Makalah LK II
Makalah LK II
INTERMEDIATE TRAINING
Puji syukur kehadirat Allah, sebagai Dzat Yang Maha Kuasa atas segala
wujud yang terhampar di dunia ini.Shalawat kepada nabi Muhammad SAW.
Seorang pejuang berbudi luhur sehingga membawa makna tersendiri dalam
sebuah ajaran terstruktur, sistematis dan massif yang sekarang kita yakini yaitu
islam. Ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada HMI komisariat UISU yang
banyak memberikan pembelajaran yang berarti.Sebagai Komisariat pemrakarsa
berdirinya HMI Cabang Medan dan Komisariat pertama berdiri diluar pulau Jawa
maka antara HMI dan UISU tidak dapat dipisahkan, maka menjadi tanggung
jawab sosial bagi anggota HMI komisariat UISU keberlangsungan HMI Cabang
Medan. Terima kasih juga penyusun sampaikan kepada para senior dan alumni
yang bersedia membimbing dan memotivasi untuk mengerjakan makalah dengan
judul: Independensi HMI dan Politik Islamisasi, Refleksi Nusantara Klasik ke
Arah Kontemporer.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)........................................................................................1
BAB II (PEMBAHASAN).........................................................................................4
2.1 Pengertian.............................................................................................................4
2.2 Sejarah Politik Islami............................................................................................6
2.3 Hubungan Antara Independensi HMI Dengan Politik Islamisasi.........................9
2.4 Penerapan Politik Islamisasi Kontemporer...........................................................12
BAB III (PENUTUP).................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1
Catatan Ir. Saleh Khalid, pertemuan M. Natsir dan Moehammad Roem dengan PB HMI tahun
1982 dalam peringatan Jong Islamieten Bond (JIB)
2
Lihat Yusuf Abdullah Puar, Masuknya Islam Ke Indonesia, Indradjaya, Jakarta, 1984, hlm. 15.
1
ini terpampang jelas dalam sistem pendidikan nasional hanya menjadi
teori-teori belaka dan hanya untuk wawasan pengetahuan saja, namun
aksiologi dari wawasan tersebut sedikit sekali menjadi kenyataan.
PEMBAHASA
2.1 Pengertian
A. independensi
1. Independensi etis
Yaitu sifat independensi yang pada hakikatnya sifat yang sesuai
dengan fitrah kemanusiaan.Independensi etis tersebut hanya
melekat dalam kaitannya dengan kodrat manusa sebagai hamba
yang hanief (cenderung pada kebenaran).
2. Independensi organisatoris
Bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI selalu
melakukan partisipasi aktif , konstruktif, korektif, dan
konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha
pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin
terwujud4.
3
Hasil-hasil kongres Himpunan mahasiswa Islam ke-XXVIII Depok: Tafsir Independensi, Hal. 138
4
Ibid, 140
B. Politik
C. Islamisasi
5
Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara (Bandung: Mizan, 2002), h.18
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa islam praktis sudah
menyebar kearah nusantara dengan berdirinya kerajaan-kerajaan islam,
permasalahan tarik menarik antara budaya lokal dengan ajaran islam
belum sepenuhnya selesai. Kenyataan ini memang menciptakan harmoni
antara islam dan budaya setempat, karena keduanya dapat berjalan seiring.
HMI mempunyai trifungsi sebagai tugas pokok yang diemban sebagai
bakti untuk Indonesia dengan berbagai elemen kekuatan yang menopang
eksistensi HMI. Konsep aktualisasi Islam-keindonesiaan dalam aktivitas
hingga ke pemahaman HMI menjadikan garis normatif yang sama sekali
tidak boleh bertentangan dengan nila-nilai alqur’an dan hadits.
6
Yusuf Abdullah Puar, Masuknya Islam ke Indonesia, Jakarta: indradjaya 1984, hlm.22
6
membawanya ke Nusantara7. Sementara Snouck Hurgronje yang
mendukung teori ini tidak secara eksplisit menyebutkan wilayah mana
yang di India yang dianggap sebagai asal kedatangan Islam.
8
Prof. Dr. Didin Saefudin Buchori, Sejarah Poltik Islam, Jakarta: Intermasa 2009, hlm. 277
C. Politik Filantropi.
9
Dr. Amelia Fauzia, Filantropi Islam, Yogyakarta: gading 2016, hlm. 34
keadilan sosial10.Konsep pertama tersebut menjadi panduan umum, konsep
kedua berkaitan dengan moralitas sosial, dan konsep terakhir menyentuh
inti tujuan dari filantropi dan agama itu sendiri, yaitu keadilan
sosial.Banyaknya ayat-ayat Alqur’an tentang masing-masing konsep
tersebut memiliki korelasi dengan makna ide yang terkandung di dalamnya
secara hierarkis. Yang paling dasar adalah kewajiban agama., dimana
jumlah ayatnya yang paling banyak. Diatasnya ada ayat tentang moralitas
agama, dan yang paling sedikit ayatnya tentang keadilan sosial.Namun
bukan menjadikan keadilan sosial dikesampingkan, melainkan memiliki
nilai yang sangat fundamental untuk membangun masyarakat madani.
9
- Befikir rasional dan kritis
- Progresif dan dinamis
- Demokratis, jujur dan adil
11
Lihat Catatan Azyumardi Azra Mengabdi Republik, Memberdayakan Umat.
12
Alquran terjemahan,.
bertentangan dengan syari’at. Bahkan dalam pembentukan karakter awal
yang diprakarsai oleh ayahanda Lafran Pane dengan mendirikan organisasi
HMI ini banyak menimbulkan kontroversi dikalangan mahasiswa islam
sendiri. Belum lagi dengan isu sekularisme yang telah ditanamkan di
tingkat perguruan tinggi. Dewasa ini hal serupa sangat sulit dihilangkan,
agaknya setiap zaman memiliki orang-orang yang islam namun masih jauh
dari kata berperilaku islam, baik dari kalangan mahasiswa ataupun
masyarakat umum. Contohnya di kalangan mahasiswa yang tidak perduli
dengan kondisi keummatan dan kondisi sosial bangsa yang kian hari kian
tergerus oleh zaman yang bergerak. Mahasiswa yang sejatinya di elu-elu
kan sebagai agent of change dan lain sebagainya tidak memiliki daya kritis
terhadap suatu permasalahan sosial baik itu dalam skala keummatan
maupun dari skala personal terhadap dirinya sendiri.
13
Mohammad Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia, 2001) hl. 83
14
Snouck Hurgronje, Adat Recht
Pandangan Natsir juga terlihat lebih modern dan realistis, karena ia
tidak memperdebatkan istilah negara kilafah universal seperti yang
dikemukakan oleh para pemikir Islam seperti Rashid Ridha (1865-1935)
atau Sayyid Quthb (1906-1966). Perkembangan negara pada masa nabi
dan Khulafaur Rashidin serta perkembangan pemikiran umat islam dalam
masalah-masalah tersebut memperlihatkan bahwa Islam memberi
kelonggaran kepada masyarakatnya untuk berevolusi dalam batas-batas
asas ajaran Islam15. Perbedaan geografis dan etnis adalah kenyataan yang
tidak dapat dibantah dan merupakan suatu yang alami.Karena itu negara
Islam dapat berdiri sesuai dengan perbedaan-perbedaan tersebut.Hanya
saja mereka diikat oleh satu ikatan dalam akidah Islamiah.Natsir
mengemukakan menurutnya nasionalisme merupakan alat untuk
mewujudkan perjuangan bersama dan mencapai tujuan bersama. Ikatan
ikatan primordial yang melandasi nasionalisme tidak harus mengaburkan
pandangan manusia terhadap universalitas dan persaudaraan sesame umat
islam. Baginya, nasionalisme merupakan alat untuk mendekatkan diri
kepada tuhan, disamping juga pemersatu Dunia Islam16.
B. Pasca Reformasi
15
Mohammad Natsir, Capita Selecta II, (Bandung: Sumur t.th)
16
DR. Muhammad Iqbal, M.Ag dan H. Amin Husein Nasution, M.A, Pemikiran Politik Islam “dari
masa klasik hingga Indonesia kontemporer” (Jakarta: Purnamedia, 2010) hl. 217
13
HMI yang turut serta dalam gerakan reformasi yang dimotori oleh
kalangan intelektual muda (mahasiswa) menjadikan HMI mau tidak mau
harus mengambil momentum dalam pergulatan tersebut. Namun tidak
sedikit pula kader-kader HMI yang terdegradasi oleh arus kekuasaan dan
kehilangan Independensinya sebagai kader HMI. Akibat dari mulai
banyaknya kader yang ikut tergerus dalam arus tersebut mau tidak mau
HMI di masa pasca reformasi menjadi semakin lama semakin hilang ciri
khas perjuangan politik Islamisasi yang pernah ditampilkan pada fase
tantangan (1964-1965) yang menjadi titik balik pengembangan organisasi
kearah yang lebih modern.
14
hidup dan menciptakan perubahan-perubahan dibawah tuntunan ajaran
Al-Qur’an”17.
17
Ibid,.hal. 93
18
Catatan Syafi’I Ma’arif, Pengaruh Gerakan Modern Islam Indonesia Terhadap
Perkembangan Pemikiran..(Bandung: Mizan, 1990).hl. 52
jabatan. Kalkulasi Independensi yang massif terhadap gerakan politik
Islamisasi akan menimbulkan reaksi syi’ar yang memiliki tingkat
keberhasilan yang menentukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran.
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam “dari
Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer”. Jakarta: Prenadamedia, 2015.
Jenjang pendidikan
Pengalaman Organisasi
Di HMI