Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Manajemen Operasi Global tentang Manajemen Rantai Pasokan dan Pengelolaan
Resiko Toyota Thailand . Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada Dr. Fitri Lukiastuti SE, MM selaku dosen mata kuliah Manajemen Operasi
Global atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.
Manajemen rantai pasokan telah menjadi topik yang semakin populer dan
penting secara strategis dalam bisnis internasional dalam beberapa tahun
belakangan. Rantai pasokan mengacu pada aktifitas yang ada dalam memproduksi
produk dan jasa perusahaan dan bagaimana aktifitas ini terkait antara satu sama
lain. Konsep manajemen rantai pasokan melibatkan penerapan pendekatan sisitem
total sampai pengelolaan aliran bahan baku, informasi, keuangan, dan jasa
keseluruhan di dalam dan di antara perusahaan rantai nilai dari pemasok bahan
baku dan komponen melalui fasilitas manufaktur dan pergudangan dan sampai ke
pelanggan utama. Rantai pasokan merupakan bagian intregal dari kualitas global
dan inisiatif manajemen biaya. Sebab biaya rantai pasokan umum perusahaan bisa
mempresentasikan lebih dari 50 % aset dari 80 % pendapatan
Oleh karena itu, persediaan dilakukan dalam setiap tahap rantai pasokan, dan
karena keterikatan persediaan dengan uang , maka ini menjadi suatu argumen
bahwa tujuan akhir sistem manajemen rantai pasokan yang efektif adalah untuk
mengurangi persediaan , konsisten dengan persyaratan awal, yaitu produk
perusahaan tersedia saat dibutuhkan dan sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang
diinginkan. Untuk alasan tersebut sangat penting untuk menyingkronkan operasi
disetiap tahap rantai pasokan untuk meminimalkan jumlah buffer dalam
persediaan ini. Siklus hidup produk yang lebih pendek dan kurang bisa
diprediksi, serta dampak ekonomi, politik, dan kejadian sosial yang tidak
direncanakan telah menempatkan penekanan lebih jauh pada pencapaian kinerja
rantai pasokan yang efektif . teknologi baru, termasuk peralatan yang diaktifkan
melalui web, untuk perencanaan, eksekusi dan optimalisasi rantai pasokan telah
meningkatkan ketersediaan data dan intregasi dengan pemasok dan pelanggan,
membantu meningkatkan daya saing internasional perusahaan yang telah
mengadopsi dan menguasai teknologi – teknologi ini.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 1926 berdiri Toyoda Automatic Loom Works Ltd. (sekarang
Toyota Industries Co. Ltd.), di bulan September 1933 mengembangkan divisi
otomotif. Berkat “gen” kaizen yang diturunkan, perkembangan awalnya begitu
cepat sehingga diputuskan menjadi perusahaan independen. Di sini Sakichi
Toyoda mengadakan sayembara untuk nama baru perusahaan otomotif yang siap
dikibarkannya. Syaratnya, nama itu harus sebuah kata yang sama sekali baru dan
gampang disebut. Nama Toyota dipilih karena masih mendekati nama lama,
walau tak ada artinya dalam bahasa Jepang (sehingga tak dapat ditulis
dalam Hiragana). Toyota juga dianggap lebih hoki ketimbang Toyoda karena
penulisannya dalam Katakana terdiri dari 8 goresan kuas (seperti dalam
kebudayaan Cina, 8 adalah angka mujur).
Pada 1956, Taiichi Ohno ke AS mengunjungi “The Big Three” (GM, Ford,
dan Chrysler). Tujuannya, seperti Kiichiro Toyoda untuk menyadap secara
selektif teknologi dan praktek terbaik dari industri otomotif yang telah mapan
(bukan mendapatkan transfer teknologi langsung sehingga bisa tetap independen).
Yang menarik, ide TPS itu justru bukan berasal dari pengamatannya terhadap
pabrik otomotif tersebut. VP Executive Toyota ini mendapatkan inspirasi
dari supermarket yang sejak lama telah bertebaran di AS.Terkesan pada kenyataan
betapa konsumen bebas memilih apa dan berapa yang mereka inginkan, timbul
idenya mengembangkan PULL SYSTEM. Dalam sistem ini, setiap lini produksi
menjadi supermarket bagi lini produksi berikutnya. Setiap lini hanya akan
mengganti item yang diperlukan atau dipilih oleh lini berikutnya sehingga
sistemnya sangat ramping (secara umum disebut sistem LEAN PRODUCTION).
Ia juga menciptakan sistem KANBAN (kartu penanda) untuk pengisian stok
komponen atau hasil rakitan yang belum jadi (sub-rakitan). Untuk menunjang
sistem yang perlu akurasi tinggi tersebut, dibentuk jaringan pemasok kelas dunia.
Koordinasi erat dengan jaringan pemasok ini memungkinkan sistem inventori JIT
yang super-efisien dan efektif. Dan, ketika disertai kemajuan teknologi,
dikembangkanlah sistem perakitan super-canggih yang antara lain menggunakan
robot. Namun, yang membuat Toyota “number one” adalah sistem manajemen
SDM-nya yang efektif dan efisien, memiliki loyalitas tinggi dan komitmen kuat
terhadap kualitas. TPS yang berkembang secara evolusioner di tengah segala
kekurangan dan kendala pada dasawarsa awal membuat sistem yang
dikembangkan secara organik itu meresap kuat kedalam budaya perusahaan.
Dengan kata lain, di Toyota, TPS bukan lagi sekadar sistem produksi melainkan
falsafah perusahaan.
Di antara strategi sukses yang ada, sistem lean thinking yang merupakan
inti TPS adalah yang paling banyak diimplementasi oleh berbagai industri, bukan
hanya produsen otomotif. Inilah strategi yang ditanam Sakichi Toyoda (sang
pendiri), diperkaya oleh Kiichiro Toyoda (CEO pertama) dari pengamatannya
terhadap sistem produksi massal Ford, dan dikembangkan oleh Taiichi Ohno (VP
Eksekutif di era Kiic.
Toyota Production System mempunyai dua pilar, yaitu just in time dan
jidouka. Hubungan kedua pilar tesebut dapat dilihat di bawah ini :
a) Just In Time
adalah memproduksi dan
mengirim barang yang diperlukan,
pada saat diperlukan, dan sejumlah
yang diperlukan, untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan dan
menghilangkan berbagai macam muda di tempat kerja. Pilar ini
merupakan salah satu pilar dari Toyota Production System yang sangat
penting untuk melakukan produksi secara efisien tanpa muda dan hanya
membuat barang yang sesuai pesanan pelanggan saja. Alat kontrol yang
digunakan untuk produksi just in time disebut kanban.
Dengan kanban, proses berikut hanya menarik barang yang
dibutuhkan, pada saat dibutuhkan sejumlah yang dibutuhkan dari proses
sebelum. Proses sebelum hanya memproduksi sejumlah yang telah diambil
oleh proses sesudah. Fungsi kanban adalah untuk memberi instruksi
produksi dan instruksi pengiriman; sebagai alat kontrol visual yang dapat
mencegah produksi berlebih dan sebagai pendeteksi adanya keterlambatan
atau proses yang terlalu cepat.
3. Luangkan waktu
Hubungan antara perencanaan poduksi dengan perencanaan
penjualan. Rencana produksi harus sesuai dengan pesanan pelanggan.
Oleh karena itu, dalam hal menentukan takt time, tidak hanya ditentukan
berdasarkan kemampuan mesin atau peralatan, tetapi dihitung berdasarkan
jumlah yang diperlukan dan waktu kerja murni.
b) Jidouka
adalah alat yang dapat mencegah berulangnya abnormal dan tidak
mengalirkan cacat dengan cara mendeteksi sesuatu abnormalitas seperti
abnormalitas mesin atau peralatan, abnormal pada kualitas, pekerjaan
terlambat, kemudian menghentikan mesin atau line (disebut dengan line
stop) dan menginformasikannya. Jadi, dasar pemikiran dari jidouka a dalah
“Proses berikutnya adalah pelanggan”, maksudnya setiap line p roses
melakukan pekerjaannya dengan baik dan menjaga kualitas dengan
pengecekan kualitas sebelum masuk ke proses berikutnya. Proses
berikutnya dianggap sebagai pelanggan sehingga harus diberikan produk
yang sebaik mungkin tanpa ada cacat atau abnormal pada produk tersebut.
Prinsip dasarnya adalah menghentikan proses jika terjadi abnormal dengan
cara tidak perlu mengawasi peralatan karena jika proses sudah selesai,
mesin akan berhenti dengan sendirinya. Sasaran dari jidouka adalah
membuat part yang 100% baik, mencegah masalah pada mesin atau alat
dan menghemat sumber daya manusia.
Maka, sasaran dari Toyota Production System untuk mengurangi biaya
produksi adalah : hanya membuat barang yang berkaitan untuk dijual
(produksi just in time berdasarkan pada takt time), membuat kendaraan
berkualitas baik (melakukan jidouka), memproduksi produk yang lebih
murah (menghilangkanmuda secara tuntas), dan menciptakan tempat kerja
yang kuat dan dapat merespon terhadap perubahan yang ada.
c) Standarisasi Kerja
E. Pengembangan Teknologi
2) Pop-up Bonnet
F. Prinsip Toyota
A. Kesimpulan
a) JIT, pull system, kanban sebagai sistem kendali produksi dan persediaan,
b) Jidoka untuk menghindari kerusakan,
c) Standar kerja untuk standarisasi dan stabilisasi proses,