RETENSIO PLASENTA
DISUSUN OLEH :
RIKO APRIANTO SIANTURI
20186513041
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
B. Etiologi
Penyebab retensio plasenta adalah :
1. Fungsional:
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta
membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005)
2. Patologi –
anatomi:
a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)
C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi
itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali.
Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim
itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas
seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses
retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang
(Prawirohardjo, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi
yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
(Prawirohardjo, 2009)
1. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500
gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah
(insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal
dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal
dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke
dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari
kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yang
memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta
penyalur berbagai antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
a. Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi
tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
1) Identitas
a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan
klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu.
Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta.
(Manuaba, 2007)
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran
Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat
perdarahan.
b) Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada
klien post manual plasenta biasanya ditemukan keadaan
yang lemah.
c) Tanda vital
Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan manual plasenta.
d) Pemeriksaan fisik head to toe
(1) Kepala
Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan
keluhan yang dirasakan pada daerah kepala.
(2) Wajah
Pada klien post manual plasenta wajah tampak
pucat.
(3) Mata
Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi
penglihatan, pergerakan kedua mata, kebersihan, bila
keadaan konjungtiva pucat maka dapat dipastikan
anemis.
(4) Hidung
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien, adanya
reaksi alergi, perdarahan, kesimetrisan, kebersihan
dan fungsi penciuman.
(5) Telinga
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien,
kesimetrisan, fungsi pendengaran dan kesimetrisan.
(6) Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan
keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, fungsi
pengecapan dan fungsi menelan. Pada klien post
manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak
pucat.
(7) Leher
Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien post
manual plasenta tidak ditemukan pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan JVP.
(8) Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara nafas
vesikuler, frekuensi nafas, irama jantung reguler,
bunyi jantung s1 dan s2.
(9) Payudara
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, kedaan
payudara, bentuk, hyperpigmentasi aerola, keadaan
putting susu, dan keseimetrisan serta pengeluaran
ASI.
(10) Abdomen
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, tinggi fundus
uteri hari ke-5 yaitu 3 cm bawah pusat, bising usus
normal 5-12 x/menit.
(11) Genetalia
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji keadaan
perineum, adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari
pertama lochea berupa darah yang disebut lochea
rubra, setelah 3-4 hari merupakan darah encer yang
disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh
menjadi cairan putih atau kekuningan yang disebut
lochea alba. Lochea berbau amis, dan yang berbau
busuk menandakan adanya infeksi.
(12) Anus
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, ada/tidaknya
hemoroid.
(13) Ekstermitas
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya
oedema, pergerakan dan kebersihan.
(14) Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya
dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur
dan melakukan aktivitas ringan seperti makan dan
minum.
c) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan
tubuhnya selama periode post partum, apakah
perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi
perilaku dan adaptasinya terhadap pengasuhan
bayinya.
(2) Ideal diri
Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi
tersebut, apakah upaya klien untuk meningkatkan
kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayi.
(3) Peran
Bagaimana sikap ibu dengan kelahiran anaknya. Kaji
kesiapan klien untuk menjadi seorang ibu baru atau
perubahan peran dengan penambahan anggota
keluarga yang baru.
(4) Identitas diri
Adakah kepuasan klien menjadi seorang wanita yang
telah melahirkan anak.
(5) Harga diri
Adakah rasa bangga pada klien, bagaimana kepuasan
klien terhadap kelahiran tersesbut. Harga diri klien
akan meningkat karena klien sudah mempunyai
keturunan dan menjadi seorang ibu.
d) Hubungan komunikasi
Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa
utama yang digunakan oleh klien.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
intervensi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan pasien yang nyata dan kemungkinan akan terjadi
dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
perdarahan post partum menurut (Doenges, 2001) adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler berlebihan.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status
kesehatan.
d. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan,
perpindahan cairan intravaskuler.
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif.
f. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi
jaringan.
20
c. Interverensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Dengan demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana
tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan
(Doenges, 2001).
No. Diagnosa Tujuan dan Inteverensi Rasional
Keperawatan Kriterua Hasil
1. Kekurangan TU : a.Tinjau ulang catatan kehamilan dan a.Membantu dalam membuat rencana
volume cairan Kekurangan volume cairan persalinan/kelahiran, perhatiakan perawatan yang tepat dan
berhubungan dapat terpenuhi faktor-faktor penyebab atau memberikan kesempatan untuk
dengan kehilangan pemberat pada situasi hemoragi. mencegah dan membatasi
vaskuler KH : terjadinya komplikasi.
berlebihan. Mempertahankan
keseimbangan cairan, b.Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi b.Perkiraan kehilangan darah, arteial
dengan indikator : perdarahan; timbang dan hitung versus vena, dan adanya bekuan-
a. Memiliki asupan pembalut, simpan bekuan dan bekuan membantu membuat
cairan oral dan jaringan untuk dievaluasi oleh diagnosa banding dan menentukan
atau intravena dokter. kebutuhan penggantian.
yang adekuat c.Perhatikan hipotensi atau takikardi, c. Tanda-tanda ini menunjukan
b. TTV dalam perlambatan pengisian kapiler atau hipovolemi dan terjadinya syok.
rentang normal. sianosis dasar kuku, membran Perubahan pada tekanan darah tidak
c. Hb dan Hematokrit mukosa dan bibir. dapat dideteksi sampai volume
dalam batas cairan telah menurun sampai 30%-
normal. 50%.Sianosis adalah tanda akhir
Menunjukan status nutrisi, dari hipoksia.
dengan indikator : d.Kaji lokasi uterus dan derajat d.Derajat kontraktilitas uterus
a. Keseimbangan kontraksilitas uterus. Dengan membantu dalam diagnosa banding.
asupan dan haluaran perlahan masase penonjolan uterus Peningkatan kontraktilitas
yang seimbang. dengan satu tangan sambil miometrium dapat menurunkan
b. Memiliki asupan menempatkan tangan kedua diatas kehilangan darah. Penempatan satu
cairan oral dan atau simpisis pubis. tangan diatas simphisis pubis
intravena yang mencegah kemungkinan inversi
adekuat. uterus selama masase.
e.Pantau parameter hemodinamik, e.Memberikan pengukuran lebih
seperti tekanan vena sentral atau langsung dari volume sirkulasi dan
tekanan bagi arteri pulmonal, bila kebutuhan penggantian.
ada.
f. Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari cairan
isotonik atau elektrolit dengan f. Perlu untuk infus cepat atau
kateter 18G atau melalui jalur vena multipel dari cairan atau produk
sentral. Berikan darah lengkap atau darah untuk meningkatkan volume
produk darah (plasma, sirkulasi dan mencegah pembekuan
kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.
d. Inplementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)
e. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang
telah ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat
dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
meniali secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan
apakah rencana diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau
dihentikan. Dan penulis memakai evaluasi sumatif. (Suprajitno, 2004).
54
DAFTAR PUSTAKA
Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999