Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Kelompok :
Sebagai contoh perusahaan yang berproduksi massa adalah perusahaan semen. Proses
produksi semen menghasilkan satu macam produk berupa semen Portland yang diukur
dengan satuan zak yang berat standarnya 50 kg. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan
adalah sama. Perencanaan produksi dilakukan dengan diterbitkannya perintah produksi
(production order) setiap awal bulan yang berlaku untuk bulan tertentu. Atas dasar
karakteristik kegiatan produksi dalam perusahaan yang berproduksi massa, metode
pengumpulan biaya produksi dalam perusahaan tersebut memiliki karakteristik seperti berikut
:
Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut merupakan perbedaa
harga pokok proses dengan harga pokok pesanan. Perbedaan diantara dua metode
pengumpulan biaya produksi tersebut ialah :
1. Pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per
departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi per Satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan
dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan
ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai di produksi. Metode harga proses
menghitung biaya pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya
produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
3. Penggolongan Biaya Produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi
biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung
dibebankan kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan terutama jika
perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk karena harga pokok per satuan
produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
4. Unsur yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Dalam
metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain
biaya bahan baku dan bahan penolong dan juga biaya tenaga kerja.
Jika suatu departemen sudah di identifikasi sebagai departemen jasa, maka biaya
overhead pabrik yang terjadi pada departemen tersebut harus di identifikasi, selanjutnya
ditransfer ke departemen produksi. Alasan mengapa biaya overhead pabrik departemen jasa
harus dialokasikan ke departemen produksi adalah :
Departemen jasa merupakan departemen yang mempunyai sumbangan dalam
memproduksi barang atau jasa.
Biasanya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung di departemen produksi
saja, karena itu biaya overhead pabrik departemen jasa perlu dialokasikan.
1) Metode Langsung
Metode langsung ini bisa diterapkan jika semua biaya departemen pembantu
diserap oleh departemen produksi atau tidak ada silang antara departemen pembantu.
Biaya variabel departemen jasa langsung dialokasikan secara proposional ke
departemen produski yang menggunakan jasa tersebut, sedangkan biaya tetapnya
dialokasikan berdasarkan kapasitas normal atau kapasitas praktis.
Sebagai
ilustrasi
alokasi
berdasarkan metode langsung, berikut merupakan table biaya dari sebuah perusahaan
yang memiliki dua departemen, yaitu departemen jasa dan departemen produksi.
Sebelum proses pengalokasian dilakukan, beberapa data dan informasi yang terkait
dengan pabrik harus diperoleh, antara lain fasilitas pabrik, estimasi pemakaian listrik
per pabrik, jumlah karyawan pada setiap departemen, estimasi jumlah gaji, luas lantai
masing-masing pabrik, estimasi pemakaian bahan baku dan nilai asset. Data dan
informasi mengenai pabrik dari PT Budi Harapan Nusa dapat dilihat pada tabel
dibawah :
Setelah diketahui data mengenai kegiatan pabrik dan pemakaian fasilitas yang
ada, hal lain yang harus diketahui adalah anggaran biaya produski yang dibagi
berdasarkan masing-masing departemen yang dikelompokkan ke dalam departemen
produksi dan departemen layanan. Anggaran biaya produksi dari PT Budi Harapan
Nusa dapat dilihat pada tabel dibawah :
Setelah data mengenai fasilitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh pabrik
serta anggaran biaya overhead diketahui, proses pengalokasian biaya overhead pabrik
departemen pembantu dapat dikerjakan. Pengalokasian tersebut dimulai dari biaya
penanganan material. Dalam hal ini, dasar yang digunakan untuk pengalokasian
adalah jumlah biaya bahan baku yang dikonsumsi oleh masing-masing departemen
produksi. Seperti contohnya departemen pemotongan mengkonsumsi bahan baku
sebanyak 45% dari total bahan baku, maka biaya penanganan material yang
dialokasikan ke departemen pemotongan sebanyak Rp 14.150.000 (50% x
28.300.000) dan seterusnya. Biaya inspeksi dialokasikan sesuai dengan jumlah listrik
yang dikonsumsi oleh masing-masing departemen. Hal ini didasarkan atas pengertian
bahwa semakin banyak listrik yang dikonsumsi, maka proses insfeksi semakin banyak
karena itu biaya insfeksi yang dialokasikan ke departemen pemotongan adalah
sebanyak Rp 3.696.000 (22% x 16.800.000). Biaya fasilitas pabrik dialokasikan
berdasarkan luas lantai yang ditempati oleh masing-masing departemen produksi.
Departemen pemotongan menempati lantai sebanyak 31,25% dari seluruh luas lantai,
biaya fasilitas yang dialokasikan ke departemen pemotongan adalah sebanyak Rp
20.437.500 (31,25% x 65.400.000), sedangkan biaya administrasi pabrik dialokasikan
berdasarkan jumlah tenaga kerja pada masing-masing departemen. Departemen
pemotongan memperkerjakan 30 orang atau sebanyak 24% dari seluruh tenaga kerja,
maka biaya administrasi pabrik yang dialokasikan ke departemen pemotongan
sebanyak Rp 8.856.00,00 (24% x 36.900.000) dan seterusnya. Sesuai dengan cara
tersebut, distribusi biaya departemen pembantu dengan metode langsung dapat di lihat
pada tabel di bawah :
2) Metode Bertahap (Step Method)
Metode ini digunakan jika manfaat yang dihasilkan oleh departemen
pembantu, tidak hanya dinikmati oleh departemen produksi, akan tetapi juga
dinikmati sesame departemen pembantu. Karena itu sebelum dialokasikan ke
departemen produksi, terlebih dahulu dialokasikan antardepartemen pembantu.
Dalam pengalokasian biaya ke sesame departemen pembantu ini perlu
dipertimbangkan keterkaitan dan ketergantungan antara masing-masing departemen.
Jika masing-masing departemen pembantu saling terkait dan saling membutuhkan,
maka perlu dialokasikan antar-departemen pembantu, tetapi jika antar departemen
pembantu sama sekali tidak ada hubungan dan tidak saling membutuhkan,
pengalokasian antar departemen pembantu tidak perlu dilakukan. Proses
pengalokasian ini biasanya dimulai dari biaya overhead pabrik departemen pembantu
yang paling besar dan diikuti oleh jumlah yang lebih kecil. Alasannya adalah
departemen yang biayanya besar juga menghasilkan manfaat besar yang bias
dinikmati oleh departemen lainnya. Walaupun demikian, mengenai pengalokasian
jumlah biaya yang paling besar ini juga perlu dipertimbangkan, apakah departemen
jasa yang lainnya memang benar menerima manfaat dari departemen sebelumnya.
Dalam alokasi secara bertahap ini diasumsikan bahwa departemen yang sudah
dialokasikan biayanya tidak lagi menerima alokasi biaya dari departemen yang
lainnya.
Gambar diatas menjelaskan, mula-mula departemen pembantu A dialokasikan
ke departemen pembantu yang lainnya dan ke departemen produksi. Selanjutnya
departemen B dialokasikan ke departemen pembantu C dan departemen produksi X
dan Y tanpa harus dialokasikan lagi ke departemen A demikian juga seterusnya.
Setelah semua biaya departemen pembantu dialokasikan, diperoleh total biaya
overhead pabrik departemen produksi dan total tersebut dibagi sebagai dasar
pembebanan, sehingga diperoleh tarif biaya overhead pabrik per departemen.
Untuk memahami proses pengalokasian secara bertahap, perlu diketahui
hubungan antara masing-masing departemen pembantu. Selain dikonsumsi oleh
departemen produksi, konsumsi di antara departemen pembantu dapat diuraikan
sebagai berikut :
Biaya fasilitas pabrik dialokasikan ke bagian penanganan material sebesar 6%,
bagian inspeksi 2% dan administrasi pabrik 2%, sedangkan sisanya 90%
dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan luas lantai.
Biaya administrasi pabrik dialokasikan ke bagian penanganan material 6% dan
bagian inspeksi 4% sedangkan sisanya 90% dialokasikan ke departemen
produksi berdasarkan jumlah karyawan.
Biaya penanganan material dialokasikan ke bagian inspeksi sebanyak 5% dan
sisanya 95% dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan pemakaian
bahan baku.
Biaya inspeksi langsung dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan
pemakaian listrik per departemen.
3) Metode Aljabar
Pengalokasian biaya overhead pabrik berdasarkan metode aljabar
mengasumsikan bahwa pemakaian biaya oleh departemen yang lainnya, baik
departemen produksi maupun sesama departemen pembantu, secara rill dapat
ditentukan pemakaiannya. Metode aljabar digunakan terutama untuk menyelesaikan
masalah keterkaitan antar departemen. Metode ini mencoba menyempurnakan
metode-metode sebelumnya karena ada beberapa kelemahan dari metode-metode
tersebut, yaitu dalam metode langsung tida ada silang konsumsi antara sesama
departemen pembantu, dan dalam metode bertahap biaya departemen pembantu yang
sudah dialokasikan tidak lagi menerima alokasi dari departemen yang lainnya.
Dua departemen produksi dan dua departemen pembantu pada tabel dibawah
digunakan untuk mempermudah pemahaman metode aljabar :
Secara umum informasi yang dihasilkan dari laporan harga pokok produksi
mencakup:
1. Biaya total dan biaya per unit yang di transfer dari departemen sebelumnya
2. Bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik yang ditambahkan pada
departemen yang bersangkutan
3. Biaya per unit yang ditambahkan di departemen
4. Biaya total dan biaya per unit yang dikumpulkan pada akhir operasi
5. Nilai persediaan barang dalam proses pada akhir dan awal periode berdasarkan
berbagai macam tingkat penyelesaian
6. Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke Gudang
Departemen Penggilingan
Equivalen
Produk equivalen untuk bahan baku berarti seluruh produk yang telah di
transfer ke departemen berikutnya ditambah seluruh barang dalam proses. Sedangkan
untuk upah langsung dan biaya overhead pabrik produksi equivalennya adalah seluruh
produk yang di transfer ke departemen berikutnya ditambah dengan 50% dari barang
dalam proses.
Departemen II (Penyelesaian)
Oleh karena ada produk yang hilang di departemen II pada awal proses,
jumlah biaya yang di transfer dari departemen I perlu di sesuaikan dengan produk
yang hilang. Dengan demikian, harga perunit yang ditransfer dari departemen I
menjadi naik yang disebabkan oleh unit yang hilang sudah menyerap biaya produksi.
1. Pengolahan Produk Dalam Satu tahap/departemen (tanpa ada produk hilang dalam
Proses)
2. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk hilang dalam
Proses)
Ada dua metode perlakuan produk hilang didalam proses, yaitu:
- Produk hilang dianggap terjadi awal proses
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik
pengaruhnya terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut:
1. Produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada
departemen atau tahap dimana produk hilang.
2. Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak
dimasukkan ekuivalen produksi.
3. Produk hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
4. Produk hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan
mengakibatkan harus dilakukan penyesuaian harga pokoksatuan yang diterima
dari departemen sebelumnya, oleh karena pemikul biaya jumlahnya berkurang
dan jumlah total biaya sama maka harga pokok satuan dari departemen
sebelumnya menjadi lebih besar.
3. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk dalam Proses
dalam awal periode)
Produk dalam proses pada awal periode berasal dari produk dalam proses pada
akhir periode sebelumnya dan telah menikmati harga pokok pada periode sebelumnya
sesuai dengan departemen di mana produk masih dalam proses. Apabila produk dalam
proses awal berada dalam departemen pertama harga pokok yang telah dinikmati
meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik departemen
pertama. Sedangkan barang dalam proses pada departemen lanjutan telah menikmati
harga pokok dari departemen sebelumnya ditambah harga pokok yang telah dinikmati
pada departemen lanjutan tersebut.