PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis),
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
ditemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran
kemih dapat ditemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah
atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia
dengan perbedaan di Negara berkembang banyak ditemukan batu
buli-buli sedangkan di Negara maju lebih banyak dijumpai batu
saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini
dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka
prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk
menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga
berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan gejala
yang muncul pada penyakit Batu Ginjal/Urolithiasis.
2. Menggunakan Proses Keperawatan sebagai kerangka kerja untuk
perawatan pasien penderita Batu Ginjal/Urolithiasis.
3. Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk pasien
penderita Batu Ginjal/Urolithiasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. MANIFESTASI KLINIS
Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara
mendadak yang berlangsung sebentar dan kemudian hilang tiba-
tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat, muka pucat,
berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik,
dapat pula disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah
ginjal dan rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri
dapat juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat
pergeseran batu.
Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal.
Urin yang keruh dan demam akan juga dialami penderita batu
ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta.Jika terjadi
penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bisas
mendadak tinggi berulang-ulang.
Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada
satu ginjal penderita.
D. ETIOLOGI
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu :
1. Faktor Endogen :
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen :
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.
3. Faktor lain :
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu
Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum
dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine
menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah
Infeksi Saluran Kencing.
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3 : 1
d. Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan
Asia.
e. Keturunan
Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak
mempunyai kesempatan
f. Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air
akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu,
sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang
lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringan.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani
angka morbiditas Batu Saluran Kencing
berkurang.Penduduk yang vegetarian yang kurang makan
putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-
buli dan Urethra).
F. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus
segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyumbat yang lebih
berat. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur :
1. Istirahat cukup
2. Perbanyak masukan cairan air putih
3. Diet rendah kalsium dan rendah garam
4. Disesuaikan jenis batu misal:
Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri, bayam, coklat,
kacang, teh, strowberry.
Batu asam urat yang perlu dibatasi: jeroan, otak, makanan
yang banyak mengandungpurin
5. Medikamentosa:
Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksinya.
Hipositraturi: kalium sitrat
Hiperkalsiuri: tiazid
6. Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
7. ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan
pada batu berukuran < 2 cm sampai sebesar pasir sehingga
dapat dikeluakan secara spontan.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur
penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
a. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan
produksi urine 2-3 liter per hari
b. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
c. Aktivitas harian yang cukup
d. Medikamentosa
e. Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi
kekambuhan adalah:
Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi
kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi
lebih asam.
Rendah purin
Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit
batu ginjal asam urat dan gout.Kadar purin makanan
normal untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah
600-1000 mg/hari. Diet rendah purin mengandung 120-
1150 mg purin, cukup kalori, protein, mineral, dan
vitamin, tinggi karbohidrat (karena karbohidrat membantu
pengeluaran asam urat), sedang lemak (karena lemak
cenderung menghambat pengeluaran asam urat), banyak
cairan (untuk membantu mengeluarkan kelebihan asam
urat). Nilai gizi yang diberikan adalah kalori sebanyak
1.848, protein 51 gr, lemak 32 gr, karbohidrat 338 gr,
kalsium 0,3 mbesi 15,9 mg, vitamin A 8.642 SI, tiamin 0,8
mg, vitamin C 170 mg dan purin 50-200 mg
Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam
Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal.
Asupan makanan yang baik untuk pasien yang menderita
penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi, vitamin A,
tiamin, dan vitamin C yang cukup dengan syarat jumlah
cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk
menurunkan kadar kalsium dalam urine. Nilai gizi yang
duberikan adalah kalori sebanyak 2.240, protein 63 g,
lemak 54 g, karbohidrat 372 g, kalsium 0,3 g, besi 16,8
mg, vitamin A 8.402 SI, tiamin 0,8 mg, dan vitamin C 130
mg.
Diet Tinggi Sisa Asam
Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit
batu sistin dan asam urat.Komposisi makanan yang
cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi yang
harus diberikan adalah kalori sebanyak 2.006, protein 55
g, lemak 64 g, karbohidrat 317 g, kalsim 0,8 g, besi 19,3
g, vitamin A 12,912 SI, tiamin 1,2 mg, dan vitamin C 299
mg.
Makanan yang boleh diberikan :
a. Sumber karbohidrat arang, nasi, makanan ½ gelas
sehari, roti 4 potong, kentang, ubi, singkong, kue,
dari tepung maizena, hunkwe, tapioca, agar-agar,
selai, dan sirop.
b. Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2
butir sehari dan susu.
c. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
d. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25
gr, tahu, tempe, atau oncom 50 gr/hari
e. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300
gr/hari
f. Buah-buahan : sari buah, the, kopi, dan coklat.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data objektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis,
obstruksi sebelumnya.
2) Menngeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
3) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh,
rasas terbakar, dan dorangan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau
fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyektif meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi.
2) Kulit pucat.
3) Oliguria, hematuria.
4) Perubahan pola berkemih.
5) Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising
usus.
6) Muntah.
7) Nyeri tekan pada arae ginjal saat dipalpasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Penurunan haluaran urin.
2) Kandung kemih, rasa terbakar.
3) Dorongan berkemih, mual/muntah.
4) Nyeri abdomen.
5) Nyeri punggung.
6) Nyeri panggul.
7) Kolik ginjal.
8) Kolik uretra.
9) Nyeri waktu kencing.
10)Lamanya nyeri.
11)Demam.
d. Riwayat penyakit yang lalu
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Obstruksi sebelumnya.
3) Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
4) Riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana
pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya.
2) Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal
ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
3) Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi
sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola
berkemih.
4) Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet
tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat.
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya
bising usus. Muntah.
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi
tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di
region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun kelipat
paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan
ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri
tekan pada area pada palpasi.
g. Test diagnostik
1) Urinalisis.
2) Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
3) Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra
Venous Pylogram)
4) Endoscopi.
5) Cystocopy.
6) Ureteroscopy.
7) Nephroscopy.
8) Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium,
phospate, oksalat, cystin, fungsi renal ; darah
lengkap, urine 24 jam, ekskresi phospate, kalsium,
asam urat, kreatinin, dan analisa batu (komposisi
batu)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadap batu ginjal
Tujuan : Nyeri berkurang/ hilang sampai terkontrol
kriteria hasil : Nampak rileks, pasien dapat tidur/
istirahat dengan tepat.
Intervensi keperawatan
1) Mengobservasi nyeri.
Rasional: Menentukan kualitas nyeri pasien.
2) Jelaskan hal-hal yang dapat memperparah nyeri.
Rasional: Meningkatkan kewaspadaan pasien.
3) Ajarkan teknik relaksasi maupun distraksi.
Rasional: Cara untuk mengontrol nyeri.
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Mengurangi nyeri.
b. Gangguan eliminasi urin berhubunngan dengan
obstruksi mekanik dan iritasi ginjal/eretral.
Tujuan :Berkemih dengan jumlah normaldan pola
biasanya.
Kriteria hasil :Tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi Keperawatan
1) Awasi pengeluaran dan pemasukan urin.
Rasional: Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal dan adnya komplikasi.
2) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan
variasi
Rasional: Kalkulus dapat menyebabkan
eksitabilitas saraf, yang menyebabkansensasi
kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong pemasukan cairan
Rasional: Peningkatan hidrasi membilas bakteri,
darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya
batu.
4) Periksa urin pasien
Rasional: Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan
terapi.
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, seperti elektrolit,
BUN, dan kreatinin.
Rasional: Peningkatan BUN, kreatinin, dan
elektrolit, mengindikasikan disfungsi ginjal.
6) Berikan obat sesuai indikasi (asam askorbat,
alopurinol, HCT,).
Rasional: Meningkatkan pH urin (alkalinitas)
mencegah statis urin dan mencegah pembentukan
batu.
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual muntah.
Tujuan : Mempertahankan cairan yang adekuat.
Kriteria Hasil : Tanda vital dan berat badan dalam
rentang normal, nadi perifer normal, mukosa bibir
lembab, turgor kulit elastis.
Intervensi Keperawatan
1) Awasi intake dan output cairan.
Rasional: Membandingkan keluaran aktual
dan mengevaluasi derajad kerusakan ginjal
2) Awasi tanda vital, turgor kulit, dan membran
mukosa.
Rasional: Indikator hidrasi pasien.
3) Beri cairan intravena.
Rasional: Mempertahankan volume
sirkulasi.
4) Timbang berat badan.
Rasional: Penurunan 0,5 kg BB dapat
menunjukan perpindahankeseimbanngan
cairan.
5) Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 L sesuai
toleransi jantung
Rasional: Mempertahankan keseimbangan
cairan.
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan
suplay oksigen.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien.
KriteriaHasil : Menyadari keterbatasan energi,
menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat daya
tahan adekuat untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan
1) Kaji faktor yang menimbulkan kelelahan.
Rasional: Menyediakan informasi
mengenai indikasi tingkat keletihan.
2) Tingkatkan kemandirian dalam
beraktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi.
Rasional: Meningkatkan aktivitas
ringan/sedang dan memperbaiki harga
diri
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat.
Rasional: Mendorong latihan dan
aktivitas dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang cukup.
4) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: Mengurangi kelelahan dan
meninngkatkan toleransi terhadap
aktivitas.
Evaluasi keperawatan
Evalusi tindakan yang telah diberikan Jika keadaan
pasien mulai membaik Hentikan
Tindakan Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk,
intervensi harus mengalami perubahan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan
sebelumnya adalah:
1. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Batu di
dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi.
2. Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
3. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu
yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
4. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya
penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani
pemeriksaan foto PIV.
5. Terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam
kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus
renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat).
6. Asuhan Keperawatan pada pasien batu ginjal dimulai dari
pengkajian sampai tahap evaluasi.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumny
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto, Toto & Abdul Madjid, 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien
sGangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Trans Info Medika