Anda di halaman 1dari 33

Fraktur Kruris Tertutup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia
sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan
fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.4
Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami cedera. Mempunyai
permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga paling sering terjadi fraktur terbuka.5
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada
tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat
menembus kulit, cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kalau
kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana).
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim. Banyak diantara fraktur itu
disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya berkaitan langsung dengan luas
dan tipe kerusakan jaringan lunak.3
Pada fraktur dan dislokasi pergelangan kaki biasanya kaki tertambat di tanah
sementara momentum tubuh terus ke depan, pasien dapat tersandung pada rintangan yang
tak diduga-duga atau tangga, atau masuk ke dalam cekungan kecil di tanah, atau jatuh dari
tempat tinggi. Jika tidak dapat menangani dan merawat fraktur dengan cermat, akan dapat
menyebabkan kecacatan yang berat.5

1.2. Tujuan
Untuk lebih memahami mengenai fraktur krusris tertutup terutama tentang definisi,
anatomi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis, cara mendiagnosis, penatalaksanaan. Serta
untuk mencegah terjadinya komplikasi, dan mengetahui proses penyembuhan dari fraktur
tersebut.

1
Fraktur Kruris Tertutup

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1 Fraktur kruris (L: crus = tungkai)
merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula.2 Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang
tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.1 Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada
tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada
tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan
yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya
bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.

II.2 Anatomi
Secara anatomis Tulang Kruris terdiri dari tulang tibia dan tulang fibula.

2
Fraktur Kruris Tertutup

Susunan otot-otot tungkai bawah:6


a) Otot-otot ventral
i. M. tibialis anterior
ii. M. extensor digitorum longus
iii. M. peronaeus tertius
iv. M. extensor hallucis longus
b) Otot-otot dorsal
i. M. gastrocnemius
ii. M. soleus
iii. M. plantaris
iv. M. popliteus
v. M. flexor digitorum longus
vi. M. flexor hallucis longus
vii. M. tibialis posterior
c) Otot-otot lateral
i. M. peronaeus longus
ii. M. peronaeus brevis

3
Fraktur Kruris Tertutup

Secara anatomi terdapat 4 grup otot yang penting di cruris:9


1.otot ekstensor
2.otot abductor
3.otot triceps surae
4.otot fleksor

4
Fraktur Kruris Tertutup

Keempat grup otot tersebut membentuk 3 kompartemen


Grup I :memebentuk kompartemen anterior
Grup II :membentuk kompartemen lateral
Grup III+IV :membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen
superficial dan kompartemen dalam.

5
Fraktur Kruris Tertutup

Arteri:
1.arteri tibialis anterior
2.arteri tibialis posterior
3.arteri peroneus
Saraf:
1.n.tibialis anterior dan n.peroneus mempersarafi otot ekstensor dan abductor
2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk mempersarafi otot fleksor dan otot triceps surae.

6
Fraktur Kruris Tertutup

II.3 Penyebab Fraktur


Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena
kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti
rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada.
b. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada
atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).1,3
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat
yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit;
cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor
adalah penyebab yang paling lazim.3
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya
berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne (1984) menekankan
pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak3:
 C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
 C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
 C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat
 C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.3

7
Fraktur Kruris Tertutup

II.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1. fraktur proksimal tibia
2. fraktur diafisis
3. fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA


1. Fraktur Infrakondilus Tibia
Fraktur Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien
yang mematahkan tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun tungkai bawah
dapat membengkak dalam segala arah, namun biasanya terjadi pergeseran lateral ringan
dan tidak ada tumpang tindih atau rotasi. Fraktur tidak masuk ke dalam lututnya. Dapat
dirawat dengan gips tungkai panjang, sama seperti fraktur pada tibia lebih distal. Jika
fragmen tergeser, dapat dilakukan manipulasi ke dalam posisinya dan gunakan gips
tungkai panjang selama 6 minggu. Kemudian dapat dilepaskan dan diberdirikan dengan
menggunakan tongkat untuk menahan berat badan.5
2. Fraktur Berbentuk T
Terjadi karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke
atas diantara kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut dengan hebat.
Kondilus tibia dapat terpisah, sehingga korpus tibia tergeser diantaranya. Traksi tibia
distal sering dapat mereduksi fraktur ini secara adekuat.
3. Fraktur Kondilus Tibia(bumper fracture)
Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap femur
dimana kaki terfiksasi pada dasar.1 Fraktur ini biasanya terjadi akibat tabrakan pada sisi
luar kulit oleh bumper mobil, yang menimbulkan fraktur pada salah satu kondilus tibia,
biasannya sisi lateral.5
4. Fraktur Kominutiva Tibia Atas
Pada fraktur kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh bagian
periosteum yang intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat, kemudian merawatnya
dengan traksi tibia distal.

8
Fraktur Kruris Tertutup

FRAKTUR DIAFISIS
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga
terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya
trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan
trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral.1 Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan
menjadi :

9
Fraktur Kruris Tertutup

1. Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa


Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula :
1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara
transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga
dapat membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.
2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral
hampir tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.

10
Fraktur Kruris Tertutup

Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal,
tinggalkan fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi
dan reduksikan.5
2. Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak
Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan
fibula yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian
medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal
dengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal
dengan atau tanpa fraktur fibula.1
3. Fraktur Tertutup Pada Korpus Fibula
Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula
secara transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi
pergeseran atau hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat
berdiri. Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk
mengkonfirmasikan diagnosis.
Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan
persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak
memungkinkan. Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi
sampai hematom diresorbsi.3,5
4. Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula
Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada
tungkai bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser kearah
lateral, bertumpang tindih, dan berotasi.5 Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan
adalah reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah
terlihat dan dikoreksi.2
Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat
pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat
mereduksikannya.5 Pemendekan kurang dari satusentimeter tidak menjadi masalah karena
akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian,
pemendekan sebaiknya dihindari.2

11
Fraktur Kruris Tertutup

FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI PERGELANGAN KAKI


Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana talus
duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament. Dahulu,
fraktur sekitar pergelangan kaki disebut sebagai fraktur Pott.
Mekanisme trauma

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam beberapa
macam trauma:

12
Fraktur Kruris Tertutup

1) Trauma abduksi
Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat oblik,
fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian
medial.
2) Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau
avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga hanya bisa menyebabkan
strain atau robekan pada ligament lateral, tergantung dari beratnya trauma.
3) Trauma rotasi eksterna
Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur pada
fibula diatas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligament medial atau fraktur
avulse pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan
dislokasi talus.
4) Trauma kompresi vertical
Pada kompresi vertical dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai dengan
dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan robekan diastasis.

Klasifikasi
Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut pathogenesis terjadinya pergeseran
dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan atau manipulasi yang
dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis & Weber (1991), dimana fibula
merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas lokalisasi
fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.
Klasifikasi terdiri atas :
 Tipe A ; fraktur maleolus dibawah sindesmosis
 Tipe B ; fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus medialis
dimana sering disertai dengan robekan dari ligament tibiofibular bagian depan.
 Tipe C ; fraktur fibula diatas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai
fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe C terjadi robekan pada
sindesmosis. Jenis tipe C ini juga dikenal sebagai Fraktur Dupuytren.

13
Fraktur Kruris Tertutup

Klasifikasi ini penting artinya dalam tindakan pengobatan karena selain fraktur juga perlu
dilakukan tindakan pada ligament.1

II.5 Gambaran Klinis


Kulit mungkin tidak rusak atau robek dengan jelas, kadang-kadang kulit tetap utuh tetapi
melesak atau telah hancur, dan terdapat bahaya bahwa kulit itu dapat mengelupas dalam
beberapa hari. Kaki biasanya memuntir keluar dan deformitas tampak jelas. Kaki dapat menjadi
memar dan bengkak. Nadi dipalpasi untuk menilai sirkulasi, dan jari kaki diraba untuk menilai
sensasi. Pada fraktur gerakan tidak boleh dicoba, tetapi pasien diminta untuk menggerakkan jari
kakinya. Sebelum merencanakan terapi, perlu dilakukan penentuan beratnya cedera.3
Pada anamnesis dalam kasus fraktur kondilus tibia terdapat riwayat trauma pada lutut,
pembengkakan dan nyeri serta hemartrosis. Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.
Pada fraktur diafisis tulang kruris ditemukan gejala berupa pembengkakan, nyeri dan sering
ditemukan penonjolan tulang keluar kulit. Pada fraktur dan dislokasi sendi pergelangan kaki

14
Fraktur Kruris Tertutup

ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan atau deformitas. Yang
penting diperhatikan adalah lokaliasasi dari nyeri tekan apakah pada daerah tulang atau pada
ligament.1

II.6 Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.9
1. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
didaerah trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain.
Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja
oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena nyeri,
pembengkakan, gannguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau
datang dengan gejala-gejala lain.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1) Syok, anemia atau perdarahan
2) Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-
organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3) Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik dilakukan :


 Look (Inspeksi)
 Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi,
perpendekan atau perpanjangan).
 Bengkak atau kebiruan.

15
Fraktur Kruris Tertutup

 Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)4


 Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang
penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).3
 Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Temperatur setempat yang meningkat
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal baiasanya disebabkan oleh kerusakan
jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
Refilling(pengisisan) arteri pada kuku.1
 Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.3
 Move (pergerakan)
 Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
 Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.4
 Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.1
3. Pemeriksaan Penunjang
Sinar – X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun
demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, loksai serta eksistensi
fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya
kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologis.1
Tujuan pemeriksaan radiologis:
1. Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
2. Untuk konfirmasi adanya fraktur

16
Fraktur Kruris Tertutup

3. Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya
4. Untuk mengetahui teknik pengobatan
5. Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
6. Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
7. Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
8. Untuk melihat adanya benda asing.1

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan ”Rules of Two” :


A. Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurang-
kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).
B. Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi. Tetapi
angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi
mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan
dalam foto sinar-X.
C. Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada tungkai
yang tidak cedera akan bermanfaat.
D. Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat. Karena itu bila
ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang
belakang.
E. Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai akibat
resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.3

Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan
apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi
juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigursai fraktur dapat menentukan

17
Fraktur Kruris Tertutup

prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih
lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.1
Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.
Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin
merupakan satu-satunya cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat
penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning
berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.3

II.7 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi yang sedemikian
rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta dapat kembali ke pekerjaan dan
aktivitasnya seawal mungkin.7
Untuk mencapai tujuan ini, maka dapat dilakukan serangkaian manipulasi yang terdiri
dari (1). Reduksi. Tujuannya adalah agar fragmen fraktur berada dalam posisi yang sedemikian
rupa. (2). Fiksasi. Bertujuan untuk mempertahankan posisi fragmen fraktur yang telah direduksi
hingga tercapainya kesembuhan. Sementara menunggu proses penyembuhan maka perlu
dilakukan (3) mobilisasi, karena proses penyembuhan fraktur sangat didukung oleh beban
fisiologis pada tulang. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk segera melakukan aktivitas
otot dan bila memungkinkan untuk segera ‘weightbearing”.1,3,7
Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan dapat juga
dengan cara terbuka atau operatif. Bila dilakukan dengan cara tertutup, maka tidak diperlukan
operasi, karena reposisi dilakukan secara tertutup yang kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan fiksasi luar yang dapat berupa plaster / gips, traksi maupun fiksasi skeletal eksterna.
Secara terbuka berarti reposisi dilakukan dengan operasi yang kemudian dilakukan dengan
pemasangan fiksasi interna yang dapat berupa plate & screw, K – wire ataupun nail.1,3,7
Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah3 :
1. membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit.
2. mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan kompartemen
3. memperoleh penjajaran(alignment) fraktur
4. memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)
5. memulai gerakan sendi secepat mungkin.

18
Fraktur Kruris Tertutup

Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun
fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang luas dapat membutuhkan
fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindroma kompartemen, fasiotomi
perlu segera dilakukan.3

PENATALAKSANAAN PADA FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA


1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapat dilakukan
beberapa pilihan pengobatan, antara lain:
 Verban elastic
 Traksi, Jika permukaan sendi pada sendi lutut terganggu, maka traksi tibia distal jauh
lebih baik daripada gips, karena dapat mereduksi sebagian besar pergeseran,
mempertahankan reduksi dan memberikan pergerakan dini tanpa menahan beban berat.
Pergerakan dini dapat membantu permukaan lutut bergeser satu sama lain dan
mengurangi kekakuan. Pergerakan aktif secara dini dapat membentuk kembali
permukaan sendi ke dalam tempatnya pada sendi lutut yang terganggu.
Pasien harus mengadakan fleksi dan ekstensi penuh yang terkontrol pada lutut sekurang-
kurangnya 90º sebelum minggu ke-4. Lanjutkan dengan traksi selama 6 minggu
kemudian berdirikan dan ajarkan cara berjalan dengan menggunakan tongkat selama 6
minggu lagi, tanpa menahan berat badan tetapi mengikuti pergerakan gaya berjalan yang
normal. Diikuti dengan menahan beban berat parsial dengan tongkat selama 6 minggu
lagi.
Dalam waktu 12 minggu pasien harus dapat berjalan tanpa tongkat, jika pasien tua dan
lemah. Jika traksi dilanjutkan terlalu singkat, maka terdapat resiko angulasi. Kebanyakan
pasien dapat menggerakkan lutut yang cedera dan berjalan normal dalam 6 bulan.5
 Gips tungkai panjang, jika sendi lutut tidak terkena.
Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban dan
segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi.1

2. Operatif

19
Fraktur Kruris Tertutup

Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi dengan mengangkat bagian depresi
dan ditopang dengan bone graft. Pada fraktur split dapat dilakukan pemasangan screw atau
kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian fragmen terhadap tibia.1

PENATALAKSANAAN PADA FRAKTUR DIAFISIS


1. Konservatif
Patah tulang kruris harus dirawat selalu dengan tungkai letak tinggi.2 Tujuannya
adalah
1) Meringankan nyeri pada pasien.
2) Mengurangi pembengkakan.
3) Mengurangi kekakuan yang terjadi setelah pembentukan cairan edema.
4) Memungkinkan pasien menggunakan gips pada anggota gerak saat sebagian besar
pembengkakan telah hilang.5

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan manipulasi
tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk imobilisasi.1 Tiga jenis gips
sesuai dengan urutan berkurangnya stabilitas, tetapi meningkatkan mobilitas dan kenyamanan:

- Long leg walking cast, dari lipat paha sampai ke basis jari kaki.

20
Fraktur Kruris Tertutup

- Short leg walking cast, dari tepat di bawah lutut sampai ke basis jari kaki.

- Plaster gaiter, dari tepat di bawah lutut sampai tepat di atas pergelangan kaki.

21
Fraktur Kruris Tertutup

2. Operatif
Indikasi :
- Fraktur terbuka
- Kegagalan terapi konservatif
- Fraktur tidak stabil
- nonunion
Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis:

1. Reposisi tertutup – fiksasi externa

22
Fraktur Kruris Tertutup

Setelah reposisi berdasarkan control radiologis intraoperatif maka dipasang fiksasi


externa. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada
fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar
kulit.
2. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna.
Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi. Setelah tereposisi
dilakukan pemasangan pen secara operatif.9
Terapi operatif dengan membuka frakturnya:
3. Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa
juga berupa plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai
reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi
dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi secara
operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.

Indikasi ORIF:

23
Fraktur Kruris Tertutup

 Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskuler necrosis tinggi.
 Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
 Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
 Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya fraktur femur.
4. Excisional arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.
5. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan pada fraktur kolum femur.9
Penanganan Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa
 pergeseran signifikan → reduksi.
 Fraktur oblik panjang → long leg walking cast 6 minggu, plaster gaiter 2 minggu
setelahnya.
 Fraktur tansversal → penyembuhan selama 12-16 minggu.
 Fraktur oblik pendek → penyembuhan lebih lama. Long leg walking cast dilepas minggu
ke-8.
Penanganan Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak
 Fraktur inkomplit → long leg walking cast selama 2 / 3 minggu untuk mengurangi nyeri
dan mencegah fraktur menjadi komplit.
 Fraktur komplit → jika terdapat pergeseran signifikan, berikan anestesi dan lakukan
reduksi.
Penanganan Fraktur Tertutup pada Korpus Fibula
 Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan.
 Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom
diresorbsi.
Penanganan Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula
 Jika terdapat pemendekan → traksi kalkaneus selama 1 minggu
 Garis fraktur stabil → gips. Fraktur cenderung tidak dislokasi, pasien diijinkan untuk
menopang berat badan dan berjalan.
 Garis fraktur tidak stabil → ORIF. Setelah terbentuk kalus fibrosis, dipasang long leg
walking cast.

24
Fraktur Kruris Tertutup

PENATALAKSANAAN PADA FRAKTUR DAN DISLOKASI PERGELANGAN SENDI


Fraktur dislokasi pada sendi pergelangan kaki merupakan fraktur intra-artikuler
sehingga diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera
mungkin. Tindakan pengobatan terdiri atas:
1. Konservatif
Dilakukan pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di
bawah lutut.1 Jika talus pasien mengalami dislokasi(keluar dari tempatnya), reduksikan seketika,
apapun pembengkakannnya.

Jika pergelangan kaki hanya mengalami subluksasi(fragmen kurang lebih berada pada
posisi yang normal), dapat fraktur direduksikan seketika, atau paling baik dalam beberapa jam,
sebelum membengkak, atau 3-7 hari kemudian saat pembengkakan berkurang. Sementara itu,
pertahankan pergelangan kaki dengan traksi stockinet(traksi Quigley).

25
Fraktur Kruris Tertutup

Jangan biarkan fraktur maleolus menetap, meskipun untuk sementara waktu, dalam
posisi yang tidak baik, terutama pasien ekuinus. Darah dalam persendian akan berkumpul, dan
ligamentum akan mengencang dalam posisi yang tidak diinginkan, sehingga reduksi lanjut akan
menyulitkan atau tidak memungkinkan.5
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan berdasarkan kelainan-kelainan yang ditemukan apakah
hanya fraktur semata-mata, apakah ada robekan pada ligament atau diastasis pada tibiofibula
serta adanya dislokasi talus.
Beberapa hal yang penting diperhatikan pada reduksi, yaitu:
 Panjang fibula harus direstorasi sesuai panjang anatomis
 Talus harus duduk sesuai sendi dimana talus dan permukaan tibia duduk parallel
 Ruang sendi bagian medial harus terkoreksi sampai normal (4mm)
 Pada foto oblik tidak nampak adanya diastasis tibiofibula

26
Fraktur Kruris Tertutup

Tindakan operasi terdiri atas:


 Pemasangan screw(maleolar)
 Pemasangan tension band wiring
 Pemasangan plate dan screw.1

II.8 Komplikasi
Pada fraktur kondilus tibia
 Genu valgum, terjadi karena depresi yang tidak direduksi dengan baik
 Kekakuan lutut, terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal.
 Osteoartritis, terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi.1
Pada fraktur diafisis tibia dan fibula
 Cedera pada pembuluh darah
 Cedera saraf terutama n.peroneus
 Pembengkakan yang menetap
 Pertautan lambat
 Pseudoartrosis
 Kekakuan sendi pergelangan kaki.2

27
Fraktur Kruris Tertutup

Pada fraktur dan dislokasi sendi pergelangan kaki


 Vaskuler, apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan
pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi secepatnya.
 Malunion, reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak
akurat akan menimbulkan osteoarthritis.
 Osteoartritis
 Algodistrofi, adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi perubahan
trofik dan osteoporosis yang hebat.
 Kekakuan yang hebat pada sendi.
Sindrom kompartemen sering ditemukan pada patah tulang tungkai bawah tahap dini.
Tanda dan gejala lima P harus diperhatikan siang dan malam pada hari pertama pasca cedera
atau pasca bedah, yaitu nyeri (pain) dikeadaan istirahat, parestesia karena rangsangan saraf
perasa, pucat karena iskemia, paresis atau paralisis karena gangguan saraf motorik, dan denyut
nadi (pulse) tidak dapat diraba lagi. Selain itu, ddidapatkan peninggian tekanan
intrakompartemen yang dapat diukur (pressure), gangguan perasaan yang nyata pada
pemeriksaan yang membandingkan dua titik (two points discrimination test) dan kontraktur jari
dalam posisi fleksi karena kontraktur otot fleksor jari.2
Operasi ketiga kompartemen tungkai bawah merupakan operasi darurat yang harus
dikerjakan segera setelah diagnosis ditegakkan sebab setelah kematian otot tidak ada
kemungkinan faalnya pulih kembali.2

II.9 Proses Penyembuhan Fraktur


Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis. Tidak seperti jaringan lainnya,
tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses penyembuhan pada
fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk
penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat
penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang
sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang

28
Fraktur Kruris Tertutup

kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang-
tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan fraktur ini harus dibedakan.9
1. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
Proses penyembuhan pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:
a. Fase Hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil mengalami
robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan
lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang
mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
b. Radang dan proliferasi seluler
Dalam delapan jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di
bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh
jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan
diabsorpsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke daerah itu.
c. Fase pembentukan kalus
Sel yang berkembang biak memiliki potensi krondrogenik dan osteogenik. Apabila
diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan
juga kartilago. Populasi sel sekarang juga mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan pembuluh
darah baru) yang mulai membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-
pulau tulang yang immatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan
periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang immature (atau anyaman tulang)
menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada empat minggu
setelah cedera, fraktur menyatu.
d. Fase konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi
tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos
melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah

29
Fraktur Kruris Tertutup

yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal.
e. Fase remodeling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan,
atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorpsi dan
pembentukan tulang yang terus menerus.lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang
tekanannya tinggi, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk.
Akhirnya, dan terutama pada anak-anak tulang akan memperoleh bentuk yang mirip bentuk
normalnya.

2. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa


Tulang kanselosa yang berlokasi pada metafisis tulang panjang, tulang pendek serta
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa
melalui proses pembentukan kalus internal atau endosteal, walaupun eksternal kalus atau
periosteal juga memiliki peranan yang penting.
Trabekula dari tulang kanselosa memiliki vaskularisasi yang baik sehingga nekrosis yang
terjadi pada permukaan daerah fraktur berlangsung minimal. Proses osteogenik penyembuhan sel
dari bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone
primer di dalam derah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi
ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah
dimana terjadi kontak lansung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus
endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis.
Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi.

30
Fraktur Kruris Tertutup

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor,
yaitu :
1) Vaskularisasi yang baik
2) Terdapat permukaan yang lebih luas
3) Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4) Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur

3. Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian


Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi.
Pada fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi
terbentuk melaui fibrokartilago.1

31
Fraktur Kruris Tertutup

BAB III
KESIMPULAN

Fraktur kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi
maupun tulang rawan epifisis yang terjadi pada tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan
dunia luar. Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1. fraktur proksimal tibia
2. fraktur diafisis
3. fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.
Prinsip terapi pada fraktur tertutup yaitu membatasi kerusakan jaringan lunak dan
mempertahankan penutup kulit, mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan
kompartemen, memperoleh penjajaran(alignment) fraktur, memulai pembebanan dini
(pembebanan membantu penyembuhan), memulai gerakan sendi secepat mungkin.

32
Fraktur Kruris Tertutup

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue. 2007.
2. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.
3. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya
Medika. 1995.
4. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
5. King Maurice, Bewes Peter. Bedah Primer Trauma. Jakarta: EGC. 1995
6. Munandar A. Ikhtisar Anatomi Alat Gerak & Ilmu Gerak. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1990
7. Saleh M, FICS. Fraktur, penyembuhan, penanganan dan komplikasi. Edisi I. 1989, hal 1-83
8. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta:EGC. 2000
9. Fraktur Tibia Fibula. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/54980966/Case-Bedah-
Fraktur-Tibia-Fibula-FK-UNSRI .
10. Tibia Fibula. Diunduh dari http://www.projectswole.com/images/articles/calf-anatomy.jpg

33

Anda mungkin juga menyukai