DI SUSUN OLEH :
KELAS :
B KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
Penyusun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya
mengenai kebutuhan oksigenasi.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam
tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam
kebutuhan oksigenasi dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap
kehidupan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kaviler.Transfortasi
gasdapat dipengaruhi olehy beberapa factor, yaitu curah jantung(kardiak
output), kondisi pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan(hematokrit), serta elitrosit dan
kadar Hb.
3. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
usia perkembangan.
4. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
5. Perilaku
Factor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengoonsumsi makanan (status nutrisi).
BAB II
PEMBAHASAN
B. Organ Pernapasan Faring.
Setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah
percabangan antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan
(laring dan trakea) dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring
terdiri atas tiga bagian, yakni nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Faring merupakan pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran
pencernaan. Oleh karena itu, ketika menelan makanan, suatu katup
(epiglotis) akan menutup saluran pernapasan (glotis) sehingga makanan
akan masuk ke saluran pencernaan. Pada percabangan ini, terdapat
klep epiglotis yang mencegah makanan memasuki trakea.
C. Laring
Setelah melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut
sebagai kotak suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring
merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan.
Salah satu dari sembilan tulang rawan tersebut adalah tulang rawan
tiroid yang berbentuk menyerupai perisai. Pada laki-laki dewasa, tulang
rawan tiroid lebih besar daripada wanita sehingga membentuk apa yang
disebut dengan jakun.
D. Organ Pernapasan Trakea.
Dari faring, udara melewati laring, tempat pita suara berada. Dari laring,
udara memasuki trakea. Trakea disebut juga “pipa angin” atau saluran
udara. Trakea memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan diameter
2,4 cm. Trakea tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan
submukosa, lapisan tulang rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa
terdiri atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang mengandung sel
goblet penghasil lendir (mucus). Silia dan lendir berfungsi menyaring
debu atau kotoran yang masuk. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan
ikat. Lapisan tulang rawan terdiri atas kurang lebih 18 tulang rawan
berbentuk huruf C. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat. Dinding
trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini
menyekresikan lendir di dinding trakea. Lendir ini berfungsi menahan
benda asing yang pada membran sel epitel.
F. Alveolus.
Bronkiolus bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur berbentuk
bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel
pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler
darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Ketika seseorang menghirup, otot-otot tulang rusuk dan diafragma
sehingga meningkatkan volume rongga dada. Peningkatan ini
menyebabkan penurunan tekanan udara di rongga dada, dan udara
bergegas ke alveoli, memaksa mereka untuk memperluas dan mengisi.
Paru-paru pasif memperoleh udara dari lingkungan dengan proses ini.
Selama pernafasan, otot-otot tulang rusuk dan diafragma rileks, daerah
rongga dada berkurang, dan meningkatkan tekanan udara internal. Udara
yang dikompresi memaksa alveoli untuk menutup, dan udara mengalir
keluar.
Aktivitas saraf yang mengontrol pernapasan muncul dari impuls
diangkut oleh serabut saraf yang lewat ke dalam rongga dada dan
berakhir pada otot tulang rusuk dan diafragma. Dorongan ini diatur oleh
jumlah karbon dioksida dalam darah: tinggi konsentrasi karbon dioksida
menyebabkan peningkatan jumlah impuls saraf dan tingkat pernapasan
yang lebih tinggi.
1. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang
rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam
rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya
tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang
kaya karbon dioksida keluar.
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal)
berkontraksi –> tulang rusuk terangkat (posisi datar) –> Paru-paru
mengembang –> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih
kecil dibandingkan tekanan udara luar –> udara luar masuk ke
paru-paru.
Mekanisme ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi –> tulang rusuk menurun –> paru-
paru menyusut –> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan tekanan udara luar –> udara keluar dari paru-
paru.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot
diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan
diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk
dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest
merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon
chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana
punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada
membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu
tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan
apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana
kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu
bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu
berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan
dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada,
ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes
yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat
dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah
ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau
berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya
stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar
saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau
rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di
dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk
produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif
yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk
yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi
yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah
arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang
rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu
suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau
hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna
kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi
yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-
jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas,
nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan
obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit
jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi
dan reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
4. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
postural drainage , clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan
sisitem permapasan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat dan Bahan
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas tisu
3. 2 balok tempat tidur ( untuk postural drainage )
4. 1 bantal ( untuk postural drainage )
Prosedur kerja:
Postural drainage :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang di lakukan
3. Miringkan ke kiri (untuk membersihkan bagian paru kanan )
4. Miringkan ke kanan ( untuk membersihkan bagian paru kiri )
5. Ke kiri dan tubuh bagian belakang kanann disokong dengan satu
bantal ( untuk membersihkan bagian lobus tengah )
6. Lakukan postural drainage kurang lebih 10 – 15 menit
7. Observasi tanda vital selama prosedur
8. Setelah pelaksanaan postural drainage dilakukan clopping , vibrating ,
dan suction.
9. Lakukan hingga lendir bersih.
Clapping :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk
punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan
Vibrating
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.
4. Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan minta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan.
Kedua tangan perawat diletakkan diatas bagian samping depan dari
cekungan iga kemudian getarkan secara berlahan-lahan dan lakukan
berkali-kali hingga pasien ingin membatukkan.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lendir bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
5. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir
secara sendiri dengan melakukan penghisapan (suction) untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenesi.
Alat dan Bahan :
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan berisi
larutan desinfektan.
6. Kassa steril.
7. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien dengan posisi terlentang dengan kepala miring
kearah perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang panghisap.
6. Hidupkan mesin penghisap.
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap
ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma
mukosa.
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Tarik dengan memutar kateter penghisap sekitar dari 3-5 detik.
10. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
11. Lakukan hingga lendir bersih.
12. Catat respons yang terjadi.
13. Cuci tangan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC
Mubarak,Iqbal wahit,2008,Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC
http://nursingbegin.com/tag/kebutuhan oksigenasi/
Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan
Latihan,, alih
A.Aziz Alimul H.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. 2006 .
Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and function,
Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC