Anda di halaman 1dari 9

Nama : Budi Santoso

NPM : 19510141

Kelas. :G

Semester : 3

1.Kebijakan yang diambil oleh seorang kepala sekolah yang telah diangkat oleh pejabat yang
berwewenang memiliki daya pemaksaan terhadap para pihak terkait.

a. Saudara jelaaskan apa dan untuk apa pengambilan keputusan oleh kepala sekolah itu?

Jawab:

Pengambilan Keputusan, merupakan suatu tindakan yang menentukan hasil dalam memecahkan
masalah dengan memilih suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang ada melalui suatu
proses mental dan berfikir logis dan juga mempertimbangkan semua pilihan alternatif yang ada yang
mempunyai pengaruh negatif atau pengaruh positif.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk pendapat yang dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua
pihak. Dasar-dasar dari pengambilan keputusan: Intuisi, Pengalaman, Fakta, Wewenang, Rasional.

b. Jelaskan secara utuh apa yang dimaksud dengan “keputusan…memiliki daya pemaksaan…dst.

Jawab:
Setiap keputusan dilaksanakan dan ditaati oleh bawahan. Wajib dipatuhi dalam kondisi apapun jika
dilanggar akan mendapatkan sangsi.

c. Bagaimana latar belakangnya/argumentasinya bahwa keputusan kepala sekolah tersebut memiliki


daya pemaksaan

Jawab:

latar belakangnya/argumentasinya bahwa keputusan kepala sekolah tersebut memiliki daya


pemaksaan:

Karena bersifat penting terhadap kondisi dan situasi sekolah. suatu keadaan di mana sekolah dalam
keadaan darurat untuk segera dilakukan perbaikan kinerja sekolah atau pegawai.

2. Pengambilan keputusan dalam organisasi baik profit oriented maupun non profit oriented dilakukan
oleh manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam perkembangannya ada 2 (dua)
kategori organisaasi yaitu organisasi tradisional dan organisasi modern

a. Dalam hal tujuan organisasi apa perbedaan antara kedua organisasi tersebut? Berikan penjelasan
secara lengkap!

Jawab:

Organisasi tradisional:
Stabililtas organisasi terjaga

Organisasi tradisional memiliki stabilitas yang terjaga, karena pola kerja yang paten (Statis), atau
tetap.

Inflexible, Cendrung tertutup

Organisasi dengan menggunakan konsep tradisional memiliki kecendrungan sangat tertutup dalam
hal kerahasiaan organisasi.

Kinerja Yang lebih Terukur

Organisasi dengan konsepsi tradisional memiliki kinerja yang bagus dalam hal tingkat keterukuran.
Sebab mereka memiliki tugas yang tetap, karena lebih kepada penerapan organisasi dengan struktur
fungsional. Sehingga spesialisasi para staff lebih terjaga.

Job Desk Sesuai Jabatan

Kerja sesuai dengan jabatan dan tugasnya, tidak mencampuri pekerjaan orang lain. Mereka
bekerjasama, namun dalam hal job deskripsi, mereka fokus pada kewenangan masing-masing.

Fokus Kepada Individu


Tidak mengutamakan “kerjasama”. Namun seperti pembahasan sebelumnya, bahwa kinerja,
menjadi alasan kuat, mereka melakukan yang terbaik. Untuk mendapatkan harga diri sebagai loyalis
organisasi yang kuat.

Tugas Permanen

Dari awal hingga akhir, maka tugas biasanya menetap. Sehingga seseorang yang memegang jabatan
tertentu cendrung lebih menguasai pekerjaan yang mereka geluti. Sehingga jarang kita temukan ada
mutasi pekerjaan.

Berorientasi Instruksi

Pekerjaan menyesuaikan dengan perintah atasan, atau keputusan top down. Sehingga bawahan
tidak melakukan variasi kerja yang berlebihan. Melainkan semua struktur kerja tersesuaikan dengan
arahan dari atas.

Atasan Yang Mengambil Keputusan


Demokrasi itu pada pemilihan dan juga pada ruang politik, tapi soal pekerjaan, maka atasan yang
punya kewenangan untuk mengambil sebuah keputusan. Segala sesuatu, keputusan adalah
ketentuan dari atasan.

Taat Aturan

Dalam hal menjalankan amanah organisasi, maka anggota organisasi melaksanakan perintah sesuai
dengan aturan yang berlaku. Seperti pada penjelasan sebelum ini, bahwa atasan yang mengambil
keputusan maupun kebijakan.

Hierarki Kerja
Atasan hingga ke Bawahan, pada organisasi dengan konsep tradisional, sangat mencolok antara
atasan bawahan
Organisasi Modern:

Orientasi Tujuan Pada Pelanggan

Organisasi modern memiliki orientasi, pelanggan sebagai tujuan paling utama dalam organisasi.
Sehingga dalam hal pembuatan program dan kegiatan organisasi. Selalu berupaya untuk mendapatkan
simpati dari pelanggan.

Keputusan secara Demokratis

Pengambilan keputusan, tidak terlaksana sendirian oleh atasan, tetapi hanya bisa terlaksana secara
bersama-sama dengan anggota. Tidak ada pengambilan keputusan berdasarkan jabatan tanpa
meminta pendapat bawahan.

b. Apa yang dimaksud dengan efektivitas sekolah dan efisiensi sekolah ?

Jawab:

Efektivitas Sekolah

Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program.
Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat
efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas

1) Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas


Dinyatakan secara jelas, Digunakan untuk pengambilan keputusaa, Dipahami oleh siswa, guru
dan staf
2) Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat
Kepala Sekolah :
Bisa dihubungi dengan mudah, Bersikap responsif kepada guru, staf, dan siswa, Responsif
kepada orang tua dan masyarakat, Melaksanakan kepemimpinan yang terfokus pada
pembelajaran, Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal
3) Ekspektasi guru dan staf tinggi
Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi, Menekankan pada hasil akademis,
Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa
4) Ada kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat
Komunikasi secara positif dengan orang tua, Memelihara jaminan dukungan orang tua,
Bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat, Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan
displin dan mempertahankan keberhasilan, Menghadiri acara-acara penting di sekolah
5) Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktifitas yang esensial
6) Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan

Efisiensi Sekolah:

Efisiensi merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi
berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan.
Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk.
Keefektivitasan menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi. Efisiensi diartikan
sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output.
Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan
keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya
maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional sehingga
menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan.

c. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) tolok ukur tercapainya tujuan sekolah : Measurability,


Schedulability dan Accountability. Jelaskan dengan contoh apa maksudnya?

Jawab:

Measurability
Tujuan dari program yang kita susun haruslah memiliki ukuran yang jelas terhadap hasil atau
pencapaiannya
Contoh:
Menyusun RKS sesuai SNP

Schedulability

program yang kita susun haruslah sesuai jadwal.


Contoh: Penyusunan jadwal RKS.
Accountability

program yang kita susun haruslah dapat dipertanggungjawabkan.


Contoh: pelaporan BOS
3. Vroom & Jago berpendapat bahwa efektivitas keputusan bergantung kepada : (a). kualitas
keputusan; (b). Penerimaan bawahan dan (c).ketepatan waktu

a. Saudara jelaskan faktor-faktor yang terkandung dalam ketiga hal tersebut !

Jawab:

(a) Kualitas keputusan


Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan proses yang
dilakukan. Sehingga Kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan
tersebut yang telah diaplikasikan atau telah diuji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara
maksimal serta dinilai secara maksimal juga.
Penilaian secara maksimal tentunya akan menjadi Iebih jelas dan Iebih bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya dari pada penilaian secara tidak maksimal tentunya.
Maka dari itu untuk menilai suatu Kualitas keputusan yang dibuat haruslah diuji secara
pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah

(b) Penerimaan bawahan


Melibatkan bawahan pada saat pengambilan keputusan karena penerimaan mereka akan
keputusan sangat penting bagi implementasi yang efektif sedangkan anda tidak yakin apakah
bawahan akan menerima keputusan otokratis atau tidak.
(c) Ketepatan waktu.
ketepatan waktu adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuannya untuk mengambil keputusan”
Ketepatan waktu bagi pemakai informasi sangat penting, informasi yang tepat waktu berarti
jangan sampai informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum.
informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar didalam
pengambilan keputusan– keputusan dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut”.

b.Tipe/gaya Kepemimpinan yang bagaimana yang tepat untuk itu dan bagaimana penjelasan
Saudara?

Jawab:

Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi kontrol
atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin
memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu
keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan
anggota.

4. Thomas R. Dye menguraikan proses kebijakan publik dalam beberapa tahapan, di antaranya.

Jawab:

1) Identifikasi masalah kebijakan.


Masalah-masalah publik harus dikenali dan didefinisikan dengan baik. Karena kadang. Tidak
semua masalah publik akan masuk kedalam agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut
saling berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah tertentu yang pada akhirnya
akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk untuk masuk ke dalam
agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti misalnya apakah masalah
tersebut mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan
yang yang harus segera dilakukan. Masalah publik yang telah masuk kedalam agenda
kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan, seperti kalangan legislatif(DPR),
kalangan eksekutif (Presiden dan para pembantunya), agen-agen pemerintah dan mungkin
juga kalangan yudikatf. Masalah-masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat urgensinya
untuk segera diselesaikan.

2). Penyusunan agenda


a. Membangun persepsi di kalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar
dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu
dianggap masalah, tetapi oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite poltik bukan dianggap
sebagai masalah,
b. Membuat batasan masalah,
c. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.
Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-kelompok
yang ada dalam masyarakat, kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media massa, dan
sebagainya.
3). Perumusan kebijakan (policy formulation)
Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah, Mengenali dan
merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan
kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik
harus dikenali dan di definisikan dengan baik pula. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat
untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, seberapa besar
kontribusi yang diberikan oleh kebijakan publik dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam
masyarakat. Namun demikian, apakah pemecahan masalah tersebut memuaskan atau tidak,
tergantung pada ketepatan masalah-masalah tersebut dirumuskan. 4). Pengesahan kebijakan
(policy legitimation)
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai sebagai cara
untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap ini dalam pembentukan kebijakan adalah
menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari
berbagai kepentingan yang terlibat dalam pembentukan tersebut. penetapan kebijakan dapat
berbentuk berupa undang-undang, yurisprudensi, keputusan presiden, keputusan-keputusan
menteri dan lain sebagainya. Analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha
mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan
negosiasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih.
5) Implementasi kebijakan
Tahap implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi
pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi
agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik.
6). Evaluasi kebijakan (policy evaluation)
Proses ini adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan. Hasil
evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar
kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.

b. Tanggung jawab menurut UU tentang Pemerintah Daerah

Jawab:

Pasal 9 Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebut bahwa
pendidikan menjadi urusan pemerintahan konkuren, yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan daerah. Itu artinya kewenangan urusan pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Itu artinya, persoalan pendidikan
yang terjadi di daerah dapat diselesaikan melalui pemerintah daerah setempat.

5. Salah satu teori dalam perumusan kebijakan publik adalah Teori Elit.

Jawab:

a. Asumsi Teori Elit.


Jawab:
Model ini mempunyai asumsi bahwa kebijakan publik dapat dipandang sebagai nilai-nilai dan
pilihan-pilihan elit yang memerintah. Ringkasan pemikiran mengenai model Elit, yaitu :
1). Masyarakat terbagi dalam suatu kelompok kecil yang mempunyai kekuasaan dan massa
yang tidak mempunyai kekuasaan. Hanya sekelompok kecil saja orang yang mengalokasikan
nilai untuk masyarakat sementara massa tidak memutuskan kebijakan.
2). Kelompok kecil yang memerintah tersebut bukan tipe massa yang dipengaruhi. Para elit
ini biasanya berasal dari lapisan massyarakat yang ekonominya tinggi.
3). Perpindahan dari kedudukan non-elit ke elit sangat pelan dan berkesinambungan untuk
memelihara stabilitas dan menghindari revolusi. Hanya kalangan non-elit yang telah
menerima konsensus elit yang mendasar yang dapat diterima dalam lingkaran kaum elit.
4. Elit memberikan konsensus pada nilai dasar sistem soaial dan pemeliharaan sistem.
5. Kebijakan publik tidak merefleksikan tuntutan massa tetapi nilai-nilai elit yang berlaku.
6. Para elit secara relatif memperoleh pengaruh langsung yang kecil dari massa yang apatis.
Sebaliknya elit mempengaruhi massa yang lebih besar.

Model elit lebih memusatkan perhatian pada peranan kepemimpinan dalam pembentukan
kebijakan publik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam suatu sistem politik
beberapa orang memerintah orang banyak, para elit politik yang mempengaruhi massa rakyat
dan bukan sebaliknya. Model ini menentang keras pandangan bahwa kekuasaan dalam
masyarakat itu berdistribusi secara merata. Dengan demikian suatu kebijakan publik selalu
mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari kaum elit ke massa (rakyat).
b. Mengapa selalu ada bias? Jelaskan dengan contoh!
Jawab:
1) Masyarakat terbagi dalam suatu kelompok kecil yang mempunyai
kekuasaan (power) dan massa yang tidak mempunyai kekuasaan. Hanya sekelompok
kecil saja orang yang mengalokasikan nilai-nilai untuk masyarakat sementara massa
tidak memutuskan kebijakan.
2) Kelompok kecil yang memerintah itu bukan tipe massa yang dipengaruhi. Para elit ini
(the rulling class) biasanya berasal dari lapisan masyarakat yang ekonominya tinggi.
3) Perpindahan dari kedudukan non-elit ke elitis sangat pelan dan berkesinambungan
untuk memelihara stabilitas dan menghindari revolusi. Hanya kalangan non-elit yang
telah menerima konsensus elit yang mendasar yang dapat diterima ke dalam
lingkaran yang memerintah.
4) Kebijakan publik tidak merefleksikan tuntutan-tuntutan massa, tetapi nilai-nilai elit
yang berlaku. Para elit secara relatif memperoleh pengaruh langsung yang kecil dari
massa yang apatis. Sebaliknya, para elit mempengaruhi massa yang lebih besar.
Contoh:
Partai Pemenang pemilu katakanlah (partai PDIP) yang banyak menentukan
kebijakan, sekaligus Presiden terpilih berasal dari PDIP. Maka hampir semua
kebijakan yang merumuskan adalah partai penguasa.
Kebijakan UU Cipta Kerja pasal omnibus Law yang banyak terjadi pertentangan buruh.
Kenaikan iuran BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020
tentang Jaminan Kesehatan. Pada saat pandemi covid.
Kebijakan pengadaan/pelelangan sembako oleh kementerian hanya untuk kalangan
tertentu.
Kebijakan eksport benih lobster.

c. Dalam konteks teori ini ada penilaian negative sekaligus ada penilaian positif.
Jawab:
Penilaian positif Model elitis
Proses pengambilan kebijakan publik tidak menyita banyak waktu dan dapat dikatakan bahwa
model ini memiliki efektifitas waktu, sehingga dalam pengambilan kebijakan publik hanya
ditentukan oleh kelompok elit dan tidak terlalu benyak melibatkan pribadi atau kelompok lain.
Penilaian Negatif model elitis
Apabila kelompok elit yang mengambil kebijakan publik hanya didasarkan pada kepentingan
pribadi tanpa memperhatikan kepentingan publik. Artinya kebijakan publik yang diambil
menurut kelompok elite saja dan merupakan kebijakan publik terbaik akan tetapi bagi publik
justru malah menimbulkan permasalahan yang lebih besar.
6. Menurut William N.Dunn Evaluasi Kebijakan bisa dilaksanakan dengan 3 (tiga) model evaluasi yaitu
: retrospektif, prospektif dan integratif.

Jawab:

a. Penjelasan Model evaluasi kebijakan Dunn:

1) Analisis kebijakan prospektif (ex ante terhadap rekomendasi kebijakan).


Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi
kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat
untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi
kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan
kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.
2) Analisis kebijakan retrospektif (ex post terhadap rumusan kebijakan)
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah
aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan
oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi
pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis
retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
3) Analisis kebijakan yang terintegrasi (restropektif dan prospektif).
Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya
operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi
sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak
hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan
perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan
mentransformasikan informasi setiap saat

b. Dalam sistem otonomi daerah sekarang ini siapa yang bertanggung jawab melaksanakan evaluasi
kebijakan urusan pendidikan?

Jawab:

Kewenangan urusan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah meliputi
pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ini ada enam hal yang terbagi
kewenangannya di bidang pendidikan. Keenam hal itu adalah manajemen pendidikan, kurikulum,
akreditasi, pendidik dan tenaga kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa dan sastra. Khusus
untuk akreditasi, kewenangan hanya ada di pemerintah pusat.

Jadi yang bertanggungjawab melaksanakan evaluasi kebijakan urusan pendidikan adalah


pemerintah pusat dengan program akreditasi.

c. Cara mengatasinya jika evaluasi kebijakan pendidikan dimaksud tidak obyektif dan menimbulkan
masalah baru

Jawab:

Dengan menggunakan teori Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah


pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teori keputusan di satu sisi,
evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha
untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang
tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan
administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang membuat andil dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan (sebagai contoh, staf tingkat menengah dan
bawah, pegawai pada badan-badan lainnya, kelompok klien) dilibatkan dalam merumuskan tujuan
dan target dimana kinerja nantinya akan diukur

Anda mungkin juga menyukai