Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam rangka upaya kesehatan ini, pemerintah berusaha agar setiap
penduduk memiliki kesempatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal melalui pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh. Penyelenggaraan upaya kesehatan
didukung oleh sumber daya kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan,
sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan,
pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 Tahun 2002,
Rumah sakit sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
dengan demikian rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah
Sakit adalah pelayanan farmasi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Instalasi farmasi rumah sakit atau IFRS adalah bagian dari fasilitas
yang disediakan rumah sakit untuk menyelenggarakan kegiatan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Instalasi farmasi rumah sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu

1
asisten apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang
berlaku serta kompeten dan profesional.
Salah satu fungsi dari instalasi farmasi di rumah sakit yaitu pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengendalian,
pendistribusian, penghapusan obat dan pengawasan terhadap kebutuhan
farmasi untuk meningkatkan penggunaannya di rumah sakit serta memberi
informasi dan menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan
penggunaan obat dan kebutuhan farmasi.
Tenaga Kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang
memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Oleh karena itu tenaga kerja kefarmasian harus memiliki
pengetahuan mendalam tentang obat, terlatih dan memiliki keterampilan
dalam hal berkomunikasi serta dapat mengembangkan diri sebagai tenaga
yang profesional.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSU Kinapit Kotamobagu
merupakan kegiatan pelatihan bagi mahasiswa farmasi untuk menerapkan
ilmu yang telah didapat dan memberi pengalaman bagi mahasiswa itu
sendiri. Diharapkan mahasiswa praktek dapat mengetahui kegiatan
pengelolaan obat yang ada di Rumah Sakit. Praktek Kerja Lapangan ini
sangat besar manfaatnya bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan
teoritis yang didapatkan dari perguruan tinggi secara langsung. Oleh
karena itu melalui Praktek Kerja Lapangan ini, diharapkan dapat
menghasilkan seorang tenaga teknis kefarmasian yang benar-benar handal
dan profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
1.1.1 Tujuan dan Manfaat Magang
1.1.1.1 Tujuan
1. Untuk melatih mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan dunia
kerja

2
2. Untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang
penerapan teori yang telah dipelajari di bangku kuliah dan menerapkannya
di tempat yang telah ditugaskan
3. Untuk memahami metode pengelolaan perbekalan farmasi yang
meliputi: pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pengendalian, pendistribusian, pengembalian dan pemusnahan obat di
Rumah Sakit Kinapit Kotamobagu
4. Untuk memahami Pelayanan Informasi Obat (PIO) di rumah sakit.
5. Untuk memahami pelayanan kefarmasian dalam Penggunaan Obat
Rasional (POR) dan alat kesehatan yang meliputi: pengkajian resep/kartu
instruksi obat (skirining administratif, farmasetika, klinis), penyiapan obat
dan alkes, pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan
alkes, memahami Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada
pasien atau keluarga pasien
1.1.2 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang dunia kefarmasian
2. Dapat mengetahui dunia kerja yang nyata.
3. Dapat melatih diri untuk menjadi lebih jujur tanggung jawab dan disiplin
4. Membantu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Kinapit Kotamobagu

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah: “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat”. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa : “Rumah sakit merupakan sarana
pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat,
atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
2.1.2 Visi dan misi Rumah Sakit
Visi rumah sakit menjadi rumah sakit dengan kualitas pelayanan
EXCELLENCE yang mampu bersaing di era globalisasi.
Misi:
1. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang profesional,
berkualitas dan aman bagi pelanggan.
2. Mengembangkan infrastruktur layanan unggulan dan pendukungnya
3. Penyediaan SDM yang berkualitas dengan pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambung.
4. Memberikan perlindungan hukum, keselamatan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh staf dan karyawan.
2.1.3 Tujuan Rumah Sakit
Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit tidak lepas dari ketentuan bahwa
masyarakat berhak atas kesehatan sebagaimana dirumuskan dalam berbagai
ketentuan undang-undang, salah satunya dalam undang-undang no 36 tahun
2009 tentang kesehatan.

4
Sementara itu pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tinginya, diantaranya dengan menyediakan
fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan, dan salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan adalah Rumah Sakit.
2.1.4 Fungsi Rumah Sakit
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah
Sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,
dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2 Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit
2.2.1 Pengelolaan Obat Di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus
menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.

5
Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi :
1. Perencanaan
Kegiatan seleksi obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat
dalam memenuhi kebutuhan sediaan farmasi di rumah sakit dengan
pemilihan yang tepat agar tercapainya tepat jumlah tepat jenis, serta
efisian. Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
peningkatan efisiensi pengunaan obat, peningkatan obat secara rasional,
dan perkiraan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan (PermenKes,
2016).
2. Permintaan
Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat yang sudah
dirancanakan dengan mengajukan permintaan kepada dinas kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai peraturan dan kebijakan pemerintah setempat
(PermenKes, 2016).
3. Penerimaan
Kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dari instalasi farmasi. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang
diterima sesuai dengan kebuttuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh rumah sakit dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat
dan mutu (PermenKes, 2016).
Tenaga kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan
bertanggungjawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan, dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya (PermenKes, 2016).
1. Penyimpanan
Kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kiia dan mutunya terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (PermenKes, 2016).
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (PermenKes, 2016):
a. Bentuk dan jenis sediaan;

6
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan dikemasan sediaan
farmasi, serta suhu penyimpanan, cahaya dan kelembapan;
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan; dan
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak digunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontminasi.
Prosedur system penyimpanan obat menurut Palupiningtyas (2014),
yakni :
a. Obat disusun berdasarkan abjad, persamaan bentuk, dan cara
pemberian obat
b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan :
1. FIFO (First In First Out) obat yang dating pertama akan kadaluarsa
lebih awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun
paling epan dan obat baru diletakkan paling belakang.
2. FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa
harus dikeluarkan lebih dahulu.
Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) ketentuan
mengenai sara penyimpanan obat antara lain :
a. Gudang
Luas gudang minial 3 x 4m2, ruangan harus kering dan tidak
lembab, terdapat ventilasi udara, lantai harus di tehel, jangan ada
lantai yang bersudut dan sebisa mungkin dinding gudang dibuat licin
agar tidak da debu yang menmpel. Lemari narkotika dan psikotropika
harus selalu terkunci dan memiliki pinut ganda. Sebaiknya gudang
penyimpanan sediaan diberi pengukur suhu ruangan.
2. Pendistribusian
Kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhuhan sub unit farmasi rumah sakit.
Sub-sub unit di rumah sakit antara lain :
a. Apotek utama

7
b. Apotek dua/depo
c. Depo ibs
d. Ruang rawat inap
e. Rawat jalan.
3. Pengendalian
Kegiatan untuk memastikan tercapainya sarana yang diinginkan sesuai
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kekurangan obat di unit pelayanan kesehatan (PermenKes, 2016).
2.2.2 Prosedur Tetap Pelayanan Kefarmasian (Depkes RI, 2017)
1. Prosedur Tetap Penerimaan Resep
a. menerima resep pasien
b. memeriksa kelengkapan resep yaitu : nama, nomor izin surat praktek,
alamat dan paraf dokter penulis resep, tanggal rsep, nama obat, jumlah
dosis yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan
jenis kelamin pasien.
c. Memeriksa kesesuaian farmasetik : bentuk, sediaan dosis, stabilitas,
inkompatibilitas, potensi, cara dan lama pemberian.
d. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan mempertimbangkan alternative
seperlunya.
2. Prosedur Tetap Peracikan Obat
a. membersihkan tempat dan peralatan kerja
b. mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama jumlah obat yang
diminta dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan
diserahkan ada pasien
c. mengambil obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
jumlahnya, misalnya sendok atau spatula.
d. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah
dicampur air matang sesuai dengan takarannya pada saat akan
diserahkan pada pasien.
e. Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkahnya sebagai berikut :

8
1. Menghitung kesesuaian dosis
2. Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan
kebutuhan
3. Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu
digabungkan dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai
homogeny
4. Membagi dan membungkus obat secara merata
5. Tidak mencampur sediaan antibiotic kedalam puyer
6. Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus
7. Menulis nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai
dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca
8. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai pada permintaan
resep, lalu memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar terjaga
mutunya.
3. Prosedur Tetap Penyerahan Obat
a. memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlh dan cara penggunaan
obat dengan permintaan pada resep.
b. Memanggil dan memastikan nama pasien
c. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
d. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat
e. Meminta pasien untuk menyimpan obat ditempat yang aman dan jauh
dari jangkauan anak-anak
4. Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat
a. menyediakan spanduk dan poster yang berisi informasi obat pada
tempat yzng ,udah dilihat pasien
b. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan, secara langsung atau
tidak langsung ,dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis, dan
bijaksana melalui penelusuran literature secara sistematis untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan
5. Prosedur Tetap Penanganan Obt Rusak Atau Kadaluarsa
a. identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa

9
b. memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya
c. membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluarsa
dikirim kembali ke instalasi farmasi kabupaten atau kota

10
BAB III
TINJAUAN TEMPAT PKL
3.1 Sejarah dan Lokasi Rumah Sakit
Rumah Sakit umum Kinapit Kotamobagu adalah salah satu
Rumah Sakit Umum yang ada diwilayah kotamobagu dari pengembangan
praktek dr. Frans Paliliewu yang dirintis sejak tahun 1983.
Praktek pribadinya dari hari ke hari menunjukan perkembangan
yang pesat. Animo masyarakat sekitar Boolang Mongondow Raya begitu
besar terhadap pelayanan dari dr. Frans Paliliewu, hal inilah yang
menyebabkan keinginan dr. Frans Paliliewu untuk mengembangkan
praktek pribadinya menjadi Rumah Sakit Bersalin Kinapit Kotamobagu
pada tahun 1983. Maksud dan tujuannya adalah dalam rangka
mempermudah pemeberian pelayanan serta Fasilitas Kesehatan pada
masyarakat Kotamobagu pada umumnya. Makin besarnya minat
masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan secara umum maka
dibentuklah suatu Yayasana yang bernama Yayasan Kartika Totabuan
dalam rangka menunjang dan meningkatkan sarana dan prasarana Rumah
Sakit Umum Kinapit Pada tahun 2011 berdasarkan Akta Notaris 02
tanggal 20 september 2011.
Setiap rumah sakit pasti memiliki visi dan misinya tersendiri.
Adapun Visi dan Misi dari Rumah Sakit Kinapit antara lain sebagai
berikut
Visi: Menjadi Rumah Sakit dengan kualitas pelayanan Excellence yang mampu
bersaing di era globalisasi
Misi: 1. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang professional,
berkualitas dan aman bagi pelanggan,
2. Mengembangkan infrastruktur layanan unggulan dan pendukungnya
3. Menyediakan SDM yang berkualitas dengan pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan
4. Memberikan perlindungan hukum, keselamatan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh staf dan karyawan

11
3.2 Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu department atau unit
atau bagian disuatu Rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persayaratan peraturanperundang-
undangan yang berlakudan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh atas pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang ditunjukan untuk keperluan rumah Sakit itu sendiri (
Siregar, 2003)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit umum Kinapit memiliki Struktur
Organisasi sebagai berikut :

YAYASAN

DIREKTUR

KEPALA BAGIAN Kelompok jabatan


TATA USAHA fungsional

KASUBAG KASUBAG KASUBA


PROGRAM, KEPEGAW G UMUM,
KEUANGA AIAN PERLENG
N DAN KAPAN
PELAPORA DAN
N HUMAS

KEPALA KEPALA KEPALA


BIDANG BIDANG BIDANG
MEDIS KEPERA PENUNJA
WATAN NG
MEDIS

Kelompok jabatan Kelompok Kelompok


fungsional jabatan jabatan
fungsional fungsional

12
3.2.1 Sub Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kinapit Kotamobagu

Sub Instalasi Farmasi Rumah Sakit ditinjau dari tempat pelaksanaan


praktek kerja lapangan :
1. Farmasi 1
Depo Farmasi 1berada dibawah pengawasan seorang apoteker yang
dibantu oleh apoteker lainnya serta beberapa asisten dan petugas non farmasi yang
melayani bidang administrasi.
Depo Farmasi 1 melayani pasien rawat jalan, rawat inap dan poliklinik
yang terdiri dari poliklinik penyakit Dalam, Bedah, Kesehatan Anak, Kebidanan,
Syaraf, Beda Syaraf Penyakit Jiwa, THT, Mata, Kulit Dan Kelamin, Gigi dan
Mulut, Jantung, Ortopedik, OK Minor, Pelayanan rawat inap meliputi beberapa
ruangan yaitu, IMC, UGD, NICU, PICU, ICU, IGD, hemodiialisa, Ruang Syaraf
dan Ruang Anak.
Pelayanan resep rawat mempunyai Alur Pelayanan Obat dan Tata Laksana
Konseling Obat di Farmasi Rawat Jalan RSU Kinapit Kotamobagu dimulai dari
penerimaan resep, pengambilan nomor antrian, skrining administrasi oleh petugas,
pelayanan resep, penyerahan obat dan pelayanan informasi obat serta konseling
pada pasien.
Pelayanan resep rawat inap dilakukan sesuai alur pelayanan yang
ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Resep rawat inap diterima oleh farmasis dari
perawat masing-masing ruangan yang dibawa bersama dengan kartu control obat
pasien. Kemudian akan dilakukan skrining administrasi dan farmasetik oleh
apoteker. Selanjutnya penyediaan obat pasien serta pendsitribusian obat masing-
masing ruangan yang dilakukan oleh farmasis. Adapun untuk pelayanan pasien
IGD dilakukan dengan tata laksana; penerimaan resep, pengambilan nomor
antrian, skrining administrasi, pelayanan resep dan penyerahan obat.
Persediaan barang di farmasi 1 berasal dari gudang farmasi. Permintaan
dilakukan setiap hari jika barang persediaan di depo farmasi rawat jalan kosong.
Permintaan ke gudang farmasi menggunakan formulir permintaan barang.

13
Sistem persediaan barang di farmasi 1RSU kinapit Kotamobagu disusun
berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, First In First Out (FIFO) dan First Expire
First Out (FEFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan.
2. Depo Farmasi II
Depo faramsi II berada dibawah pengawasan seorang apoteker yang
dibantu oleh apoteker lainnya serta beberapa asisten apoteker. Depo Farmasi II
melayani pasien rawat inap dan rawat jalan untuk beberapa ruangan.
Sistem pelayanan di depo farmasi II adalah sistem unit dose yaitu sistem
pemberian obat kepada pasien secara unit dosis untuk sekali pakai dalam jangka
waktu 24 jam dan meyediakan stock obat di dalam lemari emergensi. Lemari
emergensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan. Alur
distribusi obat secara unit Dosis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kinapit seperti
distribusi pada Farmasi 1 terdapat pelayanan resep rawat inap dan rawat jalan,
namun yang membedakan pada depo Farmasi II tidak melayani resep UGD dan
hanya mencakup beberapa ruangan saja.
Pengadaan barang di depo Farmasi II berasal dari gudang farmasi.
Sedangkan permintaan barang di lakukan setiap hari, dengan menggunakan
formulir permintaan barang. Penataan barang berdasarkan bentuk sediaan,
kemudian disusun menurut alfabetis. Barang yang memiliki waktu kadaluwarsa,
dan pengeluarnya memiliki prinsip First Expired date Out (FEFO) serta First In
First Out ( FIFO). Stock opnmae dilakukan setiap tiga bulan.
3. Depo farmasi III
Depo Farmasi III berada dibawah pengawasan apoteker. Sumberdaya
manusia terdiri dari satu orang apoteker dan di bantu oleh satu orang asisten
apoteker yang merangkap administrasi Depo Farmasi III atau Depo Instalasi
bedah sentral hanya melayani resep untuk pasien yang akan operasi diruang
bedah.
Depo Farmasi IBS adalah depo farmasi III yang khusus melayani
permintaan perbekalan farmasi bagi pasien yang akan di operasi di RSU Kinapit
Kotamobagu dimana ada beberapa operasi yang dilaksanakan oleh RSU Kinapit
Kotamobagu, yaitu operasi elektif yang merupakan operaso terencana untuk

14
pasien rawat inap; operasi One Day Care (ODC) yang merupakan operasi
terjadwal yang melayani operasi-operasi ringan ; operasi cito merupakan operasi
yang tidak direncanakan karena dilakukan pada keadaan darurat.
Pengadaan perbekalan farmasi untuk depo farmasi IBS dilakukan dengan
mengisi formulir permintaan barang dan dikirim kle gudang farmasi setiap
harinya. Penyimpanan obat dan alat kesehatan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun berdasarkan abjad . stock opname dilakukan selama tiga bulan.
Petugas Depo Farmasi IBS bertugas membuat perincian biaya
penggunaaan obat dan alkes pasien selama operasi elektif , ODC dan cito.
Selanjtnya, perincian ini akan dikirim ke depo farmasi rawat Inap dimana pasien
tersebut dirawat, atau dikirim ke tata usaha IBS umtuk pasien ODC.
4. Gudang
Struktur organisasi dalam gudang dibawah pengawasan kepala gudang.
Gudang farmasi memiliki beberapa karyawan yang terdiri dari apoteker, asisten
apoteker yang merangkap sebagai administrasi dan beberapa petugas non farmasi;
kegiatandigudang meliputi : Pengadaan barang farmasi, penyimpanan,
penyaluran/pendistribusian dan membuat laporan-laporan untuk kepentingan
administrasi.
Dalam hal pengadaan, direktur Rumah Sakit membentuk 2 tim yaitu :
a.) Tim pengadaan : Melakukan pemesanan barang yang dibutuhkan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pembelian dilakukan secara
langsung pada Pedagang Besar Farmasi (PBF)
b.) Tim penerimaan : Barang yang dipesan diterima dan diperiksa untuk
memastikan bahwa barang yang diantar sudaj sesuai dengan yang
dipesan. Beberapa hal yang diperiksa adalah : jumlah barang, tanggal
kadaluwarsa minimal 2 tahun ( jika ada) dan meadaan fisik barang.
Barang yang telah di terima selanjutnya disimpan digudang farmasi.
Barang yang telah diperiksa kemudian disimpan dengan bentuk sediaan,
dan alfabetis. Barang-barang ini dalam pengeluarannya juga menggunakan sistem
First In First Out (FIFO) dan First Exparied First Out (FEFO) dalam
penyimpanannya gudang farmasi terdiri dari :

15
a.) Gudang penyimpanan obat, alat kesehatan habis pakai, pembalut,
bahan baku, vaksin dan injeksi yang disimpan pada suhu 2-8 derajat
celcius
b.) Gudang penyimpanan cairan infus
c.) Gudang penyimpanan gas medis
d.) Gudang tahan Api
Penyerahan barang digudang farmasi dengan membeuat berita acara dari
tim penerimaan barang untuk penyerahana barang. Setelah barang diterima maka
barang disimpan digudang farmasi dan petugas gudang mencatat barang yang
masuk ke gudang.
Stock opname barang farmasi dilakukan setiap tiga bulan, keluar masuk
barang-barang dicatat kedalam: kartu stelling, kartu persediaan, buku persediaan,
dan buku induk penerimaan barang.
Gudang farmasi menerima permintaan barang dari depo-depo farmasi
ataupun langsung dari ruangan. Pendsitribusian barang farmasi ke semua depo
farmasi dilakukan dengan cara mengisi formulir permintaan barang dan dilakukan
setiap hari dengan jadwal yang berbeda-beda anatar depo farmasi. Sedngkan
pendistribusian barang ke ruang rawat inap dilakukan setiap dua minggu
sedangkan rawat jalan setiap bulan, dimana permintaannya menggunakan formulir
pengambilan barang.
3.3Pelaksaan Magang
Tanggal : 11 januari 2021-15 februari 2021
Hari : senin-sabtu
Waktu pelaksanaan shift pagi : 8.00-1500 WITA

16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSU Kinapit Kotamubagu
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
menurut ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis
pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
pacu jantung, implan, dan stent.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di RSU Kinapit Kotamubagu menganut sistem satu pintu seperti pada
undang-undang yang berlaku sehingga semua produk farmasi yang diterima
dan dikeluarkan hanya oleh unit farmasi, sehingga kebutuhan dan
penggunaan produk dapat terpantau dengan baik.
Pada kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSU Kinapit
Kotamubagu, terdiri atas beberapa tahapan yang meliputi pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengendalian,
pendistribusian dan mutasi obat.
Pada tahap pemilihan sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Unit Farmasi Rumah Sakit Umum Kinapit
Kotamubagu sesuai dengan kebutuhan yaitu berdasarkan dengan
Formularium Rumah Sakit yang sesuai dengan aturan Permenkes Nomor 72
tahun 2016 yakni Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan
keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di
pasaran.

17
Pada tahap perencanaan di Unit Farmasi Rumah Sakit Umum
Kinapit Kotamubagu dilakukan dengan metode konsumsi, epidemiologi dan
kombinasi antara konsumsi dan epidemiologi yang telah disesuaikan
berdasarkan anggaran yang tersedia, mencakupi prioritas penggunaan, sisa
persediaan, data terkait dengan pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu
pemesanan dan rencana pengembangan yang bertujuan untuk menghindari
terjadinya kekosongan Stok Obat, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang ada di Unit Farmasi Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu.
Setelah tahapan perencanaan selanjutnya yakni dilakukan pengadaan.
Pengadaan yang dilakukan oleh pegawai pengadaan melalui e-purcasing
atau e-katalog untuk obat generik dan untuk obat-obat branded melalui
penunjukan langsung PBF, setelah dilakukan pemesanan produk melalui
PBF yang dilakukan Unit Farmasi Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu
yaitu dengan pembelian langsung melalui PBF oleh apoteker yang
dilakukan setiap dua bulan sekali hal ini untuk mencegah kekosongan stock
obat selanjutnya PBF akan melakukan pengiriman pesanan produk di
Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu yang dilanjutkan ke unit farmasi
dengan dilakukan pemeriksaan produk apakah sudah sesuai dengan surat
pesanan dengan menyesuikan surat pesanan dengan faktur baik mutu, jenis,
jumlah, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan.
Apabila tidak ada kesalahan saat pemeriksaan barang maka barang langsung
diterima kemudian faktur ditanda tangani oleh apoteker atau AA yang
menerima produk pada saat itu. Faktur asli diserahkan kepada pengantar
produk untuk penagihan, sedangkan salinannya disimpan oleh Unit Farmasi
untuk dijadikan arsip. Karena masih menggunakan sistem manual faktur
yang diterima dicatat dibuku penerimaan Sediaan Farmasi.
Kemudian Produk Farmasi yang diterima disimpan di gudang Farmsi
Obat, BMHP dan alkes sesuai jenis produk kemudian dilakukan stok produk
masuk pada kartu stok. Karena ruang penyimpanan obat di gudang sediaan
farmasi di Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu hanya 1. Perbekalan
farmasi yang ada di gudang disimpan dengan menggunakan sistem alphabet,

18
sistem first in first out (FIFO) yaitu penyimpanan obat berasarkan obat yang
datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu dan sistem first expired first
out (FEFO) yaitu penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tangga
kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.
Pada penyimpanan Sediaan Farmasi di unit Farmasi Rumah Sakit
Umum Kinapit Kotamubagu, sesuai dengan Permenkes No. 72 Tahun 2016
yang memiliki penampilan serupa dan terdengan serupa maka diberikan
label LASA (Look Alike Sound Alike) dan ditempatkan sedikit berjauhan
untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Sedangkan untuk
penyimpanan High Alert di tempatkan pada tempat yang khusus dipisahkan
dengan obat lain dan diberikan label khusus pada obat High Alert dengan
menggunakan huruf kombinasi (huruf kecil dan besar) dan background label
berwarna mencolok dan ditempelkan.
Pada system pendistribusian obat yang dilakukan oleh unit Farmasi
Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu sesuai berdasarkan dengan
Permenkes No. 72 Tahun 2016 yang terdiri atas 4 sistem pendistribusian
yaitu, sistem persediaan di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan,
sistem unit dosis, dan sistem kombinasi. Pada sistem pendistribusian floor
stock penyediaan obat langsung ke ruangan perawatan. Sedangkan sistem
pendistribusian resep perorangan dilakukan berdasarkan resep perorangan
atau pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Unit Farmasi Rumah Sakit
Umum Kinapit Kotamubagu. Untuk sistem pendistribusian Unit Dosis
(UDD) dilakukan untuk pasien rawat inap yang diberikan berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda untuk
penggunaan satu kali dosis. Sedangkan penggunaan sistem pendistribusian
kombinasi yaitu dengan mengkombinasikan antara ketiga sistem
pendistribusian tersebut.
Pada tahapan pengendalian yang dilakukan oleh Unit Farmasi
Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu dengan melakukan evaluasi
persediaan obat yang sering keluar atau digunakan dan persediaan obat yang
jarang digunakan. Untuk obat yang sering digunakan, di stok produk untuk 3

19
bulan agar memastikan terjaganya stok obat. Sedangkan untuk obat yang
jarang keluar atau digunakan dilakukan konsultasi kembali jenis-jenis obat
kepada dokter sehingga dokter bisa memberikan resep sesuai dengan
diagnose pada pasien agar obat yang jarang digunakan bisa keluar.
Pada kegiatan pemusnahan Sediaan Farmasi, Bahan Medis Habis
Pakai, dan Alat Rumah Sakit Kinapit Kotamubagu dikategorikan belum
sesuai standar yang di terapkan oleh Permenkes sehingga Rumah Sakit
Umum Kinapit Kotamubagu tidak melakukan pemusnahan obat karena tidak
memiliki alat yang digunakan untuk memusnahkan bahan medis habis pakai
dan alat Rumah Sakit Umum Kinapit karena berdasarkan peraturan Menteri
kesehatan No. 73 tahun 2016 pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4.2 Pelaksanaan Pusat Informasi Obat (PIO)di RSU Kinapit Kotamubagu
Pada Pelayanan Infromasi Obat (PIO) yang dilakukan oleh Unit
Farmasi Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu telah sesuai dengan
standar Permenkes No. 72 Tahun 2016. Namun, belum optimal dikarenakan
sosialisasi keberadaan PIO di Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu
belum optimal banyak masyarakat setempat yang belum mengetahui
keberadaan PIO dan pengetahuan PIO masih terlalu minim untuk
masyarakat setempat. Konseling terhadap pasien yang memerlukan
pengarahan khusus, kepatuhan pasien perlu dipantau agar terapi yang
diberikan berhasil. Sedangkan menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016
pelaksanan PIO yang baik yaitu memiliki kriteria pasien yang anak-anak dan
lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, menerima obat lebih dari 5 jenis obat,
adanya multidiagnosis, dan kegiatan berupa apaoteker apoteker menentukan
prioritas masalah kondisi pasien dan menentukan apakah masalah tersebut
sudah berpotensi akan terjadi.
4.3 Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat Rasional (POR) di
RSU Kinapit Kotamubagu

20
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
rasional (POR) dan alat kesehatan yang meliputi pengkajian resep, instruksi
obat (skirining administratif, farmasetik, klinis), penyiapan obat dan alkes,
pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes.
Pemberian komonikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien dan
keluarga pasien.
Pada kegiatan pelayanan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Kinapit Kotamubagu adalah pengkajian dan penyerahan resep obat yang
dilakukan oleh Apoteker atau asisten apoteker. Resep diterima oleh asisten
apoteker dari pasien dilakukan konfrmasi kembali nama pasien dan status
pasien apakah rawat inap atau rawat jalan. Kemudian asisten apoteker
melakukan pemeriksaan kelengkapan resep. Apabila terjadi ketidak jelasan
obat atau dosis obat yang tidak rasional maka asisten apoteker melakukan
konfirmasi kepada dokter untuk menanyakan kebenaran resep. Jika resep
telah sesuai maka asisten apoteker akan menyiapkan resep berdasarkan resep
yang diminta dan diberikan etiket sesuai dengan resep dokter. Selanjutnya
penyerahan obat dilakukan oleh apoteker, apoteker melakukan pemeriksaan
kembali obat yang telah disiapkan serta data pasien. Jika tidak terdapat
kesalahan resep maka obat diserahkan ke pasien dan dilakukan informasi
obat ke pasien mengenai aturan pakai, cara pakai dan penyimpanan obat.
Kegiatan rekonsiliasi obat yang merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien yang dilakukan oleh Unit
Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu telah sesuai dengan standar
Permenkes No. 72 Tahun 2016.
Pada pelaksanaan kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik yang
dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu meliputi
pengkajian dalam pelayanan resep, konsultasi obat yang berupa pertanyaan
terkait penggunaan obat sebelumnya yang di konsumsi pasien atau riwayat
alergi dan lain sebagainya, visite di ruang inap yang dilakukan apoteker
yang bertugas di rumah sakit visite itu sendiri merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk pemberian informasi obat kepada pasien atau keluarga

21
pasien terkait obat-obatan yang di konsumsi oleh pasien rawat inap,
konseling yang merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien
atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien,
pemantauan terapi obat (PTO) yang merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping nonitoring
efek samping obat juga yang merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau fungsi fisiologis dan partisipasi dalam formularium rumah
sakit. Dalam pelaksanaan kegiatan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum
Kinapit Kotamubagu apoteker penanggung jawab tiap apotek dan
penanggung jawab famasi klinik, PIO dan mutu di Rumah Sakit Umum
Kinapit memiliki tugas untuk melakukan pelayanan farmasi klinik tiap
harinya seperti konseling, PIO, dan visite. Hal ini sudah sesuai dengan
standar Permenkes No. 72 Tahun 2016.
Konseling selalu dilakukan oleh apoteker penanggung jawab di
rumah sakit Umum Kinapit Kotamubagu setiap kali memberikan obat
kepada pasien. Untuk PIO biasanya ada beberapa pasien yang tidak
memerlukan PIO maka dari itu PIO dilakukan hanya jika ada permintaan
dari pasien. PIO biasanya dilakukan di sebuah ruangan dengan waktu 5-15
menit yang merupakan waktu yang telah diterapkan dan di tetapkan oleh
permenkes No 73 Tahun 2016.
Rumah Sakit Umum Kinapit Kotamubagu juga menerapkan visite.
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara lansung. Dan mengkaji masalah
terkait obat, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat
(MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), serta langkah apa saja yang

22
harus ditempuh untuk pemberian obat agar pasien sembuh tanpa ada
keluhanan lainnya. Dalam pelaksaan visite biasanya ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh apoteker seperti pengisian beberapa dokumen pasien.
Seperti penjelasan diatas pada dasarnya apoteker di Rumah Sakit
Umum Kinapit Kotamubagu selain menerima, meyerahkan resep dan
memberikan konseling pada pasien, apoteker juga memiliki tanggung jawab
untuk mengisi beberapa dokumen terkait pasien. Beberapa dokumen terkait
pasien diisi pada saat apoteker melakukan visite. Lembar pasien datang yang
ditempatkan di UGD yang seharusnya diisi oleh apoteker, namun karena
keterbatasan jumlah apoteker maka lembar ini biasanya diisi oleh perawat di
UGD. Selain itu, apoteker juga harus mengisi rekonsilasi lembar edukasi
terkait pemberian informasi pengobatan yang diberikan terhadap pasien
selama berada di rumah sakit. Lembar ini biasanya diisi saat apoteker
apoteker melakukan visite. Kemudian pengisian catatan perkembangan
pasien dilakukan dengan metode SOAP. Berikutnya apoteker harus mengisi
lembar kartu control yang pasien serahkan setiap pengambilan resep untuk
mengontrol pemberian obat yang digunakan pasien. Dan terakhir pengisian
lembar pasien pulang yang juga harus diisi oleh apoteker terkait kondisi
pasien saat meninggalkan rumah sakit.

23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kegiatan PKL sangat melatih dan membuat mahasiswa agar. dapat
beradatapsi dengan baik dengan dunia kerja
2. Dengan adanya kegiatan PKL memberikan gambaran nyata bagi mahasiswa
untuk mengetahui penerapan ilmu yang telah dipelajari di dunia pendidikan
untuk diterapkan di dunia usaha. Selain itu, mahasiswa juga dapat
mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan wawasan di dunia industri yang
belum atau bahkan tidak didapat di dunia pendidikan formal.
3. Pengelolaan Obat di RSU Kinapit Kotamobagu sudah berjalan dengan baik
mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pengendalian, pendistribusian, pengembalian dan pemusnahan obat.
4. Pada Pelayanan Infromasi Obat (PIO) yang dilakukan oleh Unit Farmasi
Rumah Sakit Kinapit Kotamobagu telah sesuai dengan standar Permenkes
No. 72 Tahun 2016.
5. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat rasional (POR)
dan alat kesehatan yang meliputi pengkajian resep, instruksi obat (skirining
administratif, farmasetik, klinis), penyiapan obat dan alkes, pemantauan
efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes. Pemberian
komonikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien dan keluarga
pasien.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Lebih meningkatkan komunikasi antar pembimbing pihak jurusan
dengan pihak tempat praktek kerja lapangan
5.2.2 Untuk Rumah Sakit
Diharapkan RSU Kinapit Kotamobagu lebih meningkatkan pelayanan
di setiap unitnya.

24

Anda mungkin juga menyukai