Larasati
NIM 20174043
2020
Essay
Jauh sebelum bangsa Belanda datang ke wilayah Nusantara, bahasa Melayu sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung dan bahasa perniagaan yang penyebarannya telah
melewati wilayah Nusantara. Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa pengantar dan
ditempatkan sebagai mata pelajaran penting di sekolah-sekolah. Hal itu tidak hanya
mengukuhkan keberadaan bahasa Melayu dalam dunia pendidikan pribumi, tetapi juga
membawa bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di kalangan elite (priyayi)
pribumi dan bangsa Eropa, terutama Belanda.
Upaya meraih kembali identitas bangsa melalui bahasa itu akhirnya dinyatakan
melalui suatu kerapatan atau kesepakatan yang disebut oleh pemuda Indonesia pada masa itu
sebagai Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928. Atau sekarang
lebih kita kenal sebagai Sumpah Pemuda 1928. Bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa
Melayu disepakati bersama untuk dijunjung sebagai bahasa persatuan. Kita bangsa Indonesia
memiliki sebuah bahasa yang telah terbukti mampu mempersatukan sekitar 1.128 suku
bangsa (JPNN Mobile, 2010) dengan 746 bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, yakni Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa
nasional sekaligus bahasa negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Artinya,
Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional serta
bahasa resmi kenegaraan.
Bahasa mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu
peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hahekatnya adalah
proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi antara
pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh
pengirim (chiffrement) dan pembongkaran kode atau simbol bahasa oleh penerima
(dechiffrement) (Rusdiarti, 2003:35).
Critical Review
Tulisan ini adalah Critical Review dari artikel JISIPOL: Jurnal Ilmu Sosial dan
Politik Vol. 3 No. 2 Edisi bulan Juni 2019. Artikel ini ditulis oleh seorang mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Bale Bandung
yang bernama Deanty Rumandang Bulan yang berjudul “Bahasa Indonesia Sebagai Identitas
Nasional Bangsa Indonesia”. Artikel ini membahas hubungan antara bahasa dan identitas
dengan spesifikasi bahasa Indonesia dan identitas nasional bangsa Indonesia dari tinjauan
sosiolinguistik. Sebagai bangsa yang dibangun atas dasar keberagaman suku bangsa dan
budaya, Indonesia memiliki modal yang baik dalam memupuk rasa nasionalisme dan
memperkuat identitas kebangsaan melalui penggunaan bahasa Indonesia.
Pada bagian pertama, artikel ini membahas tentang Sejarah Singkat Perkembangan
Bahasa Indonesia. Dalam bagian pertama ini, membahasa tentang Indonesia sebagai negara
yang memiliki populasi penduduk yang banyak dan beragam, 47 persen dari populasi
Indonesia pada tahun 1930 berasal dari suku Jawa, namun walaupun pengguna bahasa Jawa
mendominasi tidak menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional karena beberapa alasan.
Lalu selanjutnya membahas mengenai bahasa Melayu sebagai lingua franca atau bahasa
penghubung bagi penutur yang tidak memiliki bahasa yang sama di wilayah Nusantara pada
masa kerajaan-kerajaan. Selain itu, dalam perkembangannya, bahasa Melayu telah banyak
digunakan oleh para nasionalis, artikel pada surat kabar yang dibaca oleh para politisi
Indonesia saat itu pun banyak ditulis dalam bahasa Melayu. Hal ini mendorong para pemuda
menjadikan bahasa Melayu yang kemudian disebut sebagai bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dalam deklarasi sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.
Pada bagian kedua, artikel ini membahasa tentang Bahasa Indonesia sebagai Identitas
Nasional Bangsa Indonesia. Dalam kajian sosiolinguistik, bahasa tidak semata dilihat sebagai
sebuah sistem bunyi, tetapi juga dilihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan melekat
pada manusia dan masyarakat. Edward (2009, hlm. 54) menyebut, ada hal lain dari bahasa
selain fungsinya untuk berkomunikasi. Artinya, adanya hubungan lain dalam bahasa yang
menunjukan adanya hubungan bahasa dengan identitas. Bahasa dan identitas memiliki
hubungan yang sangat erat, TabouretKeller (2017) memberikan dua buah ilustrasi bagaimana
bahasa dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi identitas seseorang.
Melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah bilingual, jika dilihat dari penggunaan
bahasanya, dapat dikatakan seorang yang berkebangsaan Indonesia setidaknya akan memiliki
minimal dua buah identitas, identitas suku bangsanya dan identitas nasionalnya. Untuk itu,
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tentu berperan besar terhadap
pemertahanan identitas nasional bangsa Indonesia. Sehubungan dengan diangkatnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, sekaligus secara otomatis sebagai identitas nasional,
sebagai masyarakat Indonesia kita boleh berbangga hati dengan apa yang telah kita capai.
Kesimpulannya, artikel yang saya ambil memang memiliki judul yang memberatkan
pada fungsi bahasa sebagai identitas nasional. Namun, setelah mempelajari dan mendalami
artikel tersebut, semakin menguatkan bahwa bahasa sebagai identitas nasional juga kan
berpengaruh pada bahasa sebagai alat komunikasi.