Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BINA PRIBADI DAN SOSIAL


“ Peristilahan Pada Hambatan Emosi, Perilaku Dan Sosial “

Dosen Pengampu :

Dra. Fatmawati, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1 :

T. Fadila Aurora Putri 19003034


Nofriza Yanti 19003082
Nur Hidayah 19003087
Winki Meigi Putra 19003111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah
dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul "Peristilahan yang digunakan pada hambatan emosi, perilaku, dan
sosial", yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari materi terkait dengan mata kuliah Bina Pribadi dan Sosial.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Padang, Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Peristilahan yang digunakan pada hambatan emosi, perilaku, dan
sosial......................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP................................................................................................5
A. Kesimpulan..........................................................................................................5
B. Saran....................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam literatur asing banyak istilah yang mengupas tentang pendidikan
dan psikoterapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi dan sosial, banyak
ditemukan istilah yang bermakna sama dengan istilah anak tunalaras, seperti:
serious emotional disturbance children, emotional conflict children, emotional
disturbance children, emotional handicap children, emotional impairment
children, behavior disorder children, behavior handicap children, behavior
impairment children, severe behavior children, social and emotional children, dan
sebaginya. Istilah-istilah tersebut pada dasarnya sama, yaitu menunjuk kepada
anak yang mengalami penyimpangan prilaku baik pada taraf berat, sedang, ringan,
yang disebabkan oleh gangguan emosi, sosial atau keduanya. Maka dari itu
makalah ini akan membahas lebih jauh tentang peristilahan pada hambatan emosi,
prilaku dan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja istilah-istilah yang digunakan pada hambatan emosi, perilaku
dan sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami tentang istilah-istilah yang digunakan pada
hambatan emosi, perilaku dan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peristilahan Yang Digunakan Pada Hambatan Emosi, Perilaku,


Dan Sosial
Di masyarkat kita banyak istilah untuk memberikan label kepada
anak tunalaras (hambatan emosi, perilaku dan social). Istlah yang
digunakan biasanya tergantung pada sudut pandang keilmuan yang
mereka geluti. Misalnya, guru menyebut anak sulit diatur, anak sukar,
anak nakal. Pedagog menyebutnya anak tunalaras. Sosial Worker
menyebutnya anak gangguan sosial atau anak penyandang masalah
sosial. Psikolog menyebutnya anak terganggu emosi, anak terhambat
emosi. Lowyer menyebutnya anak pranakal, anak nakal, anak pelanggar
hukum. Orang tua dan masyarakat awam menyebutnya anak nakal, anak
bandel, anak keras kepala, anak jahat dan sebagainya. (Celik et al.,
2018).
Istilah Gangguan perilaku atau dalam kategori Quay (bahasa
Inggrisya) disebut Conduct Disorder (Quay, 1964) Secara historis
diadopsi dari variasi beberapa term antar bangsa, terutama di Eropa. Di
Inggris, dengan istilah emotional and behavioral difficulties (kesulitan
emosional dan perilaku) telah secara luas digunakan di Amerika Serikat,
emotional and behavioral disorders (gangguan emosional / perilaku) atau
emotional disturbance (gangguan emosi) dan behavioral disorders
(penyimpangan perilaku) juga digunakan secara luas. Istilah-istilah
tersebut digunakan dalam rangka mengupayakan kebutuhan pelayanan
pendidikan kepada anak dalam menentukan apakah seorang anak berhak
mendapatkan Pendidikan khusus atau umum.

Dalam literatur asing banyak istilah yang mengupas tentang


pendidikan dan psikoterapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi

2
dan sosial, banyak ditemukan istilah yang bermakna sama dengan
istilah anak tunalaras, diantaranya :
1. Serious Emotional Disturbance Children (Anak yang mengalami
gangguan emosi pada taraf serius).
2. Sosiallized Agresive Children, yaitu kelompok anak yang masih
mampu melakukan hubungan dan interaksi sosial pada kelompok yang
terbatas, seperti kelompoknya.
3. Emotional Conflict Children (Anak yang mengalami konflik emosi).
4. Emotional Distrubance Children (Anak yang terganggu
perkembangan emosi) dengan menunjukan adanya gejala ketegangan
atau konflik batin, menunjukan kecemasan, penderita neurotis atau
bertingkahlaku psikotis.
5. Emotional Handicap Children (Anak yang terhambat perkembangan
emosi).
6. Emotional Empairment Children (Anak yang mengalami kerusakan
fungsi emosi).
7. Serious Emotional Disability Children (Anak yang mengalami
ketidakmampuan mengendalikan emosi secara serius).
8. Behavior Disorder Children (Anak yang berperilaku tidak
teratur/menimpang).
9. Behavior Handicap Children (Anak yang mengalami hambatan
dalam perilaku).
10. Behavior Impairment Children (Anak yang mengalami kerusakan
dalam perilaku).
11. Severe Behavior Handicap Children (Anak yang terhambat perilaku
taraf berat).
12. Social and Emotional Maladjusment Children (Anak yang tidak
dapat menyesuaikan diri karena gangguan social dan emosi).
Kelompok anak ini sering juga disebut anak “over inhibited”. Dengan
karakteristik prilaku, seperti: penakut, pemalu, cemas, penyendiri,
sensitive, sulit melakukan interaksi sosial secara baik dengan

3
teman temannya, sangat ketergantungan, dan mengalami defresi. Pada
umumnya
13. Emotional and Behavior Disorder Children (anak yang mengalami
gangguan emosi dan perilaku tidak teratur).
14. Social and Emotional Disturbance Children (Anak yang terganggu
perkembangan social dan emosi).
15. Juvenile Delinquency (Anak/remaja nakal). Delinquency adalah
tingkah laku anak atau remja yang melanggar norma- norma hukum
tertulis atau merupakan salah satu bentuk penyesuaian anak yang
salah, tidak sesuai dengan tuntutan dan harapan lingkungan
masyarakat.
16. Unsocialized Agresive Children, yaitu kelompok anak yang
menunjukan gejala-gejala: tidak menyenangi sikap ototitas, seperti
guru, dan polisi.
Memperhatikan istilah-istilah di atas, ada beberapa hal yang perlu
dipahami, yaitu :
a. Istilah-istilah tersebut menunjukan makna yang sama yaitu adanya
penyimpangan/kelainan/hambatan tingkah laku pada anak.
b. Penyimpangan tingkah laku (ketunalarasan) sebagai dampak
gangguan/hambatan perkembangan pada aspekemosi, social, atau
kedua-duanya.
c. Dikatakan ketunalarasan apabila gejala kelainan/gangguan pada taraf
serius
d. Sudut pandang yang digunakan yaitu dari kacamata Psikologi,
Sosiologis, Pedagogik, dan Hukum. (Nathan & Scobell, 2012)
Istilah-istilah tersebut pada dasarnya sama, yaitu menunjuk kepada anak
yang mengalami penyimpangan prilaku baik pada taraf berat, sedang,
ringan, yang disebabkan oleh gangguan emosi, sosial atau keduanya. (Çelik
et al., 2018)

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak istilah untuk memberikan label kepada anak tunalaras (hambatan
emosi, perilaku dan social). Istilah yang digunakan biasanya tergantung pada
sudut pandang keilmuan yang mereka geluti. Misalnya, guru menyebut anak
sulit diatur, anak sukar, anak nakal. Pedagog menyebutnya anak tunalaras.
Sosial Worker menyebutnya anak gangguan sosial atau anak penyandang
masalah sosial. Psikolog menyebutnya anak terganggu emosi, anak
terhambat emosi. Lowyer menyebutnya anak pranakal, anak nakal, anak
pelanggar hukum. Orang tua dan masyarakat awam menyebutnya anak nakal,
anak bandel, anak keras kepala, anak jahat dan sebagainya.
Dalam literatur asing banyak istilah yang mengupas tentang pendidikan
dan psikoterapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi dan sosial,
banyak ditemukan istilah yang bermakna sama dengan istilah anak tunalaras,
seperti: serious emotional disturbance children, emotional conflict children,
emotional disturbance children, emotional handicap children, emotional
impairment children, behavior disorder children, behavior handicap children,
behavior impairment children, severebehavior children, social and emotional
children, dan sebaginya.

B. Saran
Saran penulis pada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis akan memperbaiki makalah dengan berpedoman pada sumber dan
kritik serta saran yang membangun dari pembaca.

5
DAFTAR PUSTAKA

Aini Mahabbati. (2006). Identifikasi Anak dengan Gangguan Emosi dan Prilaku
di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Khusus, 02(02), 1858–0998.

Anisah, A. S. (n.d.). Gangguan prilaku pada anak dan implikasinya.

Çelik, A., Title. Journal of Materials Processing Technology, 1(1), 1–8.

Nathan, A. J., & Scobell, A. (2012). Konsep Dasar Tunalaras. Foreign Affairs,
91(5), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai