaan. Serta
untuk mencegah terjadinya komplikasi, dan mengetahui proses penyembuhan dari fraktur
tersebut.
1
Fraktur Kruris Tertutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1 Fraktur kruris (L: crus = tungkai)
merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula.2 Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang
tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.1 Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada
tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada
tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan
yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya
bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.
II.2 Anatomi
Secara anatomis Tulang Kruris terdiri dari tulang tibia dan tulang fibula.
2
Fraktur Kruris Tertutup
3
Fraktur Kruris Tertutup
4
Fraktur Kruris Tertutup
5
Fraktur Kruris Tertutup
Arteri:
1.arteri tibialis anterior
2.arteri tibialis posterior
3.arteri peroneus
Saraf:
1.n.tibialis anterior dan n.peroneus mempersarafi otot ekstensor dan abductor
2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk mempersarafi otot fleksor dan otot triceps surae.
6
Fraktur Kruris Tertutup
7
Fraktur Kruris Tertutup
II.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1. fraktur proksimal tibia
2. fraktur diafisis
3. fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki
8
Fraktur Kruris Tertutup
FRAKTUR DIAFISIS
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga
terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya
trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan
trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral.1 Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan
menjadi :
9
Fraktur Kruris Tertutup
10
Fraktur Kruris Tertutup
Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal,
tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi
dan reduksikan.5
2. Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak
Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan
fibula yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian
medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal
dengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal
dengan atau tanpa fraktur fibula.1
3. Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula
Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula
secara transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi
pergeseran atau hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat
berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk
mengkonfirmasikan diagnosis.
Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan
persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak
memungkinkan. Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi
sampai hematom diresorbsi.3,5
4. Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula
Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada
tungkai bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser kearah
lateral, bertumpang tindih, dan berotasi.5 Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan
adalah reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah
terlihat dan dikoreksi.2
Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat
pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat
mereduksikannya.5 Pemendekan kurang dari satusentimeter tidak menjadi masalah karena
akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian,
pemendekan sebaiknya dihindari.2
11
Fraktur Kruris Tertutup
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam beberapa
macam trauma:
12
Fraktur Kruris Tertutup
1) Trauma abduksi
Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat oblik,
fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian
medial.
2) Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau
avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga hanya bisa menyebabkan
strain atau robekan pada ligament lateral, tergantung dari beratnya trauma.
3) Trauma rotasi eksterna
Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur pada
fibula diatas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligament medial atau fraktur
avulse pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan
dislokasi talus.
4) Trauma kompresi vertical
Pada kompresi vertical dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai dengan
dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan robekan diastasis.
Klasifikasi
Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut pathogenesis terjadinya pergeseran
dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan atau manipulasi yang
dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula
merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi
fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.
Klasifikasi terdiri atas :
Tipe A ; fraktur maleolus dibawah sindesmosis
Tipe B ; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus medialis
dimana sering disertai dengan robekan dari ligament tibiofibular bagian depan.
Tipe C ; fraktur fibula diatas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai
fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan pada
sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai Fraktur Dupuytren.
13
Fraktur Kruris Tertutup
Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan karena selain fraktur juga perlu
dilakukan tindakan pada ligament.1
14
Fraktur Kruris Tertutup
ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan atau deformitas. Yang
penting diperhatikan adalah lokaliasasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada
ligament.1
II.6 Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.9
1. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
didaerah trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain.
Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja
oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena nyeri,
pembengkakan, gannguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau
datang dengan gejala-gejala lain.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1) Syok, anemia atau perdarahan
2) Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-
organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3) Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).
15
Fraktur Kruris Tertutup
16
Fraktur Kruris Tertutup
3. Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya
4. Untuk mengetahui teknik pengobatan
5. Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
6. Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
7. Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
8. Untuk melihat adanya benda asing.1
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan
apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi
juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigursai fraktur dapat menentukan
17
Fraktur Kruris Tertutup
prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih
lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.1
Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.
Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin
merupakan satu-satunya cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat
penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning
berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.3
II.7 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi yang sedemikian
rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta dapat kembali ke pekerjaan dan
aktivitasnya seawal mungkin.7
Untuk mencapai tujuan ini, maka dapat dilakukan serangkaian manipulasi yang terdiri
dari (1). Reduksi. Tujuannya adalah agar fragmen fraktur berada dalam posisi yang sedemikian
rupa. (2). Fiksasi. Bertujuan untuk mempertahankan posisi fragmen fraktur yang telah direduksi
hingga tercapainya kesembuhan. Sementara menunggu proses penyembuhan maka perlu
dilakukan (3) mobilisasi, karena proses penyembuhan fraktur sangat didukung oleh beban
fisiologis pada tulang. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk segera melakukan aktivitas
otot dan bila memungkinkan untuk segera ‘weightbearing”.1,3,7
Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan dapat juga
dengan cara terbuka atau operatif. Bila dilakukan dengan cara tertutup, maka tidak diperlukan
operasi, karena reposisi dilakukan secara tertutup yang kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan fiksasi luar yang dapat berupa plaster / gips, traksi maupun fiksasi skeletal eksterna.
Secara terbuka berarti reposisi dilakukan dengan operasi yang kemudian dilakukan dengan
pemasangan fiksasi interna yang dapat berupa plate & screw, K – wire ataupun nail.1,3,7
Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah3 :
1. membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit.
2. mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan kompartemen
3. memperoleh penjajaran(alignment) fraktur
4. memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)
5. memulai gerakan sendi secepat mungkin.
18
Fraktur Kruris Tertutup
Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun
fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang luas dapat membutuhkan
fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindroma kompartemen, fasiotomi
perlu segera dilakukan.3
2. Operatif
19
Fraktur Kruris Tertutup
Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagian depresi
dan ditopang dengan bone graft. Pada fraktur split dapat dilakukan pemasangan screw atau
kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian fragmen terhadap tibia.1
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan manipulasi
tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk imobilisasi.1 Tiga jenis gips
sesuai dengan urutan berkurangnya stabilitas, tetapi meningkatkan mobilitas dan kenyamanan:
- Long leg walking cast, dari lipat paha sampai ke basis jari kaki.
20
Fraktur Kruris Tertutup
- Short leg walking cast, dari tepat di bawah lutut sampai ke basis jari kaki.
- Plaster gaiter, dari tepat di bawah lutut sampai tepat di atas pergelangan kaki.
21
Fraktur Kruris Tertutup
2. Operatif
Indikasi :
- Fraktur terbuka
- Kegagalan terapi konservatif
- Fraktur tidak stabil
- nonunion
Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis:
22
Fraktur Kruris Tertutup
Indikasi ORIF:
23
Fraktur Kruris Tertutup
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskuler necrosis tinggi.
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya fraktur femur.
4. Excisional arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.
5. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan pada fraktur kolum femur.9
Penanganan Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa
pergeseran signifikan → reduksi.
Fraktur oblik panjang → long leg walking cast 6 minggu, plaster gaiter 2 minggu
setelahnya.
Fraktur tansversal → penyembuhan selama 12-16 minggu.
Fraktur oblik pendek → penyembuhan lebih lama. Long leg walking cast dilepas minggu
ke-8.
Penanganan Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak
Fraktur inkomplit → long leg walking cast selama 2 / 3 minggu untuk mengurangi nyeri
dan mencegah fraktur menjadi komplit.
Fraktur komplit → jika terdapat pergeseran signifikan, berikan anestesi dan lakukan
reduksi.
Penanganan Fraktur Tertutup pada Korpus Fibula
Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan.
Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom
diresorbsi.
Penanganan Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula
Jika terdapat pemendekan → traksi kalkaneus selama 1 minggu
Garis fraktur stabil → gips. Fraktur cenderung tidak dislokasi, pasien diijinkan untuk
menopang berat badan dan berjalan.
Garis fraktur tidak stabil → ORIF. Setelah terbentuk kalus fibrosis, dipasang long leg
walking cast.
24
Fraktur Kruris Tertutup
Jika pergelangan kaki hanya mengalami subluksasi(fragmen kurang lebih berada pada
posisi yang normal), dapat fraktur direduksikan seketika, atau paling baik dalam beberapa jam,
sebelum membengkak, atau 3-7 hari kemudian saat pembengkakan berkurang. Sementara itu,
pertahankan pergelangan kaki dengan traksi stockinet(traksi Quigley).
25
Fraktur Kruris Tertutup
Jangan biarkan fraktur maleolus menetap, meskipun untuk sementara waktu, dalam
posisi yang tidak baik, terutama pasien ekuinus. Darah dalam persendian akan berkumpul, dan
ligamentum akan mengencang dalam posisi yang tidak diinginkan, sehingga reduksi lanjut akan
menyulitkan atau tidak memungkinkan.5
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan apakah
hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligament atau diastasis pada tibiofibula
serta adanya dislokasi talus.
Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:
Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis
Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk parallel
Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal (4mm)
Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula
26
Fraktur Kruris Tertutup
II.8 Komplikasi
Pada fraktur kondilus tibia
Genu valgum, terjadi karena depresi yang tidak direduksi dengan baik
Kekakuan lutut, terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal.
Osteoartritis, terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi.1
Pada fraktur diafisis tibia dan fibula
Cedera pada pembuluh darah
Cedera saraf terutama n.peroneus
Pembengkakan yang menetap
Pertautan lambat
Pseudoartrosis
Kekakuan sendi pergelangan kaki.2
27
Fraktur Kruris Tertutup
28
Fraktur Kruris Tertutup
kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang-
tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.9
1. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
Proses penyembuhan pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:
a. Fase Hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil mengalami
robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan
lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang
mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
b. Radang dan proliferasi seluler
Dalam delapan jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di
bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh
jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan
diabsorpsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke daerah itu.
c. Fase pembentukan kalus
Sel yang berkembang biak memiliki potensi krondrogenik dan osteogenik. Apabila
diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan
juga kartilago. Populasi sel sekarang juga mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan pembuluh
darah baru) yang mulai membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-
pulau tulang yang immatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan
periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang immature (atau anyaman tulang)
menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada empat minggu
setelah cedera, fraktur menyatu.
d. Fase konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi
tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos
melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah
29
Fraktur Kruris Tertutup
yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal.
e. Fase remodeling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan,
atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorpsi dan
pembentukan tulang yang terus menerus.lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang
tekanannya tinggi, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk.
Akhirnya, dan terutama pada anak-anak tulang akan memperoleh bentuk yang mirip bentuk
normalnya.
30
Fraktur Kruris Tertutup
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor,
yaitu :
1) Vaskularisasi yang baik
2) Terdapat permukaan yang lebih luas
3) Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4) Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur
31
Fraktur Kruris Tertutup
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi
maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan
dunia luar. Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1. fraktur proksimal tibia
2. fraktur diafisis
3. fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.
Prinsip terapi pada fraktur tertutup yaitu membatasi kerusakan jaringan lunak dan
mempertahankan penutup kulit, mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan
kompartemen, memperoleh penjajaran(alignment) fraktur, memulai pembebanan dini
(pembebanan membantu penyembuhan), memulai gerakan sendi secepat mungkin.
32
Fraktur Kruris Tertutup
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue. 2007.
2. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.
3. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya
Medika. 1995.
4. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
5. King Maurice, Bewes Peter. Bedah Primer Trauma. Jakarta: EGC. 1995
6. Munandar A. Ikhtisar Anatomi Alat Gerak & Ilmu Gerak. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1990
7. Saleh M, FICS. Fraktur, penyembuhan, penanganan dan komplikasi. Edisi I. 1989, hal 1-83
8. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta:EGC. 2000
9. Fraktur Tibia Fibula. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/54980966/Case-Bedah-
Fraktur-Tibia-Fibula-FK-UNSRI .
10. Tibia Fibula. Diunduh dari http://www.projectswole.com/images/articles/calf-anatomy.jpg
33