A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan,
kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan terhadap stress fisiologis yang
berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (BPS, 2015). Proses menua
menurut Badan Pusat Statistik (2019) merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh dan pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial
yang akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan termasuk pada aspek
kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017), lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Semakin lama jumlah lansia di dunia semakin meningkat. Jumlah lansia di
dunia akan mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dari 12% menjadi 22%
pada rentang waktu 2015 hingga 2020 (World Health Organization, 2018). Saat
ini, Indonesia sendiri telah memasuki periode aging population, yaitu adanya
peningkatan usia harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia
(Kemenkes RI, 2019). Jumlah lansia pertahun 2019 mencapai angka 9,6% atau
sekitar 25,64 juta orang (BPS, 2019). Indonesia benar-benar akan berada pada
periode aging population bila persentase lansia lebih dari 10%. Keberadaan
penduduk lansia tersebar merata di perkotaan dan pedesaan dengan perbandingan
52,80% berbanding 47,20%. Persentase lansia di Indonesia didominasi oleh lansia
muda dengan angka 63,82% dan sisanya merupakan lansia madya sebesar 27,68%
serta lansia tua (> 80 tahun) sebesar 8,50%.
Separuh dari lansia Indonesia mengalami keluhan kesehatan dan
persentasenya semakin meningkat seiring dengan bertanbahnya umur lansia.
Menurut BPS (2019), angka kesakitan penduduk lansia tahun 2019 mencapai
26,20%, yang berarti terdapat 26 atau 27 lansia yang sakit dari 100 lansia.
Gangguan kesehatan utama yang diderita oleh para lansia menurut antara lain yaitu
artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, dan gangguan pada tulang. Gangguan
kesehatan pada lansia terjadi akibat adanya perubahan-perubahan pada lansia.
Perubahan yang dialami oleh lansia diantaranya yaitu perubahan fisik, perubahan
psikososial, perubahan kognitif, serta perubahan moral dan spiritual. Perubahan
fisik yang dialami oleh lansia diantaranya yaitu perubahan pada sistem integument, 1
neuromuscular, sensori/persepsi, paru, kardiovaskuler, gastrointestinal,
perkemahan, dan genitalia (Kemenkes RI, 2013).
Perubahan-perubahan fisik pada lansia akan membuat lansia mengalami
berbagai masalah kesehatan fisik. Salah satu masalah kesehatan yang dialami pada
lansia yaitu kelemahan fisik (Kemenkes RI, 2013). Kelemahan fisik adalah
sindrom yang dikaitkan dengan kondisi geriatrik lainnya, seperti sarcopenia,
malnutrisi, inflamasi, cacat fisik, gangguan kognitif, dan komorbiditas (Fried et al,
2009). Kekuatan otot yang buruk dan aktivitas fisik yang rendah menjadi masalah
kelemahan yang paling sering terjadi pada lansia (Papiol et al, 2015). Salah satu
latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lansia adalah
ROM. Range Of Motion (ROM) adalah latihan untuk meningkatkan masa dan
tonus otot yang dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontaktur
(Kusumawati, 2019).
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan lansia
dan keluarga mengetahui dan memahami mengenai Range of Motion yang
dapat dilakukan pada lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, diharapkan lansia
mampu :
a . Memahami dan mengetahui pengertian ROM
b . Memahami dan mengetahui kontraindikasi ROM
c . Memahami dan mengetahui prinsip dasar latihan ROM
d. Memahami dan mengetahui teknik gerakan ROM
C. SASARAN PENYULUHAN
Sasaran penyuluhan yaitu klien lansia Ibu Wayan dan keluarga
D. GARIS BESAR MATERI
Materi yang nantinya akan dijelaskan kepada lansia terdiri dari :
a. Pengertian ROM
b. Kontraindikasi ROM
c. Prinsip Dasar Latihan ROM
d. Teknik Gerakan ROM
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Susunan Acara
No. Kegiatan Waktu Penyuluh Lansia dan
Keluarga
1. Pembukaan 3 menit - Memberi salam dan - Menjawab salam
perkenalan
- Menjelaskan tujuan, - Mendengarkan
manfaat dan cakupan dan
materi memperhatikan
2. Penyuluhan 20 menit - Menjelaskan secara garis - Mendengarkan
besar materi penyuluhan, dan
yaitu pengertian ROM, memperhatikan
kontraindikasi ROM, dengan baik,
prinsip dasar latihan ROM, memahami hal
teknik gerakan ROM yang disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada lansia dan keluarga
untuk bertanya apabila ada
yang kurang jelas atau
tidak dipahami
2. Pengorganisasian Kelompok
a. Penyuluh : Penyuluh bertugas menyampaikan materi penyuluhan,
menjawab pertanyaan dan mengevaluasi lansia dan keluarga. Penyuluh
kegiatan ini yaitu:
- Nyoman Ayu Megawati
b. Fasilitator : Fasilitator memiliki tugas untuk mendampingi lansia dan
keluarga agar dapat berpartisipasi aktif selama acara berlangsung.
Fasilitator dari kegiatan ini yaitu :
- Ni Made Sridarmayanti
- Dewa Gede Ari Wisnawa
- Kadek Febri Dwi Upayanti
- Nurdiyanti
c. Observer : Observer bertugas untuk mengawasi jalannya acara. Obsever
kegiatan ini yaitu :
- Kadek Agus Mahendra Prayoga
- Kadek Ririn Agnesia
- Nyoman Anggun Septiana Putri
- Ni Komang Apriani
- Kadek Lia Ari Pramadewi
F. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan akan dilakukan melalui metode ceramah dan
tanya jawab selama 30 menit.
G. MEDIA / ALAT / SUMBER
- Leaflet
- Alat Dokumentasi
H. SETTING TEMPAT
Setting tempat penyuluhan sebagai berikut :
Observer
Penyuluh
1. Pengertian ROM
Range Of Motion (ROM) adalah latihan untuk meningkatkan masa dan
tonus otot yang dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontaktur.
ROM merupakan kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan kegiatan
Latihan ROM digunakan untuk mempertahankan ataupun memperbaiki
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap (Potter &
Perry, 2010).
Tujuan ROM, yakni:
a. Membantu dalam meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot
b. Membantu untuk mempertahankan fungsi pernapasan dan jantung
c. Mencegah kekakuan sendi
d. Merangsang peredaran darah
e. Mencegah terjadinya kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Manfaat ROM, yakni:
a. Mengetahui kemampuan sendi tulang dan otot untuk bergerak
b. Melakukan pengkajian terhadap tulang, sendi, dan otot
c. Melakukan pencegahan terhadap kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Membantu perbaikan tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan (RSUD Mangusada, 2019 &
Kusumawati, 2019).
2. Kontraindikasi ROM
Kontraindikasi dari pemberian ROM, yaitu:
a. Tidak boleh diberikan jika pemberian ROM dapat mengganggu proses
penyembuhan cidera. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam
batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan
akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan.
Adanya tanda-tanda peningkatan rasa nyeri dan peradangan.
b. Tidak dapat dilakukan jika klien berada dalam kondisi yang
membahayakan dan memberikan respon yang negatif (life threatening).
ROM dilakukan pada sendi-sendi besar dengan hati-hati, dan pada sendi
ankle dan kaki yang bertujuan untuk meminimalkan venous stasis dan
adanya terbentuk trombus (Ananda, 2017).