Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KONSEP INVESTASI

Mata Kuliah : Manajemen Investasi dan Pasar Modal

Dosen Pengampu :
ROZA THOHIRI, SE., M.Si

OLEH :

KELOMPOK 1

 ALMI AISYAH LUBIS 7183142043


 AZKIA SYUHAIRA SALSABILA 7183142045
 ROLASMARIA SIRINGORINGO 7183142041

PENDIDIKAN AKUNTANSI B 2018

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
“Manajemen Investasi dan Pasar Modal” ini yang berjudul pengelolaan keuangan
kewirausahaan”. Penulis berterima kasih kepada Bapak Dosen Roza Thohiri SE, M.Si yang
sudah memberikan bimbingannya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tanggung jawab kami, selain itu kami juga berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi pihak-
pihak lainnya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Terima kasih.

Medan, Februari 2021


KONSEP INVESTASI

A. Pengertian Investasi
Investasi adalah suatu aktivitas dalam menempatkan dana pada satu periode
tertentu dengan harapan penggunaan dana tersebut bisa menghasilkan keuntungan
atau peningkatan nilai suatu investasi.

B. Jenis-Jenis Investasi
Ada beberapa jenis investasi yang umum di lakukan dalam dunia bisnis
diantaranya :
1. Deposito
Penanaman suatu modal dalam bentuk simpanan uang kepada suatu
perusahaan dengan jaminan investor akan menerima suatu keuntungan berupa
bunga dalam jangka waktu yang sudah disepakati. Investasi dalam bentuk
deposito ini dibedakan menjadi deposito berjangka dan sertifikat deposito.

2. Saham
Invetasi berupa saham sudah umum dilakukan pada suatu perusahaan –
perusahaan besar. Saham adalah bentuk lain dari aset suatu perusahaan. Misalnya
jika Anda memiliki saham 50% dari suatu perusahaan maka sama saja Anda akan
memiliki aset setengah dari total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Saham
umumnya dibuat dalam bentuk suatu surat berharga yang menunjukkan
kepemilikan.

3. Obligasi
Obligasi umumnya dapat dilakukan pada bisnis yang menyediakan jasa
pinjaman modal. Keuntungan yang didapatkan dengan cara investasi obligasi yang
lebih tinggi daripada deposito karena bunga yang dipatok juga lebih tinggi.
Namun cara ini lebih bisa berisiko karena jika peminjam modal bangkrut maka
ada kemungkinan utang tidak dibayarkan.
4. Reksadana
Selain saham, suatu reksadana kini juga sedang populer di kalangan pebisnis
maupun masyarakat. Reksadana adalah tempat untuk bisa menghimpun uang
secara kolektif dan dana yang terkumpul tersebut akan dikelola oleh manajer.
Untung dan rugi ini akan dibagi rata kepada seluruh investor. Sehingga reksadana
bisa juga disebut tempat berkumpulnya para investor.

5. Investasi Properti
Jenis investasi ini termasuk suatu investasi non riil karena bukan berupa uang
namun berupa bangunan seperti rumah, gedung atau apartemen. Bentuk investasi
ini terbilang paling menguntungkan karena harga jual suatu properti jarang turun
bahkan selalu naik.

6. Emas
Investasi ini juga bisa dalam bentuk emas. Sama halnya dengan properti,
investasi suatu emas cenderung lebih menguntungkan daripada bentuk investasi
yang riil. Umumnya emas yang dapat diinvestasikan berupa emas batangan.

C. Tipe-Tipe Investasi
Berikut ini adalah beberapa tipe-tipe investasi yaitu:
1. Defensive
Investor dengan tipe defensive, investor ini berusaha untuk mendapatkan
keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan.
Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan
lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar
investasi yang dilakukan terbebas dari resiko.

2. Conservative
Investor dengan tipe conservative, biasanya berinvestasi untuk
meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang
cukup panjang, misalnya, untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya
hidup di hari tua. Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi
dengan keuntungan (yield) yang layak saja dan tidak memiliki resiko besar,
karena filosofi investasi mereka untuk menghindari resiko. Walaupun investor
conservative sering berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit
waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya.

3. Balanced
Investor dengan tipe balanced, merupakan tipe investor yang
menginginkan resiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang
seimbang antara resiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat
diraih. Tipikal investor ini bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih
jenis investasi, dan hanya investasi yang proporsional antara resiko dan
penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih.

4. Moderately Aggressive
Moderately aggressive, merupakan tipe investor yang tenang atau tidak
ekstrim dalam menghadapi resiko. Investor ini cenderung memikirkan
kemungkinan terjadinya resiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan.
Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam
mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah
dipikirkan sebelumnya.

5. Aggressive
Investor aggressive, atau biasa disebut ‘pemain’, adalah kebalikan dari
investor conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang
dimiliki. Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah
semakin baik. Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu
relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu
singkat. Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive
menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan.

D. Tujuan Investasi
Berikut ini terdapat enam tujuan dari investasi, yakni sebagai berikut:
a. Investasi bertujuan untuk mengurangi persaingan antara perusahaan yang
sejenis.
b. Investasi bertujuan untuk menjaga hubungan antara perusahaan.
c. Investasi bertujuan untuk membentuk suatu dana khusus, seperti dana
kepentingan ekspansi atau perluasan dan kepentingan sosial.
d. Investasi bertujuan untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan
pasar produksi yang dihasilkan.
e. Investasi bertujuan untuk mendapatkan pendapatan tetap dalam setiap periode,
seperti deviden, uang sewa, bunga, royalti, dan lain sebagainya.
f. Investasi bertujuan untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain,
seperti pemilikan sebagai ekuitas perusahaan.

E. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang bisa dipasarkan , dan kapan
dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dikembangkan dalam tahap ini, yaitu:
 Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return)
 Tingkat risiko (rate of risk)
 Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
2. Melakukan analisis
Investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek.
Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah
harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu
ada dua pendekatan yang dapat dipergunakan, yaitu:
 Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang
diterbitkan oleh emiten maupun oleh administratur bursa efek.
 Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham
di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di
masa mendatang.
3. Melakukan pembentukan portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan
dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing
efek tersebut. Efek yang dipilih dalam pembentukan portofolio adalah efek-efek
yang mempunyai koefesien korelasi negatif (mempunyai hubungan berlawanan).
Hal ini dilakukan untuk memperkecil risiko.

4. Melakukan evaluasi kinerja portofolio


Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap
risiko yang ditanggung. Sebagai tolok ukur digunakan dua cara yaitu:
 Measurement asset adalah penilaian kerja portofolio atas dasar aset
yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan
menggunakan rate of return.
 Comparison adalah penilaian atas dasar pembandingan atas dasar
dua set portofolio yang memiliki risiko yang sama.

5. Melakukan revisi kinerja portofolio


Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio.
Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya akan dilakukan revisi/perubahan terhadap
efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi
portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya rate
of return-nya lebih rendah dari yang diisyaratkan. Revisi tersebut bisa dilakukan
secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk
portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan
atas proporsi/komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang
membentuk portofolio tersebut.
F. Risiko investasi
Risiko investasi adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan
hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Yang harus disadari oleh
para investor adalah bahwa selain menjanjikan potensi keuntungan, investasi juga
menyimpan kemungkinan risiko atau kerugian.
G. Macam-Macam Risiko Investasi
1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko suku bunga adalah kemungkinan menurunnya nilai instrumen
hutang berbunga tetap sebagai akibat dari kenaikan suku bunga. Setiap kali
investor membeli surat berharga yang menawarkan pengembalian dengan tingkat
bunga tetap, mereka akan sangat rentan terhadap risiko suku bunga. Hal ini
berlaku untuk obligasi dan juga untuk saham preferen.

2. Risiko Bisnis (Business Risk)


Risiko Bisnis adalah ukuran dari risiko yang terkait dengan surat berharga
tertentu. Hal ini juga dikenal sebagai risiko tak sistematis dan mengacu pada
risiko yang terkait dengan penerbit surat berharga tertentu. Secara umum, semua
bisnis di industri yang sama memiliki jenis risiko bisnis yang sama. Lebih
sepesifik lagi, dalam hal ini risiko bisnis mengacu pada kemungkinan bahwa
penerbit saham atau obligasi mengalami kebangkrutan atau tidak dapat membayar
bunga atau pokok dalam kasus obligasi. Satu cara umum untuk menghindari risiko
ini adalah dengan melakukan diversifikasi—yaitu dengan membeli reksadana
yang memegang surat berharga dari banyak perusahaan yang berbeda.

3. Risiko Kredit (Credit Risk)


Hal ini mengacu pada kemungkinan bahwa penerbit obligasi tertentu tidak
akan dapat melakukan pembayaran bunga yang diharapkan dan/atau pelunasan
pokok. Biasanya, semakin tinggi risiko kredit, semakin tinggi tingkat bunga
obligasi.

4. Risiko Taxability (Taxability Risk)


Hal ini berlaku untuk penawaran obligasi daerah dan mengacu pada risiko
bahwa surat berharga yang diterbitkan dengan status bebas pajak berpotensi
kehilangan status itu sebelum jatuh tempo. Karena obligasi daerah memiliki
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan obligasi yang sepenuhnya kena
pajak, pemegang obligasi akan mendapatkan hasil yang lebih rendah daripada
yang direncanakan setelah pengurangan pajak.
5. Risiko Penarikan (Call Risk)
Risiko penarikan khusus untuk obligasi dan mengacu pada kemungkinan
bahwa obligasi akan ditarik sebelum jatuh tempo. Risiko penarikan paling umum
terjadi ketika suku bunga jatuh dan perusahaan yang mencoba untuk
menyelamatkan uangnya biasanya akan menebus obligasi dengan kupon yang
lebih tinggi dan menggantinya di pasar obligasi dengan suku bunga yang lebih
rendah. Dalam lingkungan suku bunga yang menurun, investor biasanya dipaksa
untuk mengambil lebih banyak risiko guna menggantikan aliran pendapatan yang
sama.

6. Risiko Inflasi (Inflationary Risk)


Juga disebut risiko daya beli, risiko inflasi adalah kemungkinan bahwa
nilai aset atau pendapatan akan tergerus ketika inflasi menyusutkan nilai mata
uang suatu negara. Dengan kata lain, risiko ini adalah bahwa inflasi di masa depan
akan menyebabkan daya beli arus kas dari investasi menurun. Cara terbaik untuk
melawan jenis risiko ini adalah melalui investasi yang cukup besar, seperti saham
atau obligasi konversi, yang memiliki komponen pertumbuhan yang kebal
terhadap inflasi dalam jangka panjang.

7. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)


Risiko likuiditas mengacu pada kemungkinan bahwa investor mungkin
tidak dapat membeli atau menjual investasi ketika diinginkan atau dalam jumlah
yang cukup karena peluang terbatas. Sebuah contoh yang baik dari risiko
likuiditas adalah penjualan real estat. Dalam kebanyakan kasus, akan sulit untuk
menjual properti sewaktu-waktu dibutuhkan, tidak seperti halnya saham dan surat
berharga.

8. Risiko Pasar (Market Risk)


Risiko pasar, juga disebut risiko sistematis, adalah risiko yang akan
mempengaruhi semua surat berharga dengan cara yang sama. Dengan kata lain,
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
diversifikasi. Ini adalah poin penting untuk dipertimbangkan saat Anda
mempertimbangkan reksadana, yang menarik sebagian besar karena reksadana
adalah cara cepat untuk diversifikasi.
9. Risiko Reinvestasi (Reinvestment Risk)
Dalam lingkungan suku bunga menurun, pemegang obligasi yang akan
mengalami tenggat atau penarikan akan menghadapi masalah yang sulit untuk
berinvestasi di obligasi dengan tingkat suku bunga yang sama atau lebih besar dari
obligasi yang ditebus. Akibatnya, mereka seringkali terpaksa untuk membeli surat
berharga yang tidak memberikan tingkat pendapatan yang sama, kecuali jika
mereka mengambil lebih banyak kredit atau risiko pasar dan membeli obligasi
dengan peringkat kredit yang lebih rendah. Situasi ini dikenal sebagai risiko
reinvestasi yaitu risiko bahwa jatuhnya suku bunga akan menyebabkan penurunan
arus kas dari investasi ketika pembayaran pokok dan bunga diinvestasikan
kembali pada tingkat yang lebih rendah.

10. Risiko Sosial/Politik/Legislatif (Social/Political/Legislative Risk)


Risiko yang terkait dengan kemungkinan nasionalisasi, tindakan
pemerintah yang tidak menguntungkan atau perubahan sosial yang mengakibatkan
hilangnya nilai disebut risiko sosial atau politik. Karena Kongres AS memiliki
kekuatan untuk mengubah undang-undang yang mempengaruhi surat berharga (di
Amerika Serikat), setiap keputusan yang menghasilkan konsekuensi yang
merugikan juga dikenal sebagai risiko legislatif.

11. Risiko Mata Uang/Nilai Tukar (Currency/Exchange Rate Risk)


Risiko mata uang/nilai tukar adalah bentuk risiko yang timbul dari
perubahan harga satu mata uang terhadap yang lain. Fluktuasi konstan dalam mata
uang asing dapat menambahkan risiko pada nilai keamanan.

Berikut ini 3 tipe investor berdasarkan profil risiko yang sebaiknya diketahui
para investor baru (newbie) supaya pilihan instrumen investasinya benar-benar tepat:
a. Investor konservatif (risk averse)
Tipe investor konservatif ini memiliki ciri tidak menyukai risiko dan lebih
suka menghindari risiko. Tipe investor yang ini nyaman dengan keamanan modal
investasi serta hasil yang pasti. Karena tidak mau ambil risiko, bagi mereka
investasi hanya dimaksudkan untuk menjaga keamanan modal. Mereka tidak
mempersoalkan imbal hasil kecil asal tidak merugi. Karena itu, pendapatan tetap
lebih menarik ketimbang peningkatan nilai investasi. Menariknya, tipe investor
konservatif ini termasuk juga mereka yang masih minim pengetahuan tentang
potensi imbal hasil. Jenis instrumen investasi yang direkomendasikan untuk tipe
investor ini adalah obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang dan reksa dana
terproteksi.

b. Investor moderat (risk neutral)


Tipe investor moderat ini sudah berani mengambil risiko, meski dalam porsi
yang masih medium, karena sadar akan konsekuensi imbal hasil yang lebih tinggi,
tapi juga potensi kerugiannya. Investor moderat biasanya mengurangi porsi
obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang, dan reksa dana terproteksi dan
mengalihkannya ke jenis instrumen investasi lain sebesar 30-40%, seperti pada
reksa dana campuran, saham, dan reksa dana saham.

c. Investor agresif (risk seeker)


Tipe investor yang satu ini menyukai risiko dan kerap disebut dengan pencari
risiko karena termotivasi untuk mendapatkan imbal hasil tinggi. Tipe investor ini
tentu saja terdepan dalam pilihan instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi.
Oleh sebab itu, pilihan jenis instrumen investasinya pun didominasi oleh saham,
reksa dana saham, dan reksa dana campuran. Bertolak belakang dengan investor
konservatif, tipe investor yang ini siap dengan penurunan nilai modal karena tidak
menginginkan pendapatan, tetapi pertumbuhan nilai investasi.
DAFTAR PUSTAKA

www.investopedia.com
https://edufulus.com/2020/08/03/kuy-kenali-3-tipe-investor-berdasarkan-profil-risiko-dan-
jenis-investasi-yang-cocok-buatmu-ini/
https://pakdosen.co.id/investasi-adalah/
https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-investasi/#Bentuk-Bentuk_Investasi

Anda mungkin juga menyukai