Anda di halaman 1dari 24

HASIL PERCOBAAN

PRAKTIKUM FISIKA UNTUK BIOLOGI


PERCOBAAN AMPERMETER DAN VOLTMETER DC

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahhPraktikum Fisikaauntuk Biologi


Yang dibimbing oleh Drs. Yoyok..AdisetiooL, M.Si

Disusun
Oleh :
Devi Meiliawati
NIM 190341621683

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2019
A. TUJUAN
Setelah praktikum ini dilaksanakan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menentukan besarnya hambat.dalam amperemeter.
2. Menentukan besarnya hambat.dalam voltmeter.
3. Mampu menggunakan alat ukur listrik dengan benar.
4. Mampu menerapkan teori grafik dengan benar.

B. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia dizaman modern ini tidak dapat dipisahkan dari
listrik. Karena listrik sudah menjadi kebutuhan vital bagi manusia. Didalam
kelistrikan terdapat istilah-istilah yang tidak asing yaitu kuat arus, teganga
listrik dan hambatan. Untuk mengukur kuat arus, tegangan dan hambatan
diperlukan alat-alat pengukur kelistrikan. Terdapat dua alat ukut kelistrikan
yang lazim digunakan yaitu adalah Ampermeter dan Voltmeter.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang yang mengalir
melalui suatu penampang atau penghantar listrik tiap satuan waktu .Beda
potensial adalah perbedaan jumlah electron yang berada dalam satu arus
listrik. Alat pengukur besarnya arus listrik disebut dengan amperemter dan
alat pengsukur beda potensial atau tegangan adalah voltmeter (Supramono,
2005). Kedua alat ini adalah alat kelistrikan yang umumnya lazim berada
didalam laboratorium fisika. Laporan praktikum ini fokus pembahasannya
adalah mengenai amperemeter dan voltmeter.
Pemahaman yang baik sangat diperlukan dalam praktikum ini dimana
praktikan harus memahami sistem kerja alat ukur, batas ukur, besaran serta
satuan alat ukur. Untuk melakukan pengukuran terhadap tegangan listrik (V),
dapat digunakan alat voltmeter, dengan satuan volt. Untuk melakukan
pengukuran terhadap besarnya kuat arus (I), maka dapat digunakan
amperemeter. Sedangkan untuk mengukur hambatan (R), digunakan ohm
meter. Pengetahuan dalam mengoperasikan alat ukur juga sangat penting
supaya mampu memahami bagaimana suatu alat dapat bekerja dan
mendapatkan data yang baik sehingga ketika nnatinya dilakukan analisis dapat
sesuai dengan teori-teori yang sudah ada.
Kecermatan dalam penyusunan komponen alat listrik sangat
diperlukan supaya dapat menghasilkan rangkaian alat listrik yang dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini sangat penting karena jika terdapat
kesalahan dalam penyusunan kmponen-komponen suatu alat kelistrikan maka
alat kelistrikan tersebut tidak dapat berfungsi.

Gambar (1a); (1b); (1c); (1d). Skema pengukuran tegangan dan kuat
arus listrik.

Gambar (1a) menunjukkan skema pengukuran kuat arus listrik pada


rangkaian seri, sedangkan gambar (1b) menunjukkan skema pengukuran kuat
arus pada rangkaian listrik paralel. Gambar (1c) dan (1d) menunjukkan
pengukuran kombinasi kuat arus dan tegangan listrik pada rangkaian listrik
paralel.
Pengukuran secara bersamaan sepertin terlihat pada gambar, memiliki
beberapa kekurangan misalnya pada gambar (1c) pengkuran tegangan pada
ujung-ujung R tetapi ampermeter bukan mengukur arus yang melalu R ,
demikian pula sebaliknya pada gambar (1d) ampermeter tidak mengukur
tegangan ujung-ujung R, namun hanya mengukur arus melalui R. Oleh karena
itu, dalam mengambil data sebaiknya dilakuakn pengukuran satu-persatu. Jika
ingin melakukan pengukuran secara langsung, maka perlu dilakukan koreksi
dengaan mengetahui nilai hambatan dari arus. Pengukuran langsung dan
pengukuran bertahap dapat dilihat pada gambar (2a) dan (2b) berikut ini.

Gambar 2a. Pengukuran langsung dengan voltmeter. 2b. Pengukuran bertahap


dengan hambatan R B.
Dalam melakuakan pengukuran menggunakan ampermeter maupun
voltmeter, praktikkan dapat melakukannya dua cara yaitu, pertama dengan
melakukan pengukuran langsung (gambar 2a.), dengan asumsi data hasil
pengukuran menggunakan voltmeter adalah V dan hasil pengukuran
ampermeter adalah I, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

V
RA =
I

Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan pengukuran


hambatan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran ketika belum dipasang R B,
dinyatakan dalam I 1, dan pengukuran setelah dipasang R B, dinyatakan dalam
I 2, dapat drumuskan sebagai berikut:

I 1− I
RA = 2
RB
I2

Dalam melakukan pengukuran hambatan dalam voltmeter, praktikan


juga dapat melakukan dua alternatif cara gambar (3a dan 3b). Cara pertama
yaitu dengan mengasumsikan hasil pengukuran ampermeter adalah I dan
tegangann yang diadpatkan dari pengukuran voltmeter adalah V, maka
besarnya nilai hambatan dalam volmeter dapat dihitung menggunakan rumus:

V
Rv =
I

Gambar 3a. Pengukuran langsung dengan ampermeter. 3b. Pengukuran


bertahap dengan hambatan R B .

Selain itu, pengukuran terhadap besarnya nilai hambatan dalam


rangkaian menggunakan voltmeter dapat dilakukan dengan memasukkan nilai
tegangan listrik pertama V 1, sebelum dipasang R B , dan nilai tegangan listrik
kedua V 2 yaitu setelah dipasang R B, maka besarnya nilai hambatan dapat
dihitung menggunakan rumus:
V1
Rv = RB
V 1−¿V ¿
2

C. ALAT DAN BAHAN


1. Voltmeter DC
2. Ampermeter DC
3. Bangku Hambat
4. Sumber Tegangan DC
5. Penutup Arus
6. Hambat Geser
7. Kabel-kabel

D. PROSEDUR KERJA
1. Mengikuti semua petunjuk praktikum atau arahan yang diberikan.
2. Menyusun rangkaian sebagai berikut, tanpa menghubungkan rangkaian
dengan Rb (dari bangku hambat), menutup switch S, atau hambatan geser.
Mencatat kedudukan amperemeter (I1), sesudah itu menghubungkan Rb
(tanpa mengubah yang lain), mencatat lagi kedudukan amperemeter (I2).
Mengukur dan mencatat harga hambatan bangku yang digunakan (Rb).
Mengulangi percobaan ini 10 kali dengan cara menggeser hambatan geser.

Gambar 4. Rancang 1 (2b) pengukuran bertahap dengan hambatan R B.


3. Menyusun alat seperti pada gambar dibawah ini, tanpa menghubungkan
rangkaian dengan Rb (dari bangku hambat), menutup switch S, atau
hambatan geser. Mencatat kedudukan amperemeter (V1), sesudah itu
menghubungkan Rb (tanpa mengubah yang lain), mencatat lagi
kedudukan amperemeter (V2). Mengukur dan mencatat harga hambatan
bangku yang digunakan (Rb). Mengulangi percobaan ini 10 kali dengan
cara menggeser hambatan geser.

Gambar 5. Rancang 2 (3b) pengukuran bertahap dengan hambatan R B.


E. DATA PENGAMATAN
Berdasarkan hasil praktikum data yang diperoleh pada laporan
sementara adalah dalam bentuk satuan mA kemudian data dibawah ini
merupakan data yang sudah dikonversikan dari satuan mA menjadi satuan A.

Tabel 1. Pengukuran Hambatan Dalam Ampermeter

RB = 0,82 Ω

No
I 1 (ampere) I 2 (ampere)
.
1 0,20 0,18
2 0,22 0,20
3 0,24 0,22
4 0,26 0,24
5 0,28 0,25
6 0,30 0,28
7 0,32 0,25
8 0,34 0,31
9 0,36 0,32
10 0,38 0,34
NST = 0,005 A

Tabel 2. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


RB = 27 Ω

No V 1 (volt) V 2 (volt)
.
1 0,6 0,5
2 0,8 0,6
3 1,0 0,8
4 1,2 0,9
5 1,4 1,0
6 1,6 1,1
7 1,8 1,2
8 2,0 1,3
9 2,4 1,4
s 2,5 1,5
Nilai Skala Terkecil (voltmeter) = 0,05V

E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


0.4

0.3

0.2
I2

0.1

0
0.2 I1 0.3

Gambar 6. Hubungan antara pertambahan I1 (tanpa Rb) dengan I2 (dengan Rb)

1.6
1.4
1.2
1
0.8
V2

0.6
0.4
0.2
0
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.4 2.5
V1
Gambar 7. Hubungan antara pertambahan V1 (tanpa Rb) dengan V2 (dengan Rb)

Tabel 3 hasil perhitungan pengukuran hambatan dalam voltmeter dan pengukuran


hambatan dalam amperemeter

N Pengukuran hambatan dalam amperemeter Pengukuran hambatan dalam voltmeter


o (ohm) (ohm)
Rb (-) Ralat Rb Ralat Rb (-) Ralat Rb Ralat
1 8,62±0,15 1,74% 0,08±0,016 20% 1±0,01 1,34% 13,30±5,4 40,6%

Percobaan ini dilakukan dengan dua jenis percobaan yang berbeda


yaitu pengukuran hambatan dalam amperemeter dan pengukuran rambat
dalam voltmeter. Dimana untuk setiap jenis percobaannya diperlakukan
dengan dihubungkan dengan bangku hambatan (Rb) dan tanpa dihubungkan
dengan bangku hambatan (Rb). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nilai hambatan yang dihasilkan.
Berdasarkan gambar 6 dan gambar 7 dapat dibandingkan dan
disimpulkan bahwa kenaikan nilai yang dihasilkan dari pertambahan kuat arus
maupun tegangannya dengan menggeser hambat geser kearah kanan
menyebababkan nilainya kuat arus maupun teganggannya menjadi semakin
naik hal ini dibuktikan dengan gambar grafik yang semakin naik secara linear,
namun sempat terjadi penyimpangan yaitu pada data ke 6 menuju data ke 7
pada pengukuran hambatan dalam voltmeter (gambar 6) .
Dari hasil pengukuran hambatan dalam amperemeter dan hambatan
dalam voltmeter sebelum dihubungkan dengan bangku hambatan (Rb) dapat
dibandingkan hasilnya satu sama lain. Perbandingan hasil pengukuran
hambatan dalam amperemeter sebelum dihubungkan dengan bangku
hambatan (Rb) menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
pengukuran menggunakan voltmeter hal ini dipengaruhi oleh rangkain dari
komponen penyusunnya, pada percobaan amperemeter digunakan atau
dirangkai secara paralel sedangkan pada percobaan voltmeter rangkaiannya
secara seri hal ini dapat yang mempengaruhi besar atau nilai dari hambatan
dalam alat tersebut dikarenakan pembagian arah sebar pada rangkaian paralel
lebih sedikit sehingga nilainya besar dan pada rangkaian seri lebih besar
sehingga menunjukkan nilai hambatan dalam yang kecil.
Kerancuan data juga ditemukan pada percobaan ini, dimana hambatan
yang diperoleh dalam pengukuran hambatan dalam amperemeter ketika
dihubungkan dengan bangku hambatan memiliki nilai hambatan yang lebih
kecil daripada nilai hambatan dalam voltmeter. Seharusnya nilai hambatan
yang diperoleh dalam amperemeter lebih besar karena susunanannya berupa
rangakain seri dan sudah ditambahkan dengan bangku hambatan.
Ketidaksesuain ini dapat diamati berdasarkan ralat relative yang diperoleh
yaitu 40 % untuk hambatan dalam voltmeter. 40 % sudah mengindikasikan
bahwa percobaan yang dilakukan merupakan percobaan yang mengalami
kesalahan sehingga diperoleh data yang tidak akurat.
Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
proses praktikum sehingga diperoleh data yang tidak akurat adalah karena
faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri praktikan adalah
sebagai berikut :
1. Tidak memahami konsep dari arus listik, tegangan dan hambatan
dengan utuh
2. Penyusunan rangkain yang keliru
3. Terlalu terburu-buru dan tidak teliti sehingga menyebakan salah
dalam pembacaan nilai yang terukur

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan ataupun


kesalahan yang ditimbulkan oleh alat praktikum adalah pengatur skala hambat
geser yang tidak tertempel kokoh dan cenderung sedikit longgar sehingga
tangan penjepitnya tidak mencengkram badan hambat geser seutuhnya.

a. Hambatan dalam ampermeter

Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap 10 data yang


diperoleh dari hasil praktikum dengan merata-ratakannya diperoleh hasil
analisis berupa nilai hasil ukur hambatan dalam ampermeter sebelum
dihubungkan dengan bangku hambatan (Rb) adalah 8,62 Ω dan ketidakpastian
sebesar Sra = 0,15 Ω dengan ralat relatif dari analisis data yang dilakukan
sebesar 1,74 %. Sehingga besar nilai hambatan dalam pada ampermeter dalam
pengukuran ini dapat dituliskan sebagai Ra = (8,62 ± 0,15) Ω dengan ralat
relative sebesar 1,74 %

Hasil analisis perhtiungan hambatan dalam amperemeter sesudah


dihubungkan dengan bangku hamabat (Rb) adalah 0,08 Ω dan ketidakpastian
sebesar Sra = 0,016 Ω dengan ralat relatif dari analisis data yang dilakukan
sebesar 20 %. Sehingga besar nilai hambatan dalam pada ampermeter dalam
pengukuran ini dapat dituliskan sebagai Ra = (0,08 ± 0,016) Ω dengan ralat
relative sebesar 20 % .

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hambatan yang dihasilkan


ketika tidak dihubungkan dengan bangku hambata (Rb) dan ketika
dihubungkan dengan bangku hambat.

Berdasarkan gambar grafik yang merujuk pada gambar 6


menghasilkan sebuah garis yang linear, dimana ketika hambat geser dieger
kekanan yang mana menyebabkan nilai I1 bertambah dari ulangan pertama
hingga ke 10. Dan ketika hambat digeser dengan jarak yang sama
mengakibatkan perubahan yang skalanya hampir konstan. Namun, ditemukan
bahwa terjadi ketidaksabilan pada data ke 6 menuju data ke 7. Pada data ke 7
terjadi penurunan I2 secara signifikan yang menyebabkan garis tida menjadi
linear sepenuhnya.

Kesalahan yang terjadi praktikum dapat menyebabkan kesalahan


dalam memperoleh data sehingga nantinya ketika dianalsisis akan
menghasilkan hasil analsis yang tidak sesuai. Hal ini dapat terjadi karena
faktor eksternal dan faktor internal. Praktikan perlu mengkondisikan supaya
perangkat praktikum memang dapat bekerja dengan baik sehingga tidak
menyebabkan kekeliruan. Kesalahan atau kekeliruan tercermin pada
percobaan ketika dihubungkan dengan bangku hambat (Rb) yang
menghasilkan nilai hambatan yang sangat kecil yaitu 0,08 dengan persentase
ralat relative sebesar 20 %.

b. Hambatan dalam voltmeter


Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap 10 data yang
diperoleh dari hasil praktikum dengan merata-ratakannya diperoleh hasil
analisis berupa nilai hasil ukur hambatan dalam ampermeter sebelum
dihubungkan dengan bangku hambatan (Rb) adalah 1 Ω dan ketidakpastian
sebesar Srv = 0,01 Ω dengan ralat relatif dari analisis data yang dilakukan
sebesar 1,34 %. Sehingga besar nilai hambatan dalam pada ampermeter dalam
pengukuran ini dapat dituliskan sebagai Rv = (1±0,01) Ω dengan ralat relative
sebesar 1,34 %
Hasil analisis perhitungan hambatan dalam amperemeter sesudah
dihubungkan dengan bangku hamabat (Rb) adalah 13,30 Ω dan ketidakpastian
sebesar Srv = 5,4 Ω dengan ralat relatif dari analisis data yang dilakukan
sebesar 40,6 %. Sehingga besar nilai hambatan dalam pada ampermeter dalam
pengukuran ini dapat dituliskan sebagai Ra = (13,30±5,4) Ω dengan ralat
relative sebesar 40,6 % . Angka ralat relative yang menujukkan nilai 40,6 %
mengindikasikan bahwa data yang diperoleh tidak akurat. Karena ketika
melebihi dari 20 % dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh tidak akurat
dan keliru.

Berdasarkan grafik hambatan dalam apermeter yang ditunjukkan oleh


gambar 7, dapat dapat diketahui bahwa nilai hambatan yang ditemukan
setelah melakukan analisisi data menunjukkan kurva yang linear. Terjadi
peningkatan secara konstan. Pada Titik ke 5 hingga 10 menunjukkan
peningkatan dengan skala yang sama.

Berdasarkan 10 kali pengulangan data yang diperoleh dari


pengukuran hambatan dalam voltmeter juga menunjukkan nilai yang tidak
konstan dalam penurunan volt ketika dihubungkan dengan bangku hambatan.
Dimana pada data ke 4 hingga data ke 10 terjadi penurunan tegangan yang
sanagt signifikan ketika dihubungkan dengan bangku hambat. Hal ini tidak
terjadi pada percobaan ke 1, 2 dan 3. Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh
adanya listrik statis pada rangkaian sehingga menggangu pembacaan nilai
tegangan listrik. Kekeliruan yang terjadi tersebut tergambarkan oleh ralat
relative yang dihasilkan yaitu 40,6 %, angka tersebut menunjukkan bahwa
memang betul terjadi kekeliruan maupun penyimpangan ketika proses
praktikum.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan mengenai penggunaan Amperemeter dan
Voltmeter DC tersebut didapati pengetahuan mengenai cara penggunaan
pengukuran hambatan dalam amperemeter dan hambatan dalam voltmeter.
Dimana terdapat komponen-komponen yang menyusun sebuah rangkaiain
sehingga dapat berfungsi untuk menentukan kuat arus maupun voltmeter yang
selanjutnya dapat diperoleh nilai hambatan yang bekerja pada sebuah
rangkaian.
Untuk menentukan hambatan dalam dapat dilakukan menggunakan dua
cara yakni melalui pengukuran secara langsung dan pengukuran secara
bertahap dengan bangku hambatan (Rb). Untuk dapat menentukan besarnya
nilai dari hambatan dalam Amperemeter, maka Amperemeter disusun secara
paralel sedangkan untuk dapat menentukan nilai hambatan dalam dari
Volmeter maka voltmeter tersebut dirangkai secara seri.

Menentukan hambat dalam ampermeter dilakukan dengan mengambil


data terhadap rangkaian, yang dimana akan diperoleh nilai I sebelum
dihubungkan dengan bangku hambat (Rb) dan nilai I sesudah dihubungkan
dengan bangku hambat (Rb) kemudian melakukan analisis berdasarkan data
yang telah dikumpulkan dengan menggunakan persamaan-persamaan yang
sudah ada. Demikian pula dengan penentuan hambat dalam voltmeter, data
hasil pengukuran pada rangaian dianalisis, untuk mencari nilai akhirnya.

Grafik berdasarkan hasil percobaan dapat digambarkan berdasarkan


data pengukuran yang telah didapatkan, dengan memperhatikan titik temu
nilai kuat arus I1 dan I2, maupun tegangan listrik V1 dan V2 yang telah
didapatkan dalam praktikum.

G. SARAN
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam praktikum yang akan
berdampak pada data yang diperoleh maka sebelum melakukan praktikum
sebaiknya mahasiswa harus mengenal alat-alat yang akan digunakan dalam
praktikum, memahami dengan baik prinsip kerja dari alat tersebut dan cara
merangkai alat percobaan.
Dalam proses kegiatan praktikum praktikan harus selalu berhati-hati
dan bekerja dengan loyalitas yang tinggi agar kegiatan praktikum dapat
berhasil. Jangan bermain-bermain sembarangan dengan alat yang digunakan
karena berhubungan dengan arus listrik.

H. DAFTAR RUJUKAN

Supramono,dkk.2005. Fisika Dasar II. Malang : Universitas Negeri

Malang.

Sutrisno, Tjahjono, 2009. Fisika Dasar II. Lembaga peneitian UIN Jakarta.

Tim Praktikum Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika untuk Biologi.
Malang: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Tim Fisika dasar, 2019. Modul Teori Ralat dan Keselamatan Kerja. Malang:

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

I. LAMPIRAN

1. Penghitungan Hambatan dalam Amperemeter


No. I 1 (ampere) I 2 (ampere)
1 0,20 0,18
2 0,22 0,20
3 0,24 0,22
4 0,26 0,24
5 0,28 0,26
6 0,30 0,28
7 0,32 0,25
8 0,34 0,31
9 0,36 0,32
10 0,38 0,34
∑ 2,90 2,60
Rata
-rata 0,29 0,26

a. Perhitungan Hambatan dalam Amperemeter 2a (dalam rata-rata)

Rentang Vmaks adalah 2,5 Ω

V
Ra =
I
2,5
Ra =
0,29
Ra = 8,6206897 = 8,62 Ω

Perhitungan ralat
2 2
SRa =
√| ∂ Ra 2
∆V 3 ||
. .∆V +

2
∂ Ra 2
| . .∆ I
∂I 3
2
SRa =
√| 1 2 V 2
|| |
. . ∆V + 2 . . ∆ I
I 3 I 3

2 2
SRa =
√| 1 2
. .0,05 +
0,29 3 || 2,5 2
. . 0,005
0,0841000 3 |
SRa = √ 0,0132118+ 0,0098185
SRa = 0,1517574 = 0,15

SRa
Ralat relatif = x 100 %
Ra
0.15
Ralat relatif = x 100 %
8,62
Ralat relatif = 1,7401392 % = 1,74 %
Jadi nilai Ra adalah 8,62 ± 0,15 Ω dengan ralat relatif sebesar 1,74 %

b. Perhitungan Hambatan dalam Amperemeter 2b (dalam rata-rata)

Rb = 0,82 Ω

´ 2
I 1−I
Ra = x Rb
I´2
0,29−0,26
Ra = x 0,82
0,29
Ra = 0,0848276 = 0,08 Ω

Perhitungan ralat
2 2
SRa =
√| ∂ Ra 2
. .∆ I1 +
∂ I1 3

2
∂ Ra 2
|| . .∆ I2
∂ I1 3 |
2

SRa =
√| Rb 2
||
−I 1 2
. . ∆ I 1 + 2 . Rb . . ∆ I 2
I2 3 I2 3 |
2 2
SRa =
√| 0,82 2
. .0,005 +
0,26 3 ||
−0,29
0,0676000
2
.0,82 . .0,005
3 |
SRa = √ 0,0001105+ 0,0001375
SRa = 0,0157480 = 0,016 Ω

SRa
Ralat relatif = x 100 %
Ra
0,016
Ralat relatif = x 100 %
0,08
Ralat relatif = 20 %
Jadi nilai Ra adalah 0,08 ± 0,016 Ω dengan ralat relatif sebesar 20 %

2. Penghitungan Hambatan dalam Voltmeter

No. V 1 (Volt) V 2 (Volt)


1 0,6 0,5
2 0,8 0,6
3 1,0 0,8
4 1,2 0,9
5 1,4 1,0
6 1,6 1,1
7 1,8 1,2
8 2,0 1,3
9 2,4 1,4
10 2,5 1,45
∑ 15,30 10,25
Rata
-rata 1,530 1,025
a) Perhitungan Hambatan dalam voltmeter 3a (dalam rata-rata)
V
Rv =
I
2,5
Rv =
2,5
Rv = 1Ω

Perhitungan ralat
2 2
SRv =
√| ∂ Rv 2
∆V 3 ||
. .∆V +

2
∂ Rv 2
∂V 3
. .∆ I

2
|
SRv =
√| 1 2 −V 2
||
. .∆V + 2 . .∆I
V 3 I 3 |
2 2
SRv =
√| 1 2
. .0,05 +
2,5 3
−2,5 2
|| . . 0,005
6,25 3 |
SRv = √ 0,0001778+0 ,0000018
SRv = 0,0134007 = 0,01 Ω
SRv
Ralat relatif = x 100 %
Rv
0,0134007
Ralat relatif = x 100 %
1
Ralat relatif = 1,34 % %
Jadi nilai Rv adalah 1 ± 0,01 Ω dengan ralat relatif sebesar 1,34 %

b) Perhitungan Hambatan dalam Voltmeter 3b (dalam rata-rata)

Rb = 47 Ω

´ 2
V 1−V
Rv = x Rb
V´ 2

1,530−1,025
Rv = x 27 Ω
1,025

Rv = 13,3024390 = 13,30 Ω

Perhitungan ralat
2 2
SRv =
√| ∂ Rv 2
. .∆V1 +
∂V 1 3
∂ Rv 2
|| . .∆V2
∂V2 3
2
|
SRv =
√| −V 2 2
|
. . ∆ V 1 +¿ ¿ ¿
(V 1−V 2 ¿ ) 3
2

2 2
SRv =
√| −1,025 2
0,505 2
. .0,05 +
3
1,530 2
||
2
. .27 .0,05
0,5052 3 |
2
SRv =
√| −1,025 2
. .0,05 +
0,2550250 3
1,530
||
0,2550250
2
.27 . . 0,05
3 |
SRv = √ 0,0179490+29,1542832
SRv = 5,4011325 = 5,40 Ω
SRv
Ralat relatif = x 100 %
Rv
5,40
Ralat relatif = x 100 %
13,30
Ralat relatif = 40,6015038 % = 40,60 %
Jadi nilai Rv adalah 13,30 ± 5,40 Ω dengan ralat relative
sebesar 40,60 %

Tugas

a. Dengan melihat letak dari amperemeter pada Gambar 1a dan voltmeter pada
Gambar 1b masing-masing sebagai alar ukur arus melalui R dan tegangan
ujung-ujung R, maka bagaimana sebaiknya hambatan masing-masing pada
kedua alat tersebut.

b. Dapatkah amperemeter berfungsi sebagai voltmeter. Jika dapat, bagaimana


rangkaiannya dan apakah syarat-syaratnya.?

c. Turunkan persamaan (2) dan (4), sertakan juga syarat-syarat yang diperlukan
serta koreksi yang mungkin diperlukan ! Turunkan persamaan (2) dan (4),
sertakan juga syarat- syarat yang diperlukan serta koreksi yang mungkin
diperlukan.

Jawab:

a. Pada gambar 1a seharusnya hambatan dipasang secara seri terhadap


amperemeter, hal tersebut akan mengakibatkan adanya aliran energi yang
berasal dari baterai akan diteruskan ke amperemeter yang memiliki kutub
positif dan juga ujung R yang memiliki kutub positif, dimanan nantinya
sama-sama akan keluar menuju hambatan geser dan akan kembali ke baterai
lagi. Pada amperemeter yang memiliki hambatan maka hambatan total akan
bertambah sesuai dengan rumus Rtotal = R1 + R2 .Jika hambatannya bertambah
maka arus akan semakin bertambah kecil sehingga arus yang terukur
menjadi keliru. Hal tersebut berkebalikan dengan hambatan amperemeter
yang sangat kecil.

b. Amperemeter dapat difungsikan juga sebagai voltmeter. Dengan cara


melakukan pengukuran secara bersamaan kuat arus dan tegangan dengan
amperemeter berada terletak diluar. Rangkain dari amperemeter dibuat
secara seri dan voltmeter harus dibuat secara paralel . Dengan susunan
rangkaian sebagai berikut: voltmeter mengukur tegangan ujung-ujung R,
tetapi amperemeter bukan mengukur arus melalaui R. Dengan syarat arus
yang dimaksud adalah melalui R, dan amperemeter berada didalam yang
berhubungan langsung dengan ujung-ujung R
I 1−I 2
c. Ra = x Rb
I2
V V

R1 R2
= x Rb
V
R2

R 1 V −R 2 V R 2
= x Rb
R 1 xR 2 V
R 1−R 2
= x Rb
R1

V 2−V 1
Rv = X Rb
V1
R 1 xI −R 2 xI
= x Rb
IxR 2
R 1−R 2
= x Rb
R1

Anda mungkin juga menyukai