Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS

Disusun oleh :

1. Firria Lusianawati (B2018054)

2. Hesti Novitasari (B2018060)

3. Intan Dewi Andini (B2018065)

4. Lafena Rismawati (B2018075)

5. Maya Dwi P (B2018080)

6. Mukti Susi Okviatri (B2018088)

7. Nori Lapitasari (B2018097)

STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA

2019
A.   DEFINISI HIDROSEFALUS

Pengertian Hidrosefalus
      Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan di dalam otak.
Kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Fitramaya: Yogyakarta).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
B. ETIOLOGI

Etiologi menurut (Scott kahan & John j.Raves, 2011)

1. Dapat timbul sebagai akibat produksi cairan serebrospinal (LCS) yang berlebihan resorpsi
LCS yang tidak memadai oleh villi araknoid,atau tersumbatnya jalur sirkulasi LCS.
2. Akumulasi LCS dan pelebaran Ventrikel serebral yang progresif mengakibatkan disfungsi
otak yang progresif
3. Hidrosefalus komunikan : Reabsorpsi LCS yang tidak memadai paling sering timbul
sekunder sebagai trauma,infeksi atau perdarahan subaraknoid
4. Hidrosefalus non komunikan : Obstruksi jalur sirkulasi LCS oleh tumor atau kelainan
bawaab (misalnhya stenosis akueduktus,malformasi, Arnold Chiari), sedemikian sehingga
LCS tidak dapat mengalir keluar dari dalam otak ke sisterna basal.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-NOC, 2012)
adalah:

1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari
biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

2. Anomali pembuluh darah

3. Infeksi

Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi


ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.

4. Perdarahan

5. Neoplasma

6. Perdarahan

7. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:

a. Tumor Ventrikel kiri


b. Tumorfosa posterior
c. Pailoma pleksus khoroideus
d. Leukemia, limfoma

8. Degeneratif.

Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.

9. Gangguan Vaskuler

a. Dilatasi sinus dural


b. Thrombosis sinus venosus
c. Malformasi V. Galeni
d. Ekstaksi A. Basilaris

C.   FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS

1. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata
berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar


b. Parenchym otak
c. Arachnoid

2. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sin i melalui aquaductus Sylvius menuju
ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan
cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.
Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju
cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi
arachnoid.

Gambar 1. Anatomi CSF

D.   PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS

Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu (1) produksi
cairan serebro spinal yang berlebihan,(2) peningkatan resistensi aliran cairan serebro
spinal,dan (3) peningkatan tekanan sinus vena.sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme
di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial ( TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbanagan sekresi dan absorbsi.Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum
dapat dipahami secara terperinci,namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana
akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi.Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsunng berbeda-beda tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1. kompresi sistem serebrovaskuler;
2. redistribusi dari cairan srebro spinal atau cairan ekstraseluler atau keduanya di dalam
sistem susunan saraf pusat;
3. perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas tak,gangguan viskoelastisitas
otak,kelainan turgor otak);
4. efek tekanan denyut cairan serebro spinal (masih diperdebatkan)
5. hilangnya jaringan otak
6. pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan abnormal
pada sutura kranial.

70% cairan srebro spinal diproduksi oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, ventrikel III dan
ventrikel IV, sedangkan 30% sisanya merupakan produk matriks ekstrasel. Jumlah
produksinya sebanyak
± 500 ml/hari atau 20 ml/jam.Dari ventrikel lateral, cairan ini melalui foramina
interventrikulare Monro ke ventrikel III, lalu aquaduktus sylvius ke ventrikel IV, selanjutnya
cairan ini mengalir melalui foramen luschka dan Magendie ke dalam ruang
subaraknid,beredar ke seluruh otak, dan ke dalam ruang subaraknoid spinal di sekeliling
medula spinalis.cairan srebro spinal di resorbsi di intrakranial dan di sepanjang medulla
spinalis. Sebagian cairan srebro spinal meninggalkan ruang subaraknoid dan memasuki
aliran darah melalui villi granulationes arachnidales pacchioni yang terletak pada sinus
sagitalis superior dan pada vena diplo dan kembali atrium kanan jantung melalui v.kava
superior.Sisanya diresorbsi di selubung perineurel saraf kranialis dan spinalis,pada tempat
masing-masing saraf tersebut keluar dari batang otak dan medula spinalis,melewati sel-sel
ependim dan kapiler leptomeninges. Jika cairan srebro spinal diproduksi terlalu banyak,
terlalu sedikit diresorpsi,atau terdapat sumbatan pada sistem ventrikel, sistem ventrikular
menjadi membesar (Satyanegara, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS

Manifestasi klinis menurut (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010)

1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran


2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba tegang dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat Pelebaran vena kulit kepala Saluran
tengkorak belum menutup dan teraba lebar
6. Terdapat cracked pot sign bunyi pot kembang retak saat dilakukan perkusi kepala
7. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris seakan-akan
menyerupai matahari terbenam
8. Pergerakan bola mata tidak teratur
9. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis berupa:
a. Gangguan Kesadaran
b. Kejang
c. Terkadang terjadi gangguan pusat vital
F. KLASIFIKASI

Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrocephalus: (Satyanegara, 2010)

1. Hidrosefalus interna:menunjukan adanya dilatasi ventrikel


a. Hidrosefalus eksternal: cenderung menunjukan adanya pelebaran rongga subarachnoid
diatas permukaan korteks
b. Hidrosefalus komunikans adalah keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan antara
system ventrikel dengan rongga subarachnoid otak dan spinal
c. Hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok didalam sistem ventrikel atau saluranya
kerongga subarachnoid
2. Berdasarkan waktu onzetnya
a. Akut :dalam beberapa hAri
b. Subakut : dalam beberapa minggu
c. Kronis : bulanan
3. Berdasarkan gejala yang ada
a. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana factor- factor yang menyebabkan
dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktiv lagi
b. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikelulomegali yang diakibatkan
oleh atrofi otak primer,yang biasanya terdapat pada orang tua secara teoritis terjadi
sebagai akibat
c. Produksi likuar yang berlebihan
d. Peningkatan resistensi aliran likuor
e. Peningkatan tekanan sinus venosa

F.    KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Komplikasi Hidrosefalus menurut (Scott Kahan & John J. Raves, 2011)

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

1. Perdarahan intraserebral atau intraventrikular


2. Infeksi
3. Malfungsi pintasan dan
4. Hematom subdural (sebagai akibat drainase LCS yang berlebihan)
G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS

Pemeriksaan Penunjang menurut (Scott Kahan & John J.Raves,2010)

1. Anamnesa riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik,termasuk pemeriksaan neurologik


yang rinci
2. CT scan kepala tanpa kontra
3. MRI kepala diindikasikan jika ducurigai stenosis akueduktus atau Arnold-Chiari
4. pemeriksaan LCS radioisitop diindikasikan jika ducurigai adanya hidrosefalus
komunikan,dapat memperlihatkan sirkulasi LCS yang abnormal

H.   PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS

Penatalaksanaan menurut (Scott Kahan & John J.Raves, 2011)

1. Hidrisefalus Komunikan
a. Pemberian acetazolamide (inhibitor karbonik anhidrase) akan menurunkan produksi
LCS
b. Fungsi lumbal berulang untuk mengevakuasi LCS yang berlebihan
c. Pintasan ventrikulperitoneal atau lumboperiotoneal diindikasikan pada sekitar
sepertiga kasus dan merupakan terapi definitive

2. Hidrosefalus non-komunikan
a. Lesi massa obstruksi diangkat
b. Pintasan ventrikuloperioneal diindikasikan pada hampir semua kasus
c. Ventrikulotomi pada ventrikel tertius membantu penyembuhan pada 15% kasus

Penatalaksanaan menurut ( sudarti, 2010 )

1. Umum

a. Pengawasan suhu atau pencegahan hipotermi.


b. Pencegahan infeksi.
c. Observasi TPRS, aktivitas,reaksi dan rangsangan,serta adanya dilatasi pupil
strabismus.
d. Intake-output.
e. Perawatan sehabis BAK dan BAB

2. Khusus

a. Pengukuran lingkar kepala dilakukan dari dahi-atas telinga-belakang kepala-


ingkaran ke atas kepala sisi sebelahnya-pertemukan di dahi, kemudian dibaca satu
sampai dua angka di belakang koma,lalu catat dan buat grafiknya.
b. Pengawasan dan pencegahan muntah.
c. Catat kapan terjadi muntah dan berapa frekuensinya selama 24 jam serta berapa
banyak yang dimuntahkan.
d. Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
e. Bila sampai terjadi muntah segera lakukan suction untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1.  Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi


hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.

2.  Penanganan alternatif ( selain shunting )

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi


radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel
dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt
meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian.

ASUHAN KEPERAWATAN  HIDROSEFALUS

A.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

Pengkajian menurut Scott kahan & John j.Raves, (2011)sebagai berikut :

1.    Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
1. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi :
  1. Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2. Pembesaran kepala.
  3. Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b) Palpasi
 1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 2) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
a. Akomodasi.
b. Gerakan bola mata.
c. Luas lapang pandang
 d. Konvergensi.
 e. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
 f. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

2. Observasi Tanda-Tanda Vital


a. Didapatkan data – data sebagai berikut :
b. Peningkatan sistole tekanan darah.
c. Penurunan nadi / Bradicardia.
d. Peningkatan frekwensi pernapasan.
3. Diagnosa Klinis
a. Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
b. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
c. Opthalmoscopy : Edema Pupil.
d. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.-
e. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

1. Pemasangan shunt b.d resiko infeksi


2. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
3. Resiko gangguan nutrisi dan suplai O2kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
4. Nyeri akut b.d peningkatan TIK
5. Gangguan jalan b.d intoleran aktifitas
6. Gangguan tumbuh kembang b.d hidrosefalus
7. Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif
C. Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukan kunjungan 1) Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
dengan ketidakmampuan selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
menciptakan lingkungan mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya
kondusif kondusif dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
1) Keselamatan fisik dapat
malam hari siapkan lampu panggil
dipertahankan
2) Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan
2) Adanya pelindung dan alat
pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.
bantu untuk klien
3) Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
4) Beri alat bantu misal:tongkat

2. Resiko gangguan nutrisi dan Setelah dilakukan kunjungan 1) Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi
suplai O2 ke otak terganggu b.d selama 3x diharapkan keluarga protein.
hipoksia serebral mampu melakukan perawatan 2) Berikan klien makan dengan posisi semi fowler
sederhana dirumah  dengan kriteria dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
hasil: 3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
1) Berat badan ideal
4) Timbang berat badan bila mungkin.
2) Tidak muntah
5) Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
3) Tidak terjadi malnutrisi
6) Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7) Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan
yang baik dikonsumsi anak

3. Nyeri yang berhubunngan Setelah dilaksakan asuhan 1) Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak
dengan peningkatan tekanan keperawatan 2x24 jam diharapkan menunjukkan area yang sakit dan menentukan
intracranial nyeri kepala klien hilang. peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)
Kriteria hasil: pasien mengatakan 2) R/: Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
nyeri kepala berkurang atau 3) Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan
hilang (skala nyeri 0), dan tampak memberikan pujian kepada anak untuk ketahanan
rileks, tidak meringis kesakitan, dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani
nadi normal dan RR normal. dengan baik.
4) R/: Pujian yang diberikan akan meningkatkan
kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri dan
kontinuitas anak untuk terus berusaha menangani
nyerinya dengan baik.
5) Pantau dan catat TTV.
6) R/: Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma
batang otak.
7) Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat
menangis lebih keras bila mereka ada, tetapi
kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan
kepercayaan.
8) R/: Pemahaman orang tua mengenai pentingnya
kehadiran, kapan anak harus didampingi atau
tidak, berperan penting dalam menngkatkan
kepercayaan anak.
9) Gunakan teknik distraksi seperti dengan bercerita
tentang dongeng menggunakan boneka, nafas
dalam, dll.
10) R/: Teknik ini akan membantu mengalihkan
perhatian anak dari rasa nyeri yang dirasakan

4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan 1) Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
situasi krisis ( anak dalam catat selama 3x diharapkan Keluarga prosedur, terapi dan prognosanya.
fisik ) menerima keadaan anaknya, 2) Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan
mampu menjelaskan keadaan contoh bila keluarga belum mengerti
penderita dengan kriteria hasil: 3) Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
4) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
·         Keluarga berpartisipasi
dalam merawat anaknya dan secra
verbal

·         keluarga dapat mengerti


tentang penyakit anaknya.

5. Perubahan perfusi jaringan Setelah dilakukan kunjungan 1) Kaji data dasar neurologis
serebral berhubungan dengan selama 3x diharapkan Keluarga 2) Observasi TTV
meningkatnya volume cairan
menerima keadaan anaknya, 3) Tentukan posisi anak : tinggikan kepala
serebrospinal, meningkatnya
tekanan intra karnial. mampu menjelaskan keadaan 4) Anjurkan anak dan orang tua untuk menaikkan
penderita dengan kriteria hasil: tekanan intracranial atau intra abdominal, missal :
1. tekanan systole dalam rentang mengejan saat BAB, menarik nafas, membalikkan
yang diharapkan badan, batuk.
2. Tidak ada tanda – tanda 5) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
peningkatan intracranial ( tidak analgetik.
lebih dari 15mmHg) 6) intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
3 Tingkat kesadaran membaik jika ada isi atau laserasi.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ;


247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai