Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KONSEP DAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI

DI SUSUN OLEH :

1. ANDIKA PRATAMA ASIKING


2. ANDIANITA BUNTUAN
3. THITA ALFITRI KADI
4. YOLANDA BULOW
5. DIVA MAGFIRAH HAKIM
6. NESI SAPUTRI MOKODONGAN

KELAS :

B KEPERAWATAN

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Kotamobagu, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................


Daftar isi .........................................................................................................
Pendahuluan ...................................................................................................
1.1 latar belakang oksigenasi ............................................................
1.2 rumusan masalah ........................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
1.4 Manfaat .......................................................................................
Tinjauan pustaka .............................................................................................
Pembahasan ....................................................................................................
Daftar pustaka .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


            Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh,oksigen berperan penting di dalam proses metabolism
sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak bermakna terhadap
tubuh,salah satunya kematian. Karenanya,berbagai upaya perlu selalu dilakukan
untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaannya,pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang
garapan perawat. Karenanya,setiap perawat harus paham dengan manifestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu,perawat
perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

1.2    Rumusan Masalah


1.    Apa itu kebutuhan oksigenasi  ?
2.     Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi ?
3.    Bagaimana proses oksigenasi ?
4.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi ?
5.    Ada berapa jenis-jenis pernafasan ?
6.    Bagaimana pengukuran fungsi paru ?
7.    Apa sajakah masalah kebutuhan oksigenasi ?
8.    Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi
masalah-masalah pada kebutuhan oksigenisasi, etiologi (patofisiologi)
tiap masalah, pengkajian keperawatan,(anamnesa focus masalah,
pemeriksaan fisik focus masalah, prosedur diagnostic/data penunjang),
diagnose perawatan (DP), perencanaan keperawatan tiap DP?
9.   Bagaimana tindakan keperawatan tiap DP (latihan nafas, batuk efektif,
pemberian oksigen, fisioterapi dada, penghisapan lender/suctioning),
evaluasi keperawatan tiap DP ?

1.3    Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya
mengenai kebutuhan oksigenasi.

1.4    Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam
kebutuhan oksigenasi dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap
kehidupan klien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oksigenasi


Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel.

2.2 Proses Oksigenasia


1. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalamalveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhioleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakinrendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udarasemakin
tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan
recoil.Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.sedangkan
recoil adalah kemampua CO2 atau kontraksimenyempitnya paru.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengankapiler
paru dan co2 di kapiler dengan alveoli.
Proses pertukaran inidipengaruhi oleh beberapa paktor, yaiti luasnya
permukaan paru,tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas
epitelalveoli dan interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses
difusiapabila terjadi proses penebalan).
Perbedaan tekanan dan konsentrasiO2 (hal ini sebagai mana o2 dari
alveoli masuk kedalam darah olehkarena tekanan O2 dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2dalam darah vena pulmonalis, masuk
dalam darah secara difusi).

3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kaviler.Transfortasi
gasdapat dipengaruhi olehy beberapa factor, yaitu curah jantung(kardiak
output), kondisi pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan(hematokrit), serta elitrosit dan
kadar Hb.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi Saraf Otonomik 


Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapatmempengaruhi
kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapatterlihat simpatis maupun
parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujungsaraf dapat mengeluarkan
neurotsransmiter (untuk simpatis dapatmengeluarkan norodrenalin yang
berpengaruh pada bronkodilatasi danuntuk parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena pada saluran
pernapasan terdapat reseptor adrenergenik dan reseptor kolinergik.
1. Pengaruh saraf otonomik Bronkontriks 
Parasimpatis Simpatis Ujung saraf mengeluarkan neurotransmiter 
 Noradrenalin Bronkondilatasi Aserilkolin 
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan
saluran pernapasan.
2. Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan , bulu binatang, serbuk benang
sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain

3. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
usia perkembangan.
4. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
5. Perilaku
Factor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengoonsumsi makanan (status nutrisi).

2.4 Jenis Pernapasan Pernapasan


1. Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa.
Proses pernapasan inidimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial kealveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan
diikat oleh Hbsel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel
darah merahdipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan parudengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar
sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kebutuhan oksigenasi.


Konsep dasar oksigenasi.
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya,terbentuklah
karbon dioksida,energy,dan air. Akan tetapi,penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
menurut hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan
oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak
dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Sistem yang
berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah sistem
pernafasan,persyarafan,dan kardiovaskuler.
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-
51). Udara yang diperoses dalam paru-paru hanya sekitar 10% (kurang lebih
500 ml),yaitu yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada
pernafasan biasa.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi.


Sistem pernapasan manusia memiliki organ-organ pernapasan yang
menunjang proses pernapasan. Organ-organ pernapasan tersebut memiliki
struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Organ-organ pernapasan manusia terdiri
atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan alveous. Bagaimanakah struktur
dan fungsi dari masing-masing organ pernapasan tersebut yang berperan dalam
proses oksigenasi ? Perhatikan penjelasan berikut.
A. Organ Pernapasan Hidung

Hidung merupakan alat pernapasan pertama yang dilalui oleh udara.


Ujung hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang
oleh tulang nasalis. Kedua tulang hidung menghubungkan rongga hidung
dengan atmosfer untuk mengambil udara. Rongga hidung tersusun atas
sel-sel epitel berlapis pipih dengan rambut-rambut kasar. Rambut-rambut
kasar tersebut berfungsi menyaring debu-debu kasar. Rongga hidung
tersusun atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang memiliki sel
goblet. Sel goblet merupakan sel penghasil lendir yang berfungsi
menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, dan mengatur
suhu udara pernapasan. Sebagai indra pembau, pada atap atau rongga
hidung terdapat lobus olfaktorius yang mengandung sel-sel pembau.
Perjalanan udara memasuki paru-paru dimulai ketika udara melewati
lubang hidung. Di lubang hidung, udara disaring oleh rambut-rambut di
lubang hidung. Udara juga menjadi lebih hangat ketika melewati rongga
hidung bagian dalam. Di rongga hidung bagian dalam, terdapat juga
ujung-ujung saraf yang dapat menangkap zat-zat kimia yang terkandung
dalam udara sehingga kita mengenal berbagai macam bau. Ujung-ujung
saraf penciuman tersebut kemudian akan mengirimkan impuls ke otak.

B. Organ Pernapasan Faring.
Setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah
percabangan antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan
(laring dan trakea) dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring
terdiri atas tiga bagian, yakni nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Faring merupakan pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran
pencernaan. Oleh karena itu, ketika menelan makanan, suatu katup
(epiglotis) akan menutup saluran pernapasan (glotis) sehingga makanan
akan masuk ke saluran pencernaan. Pada percabangan ini, terdapat
klep epiglotis yang mencegah makanan memasuki trakea.

C. Laring

Setelah melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut
sebagai kotak suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring
merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan.
Salah satu dari sembilan tulang rawan tersebut adalah tulang rawan
tiroid yang berbentuk menyerupai perisai. Pada laki-laki dewasa, tulang
rawan tiroid lebih besar daripada wanita sehingga membentuk apa yang
disebut dengan jakun.

D.  Organ Pernapasan Trakea.

Dari faring, udara melewati laring, tempat pita suara berada. Dari laring,
udara memasuki trakea. Trakea disebut juga “pipa angin” atau saluran
udara. Trakea memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan diameter
2,4 cm. Trakea tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan
submukosa, lapisan tulang rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa
terdiri atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang mengandung sel
goblet penghasil lendir (mucus). Silia dan lendir berfungsi menyaring
debu atau kotoran yang masuk. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan
ikat. Lapisan tulang rawan terdiri atas kurang lebih 18 tulang rawan
berbentuk huruf C. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat. Dinding
trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini
menyekresikan lendir di dinding trakea. Lendir ini berfungsi menahan
benda asing yang pada membran sel epitel.

E.  Bronkus dan Bronkiolus.

Setelah melalui trakea, saluran bercabang dua. Kedua cabang tersebut


dinamakan bronkus. Setiap bronkus terhubung dengan paru-paru sebelah
kanan dan kiri. Bronkus bercabang-cabang lagi, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga dilapisi lapisan sel epitel
selapis silindris bersilia. Di sekitar alveolus terdapat kapiler-kapiler
pembuluh darah. Dinding kapiler pembuluh darah tersebut sangat
berdekatan dengan alveolus sehingga membentuk membran respirasi
yang sangat tipis. Membran yang tipis ini memungkinkan terjadinya
difusi antara udara alveolus dan darah pada kapiler-kapiler pembuluh
darah. Bronkus, bronkious, dan alveolus membentuk satu struktur yang
disebut paru-paru.
Paru-paru manusia terdiri dari sekitar 300 juta alveoli, yang merupakan
kantung berbentuk cangkir dikelilingi oleh jaringan kapiler. Sel darah
merah melewati kapiler dalam file tunggal, dan oksigen dari setiap
alveolus memasuki sel darah merah dan mengikat hemoglobin. Selain itu,
karbon dioksida yang terkandung dalam plasma dan sel darah merah
meninggalkan kapiler dan memasuki alveoli ketika napas diambil.
Kebanyakan karbon dioksida mencapai alveoli sebagai ion bikarbonat,
dan sekitar 25 persen saja terikat longgar pada hemoglobin.

F. Alveolus.
Bronkiolus bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur berbentuk
bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel
pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler
darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Ketika seseorang menghirup, otot-otot tulang rusuk dan diafragma
sehingga meningkatkan volume rongga dada. Peningkatan ini
menyebabkan penurunan tekanan udara di rongga dada, dan udara
bergegas ke alveoli, memaksa mereka untuk memperluas dan mengisi.
Paru-paru pasif memperoleh udara dari lingkungan dengan proses ini.
Selama pernafasan, otot-otot tulang rusuk dan diafragma rileks, daerah
rongga dada berkurang, dan meningkatkan tekanan udara internal. Udara
yang dikompresi memaksa alveoli untuk menutup, dan udara mengalir
keluar.
Aktivitas saraf yang mengontrol pernapasan muncul dari impuls
diangkut oleh serabut saraf yang lewat ke dalam rongga dada dan
berakhir pada otot tulang rusuk dan diafragma. Dorongan ini diatur oleh
jumlah karbon dioksida dalam darah:  tinggi konsentrasi karbon dioksida
menyebabkan peningkatan jumlah impuls saraf dan tingkat pernapasan
yang lebih tinggi.

2.3 Proses oksigenasi


            Bernafas/pernafasan  merupkan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2
Yangdibuang(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke
paru-paru atau sebaliknya.
 Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,
dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah.
Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolu dan kapiler paru paru
              Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi
yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh
jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang
disebut membran respirasi.
     Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-
masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara
normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki
kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan


tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-
paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di
dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin.
Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Didalam literature yang lain dikatan bahwa proses oksigenasi terbagi
menjadi 4 bagian :

1. Ventilasi : Proses masuknya udara melalui hidung.


2. Difusi : Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan o2 yang terjadi di
membrane alveoli kapiler.
3. Transfortasi : Proses penyebaran o2 ke seluruh tubuh.
4. Perfusi : Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan co2 yang terjadi di
kapiler.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi.


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu
tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui
kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang
dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan
darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh
ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun,
sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang
berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter
diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini
menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan
demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami
kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi
udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,
pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
            Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan
denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen
semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan
pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah
darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit
jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.

2.5 Jenis pernafasan.


Berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan
ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.
Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara
bersamaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut.

1. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang
rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam
rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya
tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang
kaya karbon dioksida keluar.
 Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal)
berkontraksi –> tulang rusuk terangkat (posisi datar) –> Paru-paru
mengembang –> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih
kecil dibandingkan tekanan udara luar –> udara luar masuk ke
paru-paru.
 Mekanisme ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi –> tulang rusuk menurun –> paru-
paru menyusut –> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan tekanan udara luar –> udara keluar dari paru-
paru.

2. Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot
diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma


sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara
luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
 Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi –> posisi dari
melengkung menjadi mendatar –> paru-paru mengembang –>
tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan
udara luar –> udara masuk
 Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi –> posisi dari mendatar kembali
melengkung –> paru-paru mengempis –> tekanan udara di paru-
paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar –> udara keluar
dari paru-paru.

2.6 Pengukuran fungsi paru


Tes fungsi paru (PFTs) – seperti namanya – tes yang dirancang
untuk mengukur dan menilai fungsi paru-paru. PFTs awalnya alat-alat
penelitian, yang tersedia hanya di pusat-pusat rumah sakit pendidikan.
Sekarang alat-alat ini tersedia secara luas dan seringkali digunakan karena
manfaatnya dalam diagnosis dan pengobatan asma. Perlu diingat ketika
Anda membaca hasil pemeriksaan pada tes PFT bahwa kelainan fungsi
paru yang terlihat pada asma aktif adalah reversibel.
Istilah PFTs digunakan untuk menggambarkan secara kolektif
beberapa tes khusus yang berbeda dari fungsi paru-paru. Spirometri
adalah PFTs yang paling berguna ketika digunakan dalam diagnosis dan
pengobatan asma. Spirometri, pada gilirannya, termasuk dua subtes yang
penting. Yang pertama disebut arus puncak ekspirasi yang disebut PEF.
Yang kedua yaitu FEV1, volume ekspirasi paksaan dalam 1 detik.
Pengukuran PEF dan FEV1 merupakan bagian atau subtes dari PFTs
spirometri. Ketersediaan alat murah, sangat portabel, dan monitor arus
puncaknya di rumah setiap hari untuk memantau aktivitas asma.
Pengukuran FEV1, di sisi lain, memerlukan penggunaan spirometer, yang
lebih mahal, memerlukan perawatan khusus, dan belum saat ini
disarankan untuk digunakan di rumah. Pemantauan PEF sendiri
memberikan penderita asma pengetahuan mengenai kondisinya dan
mengizinkan penilaiian terhadap pengendali asma. Kedua PEF dan FEV1
memainkan peranan sangat penting pada Program Nasional Pendidikan
dan Pencegahan Asma (NAEPP), mulai dari diagnosis asma, klasifikasi,
dan panduan pengobatan.
Untuk melakukan spirometri dan PEF, pasien pertama diminta
untuk menarik napas dalam. Kemudian, dihembuskan napas tunggal
terbesar dengan kuat dan cepat ke mulut yang dihubungkan ke spirometer
atau peak flow meter. Manuver ini diulang beberapa kali selama tes untuk
memastikan nilai-nilai yang akurat dan reprodusibel. Spirometer
mengukur volume paru-paru saat pengeluaran napas, serta aliran udara
melalui mulut selama waktu ekshalasi berlangsung. Hasil pengukuran
spirometri dicatat oleh spirometer, dicetak dan digambarkan untuk review
dan referensi di masa mendatang. Setiap hasil pengukuran pasien
dibandingkan dengan nilai prediksi. Nilai prediksi tes fungsi paru
didasarkan pada tiga variabel : umur, tinggi badan, dan jenis kelamin.
Nilai prediksi berbeda untuk seorang pria berusia 21 tahun, tinggi 182,88
cm dari wanita, berusia 64 tahun dengan tinggi 152,40 cm. Ini berarti
bahwa nilai PEF (dan FEV1) yang dianggap dalam batas normal bagi
wanita tua, pendek, penderita asma diatas, akan rendah abnormal jika
diberlakukan untuk laki-laki tinggi, remaja, penderita asma, meskipun
mereka berdua sama-sama penderita asma.
Karena asma dikarakteristikkan sebagai penyakit mengosongkan
paru, dengan waktu ekshalasi memanjang abnormal pada gejala asma.
Siapa pun dengan asma aktif yang mencoba untuk meniup semua lilin
pada kue ulang tahun dengan satu hembusan udara yang kuat mengetahui
akan terjadi gangguan pengosongan paru secara langsung! Tergantung
pada derajat asma dan faktor lainnya, seperti berapa besar penyempitan
saluran napas, atau bronkospasme, jika ada, ekshalasi penuh selama
pemeriksaan spirometri mungkin berlangsung selama 14 detik sedangkan
normal, 5 sampai 6 detik. Nilai FEV, dan PEF mencerminkan efisiensi
dan status mengosongkan paru, dan dengan demikian memberikan
informasi tentang bagaimana fungsi paru seorang penderita asma
dipengaruhi oleh kondisinya.
FEV1 mengukur jumlah (volume) udara yang dihembuskan pada
detik pertama dari ekshalasi paksaan selama pemeriksaan spirometri
seperti Anda menghembuskan napas keluar sekuat dan secepat yang Anda
bisa setelah Anda menarik napas dalam. Ketika gejala asma sangat tidak
terkendali, diperlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk
paru-paru menjadi kosong sepenuhnya. Karena waktu ekshalasi total
memanjang pada gejala asma dan asma yang tidak terkendali dengan
adekuat, maka jumlah (volume) udara yang dihembuskan selama detik
pertama ekshalasi itu lebih rendah dari yang diperkirakan. Penurunan
FEV1 terjadi pada gejala asma atau asma yang tidak terkendali. Dengan
pengobatan, pengosongan paru lebih efisien, dan nilai FEV kembali ke
batas normal. Ketika dicurigai terdapatnya gejala asma, pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum dan setelah inhalasi obat bronkodilator aksi
pendek untuk mencapai keadaan FEV1 yang normal, fenomena ini
disebut reversibilitas. Pedoman paling up-to-date  dari EPR ketiga
(Laporan Panel Ahli) dari Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah
mendefinisikan peningkatan 12% atau lebih dari acuan FEV1 pada
spirometri setelah penggunaan bronkodilator merupakan respon yang
signifikan.
Ketika asma dalam kondisi aktif atau dalam keadaan eksaserbasi
asma akan memperpanjang ekshalasi, aliran udara melalui saluran udara
yang menyempit menjadi berkurang. Pemeriksaan spirometri pada
penderita asma aktif juga menunjukkan berkurangnya laju arus udara.
Arus puncak merupakan nilai tunggal tertinggi dari pengukuran arus yang
terjadi saat paru mulai mengosong.
Arus puncak mencerminkan aliran udara melalui saluran yang lebih
bedar, yang disebut saluran napas penghantar pada asma. Arus puncak
biasanya melacak aktivitas asma. Pemantauan arus puncak di rumah
memungkinkan untuk perbandingan prediksi PEF seseoran, dengan hasil
pengukuran terbaik personal yang aktual tersebut diperoleh saat asma
terkendali dengan baik. Pemantauan PEF di rumah, selanjutnya dapat
membantu mengidentifikasi bahkan untuk eksaserbasi ringan sekalipun
dan memandu penyesuaian naik atau turun pengobatan, tergantung pada
bagaimana nilai PEF berfluktuasi dari pengukuran terbaik personal. Hasil
pengukuran PEF yang dilakukan sendiri dari waktu ke waktu merupakan
komponen dari rencana tindakan asma.
Peak flow meter adalah perangkat yang mudah digunakan,
dirancang untuk membantu Anda menilai tingkat pengendalian asma
Anda. Orang yang menderita asma persisten sedang atau berat, orang
dengan riwayat eksaserbasi berat, dan orang-orang yang mengalami
kesulitan memahami ketika asma mereka memburuk, yang paling
mungkin merasakan manfaat dari pemantauan arus puncak sendiri ini.
Pemantauan jangka panjang, pengukuran arus puncak setiap hari dapat
mendeteksi perubahan awal pada pengendali asma yang memerlukan
penyesuaian dalam pengobatan dan membantu mengukur respon terhadap
perubahan pengobatan tersebut. Pemantauan asma sendiri seharusnya
tidak mengganggu. Sebaliknya, pemantauan arus puncak sehari-hari di
rumah telah terbukti dapat meningkatkan pengendalian asma, mengurangi
eksaserbasi, dan menurunkan ketidakhadiran di sekolah dan tempat kerja.
Menggunakan pemantauan arus puncak juga dapat meningkatkan
kepercayaan diri Anda karena membantu Anda mempelajari bagaimana
mengoptimalkan pengendalian asma dan mencapaipengendalian asma
yang lebih baik. Sebagian besar anak dapat secara akurat mengukur arus
puncak mereka di bawah bimbingan  orang dewasa mulai dari usia sekitar
6 tahun. Pemantauan arus puncak juga memungkinkan untuk membuat
keputusan yang objektif untuk memodifikasi rejimen asma Anda
berdasarkan informasi yang terdapat dalam rencana tindakan asma tertulis
yang telah disediakan dokter Anda.
Jika dokter Anda memberi resep untuk pemantauan arus puncak di
rumah, Anda akan diminta untuk menentukan nilai terbaik personal
berdasarkan pengukuran yang diperoleh saat Anda dalam keadaan baik
dan bebas gejala. Rencana tindakan asma memberikan petunjuk tentang
apa obat asma yang diambil sebagai nilai arus puncak, termasuk dalam
salah satu dari tiga zona berlabel hijau, kuning, atau merah. Zona hijau
meliputi pengukuran arus puncak dalam kisaran 80 – 100% dari personal
terbaik Anda. Kuning berhubungan dengan pengukuran arus puncak
dalam kisaran 60 – 80% dari nilai personal terbaik. Zona merah meliputi
semua nilai arus puncak di bawah 60% dari yang terbaik. Pengukuran
arus puncak di zona merah menunjukkan bahwa asma Anda sangat tidak
terkendali, dan Anda perlu menghubungi dokter Anda, lanjutkan ke ruang
emergensi, atau keduanya.

2.7 Masalah kebutuhan oksigen


Masalah kebutuhan oksigen mengacu pada
frekuensi,volume,irama,dan usaha pernapasan.pola napas yang normal
ditandai dengan pernapasan yang tenang,berirama,tanpa usaha. Perubahan
pola napas yng sering terjadi sebagai berikut :
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhanoksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan
tanda sepertikulit kebiruan (sianosis). 
b. Perubahan Pola Pernapasan
1. Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali
per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaanatelektaksis
atau terjadi emboli.
2. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10
kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intracranial yang di sertai narkotik atausedatif.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasimetabolisme
tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebihcepat dan dalam,
sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini
di tandai adanya peningkatan denyutnadi, napas pendek, adanya nyeri
dada, menurunnya konsentrasiCO2 dan lain-lain.
4. Kussmaul, merupaka pola pernapasan cepat dan dangkal yangdapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
5. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar,
sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli
dalam penggunaan oksigen.
6. Dispnea,  merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapatdisebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan
pengaruh psikis.
7. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang
yangmengalami kongesif paru-paru.
8. Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonyamula-
mula nik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasandimulai lagi
dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
9. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-
paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan
pada keadaan atelektasis.
10. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne
stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
11. Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi
karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya
ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring
c. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada
induvidudengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait
denganketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat disebabkan
olehsecret yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi;immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat
efek  pengobatan sedative, dan lain-lain.Tanda klinis 
1)Batuk tidak efektif atau todak ada
2)Tidak mampu mengelurakan secret di jalan napas
3)Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4)Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal
d. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu
yangmengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida,
antar alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan
olehsecret yang kental atau immobilisasi akibat system saraf;
depresisusunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru.
Terjadinyagangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa
penurunankapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paruke
jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,keracunan
CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitasdifusi tersebut
antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi,
menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasioventilasi perfusi yang itdak
baik.Tanda klinis :
1. Dispea pada usaha napas
2. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
3. Agistasi
4. Lelah, alergi
5. Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
6. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
7. Sianosis

2.8 Proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan).
            Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji
untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.

6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan
diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk
dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest
merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon
chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana
punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada
membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu
tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan
apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana
kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu
bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu
berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan
dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada,
ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes
yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat
dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah
ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau
berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya
stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar
saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau
rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di
dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk
produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif
yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk
yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi
yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah
arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang
rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu
suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau
hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna
kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi
yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-
jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.

Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas,
nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan
obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit
jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi
dan reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

2.9 Tindakan keperawatan


1. Latihan Napas
Latihan napas  merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi
alveoli atau memelihara petukaran gas, mencegah atelektaksis ,
meningkatan efisiensi batuk, dan dapat digunakan untuk mengurangi
stres.
Prosedur Kerja :
1).    Cuci tangan
2).    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3).    Atur posisi ( duduk atau tidur terlentang )
4).    Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu
melalui hidung dengan mulut tertutup.
5).    Kemudian anjurkan untuk menahan napas selama 1 -1,5 detik dan di
susun dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut
mecucu atau seperti orang meniup.
6).    Catat respons yang terjadi
7).    Cuci tangan
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan membersihkan
laring , trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Prosedur kerja :
1).   Cuci tangan
2).   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3).   Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk
ke depan
4).   Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diafragma.
5).   Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik
6).   Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
7).   Tarik napas dengan ringan
8).   Istirahat
9).   Catat respons yang terjadi
10). Cuci tangan.
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen.Pemberian oksigen pada pasien dapat
melalui tiga cara yaitu melalui kanul , nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan Bahan :
a)  Tabung oksigen lengkap dengan flowmeterdan humidifier
b)  Nasal kateter , kanula atau masker
c)  Vaselin/ lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur kerja:
1.  Cuci tangan
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.  Cek flowmeter dan humidifier
4.  Hidupkan tabung oksigen
5.  Atur posisi pasien semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien
6.  Berikan oksigen melalui kanula atau masker
7.  Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga ,
setelah itu beri lubrikan dan masukkan .
8.  Catat pemberian dan lakukan observasi.
9.  Cuci tangan.

4. Fisioterapi Dada
       Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
postural drainage , clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan
sisitem permapasan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat dan Bahan
1.  Pot sputum berisi desinfektan
2.  Kertas tisu
3.  2 balok tempat tidur ( untuk postural drainage )
4.  1 bantal ( untuk postural drainage )
Prosedur kerja:
Postural drainage :
1.  Cuci tangan
2.  Jelaskan prosedur yang di lakukan
3.  Miringkan ke kiri (untuk membersihkan bagian paru kanan )
4.  Miringkan ke kanan ( untuk membersihkan bagian paru kiri )
5.  Ke kiri dan tubuh bagian belakang kanann disokong dengan satu
bantal ( untuk membersihkan bagian lobus tengah )
6.  Lakukan postural drainage kurang lebih 10 – 15 menit
7.  Observasi tanda vital selama prosedur
8.  Setelah pelaksanaan postural drainage dilakukan clopping , vibrating ,
dan suction.
9.  Lakukan hingga lendir bersih.
Clapping :
1.  Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3.  Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4.  Lakukan clapping  dengan cara kedua tangan perawat menepuk
punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk.
5.  Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung pada pot sputum.
6.  Lakukan hingga lendir bersih.
7.  Catat respons yang terjadi.
8.  Cuci tangan
Vibrating
1.  Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3.  Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4.  Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan minta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan.
Kedua tangan perawat diletakkan diatas bagian samping depan dari
cekungan iga kemudian getarkan secara berlahan-lahan dan lakukan
berkali-kali hingga pasien ingin membatukkan.
5.  Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung pada pot sputum.
6.  Lakukan hingga lendir bersih.
7.  Catat respons yang terjadi.
8.  Cuci tangan.

5. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir
secara sendiri dengan melakukan penghisapan (suction) untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenesi.
Alat dan Bahan :
1.  Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2.  Kateter penghisap lendir.
3.  Pinset steril.
4.  Sarung tangan steril.
5.  Dua buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan berisi
larutan desinfektan.
6.  Kassa steril.
7.  Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3.  Atur posisi pasien dengan posisi terlentang dengan kepala miring
kearah perawat.
4.  Gunakan sarung tangan.
5.  Hubungkan kateter penghisap dengan selang panghisap.
6.  Hidupkan mesin penghisap.
7.  Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap
ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma
mukosa.
8.  Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9.  Tarik dengan memutar kateter penghisap sekitar dari 3-5 detik.
10.  Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
11.  Lakukan hingga lendir bersih.
12.  Catat respons yang terjadi.
13.  Cuci tangan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC
Mubarak,Iqbal wahit,2008,Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC
http://nursingbegin.com/tag/kebutuhan oksigenasi/
Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan
Latihan,, alih
A.Aziz Alimul H.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. 2006 .
Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and function,
Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai