EOS Quiz Week 4
EOS Quiz Week 4
2. Jakarta (ANTARA News) - PT GS Battery meresmikan pabrik terbaru mereka yang berlokasi di
Kawasan Industri Bumi Semarang Baru, Mijen, Semarang, Jawa Tengah, Kamis. Keterangan pers yang
diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan, itu pabrik ketiga GS Battery, perusahaan aki otomotif
patungan PT Astra Otoparts, GS Yuasa Corporation, dan Toyota Tsusho Corporation. Dua pabrik
sebelumnya ada di Sunter, Jakarta dan Karawang, Jawa Barat. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi,
meresmikan pabrik itu, didampingi Presiden Direktur GS Yuasa Corporation, Makoto Yoda, Presiden
Direktur PT Astra Otoparts, Hamdani Salim, serta Presiden Direktur PT GS Battery, AK Hadi. Hadi
mengatakan, investasi pabrik senilai 13 juta dolar AS (Rp160 miliar) dan berdiri di atas lahan seluas
30.000 m2. “Targetnya akan memproduksi dua juta aki mobil dan tiga juta aki sepeda motor
pertahun,” kata Hadi. Kapasitas produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan aki di
Indonesia sekaligus ekspor ke sejumlah negara tujuan di Asia, Afrika dan Amerika. Secara
keseluruhan kini total kapasitas produksi GS Battery di seluruh pabriknya mencapai enam juta aki
mobil dan 17 juta aki sepeda motor per tahun. Sementara itu Hadi juga menuturkan, dengan
berdirinya pabrik di Semarang, pihaknya akan mengutamakan pemasok bahan baku dan komponen
dari kota pelabuhan tersebut dan sekitarnya, meski untuk beberapa material masih mengandalkan
impor dari negara lain. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, bakal menjadi signifikan sebagai pintu
masuk bahan baku, komponen dan material, juga pintu keluar distribusi pasar nasional hingga
ekspor.
Sumber: https://otomotif.antaranews.com/berita/468851/gs-resmikan-pabrik-ketiga-di- semarang
Sebagai salah satu anak perusahaan Astra, PT GS Battery merupakan produsen dan pemasok aki bagi
seluruh produsen motor Indonesia baik Yamaha maupun Honda. Namun demikian, tetap terjadi
transaksi jual beli antara PT GS Battery dan para produsen tersebut. Sampai dengan saat ini, PT GS
Battery telah menerima beberapa pesanan besar untuk aki motor, dengan kondisi sebagai berikut:
Tawaran 1: PT. Astra Motor Indonesia memesan 10,000,000 unit Aki ke PT GS Battery untuk produk
skuter matic mereka. Masing-masing aki dihargai Rp 100,000 per unit. Untuk memproduksi aki
tersebut PT GS Battery harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 60,000 per unit dan investasi awal yang
bernilai Rp 300 miliar untuk membuat spesifikasi aki yang diminta.
Tawaran 2: PT. Yamaha IMM memesan 10,000,000 unit Aki ke PT GS Battery untuk produk skuter
matic mereka. Masing-masing aki dihargai Rp 90,000 per unit. Untuk memproduksi aki tersebut PT
GS Battery harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 65,000 per unit namun dengan biaya investasi awal
yang lebih murah, yaitu Rp. 140 miliar untuk membuat spesifikasi aki yang diminta.
Apabila terjadi dispute dan kontrak dibatalkan setelah proses produksi berjalan, PT GS Battery tetap
dapat menjual baterai tersebut ke PT. Suzuki Indomobil Motor sebesar Rp 80,000 per unit untuk
digunakan setelah sejumlah modifikasi yang dilakukan oleh mereka sendiri (dengan asumsi biaya
produksi adalah biaya termahal, yaitu Rp. 65.000).
Pertanyaan:
Tawaran manakah yang akan diambil oleh PT. GS Battery? Jelaskan jawaban anda. (Hint: lakukan
perhitungan Rent, Relationship-specific investment (RSI), dan Quasi-Rent dari semua tawaran.
Jadikan peluang Hold Up sebagai bahan pertimbangan untuk masing – masing tawaran)
Tawaran 1
Rent = Q (P - C) - I
= 10.000.000 (100.000 - 60.000) - 300.000.000.000
= 10.000.000 (40.000) - 300.000.000.000
= 400.000.000.000 - 300.000.000.000
= 100.000.000.000
Keuntungan yang didapatkan oleh PT. GS Battery ketika sepakat untuk bekerja sama dengan PT.
Astra Motor sebesar 100 miliar rupiah.
RSI = I - Q (P* - C)
= 300.000.000.000 - 10.000.000 (80.000 - 65.000)
= 300.000.000.000 - 10.000.000 (15.000)
= 300.000.000.000 - 150.000.000.000
= - 150.000.000.000
Dari 300 miliar rupiah yang diinvestasikan, 150 miliar rupiah tidak dapat tertutupi ketika PT. Astra
Motor tidak jadi bekerja sama dengan PT. GS Battery sehingga produk harus dijual kepada PT. Suzuki
Indomobil.
QR = Rent - RSI
= 100.000.000.000 - (-150.000.000.000)
= 250.000.000.000
Selisih keuntungan yang didapatkan PT. GS Battery ketika menjual produknya kepada PT. Astra
Motor dengan menjual produknya kepada PT. Suzuki Indomobil sebesar 250 miliar rupiah.
Namun, apabila PT. Astra Motor melakukan hold-up dan menetapkan pada harga Rp90.000, maka:
Rent = Q (P - C) - I
= 10.000.000 (90.000 - 60.000) - 300.000.000.000
= 10.000.000 (30.000) - 300.000.000.000
= 300.000.000.000 - 300.000.000.000
=0
Ketika PT. Astra melakukan hold-up, maka PT. GS Battery tidak mendapatkan keuntungan.
Tawaran 2
Rent = Q (P - C) - I
= 10.000.000 (90.000 - 65.000) - 140.000.000.000
= 10.000.000 (25.000) - 140.000.000.000
= 250.000.000.000 - 140.000.000.000
= 110.000.000.000
Keuntungan yang didapatkan oleh PT. GS Battery ketika sepakat untuk bekerja sama dengan PT.
Yamaha IMM sebesar 110 miliar rupiah.
RSI = I - Q (P* - C)
= 140.000.000.000 - 10.000.000 (80.000 - 65.000)
= 140.000.000.000 - 10.000.000 (15.000)
= 140.000.000.000 - 150.000.000.000
= 10.000.000.000
Dari 140 miliar rupiah yang diinvestasikan, PT. GS Battery balik modal atas apa yang diinvestasikan
dan mendapatkan 10 miliar rupiah keuntungan ketika tidak jadi bekerja sama dengan PT. Yamaha
IMM dan menjual produknya ke PT. Suzuki Indomobil.
QR = Q (P - P*)
= 10.000.000 (90.000 - 80.000)
= 10.000.000 (10.000)
= 100.000.000.000
Selisih keuntungan yang didapatkan PT. GS Battery ketika menjual produknya kepada PT. Yamaha
IMM dengan menjual produknya kepada PT. Suzuki Indomobil sebesar 100 miliar rupiah.
Namun, apabila PT. Astra Motor melakukan hold-up dan menetapkan pada harga Rp85.000, maka:
Rent = Q (P - C) - I
= 10.000.000 (85.000 - 65.000) - 140.000.000.000
= 10.000.000 (20.000) - 140.000.000.000
= 200.000.000.000 - 140.000.000.000
= 60.000.000.000
PT. GS Battery masih mendapatkan keuntungan sebesar 60 miliar walaupun harga diturunkan.
Dengan pertimbangan dua tawaran ini, kami menyarankan PT. GS Battery untuk mengambil tawaran
dari PT. Yamaha IMM karena keuntungan yang didapatkan lebih besar dan resiko apabila tidak jadi
bekerja sama lebih rendah kerugiannya.