Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Kimia Analitik

PENGENCERAN LARUTAN

Oleh :

Nama : Muhammad Alhamidi


Nim : 1905105010034
Kelas : Senin, 10.00 WIB
Tanggal Praktikum : 16 November 2020

Mengetahui, Darussalam, 23 November 2020


Asisten, Praktikan,

( ) ( Muhammad Alhamidi )
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengenceran merupakan teknik dasar dalam kimia analitik yang selalu
digunakan. Pada pengenceran berlaku hokum V1M1 = V2M2. Sementara itu, kurva
standard merupakan kurva yang dibuat berdasarkan kenaikan konsentrasi suatu
senyawa dalam suatu larutan yang diukur dengan menggunakan alat atau analisis
tertentu. Kurva standard digunakan untuk mengukur kuantitas suatu senyawa di
dalam larutan yang tidak diketahui jumlahnya.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan
konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Pengenceran merupakan suatu metode yang dilakukan pada suatu senyawa
dengan menambahkan cairan yang bersifat netral berupa aquadest sejumlah
tertentu. Penambahan air pada suatu senyawa dalam larutan dapat menyebabkan
penurunan kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang ada di
dalam larutan tersebut. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering
dilakukan dengan titrasi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara pengenceran
beberapa larutan dengan berbagai konsentrasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)


dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang
harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Santosa,
2017).
Dalam ilmu kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Dalam dunia analisis atau
penelitian, pengenceran larutan sangat familiar dan mudah untuk dilakukan.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk dapat mengetahui konsentrasi yang
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi (Gunawan, 2011).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut yang akan diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Suatu larutan senyawa kimia yang pekat apabila diencerkan, maka sejumlah panas
akan dilepaskan. Pengenceran adalah suatu metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, dan lazim
dipakai yaitu aquades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan
berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang
dilarutkan atau diencerkan (Arsetyo, 2012).
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam
solute (terlarut). Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air
(H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,
kloroform, benzena, minyak, asam asetat (Yuliani, 2014).
BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia, labu ukur, gelas ukur.
Adapun bahan yang digunakan adalah larutan HCl pekat dan aquadest.

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah yang pertama dicari
berapa gram HCl yang dibutuhkan dalam 100 dan 50 ml larutan, disini kita
mendapatkan hasil 4.146 ml HCl pekat untuk 100 ml larutan dan 2.06 ml HCl
pekat untuk 50 ml larutan, setelah itu dituang aquades ke dalam labu ukur hingga
batas tera. Larutan HCl yang semula konsentrasinya 12.06 M menjadi 0.5 M
dalam 100 ml larutan. Terakhir dilakukan pengenceran dengan cara yang sama
pada 2 ml HCl pekat dalam 50 ml larutan.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengamatan


Tabel data hasil pengamatan dan pembahasan
Larutan M1 V1 M2 V2
HCl 12.06 4.146 ml 0.5 100 ml
HCl 12.06 2.06 ml 0.5 50 ml

3.2 Pembahasan
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan larutan yang digunakan
sebagai stabilisator tingkat keasaman saat penambahan larutan asam, larutan basa
dan larutan garam dan pada proses pengenceran. Larutan penyangga asam
memiliki fungsi untuk dapat mempertahankan tingkat keasaman pada kondisi
asam (nilai pH kurang dari 7). Contoh larutan penyangga asam adalah campuran
antara senyawa basa CH3COONa dan senyawa asam CH3COOH dimana basa
konjugasi pada larutan tersebut adalah ion CH 3COO-. Untuk larutan penyangga
basa, komponen penyusunnya adalah senyawa basa dengan asam konjugasinya
yang berfungsi untuk menstabilkan atau mempertahankan nilai pH di atas 7 yang
bersifat basa. Contoh larutan penyangga basa adalah campuran antara senyawa
NH4OH dan NH4Cl dimana asam konjugasinya adalah NH4+ (Day, 2012).
Dalam analisis kadang-kadang kita memerlukan suatu zat dalam konsentrasi
yang berbeda- beda. Untuk mempermudah maka larutan yang konsentrasinya
tinggi harus diencerkan. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan
jumlah larutan yang akan kita buat kemudian menghitung banyaknya larutan awal
yang akan diencerkan.
Kacamata dan sarung tangan sangat penting saat bekerja dengan asam dan
basa kuat. Karena asam dan basa kuat biasanya bersifat korosif. Jika terkena
langsung bahkan hanya percikannya saja pada kulit dan mata, maka efeknya bisa
fatal. Pada mata dapat menyebabkan kebutaan permanen, sedangkan pada kulit
jika terkena asam dan basa kuat dapat berlubang. Jadi sangat dianjurkan ataupun
harus menggunakan kacamata dan sarung tangan saat bekerja dengan asam dan
basa kuat.
Selain memudahkan kita dalam melakukan pengenceran, labu ukur juga
diperlukan dalam pembuatan larutan. Bentuk labu ukur memudahkan kita dalam
mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut. Pada labu ukur juga terdapat batas tera
untuk memudahkan kita dalam menentukan takaran zat pelarut yang dibutuhkan
(Sutresna, 2017).
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan praktikum ini adalah.


1. Pada pengenceran yang pertama dibutuhkan 4.146 ml HCl pekat.
2. Aquades yang digunakan pada percobaan pertama yaitu sebanyak 100 ml.
3. Konsentrasi larutan HCl pekat yang digunakan yaitu 12.06 M.
4. Konsentrasi larutan setelah diencerkan yaitu menjadi 0.5 M.
5. Pada percobaan kedua aquades yang dibutuhkan sebanyak 50 ml.
DAFTAR PUSTAKA

Arsetyo, R. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu Dalam NaCl Fisiologis


Terhadap Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Ikan Patin (Pangasius
pangasius) Selama Masa Penyimpanan. Jurnal Sains dan Seni. 1(1) :
58-63.
Day, R. A. 2012. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Gunawan, A. 2011. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.
Santosa. 2017. Mempelajari Penambahan Beberapa Asam Pada Proses Isolasi
Protein Isolat Kacang Hijau. Jurnal Pengembangan Teknologi. 5 (8) :
22-27.
Sutresna, N. 2017. Cerdas Belajar Kimia. IKAPI, Bandung.
Yuliani. 2014. E-Learning keselamatan dan kesehatan kerja. Budi Utama, Jakarta.
LAMPIRAN

A. Diagram Alir.

Bahan

Dihitung volume HCl yang akan diambil

Diambil HCl pada lemari asam

Disiapkan alat dan bahan

HCl pekat Dimasukkan ke labu ukur

Aquadest Dimasukkan ke labu ukur sampai batas


tera

Ditutup labu ukur dan dibolak-balikkan

Hasil

B. Olahan Data
1. M1 = 12,06
V1 = ...
M2 = 0,5
V2. = 100 ml
M1V1 = M2V2
12,06 V1 = 0,5 x 100
50
V1 =
12,06
V1 = 4,146 ml

2. M1 = 12,06
V1 = ...
M2 = 0,5
V2. = 50 ml
M1V1 = M2V2
12,06 V1 = 0,5 x 50
25
V1 =
12,06
V1 = 2,06 ml

Anda mungkin juga menyukai