Anda di halaman 1dari 6

Latar belakang

Reaksi antara antibody-antigen terjadi secara spesifik, maka hal ini yang dapat
dijadikan sebagai penunjang diagnosa penyakit salah satunya penyakit infeksi. Tetapi
kendala yang terjadi yaitu bagaimana cara menentukan antibody yang terdapat
didalam tubuh, karena antibody tersebut tidak bisa dilihat secara langsung dengan
mata walaupun dengan bantuan mikroskop sampai perbesaran 100.000 kali. Sehingga
dikembangkan lah berbagai metode immunoserologi untuk mengetahui identitas
antibody yang terdapat di dalam tubuh manusia sekaligus dapat mengetahui
keberadaan antigen nya. Begitu juga dengan antigen yang telah diketahui identitasnya
sehingga dapat mendeteksi titer antibody didalam serum.

Manfaat yang diperoleh dari immunoserologi yaitu :

1. Menentukan jenis mikroorganisme yang diisolasi dari penderita penyakit infeksi


2. Menentukan golongan darah sebelum dilakukan transfusi darah
3. Memilih donor yang tepat pada transplantasi jaringan
4. Mendeteksi organisme didalam jaringan tubuh
5. Menentukan status kekebalan tubuh

Pendahuluan imunologi

Peran sistem imun adalah sebagai pertahanan tubuh. Sistem imun memiliki
mekanisme nonspesifik maupun spesifik untuk mengenali dan merespons
mikroorganisme yang dianggap asing dan berpotensi menyebabkan penyakit
(patogenik). Sawar (barrier) fisis atau mekanis, seperti kulit dan membran mukosa,
berperan sebagai sistem imun nonspesifik, yang mencegah masuknya berbagai
patogen ke dalam tubuh. Penghalang-penghalang ini biasanya sangat efektif, tetapi
beberapa patogen dapat menembusnya dan masuk ke dalam tubuh. Patogen-patogen
yang berhasil masuk ini akan segera dihancurkan oleh berbagai fagosit di dalam
tubuh, seperti makrofag.

Sewaktu mikroorganisme patogen masuk ke dalam tubuh, mekanisme


pertahanan spesifik diaktifkan. Mekanisme spesifik ini dibagi menjadi sistem
humoral (diperantarai antibodi) dan sistem seluler (diperantarai sel). Sistem humoral
terkait dengan sel-sel yang disebut limfosit-B yang merupakan prekursor sel plasma.
Sel plasma inilah yang akan menghasilkan dan menyekresikan molekul protein yang
disebut antibodi atau imunoglobulin. Sistem seluler terkait dengan limfosit-T yang
dapat berinteraksi dengan benda asing dan menghancurkannya.
Interaksi antigen-antibodi

interaksi antara antigen dengan antibodi dapat dianalogikan seperti gembok


dan kuncinya. Lengan antigen (gembok) memiliki konformasi spesifik dan hanya
dapat berikatan dengan antibodi yang spesifik pula (kuncinya). Terkadang interaksi
antara antigen-antibodi tidak selalu begitu, hal ini karena ikatan antara antigan-
antibodi yang lemah sehingga terjadi reaksi silang. Untuk mencegah hal itu, maka
harus diketahui tentang sensitivitas dan spesifisitas uji tersebut.

Sensitivitas tes adalah proporsi pada penderita penyakit yang menunjukkan


hasil tes yang positif. Tes hendaknya negative pada individu yang sehat yang
menderita penyakit lain, tetapi dengan gambaran klinis yang sama. Sedangkan
spesifisitas tes adalah proporsi individu tanpa penyakit tertentu dengan hasil yang
negative. Hasil yang positif hanya terbatas pada penyakit yang dipermasalahkan dan
tes dengan spesifisitas yang tinggi.

Prinsip teknik immunokimia

Reaksi antara antigen-antibodi dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Reaksi pengikatan primer


2. Reaksi pengikatan sekunder
3. Reaksi pengikatan tersier, dilakukan secara in vivo, setelah reaksi sekunder
terjadi.

1. Uji pengikatan primer


Uji pengikatan primer yaitu uji yang melakukan pengukuran langsung
terhadap reaksi pengikatan awal antigen-antibodi. uji ini merupakan uji yang
sensitive dan memerlukan suatu zat pelacak untuk mendeteksi reaksi pengikatan.

a. Radioimumuno Assay (RIA)


RIA merupakan suatu teknik pemeriksaan untuk menentukan antibodi atau
antigen yang berkonsetrasi rendah dengan menggunakan reagen bertanda zat
radioaktif, sehingga mampu untuk mendeteksi adanya kelainan tubuh secara dini.
Assay tersebut dapat bersifat kompetitif dan non kompetitif.
Mekanisme :
- Plastik mula-mula disensitasi oleh antigen, sebagian antigen akan
diabsorpsi dan antigen yang bebas dicuci hingga bersih
- Lalu tambahkan antibody, sehingga terjadi ikatan antara antigen-antibodi ,
antigen yang berlebih dicuci dengan air bersih
- Antibody yang telah berikatan dengan antigen ditambahkan dengan
konjugat bertanda radioaktif.
- Radioaktivitas yang diikat dapat dihitung dengan gamma counter.

Ada 2 cara untuk melakukan pemeriksaan dengan teknik RIA, yaitu :


 Liquid phase radio immuno assay
Pada umumnya teknik RIA dalam larutan menggunakan prinsip kompetitif,
yaitu mereaksikan antara antigen (Ag) yang tidak berlabel dan antigen yang
berlabel radioaktif (Ag*) dengan antibody spesifik (Ab), sehingga Ag dan
Ag* berikatan secara kompetitif dengan antibody membentuk kompleks Ag-
Ab-Ag*, kemudian kompleks Ag-Ab-Ag* dipisahkan dan diukur
radioaktifnya. Dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kadar
antigen didalam specimen secara tidak langsung, artinya jumlah antigen
bertanda radioaktif yang diikat antibody merupakan ukuran untuk kadar
antigen yang dicari
 Solid phase radio immuno assay
Teknik ini menggunakan prinsip nonkompetitif dilakukan dengan cara
meletakkan antigen atau antibody pada suatu partikel atau matriks, kemudian
direaksikan dengan specimen yang akan di periksa. Apabila yang diperiksa
antigen, maka paartikel dilapisi oleh antibody spesifik, lalu specimen yang
akan diperiksa di masukkan kemudian ditambahkan dengan antibody yang
berlabel (Ab*), kemudian terjadi kompleks antara Ab-Ag-Ab* , lalu komples
tersebut dipisahkan dan diukur radioaktifnya. Banyaknya Ab* yang terikat
pada kompleks merupakan ukuran antigen didalam specimen

b. Radioallergosorbent test (RAST)


RAST adalah cara RIA yang khusus digunakan untuk menemukan antibody
spesifik IgE. Dalam teknik ini antigen mula-mula diikat dengan benda padat dari
selulosa, IgE yang diikat kemudian dapat ditemukan dengan anti igE yang
bertanda radioaktif.
c. Radioimmunosorbent test (RIST)
RIST adalah cara RIA yang digunakan untuk menemukan igE. Dilakukan deNgan
cara mula-mula bend apadat disensitasi dengan anti-igE lalu ditambahkan serum
dengan igE dan igE berlabel radioaktif (igE*). makin banyak igE dalam serum,
maka makin sedikit igE* yang diikat.

d. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)


Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan teknik yang paling
luas digunakan dari kelompok enzyme immunoassay (EIA). Terdapat 2 cara
ELISA,yaitu :
 ELISA secara langsung untuk mendeteksi antigen
Dilakukan dengan cara melekatkan antibody spesifik yang telah
diketahui pada sumuran microtiter plate. Lalu masukkan sampel yang
mengandung antigen kedalam masing-masing sumuran . jika pada sampel
terdapat antigen yang cocok dengan antibody maka akan terjadi rekasi
antigen-antibody. Kompleks antigen-antibodi akan menempel erat pada dasar
sumuran pada saat dilakukan pencucian untuk menghilangkan antigen yang
tidak terikan dengan antibody.
Apabila ada antibody kedua yang spesifik terhadap antigen yang
ditambahkan maka akan terjadi kompleks antigen-antibodi dan membentuk
sandwich, yang akan terlihat karena pada antibody kedua dikonjugasikan
dengan suatu enzim seperti horseradish peroxidase dan alkalin fosfatase. Alau
kedalam sumuran ditambahkan substrat yang dapat dihidrolisis oleh enzim.
Hasil positif apabila terjadi perubahan warna pada larutan. Perubahan warna
sesuai dengan jumlah enzim yang diikat dan sesuai dengan kadar antigen yang
dicari.
 ELISA secara langsung untuk mendeteksi antibody
Dilakukan dengan cara merekatkan antigen yang telah diketahui pada dasar
sumuran microtitter plate. Lalu masukkan antiserum yang mengandung
antigen, sehingga bila ada antibody yang spesifik terhadap antigen maka
terjadi reaksi antigen-antibodi. Kemudian ditambahkan anti-HISG (Anti
Human Immune Serum Globulin). Anti-HISG yang telah dilabel dengan
enzim akan bereaksi dengan antibody yang telah terikat dengan antigen pada
sumuran. Lalu ditambahkan substrat yang sesuai dengan enzim. Hasil positif
apabila terjadi perubahan warna pada larutan. Perubahan warna sesuai dengan
jumlah enzim yang diikat dan sesuai dengan kadar antibody yang dicari.

Teknik ELISA telah digunakan untuk berbagai keperluan mendiagnosa infeksi yang
disebabkan bakteri, virus, parasite atau untuk serodiagnosis lainnya. Teknik ELISA
telah dikembangkan dalam bentuk kit diagnostik, yang penentuannya dapat dilakukan
secara otomatis dengan spektrofotometer atau ELISA reader.

Anda mungkin juga menyukai