Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH SOSIOLOGI DALAM PENERAPAN

HUKUM ISLAM
(Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Sosiologi Hukum Islam)

Dosen Pengampu : DR. H. Slamet, M.M

Disusun Oleh :
Euis Nurjanah 18.M.1. 0012
Rini Nuraini 18.M.1. 0024
Susi Susanti 18.M.1. 0029

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAMISA


PROGRAM STUDI HUKUM EKONOM SYARIAH
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik serta tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas judul "memaknai hubungan sosiologi" yang dibuat
dengan melakukan sejumlah observasi dan adanya bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memudahkan kami menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami haturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan mendasar
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran maupun kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat
bagi kita sekalian. Amiin

                                                
                                                               Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2
Bab II Pembahasan....................................................................................................3
A. Pengertian sosiologi hokum...........................................................................3
B. Tujuan sosiologi hukum islam.......................................................................4
C. Peran, fungsi dan penerapan pengetahuan sosiologi......................................7
D. Perkembangan sosiologi di Indonesia............................................................12
E. Penerapan hukum islam di Indonesia............................................................13
F. Faktor-Faktor Pendukung Usaha Penerapan Syariat Islam...........................15
BAB III Kesimpulan..................................................................................................17
Daftar Pustaka............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan budaya dan gejala-gejala sosial pada sebuah masyarakat adalah
hal yang alami, budaya tersebut akan menyesuaikan tempat dan waktu. Suatu daerah
akan memiliki budaya tertentu yang dipengaruhi dengan letak giografisnya, ia pun
akan mengalami perubahan seiring berangsur perubahan waktu. Perubahan budaya
dan gejala social pada masyarakat sebetulnya lebih dipengaruhi kecondongan-
kecondongan masyarakatnya untuk melakukan sesuatu atau membutuhkan sesuatu.
Masyarakat nelayan akan condong terhadap pekerjaanya sebagai nelayan, hingga ia
harus melakukan kebiasaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Masyakat pemburu
juga akan memiliki kebiasaan yang berkaitan dengan pekekerjaannya sebagai
pemburu. Dari kebiasaan-kebiasaan tersebut akan tercipta aturan-aturan yang
kemudian harus dilakukan atau dihindari.
Dalam agama Islam kebiasaan dan kebudayaan masyarakat dapat menjadi dasar
hukum dan hal tersebut tidak dapat dinafikan, artinya pengaruh kebiasaan dan budaya
masyarakat terhadap hukum Islam dalam ajaran Islam adalah hal yang fitrah adanya.
Sebab hukum pada mulanya adalah bagian dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
kemudian mengatur masyarakat secara memaksa dan mengikat. Dalam kaitan ini,
maka muncullah ilmu tentang sosiologi hukum Islam, di mana Islam diamati dan
dipelajari dari segi sosiologi hukumnya atau gejala-gejala social hukumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sosiologi hukum?
2. Apa tujuan sosiologi hukum islam?
3. Apa peran, fungsi dan penerapan pengetahuan sosiologi?
4. Bagaimana perkembangan sosiologi di indonesia?
5. Bagaimana penerapan hukum islam di indonesia?

1
2

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sosiologi hukum?
2. Mengetahui tujuan sosiologi hukum islam?
3. Mengetahui peran, fungsi dan penerapan pengetahuan sosiologi?
4. Mengetahui perkembangan sosiologi di indonesia?
5. Mengetahui penerapan hukum islam di indonesia?
D.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum Islam


Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socius yang memiliki
arti teman atau kawan, dan logos yang memiliki arti ilmu pengetahuan (Auguste
Conte; 1798-1857), pada umumnya ilmu pengetahuan sosiologi lebih difahami sebagai
ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Istilah lain sosilogi menutut Yesmil Anwar dan
Adang dan sebagaimana dikutip oleh Dr. Nasrullah. M.Ag, Secara etimologis,
sosiologi berasal dari kata Latin, socius yang berarti kawan dan kata Yunani, logos
yang berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi adalah berbicara mengenai
masyarakat. Berkaitan de-ngan suatu ilmu, maka sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang situasi masyarakat yang aktual. Oleh karenanya ilmu yang
mempelajari hukum dalam hubungan dengan situasi masyarakat adalah sosiologi
hukum.
William Kornblum mengatakan sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk
mempelajari masyarakat dan perilaku social anggotanya dan menjadikan masyarakat
yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. Pitrim Sorokin mengatakan
bahawa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka macam gejalah social, misal gejalah ekonomi, gejala keluarga, dan
gejalah moral. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi hukum merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuan yang antara lain meneliti, mengapa manusia patuh pada hukum, dan
mengapa dia gagal untuk mentaati hukum tersebut serta factor-faktor social lain yang
mempengaruhinya (Pokok-Pokok Sosiologi Hukum) dan menurut Satjipto Rahardjo
menyatakan bahwa sosiologi hukum adalah pengetahuan hukum terhadap pola
perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya.
ُ َ‫اِ ْثب‬
Hukum Islam menurut bahasa, artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu, ‫ات َش ٍئ‬
‫ ْي ٍء‬NNN‫علَى َش‬, sedang menurut istilah, ialah khitab (titah) Allah atau sabda Nabi

3
4

Muhammad, SAW. Yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukalaf , baik
mengandung perintah, larangan, pilihan atau ketetapan.
Kata-kata hukum Islam merupakan terjamahan dari term Islamic Law dimana
sering kali dipahami oleh Jiris Barat dengan istilah syari’at dan fikih. Menurut Schacht
bahwa Islamic Law (hukum Islam) merupakan seluruh aturan-aturan Allah yang suci
yang mengatur dan mengikat kehidupan setiap sisi dan aspek-aspek kehidupan
manusia. Dari defenisi ini arti hukum Islam lebih dekat dengan pengertian syari’at.
Dengan demikian, perkataan “Hukum Islam” adalah sebuah istilah yang belum
mempunyai ketetapan makna. Istilah ini sering digunakan sebagai terjemahan dari fiqh
Islam atau Syari’at Islam.
Untuk mendefinisikan sosiologi hukum Islam sebagai suabuah istilah bukanlah
sesuatu yang mudah, karena banyak para fakar yang mengatakan bahawa buku-buku
yang membahas sosiologi hukum Islam masih tergolong minim. Menurut hemat
penulis dari pemaparan sosiologi hukum dan hukum Islam di atas, maka yang
dimaksud dengan sosiologi hukum Islam adalah ilmu social yang mempelajari
fenomena hukum yang bertujuan memberikan penjelasan atas praktik-praktik hukum
ilmu yang mengatur tentang hubungan secara timbal balik antara aneka macam gejala-
gejala social di masyarakat muslim sebagai mahluk yang berpegang teguh pada syariat
Islam.
Menurut Nasrullah sosiologi hukum Islam adalah suatu hukum (Islam) yang
berlaku dan berkembang serta diamalkan dalam masyarakat tertentu, pada waktu
tertentu dan sesuai dengan kondisi tertentu. Dengan kata lain bahwa rumusan-
rumusan hukum Islam bisa berubah sesuai dengan tuntutan kepentingan kemanusiaan
berdasar-kan prinsip etika dan moral yang telah digariskan (qabil li al-niqash, qabil li
al-taghyir).

B. Tujuan Sosiologi Hukum Islam


Pada prinsipnya sosiologi hukum Islam (ilmu al-ijtima’i li syari’ati al-Islamiyyah)
adalah membantu perkembangan wawasan penalaran para pembaca khususnya
5

mahasiswa Fakultas Syari’ah di STAIN, IAIN, dan UIN serta Mahasiswa Fakultas
Hukum di Lingkungan Sekolah Tinggi Hukum (STH), Perguruan Tinggi Hukum, IAI
Swasta, terhadap fenomena-fenomena keagamaan dan masalah-masalah sosial yang
terjadi dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, sosiologi hukum Islam adalah
suatu pemahaman tentang yuridis (hukum Islam) terhadap permasalahan-
permasalahan masyarakat, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Islam
Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teori-teori yang berasal dari
konsep Islam yang digali dari sumber al-Qur’an dan hadits dan interpretasinya dalam
bentuk kajian-kajian sosiologi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Kaitan dengan mempelajari sosiologi hukum Islam, apabila diban-
dingkan dengan konteks sosiologi hukum umum, maka untuk mempelajari sosiologi
hukum tersebut akan dapat mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui hukum dalam konteks sosialnya atau hukum dalam
masyarakat.
2. Dapat melakukan analisis terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik
sebagai sarana pengendalian sosial maupun sebagai sarana untuk mengubah
masyarakat agar mencapai keadaan-keadaan sosial yang tertentu.
3. Melalui sosiologi hukum, efektivitas hukum yang diamati tersebut dapat
dievaluasi, sehingga dapat ditemukan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Alvin S. Johnson mengatakan kegunaan mempelajari Sosiologi Hukum; Pertama
Sosiologi hukum mampu memberi penjelasan tentang satu dasar terbaik untuk lebih
mengerti Undang-undang ahli hukum ketimbang hukum alam, yang kini tak lagi
diberi tempat, tetapi tempat kosong yang ditinggalkannya perlu diisi kembali. Kedua,
Sosiologi hukum mampu menjawab mengapa manusia patuh pada hukum dan
mengapa dia gagal untuk menaati hukum tersebut serta faktor-faktor sosial lain yang
memengaruhinya. Ketiga, Sosiologi hukum memberikan kemampuan-kemampuan
bagi pemahaman terhadap hukum di dalam konteks sosial. Keempat, Sosiologi
hukum memberikan kemampuan-kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap
efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana
6

untuk mengubah masyarakat, maupun sarana untuk mengatur interaksi sosial, agar
mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu. Kelima, Sosiologi hukum memberikan
kemungkinan dan kemampuan-kemampuan untuk mengadakan evaluasi terhadap
efektivitas hukum di dalam masyarakat.
Secara lebih elaboratif, Atho’ Mudzhar memerinci hukum Islam pada tiga
segmen: Pertama .Penelitian hukum Islam sebagai doktrin asas. Dalam penelitian ini,
sasaran utamanya adalah dasar-dasar konseptual hukum Islam seperti masalah sumber
hukum, konsep maqâsid al-syarî’ah, qawâ’id al-fiqhiyyah, tharîq al-Istinbâth, manhaj
ijtihâd dan lainnya. Kedua. Penelitian hukum Islam normatif. Dalam penelitian ini
sasaran utamanya adalah hukum Islam sebagai norma atau aturan, baik yang masih
berbentuk nas maupun yang sudah menjadi produk pikiran manusia. Aturan dalam
bentuk nas meliputi ayat-ayat dan Sosiologi Hukum Islam hadits ahkam. Sedangkan
aturan yang sudah dipikirkan manusia antara lain berbentuk fatwa-fatwa ulama dan
bentuk-bentuk aturan lainnya yang mengikat seperti kompilasi hukum Islam, dustur,
perjanjian internasional, surat kontrak, kesaksian dan sebagainya. Ketiga. Penelitian
hukum Islam sebagai gejala sosial. Sasaran utamanya adalah perilaku hukum
masyarakat Muslim dan masalah interaksi antar sesama manusia, baik sesama
Muslim maupun dengan non Muslim. Ini mencakup masalah-masalah seperti politik
perumusan dan penerapan hukum (siyâsah al-syarî’ah), perilaku penegak hukum,
perilaku pemikir hukum seperti mujtahid, fuqaha, mufti dan anggota badan legislatif,
masalah-masalah administrasi dan organisasi hukum seperti pengadilan dengan
segala graduasinya dan perhimpunan penegak serta pemikir hukum seperti
perhimpunan hakim agama, perhimpunan studi peminat hukum Islam, lajnah-lajnah
fatwa dcari organisasiorganisasi keagamaan dan lembaga-lembaga penerbitan atau
pendidikan yang menspesialisasikan diri atau mendorong studistudi hukum Islam.
Dalam jenis penelitian ini juga tercakup masalah-masalah evaluasi pelaksanaan dan
efektivitas hukum, masalah pengaruh hukum Islam terhadap perkembangan
masyarakat atau pemikiran hukum, sejarah perkembangan hukum, sejarah pemikiran
7

hukum, sejarah administrasi hukum serta masalah kesadaran dan sikap hukum
masyarakat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari sosiologi
hukum Islam adalah bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala social masyarakat
muslim sebagai subyek hukum yang memposisikan hukum sebagai pedoman hidup.
Mempelajari sosiologi hukum Islam juga dapat mengetahui sejauh mana efektivitas
hukum Islam dalam mengatur masyakat muslim dan tentu juga dapat mengetahui
perubahan-perubahan hukum yang berkembang.
Tujuan mempelajari sosiologi hukum Islam adalah bertujuan untuk mengetahui
gejala-gejala social masyarakat muslim sebagai subyek hukum yang memposisikan
hukum sebagai pedoman hidup. Mempelajari sosiologi hukum Islam juga dapat
mengetahui sejauh mana efektivitas hukum Islam dalam mengatur masyakat muslim
dan tentu juga dapat mengetahui perubahan-perubahan hukum yang berkembang.

C. Peran, Fungsi Dan Penerapan Pengetahuan Sosiologi


1. Peran Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan masyarakat yang membekali para sosiolog
dalam berbagai kegiatan. Sosiolog adalah orang yang ahli di dalam ilmu kemasyarakatan
(ilmu sosial). Kehadiran sosiolog sangat diperlukan untuk pengembangan ilmu dan
pembangunan masyarakat. Beberapa kegiatan ilmiah para sosiolog dalam kehidupan
berasyarakatantara lain sebagai berikut.
a. Di Bidang Riset
Sosiolog bekerjasama dengan menggunakan berbagai cara. Misalanya, sosiologi
memimpin riset ilmiah dan kemudian mencari data tentang kehidupan sosial suatu
masyarakat. Data itu kemudian di olah menjadi suat karya ilmiah yang bergun bagi
pengambil keputusan. Dengan demikian seorang sosiolog harus mampu
menjernihkan berbagai anggapan keliru yang berkembang dakam masyarakat.
Misalnya, kesalahan informasi ataupun spekulasi – spekulasi politis. Dari hasil
penelitiannya, sosiolog harus bisa menghadirkan kebenaran-kebenaran. Selain itu
8

dampak negatif yang mungkin dapat di timbulkan oleh kekelirun dalam masyarakat
tersebut dapat di hindari.
b. Di Bidang Kebijakan Pemerintah
Ramalan sosiolog dapat pula membantu memperkirakan pengaruh kebijakan sosial
yang mungkin terjadi. Setiap keputusan kebijakan sosiala adalah ramalan. Artinya,
kebijakan di ambil dengan sustu harapan menghasilkan pengaruh yang diinginkan.
Namun, serig terjadi bahwa kebijakan yang di ambil tidak memenuhi kebijakan
tersebut. Salah satu faktornya adalah ketidakakuratan kesimpulandan dugaan
terhadap permasalahannya. Contoh, apakah kebijakan pemberian santunan terhadap
anak-anak miskin akan memperbaiki taraf kehidupan dan pendidikan mereka?.
sosiolog dapat memberikan masuan pendapat dan ramalan terhadap keputusan
kebijakan tersebut.
c. Di Bidang Teknis
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat.
Mereka memberi saran-saran, dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan
masyarakat, hubungan antar karyawan, masalah moral maupun hubungan antar
kelompok dalam suatu organisasi. Dalam kedudukan seperti ini, sosiolog bekerja
sebagai ilmuan terapan. Mereka dituntut untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya
dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi kerja atau efektivitas suatu
program atau kegiatan masyarakat.
d. Di Bidang Pendidikan
Guru atau pendidik mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing,
engarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru mendapat
stereptip yang muncul dari pengajaran sosiologi adalah sosiologi terlalu bertele-tele,
menjenuhkan, dan teorinya membingungkan. Stereotip negatif tersebut dapt
membuat minat dan motivasi belajar peserta didik merosot. Oleh sebab itu, seorang
guru sosiologi perlu melakukan hal-hal berikut :
1) Guru sosiologi menggunakan teknik pembelajaran yang menimbulkan motivasi
peserta didik, yaitu emacu keingintahuan peserta didik untuk membedakan
masalah-masalah seputar lingkungan sosial dan membngun opini pribadi terhadap
masalah-masalah tersebut.
9

2) Guru sosiologi tidak “ menggurui ” peserta didik, tetapi sebagai pelajar atau
fasilitator.
3) Guru sosiologi membentuk skemata pengetahuan peserta didik, yaitu apabial
peserta didik tidak sesuai dengan konsep atau teori sosiologi, maka guru sosilogi
menunjukan kesalahan tersebut dan memperlihatkan yang benar.
4) Guru sosiologi menyapaikan pesan pembelajaran dengan media yang interaktif,
dan kreatif.
5) Guru sosiologi membuat stratifikasi intelektual, yaitu menerapkan pembelajaran
dengan memeperhatikan aspek pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Sosiologi membantu para pendidik dalam menyajikan suatu
fakta sosial secara objektif, misalnya menyajikan data tentang kemiskinan. Data
yang di sampaikan hendaknya bersifat objektif, tidak memihak, dan apa adanya.
2. Fungsi Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objektif masyarakat, sosiologi memiliki empat
macam fungsi atau kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian,
pembangunan dan masalah sosial.
a. Perancanaan social
1) Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat, baik masyarakat
tradisional maupun modern sehingga proses penyususnan dan permasyarakatan
suatu perencanaan sosial relative mudah di lakukan.
2) Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingungan alam, hubungan
antargolongan, juga proses perubahan dan pengarh penemuan baru terhadap
masyarakat oleh sosiologi relatif biasa di percaya..
3) Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang di dasarkan atas objektivitas.
4) Dengan berpikir secara sosiologis, suatu perencanaan sosial dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui ketertinggalan dan tingkat kemajuan masyarakat ditinjau dari
sudut kebudayaannya, seperti perkembangan iptek.
5) Menurut sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui
perkembangan masyarakat yang fungsisnya untuk menghimpun kekuatan sosial
guna menciptakan ketertiban mayarakat.
10

b. Penelitian
1) Memahami symbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh
mayarakat sebagai penelitian empiris.
2) Memahami terhadap pola-pola prilaku masyarakat dalam ligkungan.
3) Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena atau gejala sosial yang
timbul dalam kehidupan masyarakat,terlepas dari prasangka-prasangka subjektif.
4) Kemampuan melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah
laku nggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu.
5) Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak
dalam pola pikiryang tidak jelas.
c. Pembangunan
Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan ( dalam sosiologi
Suatu Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986 ) adalah sebagai berikut.
1) Pada tahap perencanaan, Sosiologi dapat berguna di dalam mengadakan
identifikasi-identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini
di perlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang akan di bangun.
Data-data tersebut mencaup pola interaksi sosial, kelompok sosial, kebudayaan
yang berintikan pada nilai-nilai lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.
2) tahap pelaksanaan atau perencanaan perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan
dalam masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
terhadap pola-pola kekuasaan dan wewenang yang ada di mayarakat. Di samping
itu juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
3) Pada tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembangunan. Keberhasilan
pembangunan hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan dapat di identifikasi
tentang adannya kekurangan, kemacetan, kemunduran, bahkan mungki
kemerosotan. Melalui evaluasi dapat dilakukan pengadaan, pembetulan,
penambahan, dan peningkatan secara proporsional (seimbang).
3. Penerapan Pengetahuan Sosiologi
Sosiologi adalah suatu kajian tentang masyarakat dan hubungannya dengan
lingkungan dimana kita bertempat tinggal. Kajian-kajian tersebut memberikan pengethuan
bagi siapa saja yang mempelajari. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dpat
11

diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang keberhasilan


seseorang dalam masyarakat.
Pengetahuan sosiologi tentang nilai dan norma sosial dapat membantu keberhasilan
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat dalam struktur sosial yang
menjadi tempat tinggalnya. Misalnya, seorang anak yang mempuyai kebiasaan bersalaman
dan mencium tangan kepada orang yang lebih tua pada masyarakat Jawa akan menjadikan
anak tersebut sebagai anak yang tahu bertata karma.
Penerapan pengetahuan sosiologi tentang interaksi dan peran sosial.
Pengetahuan sosiologi tentang interaksi dan peran sosial dapat memebantu keberhasilan
seseorang menjalankan peran sosialnya berhubungan dengan anggota masyarakat lainnya.
Misalnya, seseorang dalam interaksi di lingkungan kerja, ia memperhatikan kidah atau
norma yang menjadi aturan di tempat kerja, maka ia akan di terima baik sebagai anggota
dari mereka yang berada di lingkungan kerja tersebut.
a. Penerapan pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisai dan pembentukan
kepribadian
Pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisai dan pembentukan kepribadian
membantu seseorang untuk memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam
masyarakat akan mempunyai kepribadian yang baik. Misalnya, seorang ayah akan
mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan kekerasan fisik atau
emosional, memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong menolong,
dan sikap saling menghargai sesama manusia.
b. Penerapan pengetahuan sosiologi tentang prilaku menyimpang dan pengendalian
sosial
Pengetahuan sosiologi tentang munculnya prilaku menyimpang yang dapat
mengganggu ketentraman sosial akan memberikan pengetahuan tentang upaya
pengendalian sosial agar terjadi keteraturan sosial kembali. Misalnya, banyaknya
remaja yang minum-minuman keras dan menyalah gunakan narkotika. Akibat yang
ditimblkan hal tersebut adalah ketidak stabilan fisik dan mental dan bahkan
mengganggu ketenangan umum, maka dapat diupayakan pengendalian sosial dengan
cara memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesigapan aparat penegak hukum
dalam mewujudkan keteraturan.
12

c. Penerapan pengetahuan sosiologi tentang status individu dan masyarakat


Individu menurut konsep sosiologi adalah manusia yang hidup sendiri, tidak
mempuyai kawan sedangkan masyarakat menurut steinmentz (dalam Pengantar
Sosiologi, Basrowi, 2005) adalah kelompok manusia yang terbesar yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai
hubungan erat dan teratur. Ada 3 pernyataan mengenai hubungan antara individu
dengan masyarakat yaitu sebagai berikut.
1) Individu memiliki status yeng relative dominan.
2) Masyarakat memiliki status yang relative dominan terhadap individu.
3) Individu dan masyarakat saling tergantung.
Pada intinya, individu dan masyarakat merupakan perangkat yang senantiasa ada
didalam setiap pergaulan hidup, individu tidak mungkin dapat hidup dengan
sempurna tanpa bermasyarakat. Pengetahuan sosiologi akanmembawa kita lebih
memahami individu dan masyarakat tersebut.
d. Penerapan pengetahuan sosiologi dalam pembangunan
Menurut soerjono soekanto, bahwa pengetahuan sosiologi dapat diterapkan dan
berguna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memberikan data-data sosial
yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses
pembangunan. Pada tahap perancanaan, yang harus diperhatikan adalah kebutuhan
sosial, pusat perhatiannya, stratifikasi sosial, pusat kekuasaan, maupun saluran
komunikasi. Pada tahap pelaksanaan, yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam
masyarakat serta proses perubahan sosialnya sedangkan pada tahap penilaian harus
dilakukan analisis terhadap efek-efek atau dampak sosial dari pembangunan tersebut.

D. Perkembangan sosiologi di Indonesia


Sosiologi di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama. Pada masa Sri
Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang
mengajarkan tentang tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang
berasal dari golongan-golongan berbeda. Dalam ajaran tersebut terdapat banyak
aspek sosiologi, khususnya pada bidang hubungan antargolongan. Selain itu, Ki
Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia juga telah menyumbangkan sosiologi
13

dalam konsep-konsepnya tentang kekeluargaan dan kepemimpinan. Praktik dari


ajaran ini diterapkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Kala itu sosiologi belum dianggap sebagai ilmu yang penting untuk dipelajari.
Akan tetapi, hanya sebatas ilmu pembantu untuk ilmu pengetahuan lainnya. Itu
dikarenakan banyak karya orang Belanda, seperti tulisan-tulisan ter Haar dan
Duyvendak yang mencakup unsur-unsur sosiologis namun kala itu dikupas secara
ilmiah dari aspek nonsosiologis dan belum menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri.
Sebelum perang dunia kedua, Indonesia hanya memiliki Sekolah Tinggi Hukum
(Rechtshogeschool) di Jakarta, satu-satunya lembaga perguruan tinggi sebelum era
kemerdekaan yang memberikan kuliah tentang sosiologi di Indonesia. Berhubung
belum ada spesialisasi sosiologi baik di Indonesia maupun di Belanda, maka para
pengajar kala itu tidak berasal dari latar belakang psikologi. Adapun teori yang
diajarkan bersifat filsafat sosial dan teoretis, berdasarkan buku-buku karya Leopold
von Wiese, Bierens de Haan dan sebagainya.

E. Penerapan Hukum Islam Di Indonesia


Sebenarnya istilah syari’at Islam dapat mengandung dua makna, yaitu dalam
makna luas dan makna yang sempit. Dalam makna yang luas syari’at Islam mencakup
seluruh ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunnah termasuk
aspek aqidah, ahlak, ibadah serta hukum-hukum mua’malah. Sedangkan dalam arti
sempit Syari’ah Islam adalah hukum-hukum ibadah maupun mu’amalah (termasuk
hukum pidana) yang biasa disebut fiqh. Istilah syari’at Islam dalam makalah ini
adalah dalam pengertian yang sempit itu dan lebih khusus lagi adalah mengenai
hukum pidana Islam.
Sebelum kedatangan penjajah Belanda hukum Islam ini sudah berlaku di
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara ini. Akan tetapi setelah kedatangan penjajah
Belanda penerapan syari’at Islam di persempit dalam bidang keperdataan saja
khsususnya bidang hukum keluarga (pernikaran). Adapun bidang hukum pidana dan
14

bidang hukum yang lainnya hanya dapat diterima apabila telah diresepsi ke dalam
hukum adat sehingga menjadi kewenangan pengadilan Bumi Putera pada saat itu
yaitu Landraad. Karena itulah Belanda mendirikan berbagai peradilan agama di
Indonesia dengan nama yang berbeda-beda di berbagai daerah, antara lain :
Kerapatan Qadi, Mahkamah Syariyah dan lain-lain.
Pemerintah jajahan Belanda pada saat itu menerapkan adatrechtpolitik (Lihat
Daniel S. Lev, 1990) di Hindia Belanda yaitu membiarkan hukum adat tetap berlaku
bagi golongan Indonesia asli sedangkan bagi golongan Eropa berlaku hukum Belanda
berdasarkan asas konkordansi dari hukum yang berlaku di Negeri Belanda. Demikian
juga bagi golongan Cina dan Timur Asing berlaku hukumnya masing-masing kecuali
mereka menyatakan tunduk pada hukum golongan Eropa. Dengan berlakunya
pluralisme hukum di Indonesia pada saat itu, pemerintah Belanda menerapakan suatu
hukum untuk menjembataninya yaitu apa yang disebut dengan hukum antar golongan
yang diterapkan manakala terjadi sengketa atau masalah antar orang yang tunduk
pada hukum yang berbeda.
Setelah Indonesia merdeka, sumber pembentukan hukum nasional Indonesia
adalah bersumber dari atau memperoleh pengaruh dari hukum Eropa warisan
Belanda, hukum Islam serta hukum Adat ( baca Daniel S.Lev, 1990). Akan tetapi
tetap membiarkan dan meneguhkan berlakunya hukum Islam bagi pemeluk Agama
Islam pada bidang-bidang hukum keluarga (hukum perkawinan, hukum waris, waqaf,
hibah dan wasiat) yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama. Usaha-usaha untuk
menerapkan syariat Islam baik secara formal dengan melakukan transplantasi syari’ah
ke dalam hukum nasional Indonesia maupun dengan proses resepsi nilai-nilai syari’ah
Islam tetap dilakukan dan diperjuangkan oleh kalangan Islam.
Terdapat perkembangan yang semakin menarik setelah 50 tahun Indonesia
merdeka. Saling pengaruh ketiga kelompok hukum ini mewarnai perdebatan politik
hukum nasional Indonesia bahkan nampak terjadi gesekan-gesekan sosial dalam
pembangunan hukum Indonesia, seperti dalam pembahasan mengenai undang-undang
perkawinan, undang-undang pengadilan agama dan pada saat ini rancangan undang-
15

undang hukum pidana. Walaupun harus diakui bahwa hingga saat sekarang ini
pengaruh hukum Eropa bahkan hukum Anglo-Amerika mendapat kedudukan yang
semakin kuat terutama dalam bidang hukum bisnis dan perdagangan, dan disusul oleh
syari’at Islam terutama dalam bidang bisnis keuangan dan perbankan. Sementara
hukum Adat jauh tertinggal dan hanya bertahan untuk sebahagiannya dalam hukum
pertanahan.
Pada bidang ibadah pemberlakuan syariat Islam tidak mendapat halangan
sedikitpun. Hal ini disebabkan oleh faham sekularisme yang memandang bahwa hal-
hal yang terkait dengan ibadah adalah urusan prinadi setiap orang dan urusan internal
agama masing-masing yang tidak bisa dicampuri oleh negara. Pada sisi lain,
pemberlakuan hukum pidana atau hukum perdata Islam dalam negara mendapatkan
tantangan perdebatan yang luas dari masyarakat karena akibat pandangan sekularisme
juga, yang memandang bahwa hukum agama tidak bisa masuk dalam ranah negara
atau publik.

F. Faktor-Faktor Pendukung Usaha Penerapan Syariat Islam


Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi modal atau kekuatan dalam usaha
menuju penerapan syariat islam, yaitu:
1. Jumlah umat islam cukup signifikan
2. Maraknya gerakan-gerakan islam yang senantiasa menyuarakan
diterapkannya syariat islam
3. Gagalnya beberapa system hukum dan bernegara yang bukan islam telah
memunculkan rasa frustasi umat manusia, sehingga mereka membutuhkan
alternative-alternatif yang lain, diantara alternative tersebut adalah agama
islam
4. Keberhasilan usaha-usaha politik dari kalangan islam dan partai-partai politik
islam di beberapa negeri Muslim
5. Sejarah umat islam yang cemerlang di masa lampau ketika mereka
menerapkan syariat islam. sejarah cemerlang ini setidak-tidaknya bisa
16

memunculkan kerinduan-kerinduan pada benak umat islam atas kembalinya


masa kejayaan mereka.
Secara umum, hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ada dalam
penerapan syariat islam adalah sebagai berikut:
1. Hambatan eksternal berupa pihak-pihak yang memang sejak awal memiliki
antisipasi terhadap islam dan syariat islam. mereka adalah para pengusung
agama dawn ideology tertentu diluar islam, terutama yang memiliki
pengalaman pahit melawan Islam. mereka senantiasa menyebar luaskan imej
yang negative tentang Islam dan syariat islam, misalnya dengan menjelek-
jelekan islam dengan slogan “Harem dan Pedang” (sebagai symbol bagi
pengungkapan kaum wanita dan kekerasan”.
2. Hambatan dari pihak-pihak yang sebetulnya tidak terlalu ideologis kecuali
bahwa mereka menolak penerapan syariat islam karena akan mengekang
kesenangan mereka. Mereka itulah yang sering disebut sebagai para hedonis,
atau yang dalam bahasa islam disebut sebagai ahlul ma’ashiy.
3. Hambatan dari pihak-pihak yang menolak islam karena belum memahami
syariat islam, atau memahaminya dengan pemahaman yang salah. Mereka
inilah yang dalam bahasa islam disebut sebagai ahlul jahl. Disamping itu,
usaha-usaha untuk menuju penerapan syariat islam juga berkaitan dengan
masalah strategi. Hambatan-hambatan bisa pula muncul dari pihak-pihak yang
sudah sepakat dengan syariat islam dan penerapanya, akan tetapi memiliki
strategi yang berbeda-beda.
BAB III
KESIMPULAN

1. Sosiologi hukum Islam adalah ilmu social yang mempelajari fenomena hukum
yang bertujuan memberikan penjelasan atas praktik-praktik hukum ilmu yang
mengatur tentang hubungan timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social
di masyarakat muslim sebagai mahluk yang berpegang teguh pada syariat Islam.
2. Ruang lingkup sosiologi hukum meliputi : Pertama Pola-pola perilaku (hukum)
warga masyarakat. Kedua, Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan
wujud dari kelompok-kelompok social. Ketiga Hubungan timbal-balik antara
perubahan-perubahan dalam hukum dan perubahan-perubahan sosial dan budaya
atau ruang lingkup kajiannya adalah hukum-hukum kekinian yang berlaku
dimasyarakat.
3. Tujuan mempelajari sosiologi hukum Islam adalah bertujuan untuk mengetahui
gejala-gejala social masyarakat muslim sebagai subyek hukum yang
memposisikan hukum sebagai pedoman hidup. Mempelajari sosiologi hukum
Islam juga dapat mengetahui sejauh mana efektivitas hukum Islam dalam
mengatur masyakat muslim dan tentu juga dapat mengetahui perubahan-
perubahan hukum yang berkembang.
4. Sosiologi di Indonesia telah dimulai dalam waktu yang lama. Pada masa Sri
Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, terdapat ajaran Wulang Reh yang
mengajarkan tentang tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang
berasal dari golongan-golongan berbeda

17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani Abdullah, Peradilan Agama Dalam Pemerintahan Islam di Kesultanan
Bima (1947-1957), Yayasan Lengge, Mataram, 2004.
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan,
LP3ES, Jakarta, 1990.
Rifyal Ka’bah, Hukum Islam di Indonesia, Universitas Yarsi, Jakarta, 1999.
http://blog.unnes.ac.id/alifiamahfudhoh/2017/09/25/peran-fungsi-dan-penerapan-
pengetahuan-sosiologi/
https://agussalimrasman.blogspot.com/2017/03/sosiologi-hukum-islam.html

18

Anda mungkin juga menyukai