Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan
sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan
yangkhusus.
ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada orang
dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah
dideteksi dan diagnosis.Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka,
tulang2 tengkorak.
1
B. Tujuan
a. tujuan umum :
untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat
merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan
b. tujuan khusus :
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI HIDROSEFALUS
keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau
pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
1. Waktu Pembentukan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan atau terjadi
3
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih bias keluar dari ventrikel
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatan aliran CSS yang terjadi
disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim,
2003).
C. PROSES PENYAKIT
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai otak dan jaringan
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera traumatis yang
D. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang sub arackhnoid.
4
akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim, atau infeksi intra
uterine :
Syndrom Dandy-Walker
Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Neoplasma Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum,
Perdarahan Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
5
E. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS
a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0,
2. Parenchym otak
3. Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat
ke tempat absorpsi nya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen
Mondro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV.
Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis.
Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir
kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial
Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di
6
F. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak
kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
7
perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa
otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah
8
Pathway HIDROSEFALUS
G. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-
9
Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
o bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita.
Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam
o strabismus divergens
o nystagmus
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
H. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Kerusakan otak
Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
10
Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
Kematian
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS
Pemeriksaan fisik:
o Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
o Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
o Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk
Pemeriksaan radiologi:
o X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN PRE OP
1.Identitas pasien
Nama : By. A
Umur : 8 Bulan
Pendidikan :-
Agama : Islam
Alamat : Padang
No mr : 986754
Gol darah :O
12
2. persiapan pasien operasi
Suhu : 36,7 nadi 88 kali/ menit, pernafasan : 28kali/ menit, berat badan 6,2 kg
b. Inform consent
Diberikan oleh Dr penanggung jawab pasien dan perawat ruangan sebagai saksi tindakan oleh
keluarga penanggung jawab.
c. Puasa : pasien dipuasakan 4 jam sebelum operasi.
d. Alergi : pasien tidak ada alergi obat
e. Melepaskan pakaian dan acecoris tubuh
f. Psikologi : pasien tampak diam, gelisah, sesekali meringis
g. Cukur : rambut bagian kepala di cukur
h. Site marking : ada
3. Riwayat kesehatan
Dilaksanakan observasi pada tanggal 10 oktober jam 08.00 di ruang pre op RSUP Dr m djamil
padang di dapatkan ukuran kepala lebih besar dari normal, klien tampak meringis dan gelisah,
mata terlihat kebawah ( tanda setting sun).
Keluarga menyatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama
sudah 2 bulan yang lalu kepala tampak membesar, mata tampak menonjol, anak banyak tidur dan
malas menyusu, dibawa ke puskesmas dirujuk ke rs
4. Pemeriksaan fisik
a) Vital sign :
S : 36,5 0 C
13
N : 98X/ i
P: 24X/ i
b) Rambut dan kepala
Inspeksi :
Kepala membesar melebihi dari normal, adanya krepitasi tulang tengkorak, fontanel anterior
menonjol, vena pada kulit kepala tampak melebar kepala tidak simetris, keadaan rambut
halus, tektur halus.
Palpasi :
Kepala teraba lunak
c) Wajah/ muka
I : Bibir dan mukosa mulut kering, bentuk wajah tidak Simetris, ekspresi wajah tampak
meringis
d) Mata
Inspeksi tampak pupil mengecil karena tekanan cairan intra cranial, palpebrae normal, mata
terlihat kebawah, reaksi pupil thd cahaya mengecil strabismus keadaan mata bersih
e) Telinga
Inspeksi normal, keadaan telinga kurang bersih
f) Hidung dan sinus
Inspeksi, simetris, kesulitan bernafas, warna kulit hidung normal, tidak ada peradangan
g) Mulut
Inspeksi, bibir normal, gusi normal, mukosa mulut kering
h) Muskuloskeletal
Inspeksi otot tangan tampak kaku, ukuran normal, tidak kontraktur
i) Persyarafan/ neurologi GCS
Penilaian GCS 13
j) Pola tidur dan istirahat pasien tidur tidak nyenyak sering bangun dan menangis
k) Pola aktivitas gerakan tubuh tidak sesuai dengan perkembangan karena hanya bisa
terlentang
l) Thorax
a) Inspeksi : nampak garis thorak
b) Palpasi : stridor
14
c) Perkusi : sonor ( normal)
d) Auskultasi : frekwensi nafas 22x/i, kusmaul ( nafas cepat dan dalam)
M) Payudara :
n. Abdomen :
5. Pola nutrisi
6. Pola eliminasi
15
B. PENGKAJIAN INTRA OPERATIF
1. sign in :
Pasien di kamar premedikasi perawat anastesi jam 08.10 wib dengan cara :
Identifikasi pasien
Mencek mesin anastesi
Oxymetri
Menyiapkan obat anastesi
2. Pasien masuk kamar operasi III dengan menggunakan brankar :
Infus di pasang, pasien diintubasi
3. Sirculating nurse :
Mengatur posisi pasien dengan kepala diberi ganjal bulat, dengan badan sedikit miring.
4. Persiapan SDM :
a) DPJP bedah : 1 orang, 2 orang asisten
b) Perawat scrub : 1 orang
c) Perawat runer : 1 org
d) Perawat anastesi : 1 orang
e) DPJP anastesi : 1 orang
5. Persiapan alat
a) Isi bowel : Doek kecil 2 buah, Peack 2 buah, kantong 1 buah untuk tempat suction, cauter, bipolar,
doek besar 4 buah, baju 5 lembar, lap tangan 5 buah, 2 buah baskom, 1 helai pembungkus bawl
b) Set dasar bedah syaraf yang diperlukan: Pinset 1 pasang (anatomi cerugie) 2 buah nodle halder, 2
buah tangkai pisau, gunting jaringan dan benang, 6 buah klem bengkok, langen back, rojokan,
desinfektan forcep, mangkok dan nierbeken
c) Set kepala diperlukan: bayonet, Respatorium, Bor tangan, rounger
6. circulating nurse
Runer membuka bowel secara steril dengan membuka material steril :
Hanscund 4 pasang, suction, benang ( silk 0, silk 3/0, prolen 3/0), slang shunting, nacl dicampur
gentamycin, mata pisau 15 dan 11, betadin, alkohol, gause 3 bungkus, bone wax
7. Scrub nurse
16
cuci tangan bedah, memasang gaun steril, memasangkan hand scun steril asisten, operator dengan
cara tertutup, menyusun instrumen sesuai dengan kebutuhan.
8. Operator desinfektan daerah operasi, alkohol, povidon Iodine, kassa, desinfektan forcep
9. Drapping
10. Sirculasi nurse memasangkan bifolar, slang suction k/p
11. Circulating nurse Lakukan time out konfirmasi seluruh anggota tim konfirmasi pasien
review ahli bedah jika terjadi kondisi kritis review tim anastesi
12. Operator mulai menyayat kulit diarah penandaan operasi di bagian temporal
Sedangkan asiten membuka peritonium sebagai saluran cairan lcs
Lakukan sign out cek instrument dan gause.
C. ANALISA DATA
Ds : -
Kesadaran
samnolen
Adanya tekanan
menyipit,
strabismus
Intra operasi
Ds : -
17
Vital sign S : 36 derajat invasif pembedahan
celcius N : 88x/i R :
dengan menghitung
Post operatif
Ds : -
temporal ke peritonium
18
D. INTERVENSI
INTRA OPERASI :
POST OPERASI :
19
yang akan dilakukan
operasi
- Cek dan periksa kembali
antibiotic profilaksis yang
sudah diberikan
diruangan
- Pastikan alat yang
dipakai dalam kemasan
steril
20
E. IMPLEMENTASI
INTRA OPERASI :
A : sebagian
teratasi
P:-
POST OPERASI :
21
Resiko infeksi
- Batasi jumlah personil S:-
berhubungan dengan dan control lalu lintas
- Gunakan teknik
adanya post luka kewaspadaan univerasal O:
(pastikan petugas kamar - TD : 107/61
pembedahan/prosedu operasi memakai mmHg
seragam sesuai standar) - N : 87 X/ menit
r invasif - Inspeksi kulit dan - SpO2 : 98%
jaringan disekitar daerah - Anastesi umum
yang akan dilakukan - Terpasang
operasi infuse di tangan
- Cek dan periksa kembali kir
antibiotic profilaksis - Operasi
yang sudah diberikan berjalan lancer
diruangan
- Pastikan alat yang A : Masalah
dipakai dalam kemasan teratasi sebagian
steril
P : intervensi
dilanjutkan
diruangan
22
23