JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigen Pada
Pasien Cedera Kepala Di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017”. Kemudian sholawat beriring salam juga dihaturkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW.
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI, sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan KTI ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Hj.Reflita,S.kp,M.Kep selaku pembimbing 1 yang telah mengarahkan,
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam pembuatan KTI ini.
2. Bapak N.Rachmadanur,S.kp,MKM selaku pembimbing 2 yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan KTI ini.
3. Bapak H.Sunardi, SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Padang.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed. selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep. selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
6. Ibu/Bapak staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal
ilmu untuk bekal peneliti.
7. Bapak/ Ibu Direktur dan Staf Rumah Sakit yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
Akhir kata peneliti menyadari bahwa KTI ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Peneliti berharap KTI ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan
pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan
yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Peneliti
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… .. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ii
LEMBAR ORISINALITAS……………………………………………… .. iv
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… . v
ABSTRAK…………………………………………………………………. . vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .. vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… .. x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
oksigen setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskular dan keadaan hematologik
(Pelapina Heriana, 2014).
Masalah yang timbul jika terjadinya gangguan pada fungsi pernafasan antara
lain dapat menyebabkan hipoksia, obstruksi jalan nafas, dan perubahan pola
nafas. Pada Perubahan pola nafas diantaranya: ada hiperventilasi,
hipoventilasi, takipnea, bradipnea, apnea, pernafasan kussmaul, dispnea,
ortopnea, stridor, cheyne stroke. Perubahan dalam fungsi pernafasan ini
disebabkan oleh penyakit dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventilasi
dan transportasi oksigen (Ernawati, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wedri dkk (2013) dalam Oksigen
Perkuatan dengan Derajat Keparahan Asmadi Rumah Sakit Umum Bangli,
Jawa Timur, menyatakan bahwa pada 47 responden (penderita asma)
didapatkan yaitu sebanyak 19 responden (40,4%) dengan saturasi oksigen
normal (95 - 100%), sebanyak 26 responden (55,3%) dengan saturasi oksigen
(90-94%), dan sebanyak 2 responden (4,3%) dengan saturasi oksigen (75-
89%). Hal ini menunjukkan adanya saturasi oksigen tidak normal pada
sebagian besar penderita asma.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief Bachtiar, dkk (2013) dalam
pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien gangguan sistem
pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan, Jawa Timur, Hasil penelitian dari 24
orang diperoleh hasil 14 orang perawat berkemampuan “cukup baik” atau
sekitar 58,3%. Serta 10 orang perawat berkemampuan “baik” dalam
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2014, pasien yang dirawat adalah sebanyak 24.204 orang
tetapi yang menderita cedera kepala adalah sebanyak 409 orang (1,7%),
sedangkan pada tahun 2015, pasien yang dirawat adalah sebanyak 23.847
orang dan yang menderita cedera kepala adalah sebanyak 92 orang (0,4 %),
dan pada tahun 2016, pasien yang dirawat adalah sebanyak 23.496 orang dan
yang menderita cedera kepala adalah sebanyak 37 orang (0,1%). (Rekam
Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2016).
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017,
terdapat 2 orang pasien dengan cedera kepala yang sedang dirawat diruang
Rawat Inap HCU Bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan diagnosa
keperawatan utama yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Dari hasil
survei didapatkan pengkajian dilakukan langsung kepada pasien dan keluarga
secara sistematis. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien
sudah dilakukan sesuai SOP yaitu mengatur posisi kepala dengan elevasi 30-
45o, memonitor tekanan intracranial, memonitor adanya sumbatan jalan nafas
dan tindakan kolaborasi pemberian oksigen 3 L/menit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
Cedera Kepala di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan Cedera Kepala di ruangan HCU
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan Cedera Kepala di
ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan Cedera Kepala di
ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan Cedera Kepala di ruangan
HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan Cedera Kepala serta
dalam menulis karya tulis ilmiah.
b. Bagi Direktur Rumah Sakit
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pembanding
oleh perawat dalam meningkatkan pelayanan terhadap “Asuhan
Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigen pada Pasien Cedera
Kepala di ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017.
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Institusi
Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis ilmiah ini dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan dan pembelajaran di jurusan
Keperawatan Padang khususnya mengenai Asuhan Keperawatan
Gangguan Pemenuhan Oksigen pada Pasien Cedera Kepala.
Menurut buku Pelapina Heriana (2014), sistem tubuh yang berperan dalam
oksigenasi adalah sistem pernafasan atau sistem respirasi.
a. Sistem Pernafasan
Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem pernafasan atas dan sistem
pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri atas hidung faring dan
laring. Sistem pernafsan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru. Didalam
paru terdapat bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Alveolus memiliki
dinding yang elastis dan banyak mengandung kapiler darah. Pada bagian
inilah terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondiokksida. Alveolus
bersifat lentur karena dilumasi suatu zat yang disebut surfaktan. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Pleura sebelah dalam disebut
pleura viselaris (pleura paru-paru), sedangkan pleura sebelah luar disebut
pleura parietalis (pleura dinding rongga dada). Diantara kedua pleura
terdapat cairan limfa yang melindungi paru-paru dari gesekan ketika
mengembang dan mengempis.
6. Proses Oksigenasi
Menurut Ernawati (2012), tercapainya fungsi utama dari sistem pernafsan
sangat tergantung dari proses fisiologi sistem pernafasan itu sendiri.
a. Ventilasi Pulmonal
Keluar masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru, yang terjadi
karena perbedaan tekanan udara. Sehingga udara bergerak dari tekanan
yang lebih tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah. Perubahan
tekanan udara dialveoli ditentukan leh ukuran rongga thorak. Bila rongga
d. Perfusi Di jaringan
Pertukaran gas dan penggunannya dijaringan merupakan proses perfusi.
Proses ini erat kaitannya dengan metabolisme atau proses penggunaan
oksigen dalam tubuh.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2) Temperatur lingkungan.
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah oksigen dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena:
1) Kecemasan
2) Infeksi/sepsis
3) Keracunan obat-obatan
4) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Tanda dan gejala hipervetilasi adala takikardi, nafas pendek, nyeri
dada menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinitus.
Cedera kepala sekunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan
lebih merupakan fenomena metabolik. Pada cedera kepala sekunder pasien
mengalami hipoksia, hipotensi, asidosis penurunan suplai oksigen otak
(lejeune, 2002). Lebih lanjut keadaan ini menimbulkan edema serebri dan
peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai adanya penurunan
kesadaran, muntah proyektil, papilla edema, nyeri kepala. Peningkatan
tekanan intrakranial harus segera ditangani karena dapat menimbulkan
gangguan perfusi jaringan otak dan herniasi serebral yang dapat mengancam
kehidupan. Prinsip penatalasanaan peningkatan TIK adalah dengan
mengontrol cerebral blood flow (CBF) untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan glukosa otak. Keadaan CBF ditentukan oleh berbagai faktor seperti
tekanan darah sistemik, cerebral metabolic rate dan PaCO2. CBF yang
adekuat akan berpengaruh terhadap tekanan perfusi otak (CPP), sehingga
kebutuhan metabolisme otak terjaga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aspek neurologis :
Biasanya GCS kurang dari 15, disorientasi orang/tempat dan waktu,
adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik
a) CT scan/MRI ditemukan adanya Hematom serebral, Edema
serebral, dan Perdarahan intracranial.
b) X-Ray ditemukan adanya perubahan struktur tulang (fraktur)
c) Angiografi serebral : menunjukkan adanya kelainan sirkulasi
serebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi
udema, perdarahan dan trauma.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) AGD : biasanya memperlihatkan acidosis respiratorik yaitu :
1) PH darah : < 7,35
2) PaO2 menurun antara 60-80 mmHg
3) PaCO2 : > 45 mmHg
4) HCO3 : > 22-26 mEq/l
5) Base axcess : -2,5 s.d + 2,5
6) Saturasi : 95%
b) Elektrolit Serum, biasanya didapatkan :
1) Natrium : > 14 mEq/l
2) Kalium : < 3,5 mEq/l
3) Kalsium : > 11 mg%
4) Fosfat : 3 mg%
5) Chlorida : > 107 mEq/l
Respiratory
Monitoring
Airway Management
1. Buka jalan napas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
11. Atur intake untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
cairan
12. Monitor respirasi
dan status O2
Restrukturisasi
perfusi serebral:
Meningkatkan perfusi
Peningkatan
kesadaran diri:
Membantu pasien
menggali dan
memahami gagasan,
perasaan, motivasi dan
perilaku mereka.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab (Nursalam, 2011).
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien dalam rawatan kurang dari 5 hari atau perbaikan kondisi.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi.
E. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan dengan gangguan kebutuhan oksigen pada pasien cedera
kepala. Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan panduan Nursing American Diagnisis (NANDA),
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan pada anak dengan leukemia. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.
A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan di HCU Bedah melibatkan 2 partisipan yang
memiliki kasus yang sama yaitu cedera kepala. Kedua responden berjenis
kelamin laki-laki. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Mei-31 Mei 2017.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi pada kedua partisipan dicantumkan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
-Pola Eliminasi Saat Sehat, BAK pasien lancar, Saat Sehat, BAK pasien lancar,
pasien BAK lebih kurang 7-8 pasien BAK lebih kurang 7-8
x/hari, warna kuning, output x/hari, warna kuning, output
cairan sebanyak ± 1500ml. Saat cairan sebanyak ± 1500ml. Saat
Kekuatan otot
555 111
555 111
Data Psikologis Pasien dengan tingkat Pasien dengan tingkat
kesadaran menurun, maka data kesadaran menurun, maka data
psikologisnya tidak dapat psikologisnya tidak dapat
dinilai. dinilai.
Data Penunjang Pada tanggal 12 Mei 2017, Pada tanggal 17 Mei 2017,
hasil labor didapatkan Hb 13.1 hasil labor didapatkan Hb 12,6
gr/dL ( Laki-Laki 14-18 gr/dL ), g/dl ( Laki-Laki 14-18 gr/dL ),
Leukosit 9.850/mm3 (5000- Leukosit 34.860/mm3 (5000-
10.000), natrium 135 Mmol/L 10.000). Pada tanggal 18 Mei
(136-145), kalium 4,4 Mmol/L 2017 hasil labor didapatkan Hb
(3,5-5,1), klorida serum 98 10,5 g/dl ( Laki-Laki 14-18
Mmol/L (97-111), gr/dL ), Leukosit 34.870/mm3
(5000-10.000),
Data pemeriksaan Diagnostik:
Ro Thorax dan CT scan Kepala Data pemeriksaan Diagnostik:
yang dilakukan pada tanggal 12 CT Scan Kepala (Brain CT
Mei 2017. Dari hasi CT Scan Scan 3D) yang dilakukan pada
Kepala didapatkan gambaran tanggal 17 Mei 2017 ditemukan
hiperdens yang berupa bulan adanya perdarahan pada
sabit (Cresent) dan ditemukan jaringan otak atau tulang
adanya perdarahan yang tengkorak yang terjadi dalam
terdapat pada rongga diantara area temporal dengan ukuran
lapisan duramater dengan hematom ±5mm.
araknoidea (SDH).
Terapi Pengobatan Cairan infus NaCl 0,9% 28 tts/i, Cairan infus NaCl 0,9% 28
O2 NRM 10 L/i, terpasang tts/i, O2 NRM 10 L/i, terpasang
NGT, injeksi Ceftriaxon 2x1, NGT, injeksi Fluimucil 3x1 iv,
OMZ 1x1 amp, luminal 2x50gr, Ceftriaxon 2x1, gentamicin 2x1
dan mendapatkan obat oral gr, dan mendapatkan obat oral
yaitu PCT 3x500 mg yaitu PCT 3x500 mg
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kedua kasus
didapatkkan 3 diagnosa yang sama antara kasus 1 dengan kasus 2, dan 1
diagnosa yang berbeda pada kasus 2, daftar diagnosa yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
NOC: NOC:
c. Circulation status a. Circulation status
Kriteria hasil: Kriteria hasil:
4) Tekanan systole dan 1) Tekanan systole dan
diastole dalam rentang diastole dalam rentang
yang diharapkan yang diharapkan
5) Tidak ada 2) Tidak ada
ortostatikhipertensi ortostatikhipertensi
6) Tidak ada tanda-tanda 3) Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
intrakranial intrakranial
NOC
Kriteria Hasil:
Termoregulasi
NIC
Manajemen Cairan
a) Monitor status hidrasi
b) Monitor intake output
c) Meningkatkan intake
cairan
d) Memberikan kompres pada
lipatan paha dan axila
Mengontrol Infeksi
a) Monitor hasil lab (kadar
HB, Leukosit, Trombosit)
b) Kontrol Tanda-Tanda
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan. Adanya keterbatasan peneliti dalam melakukan
implementasi sehingga peneliti melakukan implementasi dengan waktu
selama 7x pertemuan yang dimulai tanggal 25-31 Mei 2017, adapun
tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.Y dan Tn.N adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan dengan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Berikut hasil
evaluasi yang didapatkan pada kedua pasien yang dilakukan selama 7 hari
pada tanggal 25 Mei -31 Mei 2017, antara lain :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan pasien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Nursalam, 2011). Sesuai dengan teori yang
dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada Tn. Y dan Tn.N dengan
menggunakan metode pengkajian wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik untuk menambah data yang diperlukan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Abdul yang dikutip
dalam penelitian Valentina B. M. Lumbantobing (2015), mengemukakan
hasil penelitiannya dimana pada cedera kepala berat lebih sering mengalami
hipoksia sistemik yang akan memperburuk prognosa, karena pada cedera
kepala dengan gangguan fungsi otak dapat mengakibatkan koma pada pasien.
Oleh karena itu upaya atau peran perawat dalam hal ini memahami semua
perubahan yang terjadi pada pasien dan mengidentifikasi masalah
keperawatan dan tindakan yang akan diberikan pada pasien dengan mengkaji
pengaruhnya terhadap peningkatan tingkat kesadaran pasien dimana Tingkat
kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis
pada cedera kepala.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kedua kasus didapatkan 3
diagnosa yang sama antara kasus 1 dengan kasus 2 yaitu Ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak, Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun dan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret dijalan nafas. Dan 1 diagnosa yang berbeda pada kasus 2 yaitu
Hipertermi berhubungan dengan Trauma. Dalam hal ini peneliti akan
Pada hari kedua pasien dirawat khususnya pada Tn.N, pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh dengan S=38,8oC, dan luka jahitan pada kepala (post
craniotomy) didapatkan tampak basah dan memerah. Sedangkan pada Tn.Y
tidak mengalami peningkatan suhu tubuh dan luka dikepala tampak kering.
Menurut Paula Krisanty, 2014 suhu pada pasien cedera kepala akut dengan
masalah-masalah metabolik mungkin dapat meningkat atau menurun dari
normal yang dimediasi oleh hipotalamus. Hal ini berkaitan dengan
Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan
terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh (Rendy Clevo 2012).
Adapun menurut analisa peneliti kedua pasien dilihat dari hasil CT-Scan
menunjukkan adanya hematom dijaringan otak atau perdarahan diotak. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Adhitya Wijayanti (2013), yang
mengemukakan bahwa Komplikasi lain yang terjadi pada cedera kepala
adalah peningkatan tekanan intrakranial, yaitu tekanan yang terjadi pada
ruang serebral akibat bertambahnya volume otak melebihi ambang toleransi
dalam ruang kranium. Hal ini dapat disebabkan karena edema serebri dan
perdarahan serebral. Oleh karena itu berdasarkan patofisiologi terjadinya
cedera kepala, maka peneliti mengangkat diagnosa Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan edema otak, Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun, Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret dijalan nafas
dan Hipertermi berhubungan dengan Trauma.
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tujuh hari yaitu sesuai dengan
intervensi yang telah peneliti susun. Berdasarkan Intervensi keperawatan
terdiri dari Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC), hasil analisa peneliti untuk rencana tindakan diagnosa
keperawatan pertama yang telah peneliti bahas pada bab 2, tidak dilakukan
semuanya seperti tindakan memonitor vital sign saat pasien sebelum, sesudah
aktivitas duduk, dan berdiri pada diagnosa dikarenakan pasien mengalami
penurunan kesadaran dan keadaan umum lemah. Sedangkan untuk tindakan
elevasi kepala pada pasien cedera kepala sangat penting dilakukan Hal ini
4. Implementasi keperawatan
Peneliti melakukan implementasi berdasarkan tindakan yang telah
direncanakan pada shift pagi atau shift sore. Adanya keterbatasan peneliti
dalam melakukan implementasi sehingga peneliti melakukan implementasi
dengan waktu selama 7x pertemuan (25 Mei-31 Mei 2017). Implementasi
yang dilakukan pada diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan edema otak diantaranya memonitor neurologi. Tindakan
keperawatan monitor neurologi diantaranya menilai kesadaran dan GCS
dengan memeriksa pupil; gerakan, kesimetrisan, reaksi pupil, dan menilai
kekuatan otot dimana hal ini sudah sesuai dengan teori M.Clevo rendi (2012)
dalam tindakan keperawatan pada diagnosa pertama. Tindakan kolaborasi
pemberian obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dapat membantu
menurunkan tekanan intrakranial secara biologi/kimia untuk menarik air dari
sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, M.Clevo rendi (2012).
Jadi menurut analisa peneliti tindakan pemberian obat-obatan penting untuk
dilakukan tetapi sewaktu penelitian peneliti tidak melakukan karena
5. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi yang didapatkan pada kedua pasien dilakukan selama 7 hari
pada tanggal 25 Mei -31 Mei 2017 dimana evaluasi yang dilakukan
menggunakan metode SOAP untuk mengetahui keefektifan dari tindakan
keperawatan yang dilakukan. Hasil evaluasi didapatkan kemajuan pada hari
ketujuh pasien dirawat untuk diagnosa keperawatan Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan edema otak pada Tn.Y didapatkan
hasil evaluasi tingkat kesadaran pasien Compos mentis, GCS (E4V4M6)= 14
dan suhu 36,7o C. Sedangkan pada Tn.N didapatkan juga kemajuan dengan
hasil evaluasi tingkat kesadaran pasien samnolen, GCS (E3V3M5)= 11 dan
suhu 36,7o C.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang
Melalui direktur rumah sakit diharapkan perawat ruangan dapat
memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada pasien mulai dari
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi.2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Bachtiar, Arief, dkk.2013. Pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien
Gangguan sistem pernafasan. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang.
Tersedia pada http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/d96f-48-52.pdf.
Diakses pada tanggal 12 Januari 2017
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep Dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM
Hariyani, Vitri.2012. Asuhan keperawatan pada ny. C dengan cidera kepala berat
(ckb) di instlasai gawat darurat (igd) rsud dr. Moewardi Surakarta.
Surakarta: universitas muhammadiyah surakarta. Tersedia pada
http://eprints.ums.ac.id/22036/12/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses
pada 8 Juni 2017
West, John B., 2010. Patofisiologi Paru Esensial. Edisi 6. Jakarta: EGC
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.Y
2. Tempat/tgl lahir : Rantau Duku/02-12-1976
3. Umur : 41 tahun
4. Status Kawin : Kawin
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Agama : Islam
8. Alamat : Pasir Manis LB. Mayan Rantau Panjang Bungo
Jambi
9. No.MR : 97.83.96
10. Diagnosa Medis : CKB GCS 6.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada hari
Jum’at tanggal 12 Mei 2017 pukul 00.39 WIB, dengan keluhan
5. Ds : -
Do: pasien terlihat sesak
nafas, wajah pucat, RR
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperwatan Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan 25/05/17
25/05/17
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan edema otak
2. Ketidakefektifan 25/05/17
25/05/17
pola nafas
berhubungan
dengan aliran
darah ke otak
menurun
3. Ketidakefektifan 25/05/17
25/05/17
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan NOC NIC
si oksigenasi
tanda oksigen
tekanan pasien
Terapi oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan sesuai
kebutuhan
3) Monitor aliran
Monitor pernafasan
1) Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan adanya
kesulitan dalam
bernafas
2) Catat adanya
pergerakan dinding
dada,
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi dinding
dada
3) Monitor adanya
suara nafas
tambahan
4) Auskultasi suara
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/hari Diagnosa keperawatan Tindakan keperawatan Paraf
25-31/05/17 Ketidakefektifan perfusi 1. menilai tingkat
jaringan serebral kesadaran dengan
berhubungan dengan penilaian GCS
edema otak. dengan melihat
respon pada mata,
respon motorik, dan
respon verbal
2. memeriksa pupil;
gerakan,
kesimetrisan, reaksi
pupil,
3. menilai kekuatan
otot,
4. mengukur tanda-
tanda vital.
5. mengatur posisi
pasien semi fowler
dengan elevasi
kepala 15o-30o untuk
menurunkan TIK,
6. menjaga posisi leher
dengan teknik head
Tilt-Chin Lift untuk
memaksimalkan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
1.) Nama : Tn.N
2.) Tempat/tgl lahir : Pessel/28-02-1995
3.) Umur : 22 tahun
4.) Status Kawin : belum kawin
5.) Pendidikan : SMA
6.) Pekerjaan : Petani
7.) Agama : Islam
8.) Alamat : Jl.Koto Baru Silago Sungai Dareh Dharmasraya
9.) No.MR : 97.89.42
10.) Diagnosa Medis : CK GCS 11.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama:
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada hari
Rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 17.15 WIB, dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak ± 8 jam yang lalu, Muntah proyektil
(+), keluar darah dari telinga (+), trauma ditempat lain (+).
b) Keluhan saat dikaji :
1. Ketidakefektifan 25/05/17
25/05/17
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan edema otak
2. Ketidakefektifan 25/05/17
25/05/17
pola nafas
berhubungan
dengan aliran
darah ke otak
menurun
25/05/17
3. Ketidakefektifan 25/05/17
bersihan jalan
nafas berhubungan
dengan
penumpukan
sekret dijalan nafas
4 Hipertermia 25/05/17
25/05/17
berhubungan
dengan Trauma
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan NOC NIC
tekanan oksigen
Terapi oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan sesuai
kebutuhan
3) Monitor aliran
oksigen
4) Monitor efektifitas
terapi oksigen
Monitor pernafasan
1) Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan adanya
kesulitan dalam
bernafas
2) Catat adanya
pergerakan dinding
dada,
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi dinding
dada
3) Monitor adanya
suara nafas
tambahan
4) Auskultasi suara
nafas
5) Monitor
kemampuan batuk
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/hari Diagnosa keperawatan Tindakan keperawatan Paraf
25-31/05/17 Ketidakefektifan perfusi 1. menilai tingkat
jaringan serebral kesadaran dengan
berhubungan dengan penilaian GCS
edema otak. dengan melihat
respon pada mata,
respon motorik,
dan respon verbal
2. memeriksa pupil;
gerakan,
kesimetrisan,
reaksi pupil,
3. menilai kekuatan
otot,
4. mengukur tanda-
tanda vital.
5. mengatur posisi
pasien semi fowler
dengan elevasi
kepala 15o-30o
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/Hari Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf
keperawatan
25/05/17 Ketidakefektifan Pukul : 10.00-14.00 WIB
perfusi jaringan S: -
serebral berhubungan O: - KU: Jelek
dengan edema otak. - GCS : 7 E1M4V2
(Samnolen)
- IvfD Nacl 0,9% 28
tts/i
- Terpasang O2 NRM
10L/i,
- Terpasang monitor
EKG
- Diit:mc6x300/NGT