Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

ALIRAN LINGUISTIK STRUKTURAL

Tugas Mata Kuliah Linguistik Pendidikan

yang Dibina oleh  


Dr. Siti Ainim Liusti, M.Hum.

Larasati

NIM 20174043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
Aliran Struktural

Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, ilmu pengetahuan turut serta


mengalami kemajuan. Kemajuan dalam hal ini diartikan sebagai kondisi dimana terdapat
inovasi untuk memahami objek ilmu pengetahuan secara lebih baik. Faktanya terlihat ketika
epistemologi yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan telah berkembang dan semakin
beraneka ragam jenisnya, terutama di dalam ilmu pengetahuan sosial. Bertambahnya ragam
epistemologi tersebut sulit dipisahkan dari keberadaan epistemologi sebelumnya. Maka dari
itu, epistemologi baru acapkali merupakan wujud kritik ataupun pengembangan dari
epistemologi pendahulunya.

Berkembangnya salah satu aliran struktural yang dipelopori oleh Levi-Strauss mulai
nampak sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an. Strukturalisme yang dibawakan oleh Levi-
Strauss erat kaitannya dengan struktural-fungsionalisme yang dipopulerkan oleh Radcliffe-
Brown. Adanya kaitan diantara keduanya dikarenakan terdapat pengaruh dari teori-teorinya
Durkheim. Meskipun demikian, aliran struktural yang dipahami keduanya tidaklah sama.
Radcliffe-Brown mempelajari keteraturan dalam tindakan sosial yang ia lihat sebagai
ekspresi struktur sosial yang dibentuk oleh jaringan-jaringan dan kelompok-kelompok.
Sementara LeviStraus berpendapat bahwa struktur itu berada dalam alam pikir manusia dan
memandang interaksi sosial sebagai manifestasi keluar dari struktur kognitif tersebut
Saifuddin (2005: 192) dalam Prabowo (2017).

Kajian tentang strukturalisme meliputi lapangan yang cukup luas dan melibatkan
banyak ahli sastra dan linguistik. Dari sisi subtansi dan pandangan para ahli, strukturalisme
juga mempunyai aspek yang luas, antara lain ia dapat dipahami sebagai: (i) movement of
mind (gerakan pemikiran), (ii) sebagai metode, (iii) sebagai evolusi kajian linguistik dari
Saussure sampai Jacobson, dan (iv) sebagai kajian polemik tentang teori puisi antara
Jacobson dan Levi-Strauss versus Riffaterre dengan konsep superreadernya. Jadi, diskusi
tentang strukturalisme memerlukan waktu yang panjang karena berkaitan dengan banyak
aspek dalam kehidupan bersastra. Strukturalisme adalah sebuah metodologi dengan implikasi
ideologis yang menyatukan semua ilmu ke dalam sistem keyakinan baru. Strukturalisme
memuat nilai-nilai tertentu yang dapat dilihat, dengan jelas, dalam respon para strukturalis
terhadap masalah epistemologi - khususnya dalam hubungan subjek manusia dengan sistem
persepsi dan bahasa sendiri, dan dengan dunia objektif Scholes (1977: 2).

Dalam perspektif epistemologis, pengertian struktur pada pokoknya berarti, bahwa


sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi
timbal balik antara bagian-bagaiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan itu tidak
hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif, seperti
misalnya pertentangan dan konflik. Pengertian tentang struktur ini menyebabkan kaum
strukturalis mementingkan relasirelasi antara berbagai lapisan yang terdapat dalam sebuah
karya sastra (Luxemburg, 1986:38) dalam Mansur (2019). Jadi, sebuah struktur dapat dilihat
dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila ia
terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain. Bagian-bagian
itu tergantung dari cara melihat barang itu. Dengan kata lain, struktur adalah bagaimana cara
sebuah bangunan atau organisme atau seluruhnya secara lengkap dibangun (Ehrmann,
1970:1) dalam Mansur (2019).

Strukturalisme adalah cara mencari realitas tidak dalam hal-hal individu, tetapi dalam
hubungan di antara mereka. Dalam hal ini, Wittgenstein mengatakan bahwa dunia adalah
totalitas fakta, bukan totalitas dari berpikir, dan faktalah yang menyatakan atau menciptakan
masalah. Dalam hal ini, strukturalisme seperti objek yang masuk ke dalam objek lain yang
antara satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan. Keadaan objek itu selalu terhubung
dengan strukturnya. Dalam strukturalisme, form (bentuk) adalah bagian dari struktur, dan
struktur fakta (dalam teks sastra) memuat struktur masalah sebagai bagian dari totalitas
masalah yang ada dalam fakta sastra. Dalam konteks ini, strukturalisme berusaha untuk
mengeksplorasi hubungan antara sistem sastra dan budaya yang merupakan bagian darinya.
Strukturalisme juga mendekati dunia teks yang senantiasa mempertimbangkan aspek
semantik dari setiap fitur tekstualnya (Scholes, 1977:4, 11-12).

Selain itu, strukturalisme dapat mengklaim tempat istimewa dalam penelitian sastra,
karena ia berusaha untuk membangun sebuah model dari sistem sastra itu sendiri sebagai
referensi eksternal bagi penelitian individu. Ide strukturalisme adalah ide sistem, yang
lengkap, yang mengatur diri sendiri, ia adalah entitas yang menyesuaikan dengan kondisi
baru dengan mengubah fitur-fiturnya dan tetap mempertahankan struktur sistematis. Setiap
unit sastra dari kalimat individu - untuk urutan seluruh kata - dapat dilihat dalam kaitannya
dengan konsep sistem. Secara khusus, kita dapat melihat karya-karya individu, genre sastra,
dan seluruh sastra sebagai sistem yang terkait, dan sastra sebagai sebuah sistem berada dalam
sistem yang lebih besar dari kebudayaan manusia (Scholes, 1977:10).

Teori strukturalisme ini paling erat terkait dengan linguistik, sebagai ilmu yang
dipahami dalam Prague Linguistic Circle. Perkembangan fonologi dalam linguistik telah
membuka teori sastra dalam metode analisis tingkat suara dalam karya sastra lisan. Analisis
fungsi linguistik telah memberikan studi baru tentang gaya bahasa dari bahasa puisi, yang
pada akhirnya mengarah pada studi pemahaman karakter semiotik bahasa yang memandang
karya sastra sebagai tanda (Steiner, 1978:3) dalam Mansur (2019).

Dari berbagai pandangan para strukturalis yang telah diuraikan tersebut, maka pada
akhirnya strukturalisme, sebagai sebuah aliran dalam sastra, adalah sebuah instrumen teoretik
dan metodologis yang berfungsi memahami dan mengungkapkan isi dan pesan yang ada
dalam karya sastra secara utuh dan komprehensif. Isi dan pesan dalam karya sastra itu bisa
berupa ajaran-ajaran kebaikan dan kebajikan; bisa juga ideologi-ideologi yang berkembang
dalam pikiran manusia dan masyarakat.

Ciri-ciri Aliran Struktural

1. Berlandaskan pada Faham


2. Bahasa berupa ujaran.
3. Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan
konvensional.
4. Bahasa merupakan kebiasaan (habit).
5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman.
6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
7. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik.
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.

Keunggulan Aliran Struktural ialah (1) Aliran ini sukses membedakan konsep grafem
dan fonem, (2) Metode drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan
kebiasaan, (3) Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima
masyarakat awam, (4) Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase,
klausa, dan kalimat, (5) Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.

Kelemahan Aliran Struktural ialah (1) Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan
secara tegas, (2) Metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dan
sangat menjemukan, (3) Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung
secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin, (4) Kegramatikalan berdasarkan
kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum, (5) Faktor
historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa dan (6) Objek kajian terbatas
sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Fadil. M. 2019/ Kajian Teori Formalisme dan Strukturalisme. Gadjah Mada Journal
Of Humanities. Vol. 3, No. 1

Scholes, Robert. 1977. Structuralisme in Literature, An Introduction. New Haven and


London: Yale University Press

Prabowo, Galeh. 2017. Positivisme dan Strukturalisme: Sebuah Perbandingan Epistemologi


dalam Ilmu Sosial. Jurnal Sosiologi Walisongo. Vo. 1, No. 2
Nama : Larasati

Nim : 20174043

Mata Kuliah : Linguistik Mutakhir

REVIEW JURNAL

Jurnal 1

Judul Jurnal Analisis Penerapan Linguistik Struktural dalam Buku Teks


Bahasa Indonesia Tingkat SMP/MTs Kelas VI
Nama Jurnal Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume dan Halaman Vol. 15, No. 1, hal 125-134
Tahun 2019
Tanggal Review 26 September 2020
Latar Belakang Ada upaya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kemendikbud dalam menyukseskan program konservasi bahasa.
Melalui buku teks pelajaran Bahasa Indonesia, upaya tersebut
dilakukan dengan cara memberikan materi mengenai kaidah-
kaidah berbahasa. Untuk mewujudkan komunikasi yang efektif
perlu adanya pengetahuan mengenai struktur kaidah berbahasa
secara benar. Oleh sebab itu, siswa perlu mempelajari struktur
kaidah berbahasa yang dapat diperoleh dari buku teks pelajaran
Bahasa Indonesia. Tanpa adanya pengetahuan mengenai struktur
kaidah berbahasa, siswa akan sulit memahami maksud suatu
kalimat atau ujaran. Sebab suatu pesan akan mudah ditangkap
dari suatu kalimat yang strukturnya sistematis.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan
linguistik struktural dalam materi ajar dan cakupan materi tata
bahasa dalam buku teks Bahasa Indonesia Tingkat SMP/MTs
Kelas
Permasalahan Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini
meliputi: (1) bagaimana penerapan linguistik struktural dalam
materi ajar buku teks Bahasa Indonesia Tingkat SMP/ MTs Kelas
VII, (2) apa saja cakupan materi tata bahasanya
Subjek Penelitian -
Objek Penelitian Data didapatkan dari menganalisis secara mendalam buku teks
Bahasa Indonesia Tingkat SMP/MTs Kelas VII Kurikulum 2013
Edisi Revisi yang disusun dan diterbitkan oleh Kemendikbud.
Secara spesifik, objek penelitian ini meliputi dua hal yaitu
penerapan linguistik struktural dalam materi ajar dan cakupan
materi tata bahasa buku teks Bahasa Indonesia Kelas VII.
Metode Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode simak. Metode simak dalam penelitian ini
menggunakan teknik dasar yaitu teknik sadap dan teknik lanjutan
yaitu teknik catat.
Hasil dan Pembahasan A. Penerapan Linguistik Struktural dalam Buku Teks
Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis penerapan linguistik
struktural dalam buku teks Bahasa Indonesia Kelas VII Edisi
Revisi, tingkat penerapan linguistik struktural dalam buku
teks ini sebesar 65%. Submateri ajar yang paling banyak
menerapkan aspek linguistik struktural yaitu Bab Puisi Rakyat
yang mempunyai persentase paling banyak sebesar 70%.
Sementara yang paling sedikit menerapkan aspek-aspek
linguistik struktural yaitu Bab Buku Fiksi dan Nonfiksi yang
memperoleh presentase 45%, paling sedikit dibandingkan
tujuh bab materi lainnya dalam buku teks.
B. Cakupan Materi Tata Bahasa
Berdasarkan keadaan materi tata bahasa yang terdapat dalam
masingmasing bab materi ajar buku teks Bahasa Indonesia
Tingkat SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi, dapat diketahui
tidak terdapat materi fonologi dalam buku teks Bahasa
Indonesia Kelas VII. Tata bahasa morfologi ada empat materi
masing-masing terdapat pada Bab Teks Deskripsi, Bab Teks
Prosedur, Bab Teks Laporan Hasil Observasi, dan Bab Teks
Fabel.
Tata bahasa sintaksis ada delapan materi yang terdapat pada
Bab Teks Deskripsi sebanyak satu submater, Bab Cerita
Fantasi sebanyak satu submateri, Bab Teks Prosedur sebanyak
tiga submateri, Bab Teks Laporan Hasil Observasi sebanyak
satu submateri, Bab Puisi Rakyat sebanyak satu submateri,
dan Bab Fabel sebanyak satu submateri.
Tata bahasa semantik ada lima materi yang terdapat pada Bab
Teks Deskripsi sebanyak dua materi, Bab Teks Laporan Hasil
Observasi sebanyak dua submateri, dan Bab Fabel sebanyak
satu submateri.
Tata bahasa pragmatik ada dua materi yang masing-masing
terdapat pada Bab Teks Prosedur dan Bab Surat.
Cakupan materi tata bahasa morfologi dalam buku teks
Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum 2013 Edisi Revisi
meliputi submateri klasifikasi morfem, afiksasi, serta kata dan
penggunaannya. Sintaksis meliputi submateri klasifikasi
kalimat, konjungsi, modus, dan modalitas.
Kesimpulan Tingkat penerapan linguistik struktural dalam buku teks Bahasa
Indonesia Tingkat SMP/MTs Kelas VII mencapai 65% yang
tergolong dalam kategori baik. Beberapa penyajian materi dalam
buku teks tersebut sudah menerapkan aspek-aspek pengajaran
bahasa yang disarankan menurut aliran linguistik struktural.
Namun, buku teks ini masih menitikberatkan pada kemampuan
keterampilan menulis daripada keterampilan lisan. Oleh sebab itu,
pengajaran bahasa dalam buku teks ini haruslah disajikan dalam
bentuk memperbanyak latihan keterampilan berbahasa secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan penerapan
konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang siswa pelajari.
Berbagai perbaikan dan perbaikan dan revisi perlu dilakukan agar
buku ini memenuhi standar seperti yang diamanatkan kurikulum
dan mampu meningkatkan keterampilan berbahasa siswa sebagai
bekal dalam mengembangkan diri.
Kekuatan - Penulisan dalam jurnal ini tergolong baik dan rapi
- Penelitian ini membahasas dua topik sekaligus, yaitu
mengenai penerapan linguistik struktural dalam buku teks dan
cakupan materi tata bahasa dalam buku teks
- Dalam bab hasil dan pembahasan, peneliti menjabarkan dan
menjelaskan hasil penelitiannya dengan jelas, disertai diagram
dan tabel.
Kelemahan - Terdapat kutipan yang mana nama pengarang serta sumber
kutipan tidak tertulis dalam daftar pustaka ”Ferdinand de
Saussure, hal 126”
- Dalam pendahuluan terlalu luas, kurang pada inti latar
belakang yang ingin dibahas
- Jurnal ini tidak memiliki Subjek Penelitian
- Jurnal ini tidak memiliki No Jurnal

Jurnal 2

Judul Jurnal IMPLEMENTASI TEORI LINGUISTIK DALAM


PENYUSUNAN BUKU AJAR (Studi Kasus pada Buku “Bahasa
Indonesia Membuatku Cerdas 4” untuk Siswa SD Kelas 4 Ditulis
oleh Edi Warsidi dan Farika)
Nama Jurnal
Volume dan Halaman Hlm 55-73
Tahun 2015
Tanggal Review 26 September 2020
Latar Belakang Sekarang ini, banyak buku-buku teks pelajaran yang beredar, di
antaranya sudah memperoleh rekomendasi penilaian kelayakan
dari Pusat Perbukuan Depdiknas. Berdasarkan tinjauan atas
beberapa buku pelajaran, masih ada beberapa hal yang patut
menjadi perhatian pada saat sebuah buku akan dipilih. Namun
demikian, hal itu tidak mudah dilakukan karena analisis dan
evaluasi terhadap materi pembelajaran, terutama buku pelajaran,
masih sangat jarang dilakukan. Padahal, penilaian terhadap bahan
ajar yang digunakan juga merupakan aktivitas penting untuk
menjamin bahwa materi pembelajaran yang dipilih guru memang
betul-betul sesuai. Oleh karena itu, mesti ada upaya yang
dilakukan untuk menilai kelayakan buku yang beredar dipasaran,
apakah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau tidak.
Penelitian ini salah satunya dimaksudkan untuk memberikan
kajian terhadap buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa. Secara khusus, tulisan ini mengkaji pengaruh aliran-aliran
linguistik terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia yang beredar
di pasaran. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa buku
pelajaran yang dikembangkan memang betul-betul mengandung
unsur-unsur linguistik yang disyaratkan oleh kurikulum. Makalah
ini mencoba mengupas salah satu buku pelajaran bahasa
Indonesia untuk SD kelas IV yang berjudul “Bahasa Indonesia
Membuatku Cerdas 4” yang ditulis oleh Edi Warsidi dan Farikha.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan kajian terhadap
buku teks yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Secara
khusus, tulisan ini mengkaji pengaruh aliran-aliran linguistik
terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia yang beredar di
pasaran.
Permasalahan Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini
meliputi: Bagaimanakah gambaran umum tentang isi buku
“Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 4” yang ditulis oleh Edi
Warsidi dan Farikha? Dan Aliran linguistik apa saja yang
berpengaruh di dalam pengembangan buku buku “Bahasa
Indonesia Membuatku Cerdas 4” yang ditulis oleh Edi Warsidi
dan Farikha?
Subjek Penelitian -
Objek Penelitian Buku pelajaran bahasa Indonesia untuk SD kelas IV yang
berjudul “Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 4” yang ditulis
oleh Edi Warsidi dan Farikha.
Metode -
Hasil dan Pembahasan Secara umum, buku pelajaran “Bahasa Indonesia membuatku
cerdas 4: untuk kelas IV Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah”
yang ditulis oleh Edi Warsidi dan Farika ini disusun dan
dikembangkan berbasis kompetensi komunikatif. Basis
kompetensi komunikatif merupakan landasan pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Setelah mencermati buku secara seksama, dapat disimpulkan
bahwa buku ini sangat terpengaruh dua kelompok aliran
linguistik, yaitu struktural dan transformasi generatif (TG).
Pengaruh dua aliran linguistik tersebut tampak pada penerapan
teori belajar kodekognitif (the cognitive-code learning theory)
yang dihasilkan oleh TG, dan teori pembentukan kebiasaan
(habitformation theory) dari linguistik struktural. Dua teori ini
masih menekankan bahwa pada hakikatnya, siswa kelas IV SD
diposisikan sebagai seorang individu pembelajar bahasa yang
masih dalam proses simultan untuk memperoleh bahasa.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelelitian, dapat disimpulkan bahwa buku
pelajaran yang dianalisis pada tataran wacana atau teks sudah
mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang disarankan oleh
kurikulum, yaitu berdasarkan pendekatan berbasis genre, yang
bersumber dari aliran linguistik fungsional sistemik yang
dikembangkan oleh Halliday. Namun, pada tataran sintaksis dan
morfologi, buku ini masih didominasi oleh aliran linguistik
struktural, dan transformasi generatif.Berbagai perbaikan dan
revisi perlu dilakukan agar buku ini memenuhi standar seperti
yang diamanatkan kurikulum, dan ditetapkan BSNP, serta yang
terpenting adalah dapat meningkatkan keterampilan berbahasa
anak sehingga dapat menjadi bekal baginya untuk
mengembangkan diri.
Kekuatan - Dalam bab Kajian Teori mengandung banyak pendapat-
pendapat para ahli
- Daftar pustaka banyak menggunakan sumber-sumber baik
berupa jurnal maupun buku berbasis Internasional
- Penulisan tergolong rapid an baik
Kelemahan - Bagian abstrak tidak mencerminkan sebuah abstrak yang
semestinya menggambarkan keseluruhan isi jurnal
- Tidak menjelaskan metode penelitian apa yang digunakan
- Tidak menjelaskan apa sebenarnya yang melatar belakangi
penelitian ini
- Tidak menjelaskan mengenai tujuan dari penelitian yang
dilakukan
- Bagian kesimpulan peneliti hanya memberikan kritik, namun
tidak disertai saran untuk perbaikan

Anda mungkin juga menyukai