Pengkajian 1:
Data Dasar Keluarga, perkembangan keluarga dan riwayat
kesehatan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Tujuan:
Scenario:
Pertanyaan minimal:
MATERI
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan
sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari
proses keperawatan keluarga adalah: 1) pengkajian keluarga dan individu didalam keluarga. Pengkajian
1
keluarga dengan cara: mengidentifikasi data demografi dan social cultural, data lingkungan, struktur dan
fungsi keluarga, stress dan koping yang digunakan yang digunakan dalam keluarga dan perkembangan
keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga dengan cara mengkaji: fisik,
mental, emosi, social, dan spiritual, 2) perumusan diagnosa keperawatan, 3) penyusunan perencanaan, 4)
pelaksanaan asuhan keperawatan, 5) evaluasi. (lihat pada lampiran pengkajian keperawatan keluarga pada
materi skillab 2 untuk format pengkajian keperawatan keluarga).
Pada materi skillab pengkajian 1 ini difokuskan pada pengkajian: Identifikasi data, perkembangan
keluarga dan riwayat kesehatan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga. Pengkajian dibawah adalah
menggunakan model Friedman (2003).
2
8) Commuter married, suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single adult, wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin
10) Three generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
11) Institutional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti
12) Communal, satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogamy dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam menyediakan fasilitas.
13) Group marriage, satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang
tua dari anak-anaknya
14) Unmarried parent and child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi
15) Cohibing couple, dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
h. Suku bangsa
Diisi dengan latar belakang budaya dari keluarga dan dikaitkan dengan kesehatan:
1) Menjelaskan latar belakang budaya keluarga.
2) Bahasa yang digunakan keluarga
3) Asal Negara atau daerah
4) Hubungan sosial keluarga dari dari etnis yang sama atau tidak
5) Aktivitas agama, sosial, budaya, rekreasi, dan pendidikan keluarga
6) Kebiasaan diet dan berpakaian tradisional atau modern
7) Dekorasi rumah menandakan dipengaruhi budaya daerah tertentu
8) Struktur kekuatan keluarga banyak dipengaruhi oleh budaya tradisional atau modern
9) Etnis yang paling berpengaruh dalam keluarga.
10) Pemanfaatan pelayanan dan praktek kesehatan, menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional atau meyakini budaya kesehatan tradisional penduduk asli.
i. Agama
Pada kolom agama ini diisi dengan:
1) Agama keluarga
2) Perbedaan antar anggota keluarga dalam berkeyakinan
3) Keaktifan keluarga dalam menjalankan ibadahnya
4) Pengaruh agama sebagai dasar keyakinan atau nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga.
2. Perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Menjelaskan tahapan perkembangan keluarga saat ini, apakah keluarga berada pada tahap
keluarga dengan anak usia sekolah, keluarga dengan lansia dan sebagainya.
3
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Merupakan kesenjangan dari tahap perkembangan keluarga yang seharusnya telah dilalui baik
pada keluarga atau masing-masing anggota keluarga.
c. Riwayat keluarga inti
Meliputi deskripsi perkembangan mental, status kesehatan yang unik,dan pengalaman seperti
kematian, kehilangan, dan perceraian.
4. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Berisi denah rumah, status kepemilikan serta deskripsi kondisi rumah, meliputi ventilasi,
penetrasi cahaya, kelembaban, dsb. Kaji juga sistem sanitasi keluarga seperti pembuangan
limbah, pembuangan sampah, sumber air, fasilitas toilet, sabun, handuk dan penggunaannya.
Observasi secara umum kebersihan dan sanitasi rumah. Identifikasi sumber-sumber ada tidaknya
zat berbahaya.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk seperti rural, urban, suburban, atau
perkotan. Tipe hunian seperti daerah industry, perumahan, pertanian dsb. Fasilitas apa saja yang
ada di komunitas tersebut seperti kesehatan, pasar, pelayanan agensi social, rumah ibadah,
sekolah, transportasi, keamanan dan kasus kejahatan yang terjadi di komunitas.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis mencakup berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, adakah sejarah
pindah dan dari mana pindahnya.
5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Observasi dari seluruh anggota keluarga dalam berhubungan, bagaiman akekuatan dari fungsi dan
disfungsi komunikasi, berikan contohnya. Seberapa baik anggota keluarga menjadi pendengar,
kejelasan dalam menyampaikan informasi dan perasaan, frekuensi terjadinya perdebatan karena
penyampaian pesan yang tidak adequat, apakah tipe emosinya konstruktif atau destruktif.
Identifikasi juga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi keluarga (situasi,
tahap siklus kehidupan keluarga, latar belakang budaya, kondisi keluarga, status sosial ekonomi).
b. Struktur kekuatan keluarga
4
Kekuatan di sini merefleksikan pihak yang berwenang mengambil keputusan, seberapa penting
keputusan atau issue di keluarga seperti anggaran keluarga. Bagaimanakah proses pengambilan
keputusan, dengan konsensus, tawar-menawar, kompromi dsb.
c. Struktur peran
Menjelaskan bagaimana pelaksanaan peran, apakah ada konflik di dalam peran, bagaimana
perasaan individu terhadap perannya, apakah peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah di dalam
peran, siapa yang mempengaruhi anggota keluarga dalam penyelesaiannya.
Analisa tentang model peran, siapa yang menjadi model peran dan berpengaruh terhadap
pelaksanaan peran tersebut, siapa yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anggota
keluarga. Kaji juga mengenai variabel yang mempengaruhi peran, pengaruh sosial ekonomi,
budaya, dan perkembangan terhadap angota keluarga dalam menjalankan perannya,
d. Nilai-nilai keluarga
Dalam hal ini dikaji nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh keluarga, nilai inti keluarga seperti
siapa yang berperan dalam mencari nafkah, orientasi masa depan, kesesuaian antara nilai-nilai
keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, serta bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi
kesehatan keluarga.
5
o Rp. 600.000 s/d Rp. 1.000.000
o Rp. 1.000.000 s/d Rp. 2.000.000
o Diatas Rp 2.000.000
o Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari:
o Ya o Tidak
Bila tidak apa yang dilakukan keluarga: ……………………………………
o Apakah keluarga memiliki tabungan
o Ya o Tidak
o Apakah ada anggota keluarga yang membantu keuangan keluarga
o Ya o Tidak
Bila ada, siapa: …………………………………………………
o Siapakan yang mengelola keuangan dalam keluarga
o Ayah o Ibu
o Lain-lain, sebutkan
12. Aktifitas rekreasi keluarga:
13. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga:
14. Riwayat keluarga inti:
15. Riwayat keluarga sebelumnya: …………………………………………………..
B. Lingkungan
1. Perumahan
a. Jenis rumah
o Permanen o Semi-permanen o Non-permanen
b. Luas Bangunan :………………..m2
c. Luas Penerangan:………………..m2
d. Status rumah
o Milik pribadi o Sewa bulanan
o Kontrakan o Lain-lain
e. Atap rumah
o Genteng o Seng/asbes
o Sirap/Atap o Lain-lain
f. Ventilasi rumah
o Ada o Tidak ada
g. Bila ada berapa luasnya
o > 10% luas lantai o <10% luas lantai
h. Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
o Ya o Tidak
i. Penerangan
o Listrik o Patromak
o Lampu tempel o Lain-lain
j. Lantai
o Keramik o Ubin o Plester
o Papan o Tanah o
k. Kebersihan rumah secara keseluruhan
o Bersih o Berdebu o Sampah bertebaran
o Banyak lalat o Banyak lawa-lawa o Lain-lain, sebutkan
2. Denah Rumah
3. Pengelolaan sampah
a. Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah
o Ya o Tidak
Bila ya: terbuka/tertutup
b. Bagaimana cara pengolahan sampah rumah tangga
o Di buang ke sungai/got o Diambil petugas
o Ditimbun o Dibakar
o Lain-lain,……
4. Sumber air
a. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
o Sumur gali o Pompa tangan/listrik
6
o Sungai o PAM
o Lain-lain,…… o Air isi ulang
5. Jamban keluarga
a. Apakah keluarga memiliki WC sendiri
o Ya o Tidak
Bila tidak, dimana keluagra buang air besar
b. Bila ya, jenis jamban keluarga
o Leher angsa o Cemplung
o Lain-lain o
c. Berapa jarak antara sumber air dengan tempat penampungan tinja
o < 10 meter o > 10 meter
6. Pembuangan air limbah
Apakah keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah (air kotor)
Ya, bagaimana kondisinya…………………………….
Kemana pembuangannya……………………………………..
Tidak, dimana pembuangannya,…………………………….
A. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Nilai dan norma budaya
Tugas:
Kajilah keluarga untuk item:
Data Dasar Keluarga, perkembangan keluarga, dan riwayat kesehatan
keluarga, data lingkungan, struktur keluarga
7
CEK LIST PENGKAJIAN KELUARGA
Data Dasar Keluarga, perkembangan keluarga, dan riwayat kesehatan
keluarga, data lingkungan, struktur keluarga
NO ITEM YA TIDAK
- Perumahan
- Denah rumah
- Pengelolaan sampah
- Sumber air
- Jamban keluarga
- Pembuangan air sampah
- Fasilitas social dan fasilitas kesehatan
- Karakteristik tetangga dan komunitas
- Mobilitas geografis keluarga
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
- Sistem pendukunga keluarga
5 Struktur Keluarga
8
Contoh-contoh pertanyaan untuk Struktur Keluarga
9
- Siapa yang memenangkan argumen-argumen atau isu-isu penting?
- Siapa yang dapat menjalankan keluarga jika mereka tidak sepakat?
- Bagaimana hierarki kekuasaan keluarga dijalankan?
- Jelaskan mengenai jaringan komunikasi keluarga!
- Tahap perkembangan keluarga apa yang sekarang dialami keluarga tersebut?
- Bagaimana latar belakang agama dan kebudayaan?
4. Nilai-nilai keluarga
- Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok referensi keluarga atau komunitas yang lebih
luas?
- Apakah ada kesesuian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai subsistem keluarga?
- Bagaimana pentingnya nilai-nilai yang diidentifikasikan dari nilai-nilai subsistem keluarga ini terhadap keluarga?
- Apakah nilai-nilai ini dianut dengan kesadaran atau dengan perasaan terpaksa?
- Apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu?
- Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan keluarga dan tahap perkembangan keluarga mempengaruhi
keluarga?
- Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga?
10
- Apakah diit keluarga memadai?
- Siapakah yang mengatur masalah diit keluarga mulai dari belanja, cara pengolahan, penyimpanan dll?
- Bagaimana kebiasaan tidur anggota keluarga?
- Dimana anggota keluarga tidur?
- Adakah syarat-syarat tidur tertentu yang sesuai dengan tuntutan usia dan status kesehatan mereka?
- Apa pendapat keluarga tentang aktivitas rekreasi, pekerjaan dan kesibukan lain dalam keluarga?
- Apakah kebiasaan penggunaan alcohol, kopi, tembakau, cola dan teh oleh keluarga?
- Bagaimana kebiasaan anggota keluarga terhadap penggunaan obat-obatan? Apakah menggunakan obat sesuai
instruksi dokter? Atau menggunakan obat-obatn secara bebas?
- Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status kesehatan?
- Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah munculnya penyakit?
- Siapa yang menjadi pemimpin kesehatan dalam keluarga?
- Siapa yang membuat keputusan masalah kesehatan dalam anggota keluarga?
- Jika ada anggota keluarga yang sakit, apa yang aakn dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah tersebut?
- Bagaimana anggota keluarga terpajan terhadap bahaya-bahaya lingkungan yang ditemukan dalam tanah, air dan
udara?
- Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembersih, lem, pelarut, logam berat dan racun dalam
kelurga?
- Apa saja praktik kebersihan dan hygiene dalam keluarga?
- Apa status imunisasi dari anggota keluarga?
- Apa kebiasaan perawatan gigi (gosok gigi, periksa kesehatan gigi, penggunaan sikat dan pasta gigi, dll)
- Pelayanan perawatan kesehatan apa yang diterima oleh keluarga?
- Bagaimana perasaan dan persepsi keluarga berkenaan dengan pelayanan kesehatan yang diperoleh keluarga?
- Jika ada kejadian darurat, apakah keluarga tahu dimana penyedia pelayanan kesehatan darurat?
- Bagaimana keluarga emmbayar pelayanan kesehatan yang diperlukannya?
- Apakah keluarga mempunyai asuransi kesehatan?
- Berapa jauh fasilitas kesehatan dari rumah keluarga?
- Alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai pelayanan kesehatan?
11
Skills Lab 2
Pengkajian 2:
Fungsi keluarga, Stress dan Koping Keluarga, Pemeriksaan Fisik, Harapan
Keluarga terhadap Asuhan Keluarga
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Yanuar Primanda, Ns.
Tujuan:
Scenario:
Seorang wanita yang sedang hamil anak pertamanya
setelah 5 tahun menikah dibawa ke RS oleh suaminya
karena mengalami perdarahan. Usia kehamilannya saat
ini adalah 28 minggu. Wanita tersebut merasa sangat
cemas dan menangis karena takut bayi yang
dikandungnya akan mengalami keguguran. Suami wanita
tersebut juga tampak cemas, tetapi selalu mendampingi
istrinya dan berusaha menenangkan istrinya. Suami
tersebut mengatakan pada istrinya agar tetap sabar dan
berdoa, serta pasrah atas segala ketentuan Allah.
Selama di RS, banyak saudara yang mengunjungi,
memberikan dukungan dan doa agar kehamilan wanita
tersebut dapar dipertahankan dan lahir dengan selamat.
Setelah beberapa hari istirahat total di RS, wanita ini
pulang kerumah dengan keadaan sehat dan janin yang
dikandung juga sehat. Namun dokter menyarankan
wanita tersebut istirahat total dan tidak beraktivitas
terlalu banyak. Hal ini ternyata membuat keluarga ini
bingung, karena wanita ini bekerja menjadi seorang
karyawan di sebuah perusahaan swasta.
Pertanyaan minimal:
1. Apa saja item yang perlu dikaji dalam pengkajian
fungsi keluarga?
2. Apa saja item yang perlu dikaji dalam item stress
dan koping?
12
MATERI
Fungsi Keluarga
Fungsi afektif sangat terkait dengan fungsi internal keluarga—terkait dengan proteksi psikososial
dan support kepada masing-masing anggota keluarganya. Terdapat banyak penelitian yang menyiratkan
adanya pengaruh positif yang erat antara kesehatan personal dan hubungan antar family dengan
kesehatan individu dan kesejahteraannya. Hubungan social yang positif berkorelasi dengan outcome
kesehatan yang lebih baik, umur panjang, berkurangnya level stress. Dibawah akan dibahas mengenai
cara mengkaji fungsi afektif keluarga.
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus
pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk
komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan
penggunaan sumber dari internal maupun eksternal
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara
psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.
Dibawah ini adalah item-item yang perlu ditanyakan dalam mengkaji fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
- Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga
- Bagaimana sensitivitas anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan
perasaan
- Apakah anggota keluarga memiliki orang yang mereka percayai.
- Fungsi afektif juga menggambarkan bagaimana anggota keluarga saling memperhatikan, saling
mendukung satu sama lain
- Apakah terdapat hubungan yang akrab dalam keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
a. Cara keluarga dalam membesarkan anak
- Kaji bagaimana keluarga membesarkan anak (meliputi kontrol perilaku seperti disiplin, reward
and punishment, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan
perilaku yang sesuai dengan usia. Pada aspek fungsi sosialisasi, juga dikaji mengenai siapa yang
13
menerima tanggungjawab dan peran membesarkan anak, apakah fungsi ini dilaksanakan
bersama-sama, bagaimana juga hal ini diatur.
b. Penghargaan terhadap anak dalam keluarga
- Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga, keyakinan kebudayaan yang dianut dalam
membesarkan anak, serta bagaimana faktor sosial mempengaruhi pola pengasuhan anak.
c. Resiko dalam sosialisasi
- Apakah keluarga mempunyai resiko tinggi dalam membesarkan anak, faktor resiko apa saja
yang menempatkan keluarga masuk resiko tinggi, apakah lingkungan memberikan dukungan
dalam perkembangan anak seperti memfasilitasi tempat bermain dan istirahat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Nilai yang dianut keluarga.
- Fungsi ini mencakup nilai yang diberikan keluarga untuk kesehatan, apakah ada konsistensi
anggota keluarga terhadap nilai-nilai kesehatan yang dianut, apakah anggota keluarga selalu
terliabat dalam kegiatan peningkatan kesehatan di keluarga.
b. Definisi keluarga tentang sehat-sakit.
- Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat-sakit, tanda-tanda sakit, siapa yang mengambil
keputusan di keluarga tentang sehat-sakit, apakah keluarga dapat melaporkan tanda dan
perubahan penting tentang kesehatannya, dan apa saja sumber informasi kesehatan bagi
keluarga.
c. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
- Bagaimana keluarga mengkaji tingkat kesehatan, masalah kesehatan apa yang diidentifikasi
keluarga saat ini, dan apa persepsi keluarga terhadap kontrol yang mereka lakukan untuk
menjaga kesehatan.
d. Diet keluarga
- Apakah keluarga mengetahui sumber-sumber makanan bergizi, apakah diet keluarga memadai,
siapa yang bertanggungjawab terhadap perencanaan belanja dan pengolahan makanan,
bagaimana makanan disajikan (seperti seringnya digoreng, direbus, dipanggang, bersantan),
berapa jumlah makanan yang dikonsumsi dalam sehari, apakah ada batas anggaran rumah
tangga, bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jam makan.
e. Kebiasaan istirahat-tidur
- Apakah jumlah jam istirahat tidur anggota keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan,
apakah ada jam tidur tertentu yang harus diikuti oleh anggota keluarga, siapa yang memutuskan
anak untuk tidur siang, serta bagaimana kualitas tempat istirahat tidur keluarga (apakah cukup
kondusif untuk beristirahat)
f. Latihan dan rekreasi
- Apakah keluarga menyadari pentingnya rekreasi bagi kesehatan, jenis rekreasi yang dilakukan
keluarga secara teratur, apakah keluarga mempunyai kesempatan untuk melakukan aktivitas
latihan/ barolahraga.
g. Kebiasaan penggunaa obat-obatan oleh keluarga
- Apakah ada penggunaan alkohol, tembakau dan kopi, berapa lama penggunaan obat tertentu dan
alkohol dalam keluarga, apakah penggunaan tersebut merupakan suatu masalah dalam keluarga,
apakah keluarga sering menggunakan obat-obatan tanpa resep, bagaimana penyimpanan obat-
obatan, apakah cukup aman dari jangkauan anak-anak.
14
h. Peran keluarga dalam praktek perawatan diri dan lingkungan
- Apa yang dilakuikan keluarga untuk memperbaiki status kesehatannya, apa upaya keluarga
untuk mencegah terjadinya suatu penyakit, siapa yang mengambil keputusan dalam kesehatan,
apa yang dilakukan keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada, apakah ada
keyakinan, sikap serta nilai-nilai dalam hubungannya dengan perawatan di rumah.
i. Tindakan preventif
- Bagaimana perasaan keluarga tentang keadaan fisik ketika berada dalam keadaan sehat, kapan
terakhir kali anggota keluarga melakukan pemeriksaan kesehatan.
j. Kesehatan gigi
- Apakah keluarga menggunakan air yang mengandung florida, apakah anak-anak dianjurkan
untuk menggosok gigi secara teratur, kapan waktu yang tepat untuk menggosok gigi bagi
keluarga, apakah keluarga mempunyai frekuensi yang cukup sering dalam mengkonsumsi gula
dan kanji, apakah keluarga telah menerima perawatan gigi yang memadai untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada gigi.
k. Riwayat kesehatan keluarga
- Bagaimana kesehatan anggota keluarga dan keluarga yang lain dalam satu keturunan, apakah
ada penyakit keturunan dalam keluarga.
l. Pelayanan kesehatan yang diterima
- Perawatan kesehatan diperoleh dari mana, apakah tenaga kesehatan yang datang bertemu
dengan seluruh anggota keluarga.
m. Persepsi tentang pelayanan kesehatan
- Apa yang diketahui keluarga tentang pelayanan kesehatan yang ada di komunitas, bagaimana
perasaan dan persepsi keluarga terhadap pelayanan kesehatan di komunitas, bagaimana
pengalaman keluarga dalam menerima perawatan kesehatan yang terdahulu-apakah keluarga
merasa puas, percaya dan nyaman dengan perawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
apabila tidak ada pelayanan darurat-tahukah keluarga kemana harus meminta pertolongan,
apakah keluarga mengetahui cara memanggil ambulan dan perawatan medis, apakah keluarga
memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat.
n. Sumber pembiayaan
- Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima, apakah keluarga menjadi anggota
Asuransi kesehatan, apakah keluarga juga mendapatkan perawatan gratis.
o. Logistik untuka mendapatkan perawatan
- Seberapa jauh fasilitas perawatan dari keluarga, alat transportasi apa yang digunakan untuk
mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja yang ditemukan jika kleuarga menggunakan
fasilitas umum.
4. Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan
keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, dan memanfaatkan
sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
15
Stress dan Koping
Stress adalah ketegangan atau tekanan yang ada dalam diri seseorang atau sistem sosial dan
merupakan suatu reaksi terhadap situasi yang menghasilkan tekanan (Burgess, 1978). Sedangkan stressor
merujuk pada agen-agen pencetus atau penyebab yang mengaktifkan proses stress (Chrisman dan Fowler,
1980). Agen-agen pencetus yang mengaktifkan stress dalam keluarga adalah kejadian-kejadian dalam
hidup yang cukup serius yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam system keluarga (Hill, 1949).
Stressor-stressor keluarga ini dapat berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi (dari dalam muapun
dari luar keluarga), lingkungan, ekonomi, factor social budaya. Persepsi keluarga terhadap stressor
merupakan factor penting bagi keluarga berkaitan dengan stress yang dialami keluarga.
Koping keluarga didefinisikan sebagai respon yang pisitif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi
dan respon perilaku ynag digunakan keluarga dan subsistemnya untuk memecahkan masalah atau
meengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah. Mengubah dari tingkat koping individu menjadi
koping keluarga, koping menjadi jauh lebih rumit. Respon-respon atau perilaku koping keluarga
merupakan tindakan-tindakan pengenalan yang digunakan keluarga, sedangkan pola-pola dan strategi
koping adalah respon yang sama yang membentuk set-set hommogen. Srtategi-srategi koping keluarga
berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan atau stressor
yang dialami.
16
Urutan Kejadian Hidup Nilai Urutan Kejadian Hidup Nilai
Bekerja
5 Kematian Anggota Keluarga Dekat 63 27 Mulai atau Selesai Sekolah 26
6 Cedera atau Sakit Pribadi 53 28 Perubahan Kondisi Hidup 25
7 Perkawinan 50 29 Perbaikan Kebiasaan Hidup 24
8 Dipecat dari Tempat Kerja 47 30 Permasalahan dengan Atasan 23
9 Rekonsiliasi Perkawinan 45 31 Perubahan Jam Kerja atau Kondisi 20
Kerja
10 Pensiun 45 32 Pindah Tempat Tinggal 20
11 Perubahan Dalam Kesehatan 44 33 Pindah Sekolah 20
Anggota Keluarga
12 Kehamilan 40 34 Perubahan Rekreasi 19
13 Kesulitan Menyangkut Seks 39 35 Perubahan Kegiatan-kegiatan 19
Keagamaan
14 Penambahan Anggota Keluarga 39 36 Perubahan Kegiatan Sosial 18
Baru
15 Penyesuaian Bisnis 39 37 Pinjaman Ringan 17
16 Perubahan Keadaan Keuangan 38 38 Perubahan Kebiasaan-kebiasaan Tidur 16
17 Kematian Teman Dekat 37 39 Perubahan Jumlah Pertemuan Keluarga 15
18 Perubahan Pada Jajaran Kerja 36 40 Perubahan Kebiasaan Makan 15
Yang Berbeda
19 Perubahan Banyaknya Argumen 35 41 Liburan 13
Dengan Pasangan
20 Penggadaian Barang atau Pinjaman 31 42 Hari Raya Keagamaan 12
Besar
21 Pembatalan Penggadaian atau 30 43 Kekerasan-kekerasan Kecil Melawan 11
Pinjaman Hukum
22 Perubahan Tanggung Jawab 29
Ditempat Kerja
Adaptasi, Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian terhadap perubahan. Adaptasi bisa positif dan bisa
negative, yang menyebabkan meningkat atau menurunnya keadaan sehat keluarga.
Strategi adaptasi disfungsional :
1. Kekerasan keluarga
2. Perlakuan kejam terhadap anak
3. Mengkambinghitamkan
4. Menggunakan ancaman
5. Pengabaian anak
6. Mitos keluarga
7. Pseudomutualitas
17
8. Triangling
9. Otoritarianisme (tunduk kepada dominansi yang menonjol)
Dibawah ini adalah item-item yang perlu ditanyakan dalam mengkaji stress dan koping
keluarga
18
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada serta harapannya terhadap keluarga dan kesehatannya
Tugas:
Kajilah keluarga untuk item:
Fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik anggota
keluarga, dan harapan keluarga terhadap asuhan keluarga
NO ITEM YA TIDAK
1 Fungsi Keluarga
- Fungsi afektif
- Fungsi sosialisasi
1) Cara keluarga dalam membesarkan anak
2) Penghargaan terhadap anak dalam keluarga
3) Resiko dalam sosialisasi
- Fungsi perawatan kesehatan
1) Nilai yang dianut keluarga.
2) Definisi keluarga tentang sehat-sakit.
3) Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
4) Diet keluarga
5) Kebiasaan istirahat-tidur
6) Latihan dan rekreasi
7) Kebiasaan penggunaa obat-obatan oleh keluarga
8) Peran keluarga dalam praktek perawatan diri dan lingkungan
9) Tindakan preventif
10) Kesehatan gigi
11) Riwayat kesehatan keluarga
12) Pelayanan kesehatan yang diterima
13) Persepsi tentang pelayanan kesehatan
- Fungsi Reproduksi
- Fungsi ekonomi
2 Stress dan adaptasi
- Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
- Strategi koping yang digunakan
- Strategi adaptasi disfungsional
3 Pengkajian fisik anggota keluarga
- Dilakukan pada semua anggota keluarga
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan benar
19
4 Harapan keluarga terhadap asuhan keluarga
- Harapan terhadap tenaga kesehatan
- Harapan terhadap keluarga dan kesehatan keluarga
Contoh-contoh pertanyaan untuk mengkaji Stress Keluarga
1. Stressor Keluarga
- Stressor jangka pendek apa yang dialami keluarga?
- Stressor jangka panjang apa yang dialami keluarga?
- Adakah stressor yang berhubungan dengan sosioekonomi, lingkungan, peran dan kesehatan yang
dialami keluarga? Jelaskan!
- Gunakan skala penyesuaian social dari Holmes dan Rehe.
- Apakah perawat bisa memastikan lama dan kekuatan dari stressor-stressor yang dialami keluarga?
- Apakah keluarga dapat mengatasi stressor biasa dan ketegangan sehari-hari?
2. Koping Keluarga
- Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang obyektif dan realistis terhadap situasi
yang penuh dengan stress?
- Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stress (strategi-strategi koping apa
yang dibuat)?
- Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-tipe masalah?
- Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap masalah-masalah mereka
sekarang? Jika demikian, bagaimana?
- Apa strategi-strategi koping internal keluarga?
- Apa strategi-strategi koping eksternal dari keluarga?
- Strategi-strategi adaptif disfungsional apa yang keluarga telah dan sedang digunakan?
- Jika ada tanda-tanda dari salah satu disfungsionalitas, catat keberadaannya dan bagaimana keluarga
menggunakannya? Jelaskan!
20
PENGKAJIAN TAMBAHAN DATA KELUARGA
Deskripsi:
Pengkajian dibawah perlu dikaji sesuai dengan kebutuhan dan permasalah dalam keluarga.
II. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT PUS
a. Usia PUS saat ini:
b. Penggunaan alat kontrasepsi: Ya Tidak
c. Jenis kontrasepsi
IUD Implant
Pil Lain-lain, sebutkan………………..
Suntik
d. Alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi
Tidak tahu
Mahal
Tidak nyaman Dilarang agama
e. Sumber informasi KB
Petugas kesehatan Media elektronik
Orang lain Media massa
f. Kondisi kesehatan PUS Sehat Sakit
g. Tindakan yang dilakukan bila sakit
Ke Yan.kes Obat warung
Didiamkan saja Alternatif
h. Masalah kesehatan pada PUS
Infertil
Kista
Impotensi
III. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU HAMIL
1. Usia kehamilan …………..
2. Peningkatan berat badan selama kehamilan (trimester III)
< 9 kg 9-12 kg > 12 kg
3. Frekuensi makan
3 x makanan pokok + selingan
3 x makanan pokok dan tanpa selingan
3 X dan tanpa selingan
4. Pemeriksaan kehamilan
Ya Tidak
5. Tempat pemeriksaan
Bidan Dukun terlatih
Dokter Lain-lain, sebutkan…………………..
6. Frekuensi pemeriksaan
1 kali 3 kali > 4 kali
2 kali 4 kali
7. Alasan tidak melakukan pemeriksaan
Jauh Malas
Takut Mahal
Tidak tahu
Lainnya:…
8. Pemberian imunisasi TT
Ya Tidak
9. Frekuensi pemberiaan imunisasi TT
1 kali 2 kali
10. Alasan tidak diimunisasi TT:……………..
11. Kondisi ibu hamil: Sehat Sakit
12. Masalah kesehatan ibu hamil
21
Anemia DM Pre eklamsi
VII. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK PRASEKOLAH DAN USIA SEKOLAH
22
1. Kebiasaan anak melakukan kebersihan gigi: 1x 2x 3x
2. Kondisi gigi saat ini:
Berlubang dan hitam
Gusi bengkak dan berdarah
Bersih dan sehat
3. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan: Ya Tidak
4. Kebiasaan memakai alas kaki saat bermain: Ya Tidak
5. Kondisi anak saat ini: Sehat Sakit
6. Masalah kesehatan anak: Cacingan Caries
23
Skills Lab 3
Genogram dan Ecomap
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Tujuan:
Mahasiswa mampu membuat genogram dan ecomap
Scenario:
Keluarga M, mempunyai 3 orang anak masing-masing I,
perempuan 40 tahun; K, laki-laki 35 tahun dan si bungsu Y,
30 tahun. Anak I sudah menikah dan punya 2 anak, anak
pertama laki-laki berusia 20 tahun (bekerja di Mall) dan
anak kedua perempuan berusia 17 tahun, masih SMA. Bpk
M berusia 70 tahun menderita diabetes (ayah bapak M
sudah meninggal pada usia 60 tahun karena diabetes juga,
ibu bapak M juga sudah meninggal pada usia 50 tahun
karena stroke). Nyonya M usia 60 tahun, sehat (Bapak dan
Ibunya nyonya M masih hidup dan mereka berusia 80
tahun). Bapak M pernah menikah sebelumnya dengan
Nyonya H dan mempunyai anak yaitu J berusia 45 tahun.
Didalam rumah sekarang ini yang tinggal yaitu Bp dan Ibu
M, anak bungsunya yang belum menikah dan bapak dan
ibunya Nyonya M. Hubungan anak bungsu yaitu Y dengan
kakak-kakaknya sangat dekat, tetapi kurang dekat dengan
Bapak M, karena Bpk M orangnya sangat keras.
Ibu M sangat rajin ke masjid dan merasa mendapat
ketenangan jika sering ke masjid. Sedangkan Bpk. M
merasa sangat stress dengan kondisinya sekarang ini.
Pertanyaan minimal:
1. Apakah genogram itu?
2. Apakah ecomap itu?
3. Bagaimanakah cara membuat genogram dan ecomap?
24
Materi
Genogram
Kerangka genogram cenderung mengikuti alur genetic. Pembuatan genogram ini sangat berguna ketika
diaplikasikan/dibuat pada saat pertama pertemuan dengan keluarga. Hal ini memberikan data yang kaya
makna diantaranya yaitu data tentang: kesehatan, pekerjaan, agama, etnik, ataupun migrasi. Selain itu
dengan membuat genogram akan didapatkan informasi tentang perkembangan dan fungsi keluarga.
Anggota keluarga diletakkan pada baris horizontal sebagai contoh perkawinan sedangkan garis vertical
untuk menunjukkan keturunan/anak.
Anak digambarkan dari baris paling kiri ke kanan bermulai dari yang paling tua, setiap individu dalam
keluarga harus dimunculkan dalam keluarga.
Nama orang dan umur sebaiknya dituliskan didalam kotak/lingkaran. Jika seorang anggota keluarga telah
meninggal maka harus dituliskan tahun kematiannya diatas symbol baik kotak maupun lingkaran. Ketika
keguguran, maka jenis kelamin anak perlu dituliskan (jika diketahui).
25
Berikut adalah symbol-simbol genogram
26
Contoh kasus:
Mike, age 47, has been married to Karen, age 35, since 1984. The have two children,
Shely, age 14 who is in grade 8; and Jack, age 7, who is repeating grade 1. Mike is
employed as a parks department foreman and Karen refers to him as “alcoholic.”
Karen is a homemaker ans states that she has been “depressed” for several years.
Both of Mike’s parents are decreased. His father died in 1994 and his mother in 1992
of a stroke. Mike’s older brother also has a drinking problem. Young Jack was named
for his grandfather. Karen’t mother, Susan, age 54, has arthritis, which has been
gretting progressively worse since her husband died in 1991. Karen has two older
disters and a brother.
27
Tugas:
Ecomap
Pendekatan lain yang sangat berguna yaitu ecologic map atau ecomap. Ecology adalah suatu
cabang ilmu yang mempelajari hubungan antar organism satu dengan yang lainnya didalam
lingkungan.Ecomap adalah representasi visual dari sebuah unit keluarga hubungannya dengan komunitas.
Ecomap adalah gambaran tentang keadaan keluarga, dan hubungan yang menyebabkan kondisi stress
keluarga dengan lingkungannya.
Ecomap kosong berisi lingkaran besar dengan lingkaran kecil-kecil disekelilingnya. Untuk
melengkapi ecomap, genogram keluarga diletakkan didalam pusat lingkaran besar. Lingkaran besar
menunjukkan batasan (boundary) antar rumah tangga dengan lingkungan ekternalnya. Lingkaran kecil
dalam ecomap menunjukkan orang, institusi, agen didalam kontek sebuah keluarga. Garis yang dibuat
antar menunjukkan sifat dan kualitas hubungan dan menunjukkan sumber-sumber apa saja didalam dan
diluar keluarga. Garis lurus menunjukkan hubungan yang kuat atau dekat, lenih tebal garis menunjukkan
hubungan yang lebih kuat. Garis bergerigi menunjukkan hubungan yang penuh stress dan garis putus-
putus menunjukkan hubungan yang jauh. Anak Panah menunjukkan arah dari pengaliran energy atau
kekuatan dan hubungan sumber antar orang serta antar orang dengan lingkungan.
Ecomap sangat berguna bagi ners selain memberikan informasi tentang situasi keluarga yang
lebih terintegrasi, ecomap dapat juga berguna untuk membuat tujuan, misalnya meningkatkan hubungan
yang kurang baik.
Simbol Ecomap
28
29
Contoh kasus untuk ecomap keluarga R:
In the Mike’ family. Mike, Karen, Ashley and Jack are placed
in the center circle. Mike has strong connections with his
workplace, where he is foreman and a union representative. He
has moderately strong bonds with his “drinking buddies.”
These relationships, however stressful for him. Karen’s
connections are mainly with her mother and the healthcare
system. She sees her family physican every week “for nerves”
and sees the family health nurse (FHN) once a week. Karen’s
mother, Susan, visits Karen every day from 11 AM to 10 PM.
There is a strong connection between Karen and her mother,
but Karen says she really ‘doesn’t like Mom coming over so
often.” Jack has a few friends, most of whom are fire setters.
He is in a special class for his learning disability and enjoys
both the teacher and the school. Asley is in junior high school,
where she maintains an average grade of D. She frequently
does not attend school, and when she does attend, she
participates little. She spends about 6 hours a day with her
boyfriend.
Source: Wright, L.M., & Leahey, M. (2000). Nurses and families: A guide to family assessment
and intervention. Philadelphia: F.A. Davis Company. Pp: 95
30
Contoh Ecomap dari kasus diatas
Tugas:
31
Skills Lab 4
Analisa Data dan Formulasi Diagnosa
Keperawatan Keluarga
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Yanuar Primanda, Ns.
Tujuan:
Mahasiswa mampu membuat analisa data dan
menformulasi diagnosa keperawatan keluarga
Scenario:
Sebuah keluarga terdiri dari bapak sebagai kepala
keluarga (32 tahun), istri (28 tahun) dan 3 orang
anak (5 tahun, 4 tahun dan 2 tahun). Si ibu, saat ini
sedang hamil 32 minggu. Mengeluhkan lehernya
sering terasa tegang, kaki sering bengkak-bengkak
sudah 5 minggu dan semakin membesar. Ibu
mengatakan tidak pernah bisa istirahat karena harus
mengurus 3 anaknya yang lain. Ibu dan suaminya
menganggap kaki bengkak dan sering pusing
adalah hal biasa bagi orang hamil.
Saat dilakukan pengkajian oleh perawat,
didapatkan data tekanan darah 140/85 mmHg,
makanan yang disajikan pada menu makan siang
untuk ibu hamil berupa ikan asin. Suami jarang
mengungkapkan pendapatnya selama proses
interview.
Pertanyaan minimal:
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam
membuat analisa data?
2. Apa saja komponen dari diagnosa
keperarawatan?
3. Apa saja macam diagnosa keperawatan
keluarga?
Materi
32
A. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Setelah data dari hasil pengkajian didapatkan, maka langkah selanjutnya yaitu data disusun
sehingga ada gambaran tentang status atau keadaan dan hal-hal yang menyebabkan keadaan tersebut.
Sesudah itu, perlu dilihat hubungan data yang satu dengan data yang lain serta pengaruhnya terhadap
kesehatan anggota keluarga dan perkembangan keluarga. Melalui pertimbangan yang logis berdasarkan
atas fakta/data, perawat mengambil kesimpulan yang disebut masalah perawatan keluarga.
Problem (masalah) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami keluarga atau anggota keluarga. Etiologi (penyebab) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah. Symptom (tanda dan gejala) adalah sekumpulan data obyektif dan subyektif
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab.
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan respon keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dialami, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari
problem, etiologi dan symptom (PES). Diagnosa keperawatan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosis aktual
Diagnosis aktual menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi pada saat pengkajian di
keluarga. Contoh : bersihan jalan nafas tidak efektif pada An. Y di keluarga Tn. Z berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan infeksi saluran nafas atas.
2. Diagnosis resiko/resiko tinggi
Merupakan masalah yang belum terjadi pada pengkajian, namun dapat menjadi masalah actual bila
tidak dilakukan tindakan pencegahan dengan tepat. Contoh : resiko cedera pada Tn. C di keluarga Tn. H
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah penurunan fungsi penglihatan pada
Tn. C.
3. Diagnosis potensial/wellness
Diagnosis petensial/wellness merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Potensial juga merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Diagnosis ini dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi. Contoh : Potensial peningkatan koping keluarga
pada keluarga Tn. B.
33
DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan proses keluarga
2 Gangguan didalam mempertahankan kesehatan
3 Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4 Gangguan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
5 Gangguan nutrisi: potensial untuk lebih atau potensian kurang dari kebutuhan tubuh
6 Gangguan dalam pengasuhan anak (parenting)
7 Gangguan pola eliminasi: tidak adekuatnya kondisi kebersihan
8 Gangguan peran
9 Gangguan pola sexual
10 Konflik keputusan (lebih dispesifikan)
11 Koping keluarga: potensial untuk perkembangan
12 Perilaku pencarian kesehatan (health seeking behavior)
13 Koping keluarga tidak efektif:
14 Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
15 Kelemahan dalam penataan (impaired adjustment)
16 Kelemahan dalam menajemen penataan rumah
17 Kelemahan dalam interaksi social
18 Kurangnya pengetahuan (lebih dispesifikkan lagi)
19 Ketidakpatuhan
20 Konflik peran orang tua
21 Potensial gangguan dalam pengasuhan
22 Potensial terjadi trauma (kecelakaan)
23 Potensial terjadi kekerasan
24 Tidak mempunyai kekuatan/kekuasaan (powerlessness)
25 Isolasi social
35
pengetahuan tentang sumber-sumber yang ada
3. Terbatasnya makanan yang sesuai dengan
kulturnya (yang dipercayainya)
Gangguan proses keluarga, 1. Kurangnya pengetahuan tentang tehnik
ketidakmampuan menyediakan support pemberian perawatan
fisik dan emosi kepada anggota keluarga 2. Persepsi terhadap diri sendiri terkait
ketidakmampuan mempelajari hal-hal yang
komplek
3. Terbatasnya financial untuk menyediakan
peralatan-perawatan yang dibutuhkan
Kelemahan manajemen kesehatan: 1. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
kurangnya imunisasi (pada anak) imunisasi
berhubungan dengan 2. Konflik kepercayaan nilai/kepercayaan agamanya
tidak membolehkan untuk disuntik
3. Kurangnya akses terhadap sumber-sumber
financial dan/atau kurangnya tempat perawatan
anak
Potensial terjadi injuri 1. Tidak terkontrolnya tempat penampungan
sampah
2. Kurangnya perhatian terhadap barang-barang
berbahaya
3. Kurangnya pengetahuan terkait penyediaan
lingkungan aman bagi toddler
4. Tidak tepatnya pembuangan zat-zat yang
membahayakan
NO ITEM YA TIDAK
1 Analisa data
- Mengelompokkan data objektif (DO)
- Mengelompokkan data subjektif (DS)
- Semua kemungkinan masalah dari pengkajian sudah tertulis dalam
analisa data
- Data dalam analisa data relevan dengan hasil pengkajian dan tertulis
dalam hasil pengkajian
2 Diagnosa Keperawatan
- Merumuskan problem/masalah keperawatan (P)
- Merumuskan etiologi (E)
- Diagnosa keperawatan terdiri dari problem, etiologi, dan tanda-tanda
- Diagnosa relevan dengan masalah klien
- Tata bahasa diagnosa mudah dipahami dan tidak terdapat kalimat
yang ambivalen
36
Skills Lab 5
Prioritas Diagnosa dan Perencanaan
Keperawatan Keluarga
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Tujuan:
Mahasiswa mampu membuat prioritas diagnosa
dan perencanaan keperawatan keluarga
Scenario:
Seorang bapak berusia 45 tahun merupakan kepala
keluarga dari seorang istri yang berusia 40 tahun.
Keluarga ini memiliki 3 orang anak yang
semuanya sudah menikah dan semuanya tinggal
terpisah (diluar kota). Saat ini bapak tersebut
sedang mengeluhkan sakit kepala dan tengkuk
terasa kaku serta kesemutan di ujung jari dan kaki.
Bapak tersebut memiliki kebiasaan merokok 1
bungkus perhari dan minum kopi 4 gelas sehari,
tidak pernah berolahraga dan suka makan makanan
yang asin dan bersantan. Istri bapak tersebut
sekarang sedang cemas memikirkan masalah
kesehatan yang diderita suaminya, namun istrinya
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saat bapak
tersebut diperiksakan ke puskesmas, didapatkan
data TD:160/100mmHg, N:90x/mnt, RR:24x/mnt,
S:37ºC.
Keadaan rumah sangat kotor. Perabotan rumah
berantakan, banyak air bergenangan. Bapak dan
Ibu belum tahu tentang penyakit yang diderita si
bapak dan belum tahu bagaimana mendapatkan
perawatan untuk bapak. Jarak dengan puskesmas
adalah 1 KM.
Pertanyaan minimal:
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam
membuat prioritas diagnosa?
2. Jelaskan tentang komponen perencanaan
keperawatan keluarga?
Materi
37
Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosa keperawatan, karena
data hasil pengkajian yang didapatkan meliputi data yang didapatkan dari seluruh anggota keluarga.
Tidak mungkin seluruh masalah tersebut diselesaikan dalam satu waktu secara bersamaan. Oleh karena
itu, perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ada dengan
menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon & Maglaya, 1978). Prioritas masalah
adalah memprioritaskan masalah berdasarkan urutan melalui perhitungan skor. Skala yang digunakan
memiliki 4 kriteria, masing-masing kriteria memilik skor dan bobot yang berbeda disertai dengan
pembenaran/alas an penentuan skala tersebut. Kriteria tersebut terdiri dari :
Setelah mampu menentukan skor dari tiap kriteria, kemudian skor akhir dihitung dengan cara :
Skor X Bobot = Nilai Masalah
Skala tertinggi
38
Skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon dan Maglaya)
3 Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Bp. U sudah lansia dan menderita keluhan sudah
untuk dicegah: setahun. Kebiasaan merokok dan minum kopi
membutuhkan waktu cukup lama untuk
mengubahnya. Ibu R memiliki keinginan yang
39
Cukup tinggi untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan Bp. U. Perawat memiliki kemampuan
untuk mengatasi masalah tersebut.
Jumlah 3 2/3
Tugas:
Buatlah prioritas masalah untuk masalah yang lain dengan format seperti
diatas!
Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari komponen tujuan
umum, tujuan khusus, kriteria, standard, rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan
keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencaan umum adalah bagian dari perencanaan yang meliputi penyusunan prioritas, menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan. Penetapan tujuan
meliputi tujuan umum dan khusus, serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.
Tujuan umum adalah bagian dari perencanaan yang meliputi perumusan tujuan sampai
penyelesaian masalah yang berorientasi pada masalah keperawatan (problem). Tujuan khusus adalah
bagian dari perencanaan yang meliputi perumusan tujuan sampai pada penyelesaian masalah yang
berorientasi pada penyebab masalah (etiologi).
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria adalah suatu hasil yang
rasional mampu dicapai keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga ataupun memenuhi
kebutuhan kesehatan keluarga. Standar adalah tolok ukur pencapaian hasil intervensi keperawatan
terhadap masalah keperawatan atau kebutuhan kesehatan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah sesuai
dengan kriteria yang diharapkan.
Komponen form perencanaan keperawatan keluarga adalah:
1. Diagnosa Keperawatan keluarga
2. Tujuan Umum
3. Tujuan Khusus
4. Rencana tindakan
5. Metode pertemuan klien-keluarga
6. Sumber-sumber yang dibutuhkan
40
N Diagno Tujuan Umum Tujuan Khusus Rencana Metode Sumber/alat
o sa Tindakan pertemuan bantu yang
Kepera klien- dibutuhkan
watan keluarga
Tugas:
41
No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Rencana Metode Sumber/alat
Keperawatan Umum Tindakan pertemuan bantu yang
klien- dibutuhkan
keluarga
Skills Lab 6
42
Pelaksanaan dan Evaluasi Tindakan
Keperawatan Keluarga
Oleh: Uswatun Khasanah, MNS
Tujuan:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan masalah dan melakukan
evaluasi terhadap yang telah dilakukan
Scenario:
Sebuah keluarga terdiri dari bapak sebagai kepala
keluarga (32 tahun), istri (28 tahun) dan 3 orang
anak (5 tahun, 4 tahun dan 2 tahun). Si ibu, saat ini
sedang hamil 32 minggu. Mengeluhkan lehernya
sering terasa tegang, kaki sering bengkak-bengkak
sudah 5 minggu dan semakin membesar. Ibu
mengatakan tidak pernah bisa istirahat karena
harus mengurus 3 anaknya yang lain. Ibu dan
suaminya menganggap kaki bengkak dan sering
pusing adalah hal biasa bagi orang hamil.
Saat dilakukan pengkajian oleh perawat,
didapatkan data tekanan darah 140/85 mmHg,
makanan yang disajikan pada menu makan siang
untuk ibu hamil berupa ikan asin. Suami jarang
mengungkapkan pendapatnya selama proses
interview.
Pertanyaan minimal:
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam
melakukan tindakan keperawatan?
2. Apa saja komponen evaluasi?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam
melakukan tindakan keperawatan?
MATERI
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan keluarga berdasarkan perencanaan
yang ditetapkan dengan melibatkan keluarga secara aktif, penyuluhan kesehatan, konseling, kontrak,
manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi.
43
Pelaksanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada
dikeluarga, masyarakat, dan pemerintahan setempat (jika diperlukan). Tindakan keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara memberi informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan mengidentifikasi
konsekuensi bila tidak melakukan tindakan, mengindentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, dan mendiskusikan tentang konsekeunsi tiap tindakan.
3. Memberi kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, dan
mengawaasi keluarga dalam melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkunagn menjadi sehat yaitu dengan
menemukan sumber-sumber yang daoat digunakan oleh keluarga dan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan
antara keluarga dan perawat dengan melihat respon keluarga dan hasil yang dicapai yang dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Sesuai
dengan rencana tindakan yang diberikan, penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak
atau belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Seua tindakan kepeawatan mungkin tidak
dapat dilakukan dalam satu kali k unjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAPIE secara operasional. Subjective (S) adalah hal-hal yang
ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan (misal: nyerinya
berkurang atau suami sudah mulai banyak terbuka dengan istri). Objektif (O) adalah hal-hal yang
ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan (misalnya berat badan
balita naik 0,5 kg dalam waktu 1 minggu). Analisa (A) adalah analisis dari hasil yang telah dicapai
dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. Perencanaan (P) adalah perencanaan yang
akan datang setelah melihat respon keluarga pada tahap evaluasi. Intervensi (I) adalah intervensi dari
perencanaan yang ditetapkan berdasarkan respon setelah dilakukan intervensi sebelumnya. Evaluasi (E)
adalah evaluasi setelah dilakukan intervensi ulang.
44
2009 badan anak A sulit makan, belum tahu cara
Dx: 1 membuat makanan yang menarik
untuk anak balitanya
O: Berat badan anak A masih tetap,
13 kg.
A: Berat badan masih belum sesuai
yang diharapkan yaitu meningkat 2
kg dalam 2 bulan, yaitu menjadi 15
kg.
P:Bantu ibu dalam mengatur diet
khusus anak dan strategi menata dan
mengolah makanan agar anak tertarik
I: membantu ibu dalam menata dan
mengolah makanan untuk anak
E: berat badan meningkat 0,4 kg
dalam 1 minggu setelah ibu mampu
memberikan makanan yang menarik
untuk anak.
Catatan: untuk Evaluasi menggunakan format SOAPIE
Tugas:
1 Tindakan
- Tindakan sesuai dengan rencana tindakan
- Melibatkan anggota keluarga
2 Evaluasi:
- Melakukan evaluasi dengan format SOAPIE
- Melibatkan keluarga dalam melakukan evaluasi
45
Skills Lab 7
Tehnik Konseling pada Keluarga
Menggunakan Metode CEA
Tujuan:
Mahasiswa mampu mengaplikasikan tehnik
konseling pada keluarga
Scenario:
Pada sebuah keluarga yang tinggal didaerah
perkotaan didapatkan bahwa 2 (anak ke 2 dan
ke 3) dari 3 anak laki-lakinya mengalami
obesitas, ketiga anak tersebut masing masing
berusia 17 th, 14 th, dan 7 th. Seorang perawat
keluarga diminta datang oleh keluarga tersebut
untuk memberikan konseling tentang obesitas.
Pertanyaan minimal:
1. Apakah manfaat dari pertemuan keluarga?
2. Bagaimanakah tahapan konseling keluarga
menggunakan metode CEA?
Diagnosa Keperawatan:
1. Family processes, interrupted
2. Family processes, Readiness for enhanced
Materi
46
Perawat keluarga akan sangat sering berhadapan dengan keluarga. Pendekatan berfokus dengan
keluarga akan sangat bernilai terutama dalam menejemen penyakit kronik seperti tekanan darah tinggi
ataupun juga diabetes serta obesitas keluarga. Terdapat banyak penelitian yang menyatakan bahwa
intervensi keluarga lebih afektif daripada pendekatan individu. Akan tetapi masih sedikit yang kita
pahami bagaimana melakukan intervensi keperawatan keluarga pada keluarga-keluarga yang sibuk.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi klien adalah ketergantungan pasien dan keluarga
yang berlebihan kepada perawat atau tenaga kesehatan yang lainnya, termasuk juga sering kali adanya
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan bagi diri dan keluarganya. Dengan demikian
perlu upaya untuk memandirikan pasien dan keluarga untuk dapat memutuskan sendiri yang terbaik bagi
dirinya yaitu dengan meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang dirinya dan masalah
kesehatan yang dihadapi. Upaya tersebut dikenal dengan pelayanan konseling kesehatan.
Level 1 level ini lebih kearah keluarga yang membutuhkan alasan medis atau legal. Level 2 terutama
berfokus pada biomedis. Hal ini dicapai ketika perawat mengkomunikasikan informasi perawatan yang
dibutuhkan dan nasehat kepada anggota keluarga dan mengumpulkan informasi dari anggota keluarga.
Level 3 terkait dengan menghadapi perasaan keluarga dan terkait dengan kondisi pasien dan pengaruh
kondisi keluarga pada keluarga. Level 4 membutuhkan pemahaman terhadap teori sistem keluarga dan
dibutuhkan pemahaman tentang keterampilan dalam memberikan intervensi singkat pada keluarga dalam
meningkatkan koping dan fungsi keluarga. Level 5 membutuhkan training special dan supervise dalam
menanggani keluarga disfungsi.
Untuk tujuan konseling keluarga, pengetahuan dan keterampilan mendengar aktif dalam pertemuan
keluarga akan membantu kita dalam memberikan informasi kesehatan dan nasehat-nasehat yang
dibutuhkan oleh keluarga, dan sebagai tambahan hal tersebut juga membantu kita dalam merespon
kebutuhan emosi dari pasien dan keluarga (level 3).
47
c. Keluarga dengan penyakit kronis yang jelek kontrolnya
d. Penggunaan pelayanan kesehatan yang berlebihan dari individu dan keluarga
e. Somatisasi
f. Kecemasan atau depresi
g. Penyalahgunaan obat-obatan
h. Masalah orangtua dengan anak
i. Permasalahan perkawinan dan seksual
Konseling keluarga
Intervensi keluarga adalah segala intrevensi dimana sedikitnya terdapat 2 anggota keluarga, terkadang
pasien dan salah satu anggota keluarganya. Intrevensi yang diberikan adalah psyco-education atau
konseling keluarga.
Pendekatan berfokus keluarga disini mendasarkan pada psychoeducational model dimana secara umum
berfokus pada membantu keluarga agar dapat cope (menghadapi) dengan lebih efektif terhadap penyakit
atau gangguan yang dialami oleh keluarga. Hal ini mengasumsikan bahwa keluarga adalah sehat dan
melakukan yang terbaik untuk memecahkan masalah penyakitnya.
Dua elemen yang penting dalam pendekatan ini adalah pendidikan dan support psikologis. Pendidikan
termasuk memberikan petunjuk spesifik untuk manajemen penyakit dan membantu dengan keterampilan
pemecahan masalah. Suppor psikologis termasuk diantaranya adalah empati, kesempatan untuk bertukar
perasaan, pengkajian bagaimana keluarga itu memecahkan masalah termasuk membuat jaringan social
keluarga.
48
kunci dalam menghadapi keluarga adalah selalu berusaha netral memberikan kesempatan berbicara
kepada setiap anggota keluarga dan didengar. Pertanyaan penting harus langsung disampaikan kepada
setiap anggota keluarga baik pemikiran maupun perasaannya dan hal itu semua perlu diproses sebelum
beranjak ke pertanyaan selanjutnya.
Banyak keluarga saat ini merupakan keluarga sibuk, sehingga tenaga kesehatan hanya
mempunyai kesempatan yang terbatas dalam melakukan pertemuan dengan keluarga. Tehnik
CATHARSIS-EDUCATION-ACTION dapat digunakan dalam konseling keluarga.
Contoh pertanyaan:
Pertanyaan untuk pasien dan keluarga:
a. Perawatan dan treatmen yang seperti apa yang menuru anda paling membantu?
49
b. Hasil penting apa yang anda harapkan dari sebuah treatmen?
Pertanyaan untuk pasien:
a. Apa yang anda pikirkan membuat proses penyembuhan anda menjadi sulit?
b. Apa yang tenaga kesehatan perlu lakukan untuk anda?
E. Setting tujuan
Hal ini termasuk:
1. Ringkas hasil diskusi
2. Kebutuhan mutual teridentifikasi
Contoh pertanyaan:
Pertanyaan untuk pasien:
Apa seharusnya dilakukan oleh keluarga untuk anda?
Pertanyaan untuk keluarga:
Apa yang anda inginkan dilakukan oleh klien untuk anda
3. Kontrak ulang untuk memenuhi kebutuhan yang lain
4. Set perawatan/tindakan termasuk tugas-tugas pasien dan keluarga
50
4. Menanyakan isu-isu penting yang dipelajari
5. Melakukan cek perasaan
6. Set tanggal pasti dan waktu untuk follow up
Skills Lab 8
51
Konseling Individu
The Use of Counseling Skills
Tujuan:
Minimal question:
1. Apa saja tahapan konseling individu
2. Apa saja mispersepsi yang sering
terjadi pada penyakit-penyakit
Kasus:
52
3. Kadar gula darah tidak terkontrol
4. Psoriasis
5. Asma
Introduction
We often under the impression that what makes patients come to consult is the illness that they
experience. This viewpoint falls apart, however, when confronted with the number of patient who are in
fact ill but who do not consult. One of the most frequent laments of the nurse is that patient do not consult
early enough for him to prevent a bad situation from getting worse.
Obviously, it is not enough that a patient feel ill for him to consult. He must also feel a sufficient degree
of anxiety about his illness to move him towards the nurse. This has important implications in the manner
in which we deal with such a patient. We can safely assume that for the majority of our ambulatory
patients, they come, not just with one problem but with two-the physical illness (the biology) and the
anxiety that the physical illness has produced (the psychosocial). And between the two, it is oftentimes
the anxiety rather than the illness it self that has prompted the consult. Even in this narrow sense, all
illness is biopsychosocial in nature.
Given all this, if we wish to be truly holistic and biopsychocisial in our approach to patient education, it
becomes necessary to address not just the physical illness but also the emotional impact of that illness.
The patients seek a good treatment, but they also seek comforting, the alleviation of the anxiety that has
finally provoked them into consulting.
Unfortunately, conventional method of patient education focus mainly upon pathophysiology and
pharmacology and too little upon the emotional impact. Not mean that pathophysiology and
pharmacology are not important. However, is that discussing pathophysiology and pharmacology are not
necessarily comforting, and that we must confort as much as we educate. Otherwise, our patient comes
away unsatisfied with the consult and hence is less likely to comply with the prescription/advice, or to
come back to us for follow up, or event to think of us the next time he is sick.
Emotions are caused by perception. By using the active listening skills, the nurse is able to work
backward from the anxiety to the perception that has caused the anxiety. If such perception is incongruent
with reality as the nurse perceives it-if it is a misperception-the the nurse can immediately intervene by
correcting the misperception, hence allaying the anxiety and comforting the patient. Patient may have
misperception about their illness but only few of them cause the greatest amount of anxiety. Through the
use of the active listening skills, the nurse can accurately identy the misperception that are anxiety
provoking.-what we refer to as the ECMs or the Emotionally Critical Misperception. and deal with
them a head of other misperception in order to produce the greatest comfort in the shortest possible time-
53
certainly something very useful in the context of a consultation where only 10 to 15 minutes can be
allotted due to the other patient waiting to be seen.
CATHARSIS
All of the above the reason the why CEA model. There must first be some purgation of emotions, some
way to let surface the hidden feeling of fear or anxiety of the patient. This can be done using the active
listening skills to bring out the emotions that the patient usually keeps hidden. Once the feeling have been
articulated and allowed ventilation, the the active listeling skills can be used to identify the ECMs behind
the feeling. Release of feeling also aloow the patient to think more clearly and makes him more receptive
to the next step in the CEA model, which is to educate.
Note, however, that educating patient in this model does not mean giving him a standardized lecture
about his illness. Sometimes it is tempting to give the patient a lengthy and scholarly dissertation of his
illness and his treatment, which would be good if there was time, but usually there isn’t. The education
must therefore first be directed towards the misperceptions that cause the greatest emotional pain. Time is
limited, especially if there are more patient waiting, and focusing on the ECMs provides the greatest bang
for your buck. More complete explanations can be given later is the time allows, or can be given in a
subsequent visit. It is not necessarily-and is in fact counter-productive-to bombard the patient with
information that he may not even be asking for. At the minimum, what is needed is to produce him with
sufficient data so that his anxiety will be allayed and so that he will be willing to comply with nurse
advice.
To promote catharsis, there are four basic steps, using the active listening skills to elicit required
information and to promote the ventilation of emotion:
1. What came to your mind when you started feeing your simptomps
2. What feeling came out when these thought came to your mind?
3. What consequent of your illness makes you feel this what the most? In most case, the answer to
this question is the ECM that will be the focus for patient education later.
4. Summarize the ECM and the emotion associated with it.
EDUCATION
Hopefully, at this point, two things will have happed to the patient. 1, he will habe articulated and
ventilated his emotion. 2, since he is no longer preoccupied in trying to keep a lis on is feeling, he now
has enough space in his mind to be able to listed to what the pohysician has to tell him about his illness.
This is the emotionally appropariare moment to educate-not before.
Having identitified the ECM, the task of nurse using CEA method would be to immediately address first
before addressing any other issue. The ECM is the misperception that is causing the greatest emotional
upset. It is the misperception that has creared the emotional force that has brought the patient to nurse. If
therefore deserves priority attention. If for instance the patients’s fear is that he will die of his illness, but
54
the reality is the death is distant possibility, the a straightforward statement to that effect, followed by an
simple explanation of why death is unlikely. Adressing the ECM right away communicates to the patient
that the nurse has been listening to him and understands his concerns, and the emotional conncetion that
this brings into the nurse-patient relationshio can be very significant.
In explaining the biological aspec of the illness, a few point are useful:
1, the nurse should speak in the language of the client-which is definitely not characterized by scientific
jargon. Explanation must be as simple as is appropriate for te educational attainment of the patient. As a
general rule, scientific terms should be avoided, except for those the patient is already familiar with, and
those that are absolutely to the understanding of the illness.
2, the power of analogy in explaining complicated concept should not be underestimated. For instance,
everyone knows how balloons burst when filled with to much air. Explaining the relationship between
hypertension and intracranial bleeds becomes more understandable when using the balloon analogy. As
nurse we all know that the pathophysiology is infinitely more complicated than that, but for the patient, if
the simple explanation motivates him to comply with his treatment, then the analogy would have served
its purpose.
3, In motivating a patient to comply with a treatment plan, it is important to provide scientific evidence,
but at the same time, the nurse need not be ashamed to use anecdote and testimony. For instance, he can
tell a breast cancer patient who is afraid of an operation about his other who is a breast cancer survivor
post-mastectomy/chemotherapy, and then encourage his patient to meet and talk with this survivor to hear
her testimony. Such a combined approach is far more effective than simply quoting 5-years survival rates.
4, The misperception that causes the greatest anxiety may be only marginally related to pathophysiology
or pharmacology. Example: a mother who brought her 3 year old son to the clinic and asking appatite
stimulant, because she thught her son was underweight. However from the evaluation the child’s body
weight was within normal, bur no amount of health education could allay the anxiety of the mother who
continued to ask for appaetited stimulants. But after an active listening finally we could found that she felt
was not fear something would happen to her child, but rather fear that her in-laws would think that she
was a bad mother because her child was underweight. Because that family is an overweight family.
The education therefore took a different twist, I reassured her that she was, in fact a good mother, and
that her in-laws were the ones who were negligent about the health of their children. In this situation
psychosocial factors unrelated to pathophysiology and pharmacology clearly outweight the biological
factors and sufficient attention to the psychosocial factors came about only as a result of listening more
sensitively to the feeling.
55
ACTION
After reducing the patient about the illness, the nruse must now propose an action o relieve the patient of
his ailment. Again the emotionally appropariate time to explain the proposed treatment is after the ECM
has been adrdressed- not before. Otherwise, the patient will just keep going back to the ECM and no
forward movement can be accomplished in explainin the treatment.
Assuming this has been done, however, it must be remembered that patients may also have ECMs about
treatment, particularly when the intervention involves surgery or when the medicine being given has a
reputation for side effects. Again the active listening can be used to elicit these ECMs and the ECMs can
be addressed immediately. Listening for, articulating and then dealing with there ECMs right away send
the messase to the patient that the nurse is listening and undersants his concerns. Again the emotional
“conncetion” can prove invaluable in motivating a patient to comply with treatment.
KONSELING INDIVIDU
Role Play:
Lakukan role play dalam melakukan konseling metode CEA dengan teman anda. Buatlah pasangan 2
orang dan secara bergantian berperan sebagai:
Mahasiswa: yang berperan sebagai pasien juga bertindak sebagai observer yang mengevaluasi nurse
konselor dengan menggunakan chek list list konseling motode CEA.
Pilihlah satu dari masalah kesehatan kronik dibawah ini. Anda dating ke nurse dengan membawa
kecemasan/kekhawatiran/ketakutan yang berkaitan dengan kesalahpahaman tentang penyakit kronik yang
anda derita. Pilihlah satu atau lebih kesalahpahaman yang sesuai dengan penyakit kronik yang anda pilih.
Anda bisa mengambangakan kesalahpahaman yang terjadi berdasarkan hasil observasi atau pengalaman
pribadi anda.
Penyakit Kesalahpahaman
56
Hipetensi Kontrol hanya kalau ada keluhan
Konsumsi timun, seledri dan bawang putih dapat menurunkan tekanan
darah tanpa minum obat sama sekali
Makanan tanpa garam sama sekali dapat menurunkan tekanan darah dan
menggunakan MSG dipakai sebagai pengganti garam saat memasak
makanan
Tidak boleh banyak aktifitas
Banyak beraktifitas untuk menurunkan tekanan darah
Hipertensi bisa disembuhkan (promosi dari iklan pengobatan alternative)
Diabetes Melitus Mengurangi asupan gula (minuman manis) tapi tetap makan karbohidrat
lain dalam jumlah tetap/banyak
Mengurangi segala macam karbohidrat/makanan agar gula darahnya
turun
Harus minum obat setiap hari, termasuk pada saat tidak makan
Takut tergantung dengan insulin, kalau sudah dengan insulin berarti
penyakitnya sudah parah
DM bisa disembuhkan (promosi dari iklan pengobatan alternative)
Kalau sakit DM kaki bisa diamputasi
Orang tua menderita DM anaknya pasti pasti sakit DM juga (padahal
DM bersifat genetic multifactorial, juga tergantung dari gaya hidup)
Orang penderita DM tidak boleh menikah dengan orang penderita DM
TBC Sakit parah, bisa mati
Malu dijauhi tetangga, menganggap TBC adalah penyakit
hina/pemyakitnya orang miskin
Begitu pasien merasa sudah baik tidak meneruskan pengobatan sampai
selesai
Setelah dinyatakan sembuh, pasien berpikir tidak akan kambuh lagi
(padahal dia harus menjaga tubuhnya agar tetap sehat)
Pengobatan TBC selama 6 bulan sudah dianggap otomatis selesai
(padahal harus dievaluasi)
Pasien TBC takut dianggap selalu menularkan penyakitnya ke orang
lain walaupun dia sudah melewati pengobatan 2 minggu pertama
Cara penularan dianggap hanya melalui batuk didepan didepan orang
lain, tetapi pasien tetap meludah disembarang tempat
PKTB Flek ditularkan antar anak yang bermain bersama
Anak yang tidak doyan makan dianggap menderita flek
Penyebab dari flek berbeda dengan penyebab penyakit TBC
Orang tua anak tidak merasa perlu mencari sumber penularan dan
melakukan pencegahan
Asma Bronkiale Menyangkal diagnosis asma karena merasa orang tua sama sekali
tidak ada yang menderita asma, walaupun ada anggota keluarga
alergi makanan atau rhinitis alergika
Pasien lupa/tidak mau menghindari zat allergen
Persepsi bahwa asma muncul hanya saat anak-anak, tidak bisa
muncul saat dewasa
57
Aspek yang dinilai Parameter
Verbal Communication
Apa yang bapak/ibu rasakan pada waktu berpikir seperti itu? Catatan: emosi dasar manusia: marah,
sedih, takut, gembira.
Hal apa dari penyakit bapak/ibu yang paling membuat merasa begitu Pada banyak kasus, jawaban pada
pertanyaan ini muncul ECM yang akan
difokuskan pada edukasi pasien
nantinya
Education
Action
58
Menerangkan pengelolaan penyakit
Refleksi perasaan
REFERENSI
Bomar, P.J. (2004). Promoting health in families: Apllying family research and theory to nursing practice.
3rd ed. Pennsylvania: Saunders.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing research, theory, and practice.
New Jersey: Prentice Hall.
Hanson, S.M.H., & Boyd, S.T. (1996). Family health care nursing: theory, practice, and research.
Philadelphia. F.A. Davis Company.
Mubarak, W.I., Santosa, B.A., Rozikin K., & Patonah, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Komunitas 2: Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: Sagung Seto.
Tim pengajar Keperawtan Komunitas Poltekes Depkes Jakarta. (2007). Panduan pengalaman belajar
lapangan. Jakarta: EGC.
Wright, L.M., & Leahey, M. (2000). Nurses and Families. A guide to family assessment and intervention.
3rd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
59
Lampiran
FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA
60
21. Komposisi keluarga : …………………………………………………..
22. Genogram(gambarkan genogram keluarga klien): ……………………………
23. Tipe keluarga:
Keluarga inti Keluarga besar
Janda/duda Lain-lain, sebutkan……………
61
k. Kebersihan rumah secara keseluruhan
o Bersih o Berdebu o Sampah bertebaran
o Banyak lalat o Banyak lawa-lawa o Lain-lain, sebutkan
B. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Nilai dan norma budaya
C. Fungsi Keluarga
62
1. Fungsi afektif
2. Fungsi social
3. Fungsi perawatan keluarga
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
D. Stress dan koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
3. Strategi koping yang digunakan
4. Strategi adaptasi disfungsional
5. Pemeriksaan fisik
No Sistem Ayah Ibu … … ..
1 TTV
2 Kulit/kepala
3 Mata
4 Telinga
5 Hidung
6 Mulut
7 Dada
8 Abdomen
9 Ekstremitas
10 Lainnya
11 Kesimpulan
63
3 x makanan pokok dan tanpa selingan
3 X dan tanpa selingan
16. Pemeriksaan kehamilan
Ya Tidak
17. Tempat pemeriksaan
Bidan Dukun terlatih
Dokter Lain-lain, sebutkan…………………..
18. Frekuensi pemeriksaan
1 kali 3 kali > 4 kali
2 kali 4 kali
19. Alasan tidak melakukan pemeriksaan
Jauh Malas
Takut Mahal
Tidak tahu
Lainnya:…
20. Pemberian imunisasi TT
Ya Tidak
21. Frekuensi pemberiaan imunisasi TT
1 kali 2 kali
22. Alasan tidak diimunisasi TT:……………..
23. Kondisi ibu hamil: Sehat Sakit
24. Masalah kesehatan ibu hamil
Anemia DM Pre eklamsi
64
12. Masalah kesehatan ibu menyusui: Mastitis ASI tidak keluar
Lainnya,………….
VII. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK PRASEKOLAH DAN USIA SEKOLAH
7. Kebiasaan anak melakukan kebersihan gigi: 1x 2x 3x
8. Kondisi gigi saat ini:
Berlubang dan hitam
Gusi bengkak dan berdarah
Bersih dan sehat
9. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan: Ya Tidak
10. Kebiasaan memakai alas kaki saat bermain: Ya Tidak
11. Kondisi anak saat ini: Sehat Sakit
12. Masalah kesehatan anak: Cacingan Caries
65
23. Penyakit yang diderita lanjut usia, sebutkan………………..
24. Tindakan yang dilakukan saat sakit
Ke pelayanan kesehatan
Didiamkan saja
Beli obat diwarung
25. Kegiatan lanjut usia sehari-hari
Ikut pengajian Lainnya, sebutkan:……………..
Menjaga cucu
Berkebun
26. Keterlibatan lanjut usia di Posyandu: Rutin Kadang-kadang Tidak pernah
27. Lanjut usia tinggal dengan: Sendiri Pasangan Anak Lainnya, sebutkan
28. Orang paling dekat dengan lanjt usia, sebutkan……………
X. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
4. Masalah gangguan jiwa dalam keluarga: Ada Tidak ada
5. Kondisi klien gangguan jiwa dalam keluarga:
Depresi Lainnya
Amuk
6. Upaya mengatasi adanya gangguan jiwa dalam keluarga:
Pelayanan kesehatan
Didiamkan saja
Alternatif
66