NPM : 19510141
Kelas. :G
Semester : 3
1.Kebijakan yang diambil oleh seorang kepala sekolah yang telah diangkat oleh pejabat yang
berwewenang memiliki daya pemaksaan terhadap para pihak terkait.
a. Saudara jelaaskan apa dan untuk apa pengambilan keputusan oleh kepala sekolah itu?
Jawab:
Pengambilan Keputusan, merupakan suatu tindakan yang menentukan hasil dalam memecahkan
masalah dengan memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang ada melalui suatu
proses mental dan berfikir logis dan juga mempertimbangkan semua pilihan alternatif yang ada yang
mempunyai pengaruh negatif atau pengaruh positif.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk pendapat yang dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua
pihak. Dasar-dasar dari pengambilan keputusan: Intuisi, Pengalaman, Fakta, Wewenang, Rasional.
b. Jelaskan secara utuh apa yang dimaksud dengan “keputusan…memiliki daya pemaksaan…dst.
Jawab:
Setiap keputusan dilaksanakan dan ditaati oleh bawahan. Wajib dipatuhi dalam kondisi apapun jika
dilanggar akan mendapatkan sangsi.
Jawab:
Karena bersifat penting terhadap kondisi dan situasi sekolah. suatu keadaan di mana sekolah dalam
keadaan darurat untuk segera dilakukan perbaikan kinerja sekolah atau pegawai.
2. Pengambilan keputusan dalam organisasi baik profit oriented maupun non profit oriented dilakukan
oleh manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam perkembangannya ada 2 (dua)
kategori organisaasi yaitu organisasi tradisional dan organisasi modern
a. Dalam hal tujuan organisasi apa perbedaan antara kedua organisasi tersebut? Berikan penjelasan
secara lengkap!
Jawab:
Organisasi tradisional:
Stabililtas organisasi terjaga
Organisasi tradisional memiliki stabilitas yang terjaga, karena pola kerja yang paten (Statis), atau
tetap.
Organisasi dengan menggunakan konsep tradisional memiliki kecendrungan sangat tertutup dalam
hal kerahasiaan organisasi.
Organisasi dengan konsepsi tradisional memiliki kinerja yang bagus dalam hal tingkat keterukuran.
Sebab mereka memiliki tugas yang tetap, karena lebih kepada penerapan organisasi dengan struktur
fungsional. Sehingga spesialisasi para staff lebih terjaga.
Kerja sesuai dengan jabatan dan tugasnya, tidak mencampuri pekerjaan orang lain. Mereka
bekerjasama, namun dalam hal job deskripsi, mereka fokus pada kewenangan masing-masing.
Tugas Permanen
Dari awal hingga akhir, maka tugas biasanya menetap. Sehingga seseorang yang memegang jabatan
tertentu cendrung lebih menguasai pekerjaan yang mereka geluti. Sehingga jarang kita temukan ada
mutasi pekerjaan.
Berorientasi Instruksi
Pekerjaan menyesuaikan dengan perintah atasan, atau keputusan top down. Sehingga bawahan
tidak melakukan variasi kerja yang berlebihan. Melainkan semua struktur kerja tersesuaikan dengan
arahan dari atas.
Taat Aturan
Dalam hal menjalankan amanah organisasi, maka anggota organisasi melaksanakan perintah sesuai
dengan aturan yang berlaku. Seperti pada penjelasan sebelum ini, bahwa atasan yang mengambil
keputusan maupun kebijakan.
Hierarki Kerja
Atasan hingga ke Bawahan, pada organisasi dengan konsep tradisional, sangat mencolok antara
atasan bawahan
Organisasi Modern:
Organisasi modern memiliki orientasi, pelanggan sebagai tujuan paling utama dalam organisasi.
Sehingga dalam hal pembuatan program dan kegiatan organisasi. Selalu berupaya untuk mendapatkan
simpati dari pelanggan.
Pengambilan keputusan, tidak terlaksana sendirian oleh atasan, tetapi hanya bisa terlaksana secara
bersama-sama dengan anggota. Tidak ada pengambilan keputusan berdasarkan jabatan tanpa
meminta pendapat bawahan.
Jawab:
Efektivitas Sekolah
Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program.
Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat
efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas
Efisiensi Sekolah:
Efisiensi merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi
berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan.
Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk.
Keefektivitasan menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi. Efisiensi diartikan
sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output.
Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan
keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya
maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional sehingga
menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan.
Jawab:
Measurability
Tujuan dari program yang kita susun haruslah memiliki ukuran yang jelas terhadap hasil atau
pencapaiannya
Contoh:
Menyusun RKS sesuai SNP
Schedulability
Jawab:
b.Tipe/gaya Kepemimpinan yang bagaimana yang tepat untuk itu dan bagaimana penjelasan
Saudara?
Jawab:
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi kontrol
atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin
memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu
keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan
anggota.
4. Thomas R. Dye menguraikan proses kebijakan publik dalam beberapa tahapan, di antaranya.
Jawab:
Jawab:
Pasal 9 Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebut bahwa
pendidikan menjadi urusan pemerintahan konkuren, yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan daerah. Itu artinya kewenangan urusan pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Itu artinya, persoalan pendidikan
yang terjadi di daerah dapat diselesaikan melalui pemerintah daerah setempat.
5. Salah satu teori dalam perumusan kebijakan publik adalah Teori Elit.
Jawab:
Model elit lebih memusatkan perhatian pada peranan kepemimpinan dalam pembentukan
kebijakan publik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam suatu sistem politik
beberapa orang memerintah orang banyak, para elit politik yang mempengaruhi massa rakyat
dan bukan sebaliknya. Model ini menentang keras pandangan bahwa kekuasaan dalam
masyarakat itu berdistribusi secara merata. Dengan demikian suatu kebijakan publik selalu
mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari kaum elit ke massa (rakyat).
b. Mengapa selalu ada bias? Jelaskan dengan contoh!
Jawab:
1) Masyarakat terbagi dalam suatu kelompok kecil yang mempunyai
kekuasaan (power) dan massa yang tidak mempunyai kekuasaan. Hanya sekelompok
kecil saja orang yang mengalokasikan nilai-nilai untuk masyarakat sementara massa
tidak memutuskan kebijakan.
2) Kelompok kecil yang memerintah itu bukan tipe massa yang dipengaruhi. Para elit ini
(the rulling class) biasanya berasal dari lapisan masyarakat yang ekonominya tinggi.
3) Perpindahan dari kedudukan non-elit ke elitis sangat pelan dan berkesinambungan
untuk memelihara stabilitas dan menghindari revolusi. Hanya kalangan non-elit yang
telah menerima konsensus elit yang mendasar yang dapat diterima ke dalam
lingkaran yang memerintah.
4) Kebijakan publik tidak merefleksikan tuntutan-tuntutan massa, tetapi nilai-nilai elit
yang berlaku. Para elit secara relatif memperoleh pengaruh langsung yang kecil dari
massa yang apatis. Sebaliknya, para elit mempengaruhi massa yang lebih besar.
Contoh:
Partai Pemenang pemilu katakanlah (partai PDIP) yang banyak menentukan
kebijakan, sekaligus Presiden terpilih berasal dari PDIP. Maka hampir semua
kebijakan yang merumuskan adalah partai penguasa.
Kebijakan UU Cipta Kerja pasal omnibus Law yang banyak terjadi pertentangan buruh.
Kenaikan iuran BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020
tentang Jaminan Kesehatan. Pada saat pandemi covid.
Kebijakan pengadaan/pelelangan sembako oleh kementerian hanya untuk kalangan
tertentu.
Kebijakan eksport benih lobster.
c. Dalam konteks teori ini ada penilaian negative sekaligus ada penilaian positif.
Jawab:
Penilaian positif Model elitis
Proses pengambilan kebijakan publik tidak menyita banyak waktu dan dapat dikatakan bahwa
model ini memiliki efektifitas waktu, sehingga dalam pengambilan kebijakan publik hanya
ditentukan oleh kelompok elit dan tidak terlalu benyak melibatkan pribadi atau kelompok lain.
Penilaian Negatif model elitis
Apabila kelompok elit yang mengambil kebijakan publik hanya didasarkan pada kepentingan
pribadi tanpa memperhatikan kepentingan publik. Artinya kebijakan publik yang diambil
menurut kelompok elite saja dan merupakan kebijakan publik terbaik akan tetapi bagi publik
justru malah menimbulkan permasalahan yang lebih besar.
6. Menurut William N.Dunn Evaluasi Kebijakan bisa dilaksanakan dengan 3 (tiga) model evaluasi yaitu
: retrospektif, prospektif dan integratif.
Jawab:
b. Dalam sistem otonomi daerah sekarang ini siapa yang bertanggung jawab melaksanakan evaluasi
kebijakan urusan pendidikan?
Jawab:
Kewenangan urusan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah meliputi
pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ini ada enam hal yang terbagi
kewenangannya di bidang pendidikan. Keenam hal itu adalah manajemen pendidikan, kurikulum,
akreditasi, pendidik dan tenaga kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa dan sastra. Khusus
untuk akreditasi, kewenangan hanya ada di pemerintah pusat.
c. Cara mengatasinya jika evaluasi kebijakan pendidikan dimaksud tidak obyektif dan menimbulkan
masalah baru
Jawab: