Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
No. Dokumen :
No. Revisi : -
DITETAPKAN
KEPALA
UPT PUSKESMAS dr.Anggrainie Nawang Wulan
SUNGAI PANAS NIP.19770227 200804 2 002
1. Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi atau biasa disebut KIPI merupakan kejadian medik
yang diduga berhubungan dengan vaksinasi. Kejadian ini dapat berupa reaksi
vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan.
2. Tujuan Menjadi acuan dalam proses dari distribusi hingga pelaksanaan vaksinasi
COVID-19.
3. Kebijakan SK Dirjen P2P Kementerian Kesehatan nomor : HK 02.02/4/1/2021 tanggal
02 Januari 2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19
4. Referensi 1. Undang-Undang No.4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular;
2. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
3. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 84 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19);
4. Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 ( COVID-19 );
5. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
( COVID-19 ).
5. Alat Dan Bahan 1. Formulir pelaporan kejadian ikutan pasca imunasi (KIPI) serius
2. Isi dari Kit Anafilaktik terdiri dari :
Satu ampul epinefrin 1 : 1000
aminofilin ampul, difenhidramin vial, dexamethasone ampul
Beberapa spuit 1 mL
Beberapa infus set
beberapa kantong NaCl 0.9 % atau Dextrose 5%
Tabung Oksigen
3. ATK
6. Langkah – 1. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan
Langkah berat badan (massa).
2. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio
midanterolateral paha, 0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml),
maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu pemberian dosis dan ulangi
5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon terhadap 1-2
dosis.
3. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat
distres pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal
dapat terjadi dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
4. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker
atau oropharyngeal airway.
5. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula
diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9%
(isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada
orang dewasa).
6. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada
secara kontinyu dan amankan pernafasan.
7. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan
dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
8. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi
pernafasan, denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan
yang diberikan. Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama
pasien ketika dirujuk.
9. Tandai catatan/kartu vaksinasi dengan jelas, sehingga pasien tersebut tidak
boleh lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.
7. Bagan
Alir
Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas,
pernafasan, status mental, kulit, dan
berat badan (massa)
10. Dokumen
Terkait -
11. Rekaman
Historis
Perubahan
Tanggal Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan
1.
2.
3.
4.