Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN GERONTIK

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RANGE OF MOTION


PADA LANSIA BINAAN

Fasilitator : Ns. Ni Komang Ari Sawitri, S.Kep., M.Sc., PhD

Disusun Oleh SGD 5


Anggota :
1. Nurdiyanti (1702521001)
2. Ni Komang Apriani (1702521017)
3. Kadek Febri Dwi Upayanti (1702521021)
4. Dewa Gede Ari Wisnawa (1702521025)
5. Ni Nyoman Mega Wati (1702521029)
6. Kd Agus Mahendra Prayoga (1702521041)
7. Kadek Ririn Agnesia (1702521043)
8. Nyoman Anggun Septiana Putri (1702521044)
9. Ni Made Sridarmayanti (1702521051)
10. Kadek Lia Ari Pramadewi (1702521062)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RANGE OF MOTION PADA LANSIA BINAAN

Topik : Range of Motion (ROM)


Sub Topik : a. Pengertian ROM
b. Kontraindikasi ROM
c. Prinsip Dasar Latihan ROM
d. Teknik Gerakan ROM
Sasaran : Lansia dan Keluarga
Tempat : Rumah Lansia (Br. Teges, Ubud, Gianyar)
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 November 2020
Waktu : 16.30 – 17.00 WITA (30 menit)
Penyaji : SGD 5 PSSKPN FK UNUD 2017

A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan,
kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan terhadap stress fisiologis yang
berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (BPS, 2015). Proses menua
menurut Badan Pusat Statistik (2019) merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh dan pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial
yang akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan termasuk pada aspek
kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017), lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Semakin lama jumlah lansia di dunia semakin meningkat. Jumlah lansia di
dunia akan mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dari 12% menjadi 22%
pada rentang waktu 2015 hingga 2020 (World Health Organization, 2018). Saat
ini, Indonesia sendiri telah memasuki periode aging population, yaitu adanya
peningkatan usia harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia
(Kemenkes RI, 2019). Jumlah lansia pertahun 2019 mencapai angka 9,6% atau
sekitar 25,64 juta orang (BPS, 2019). Indonesia benar-benar akan berada pada
periode aging population bila persentase lansia lebih dari 10%. Keberadaan
penduduk lansia tersebar merata di perkotaan dan pedesaan dengan perbandingan
52,80% berbanding 47,20%. Persentase lansia di Indonesia didominasi oleh lansia
muda dengan angka 63,82% dan sisanya merupakan lansia madya sebesar 27,68%
serta lansia tua (> 80 tahun) sebesar 8,50%.
Separuh dari lansia Indonesia mengalami keluhan kesehatan dan
persentasenya semakin meningkat seiring dengan bertanbahnya umur lansia.
Menurut BPS (2019), angka kesakitan penduduk lansia tahun 2019 mencapai
26,20%, yang berarti terdapat 26 atau 27 lansia yang sakit dari 100 lansia.
Gangguan kesehatan utama yang diderita oleh para lansia menurut antara lain yaitu
artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, dan gangguan pada tulang. Gangguan
kesehatan pada lansia terjadi akibat adanya perubahan-perubahan pada lansia.
Perubahan yang dialami oleh lansia diantaranya yaitu perubahan fisik, perubahan
psikososial, perubahan kognitif, serta perubahan moral dan spiritual. Perubahan
fisik yang dialami oleh lansia diantaranya yaitu perubahan pada sistem integument, 1
neuromuscular, sensori/persepsi, paru, kardiovaskuler, gastrointestinal,
perkemahan, dan genitalia (Kemenkes RI, 2013).
Perubahan-perubahan fisik pada lansia akan membuat lansia mengalami
berbagai masalah kesehatan fisik. Salah satu masalah kesehatan yang dialami pada
lansia yaitu kelemahan fisik (Kemenkes RI, 2013). Kelemahan fisik adalah
sindrom yang dikaitkan dengan kondisi geriatrik lainnya, seperti sarcopenia,
malnutrisi, inflamasi, cacat fisik, gangguan kognitif, dan komorbiditas (Fried et al,
2009). Kekuatan otot yang buruk dan aktivitas fisik yang rendah menjadi masalah
kelemahan yang paling sering terjadi pada lansia (Papiol et al, 2015). Salah satu
latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lansia adalah
ROM. Range Of Motion (ROM) adalah latihan untuk meningkatkan masa dan
tonus otot yang dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontaktur
(Kusumawati, 2019).
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan lansia
dan keluarga mengetahui dan memahami mengenai Range of Motion yang
dapat dilakukan pada lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, diharapkan lansia
mampu :
a . Memahami dan mengetahui pengertian ROM
b . Memahami dan mengetahui kontraindikasi ROM
c . Memahami dan mengetahui prinsip dasar latihan ROM
d. Memahami dan mengetahui teknik gerakan ROM

C. SASARAN PENYULUHAN
Sasaran penyuluhan yaitu klien lansia Ibu Wayan dan keluarga
D. GARIS BESAR MATERI
Materi yang nantinya akan dijelaskan kepada lansia terdiri dari :
a. Pengertian ROM
b. Kontraindikasi ROM
c. Prinsip Dasar Latihan ROM
d. Teknik Gerakan ROM
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Susunan Acara
No. Kegiatan Waktu Penyuluh Lansia dan
Keluarga
1. Pembukaan 3 menit - Memberi salam dan - Menjawab salam
perkenalan
- Menjelaskan tujuan, - Mendengarkan
manfaat dan cakupan dan
materi memperhatikan
2. Penyuluhan 20 menit - Menjelaskan secara garis - Mendengarkan
besar materi penyuluhan, dan
yaitu pengertian ROM, memperhatikan
kontraindikasi ROM, dengan baik,
prinsip dasar latihan ROM, memahami hal
teknik gerakan ROM yang disampaikan
- Memberikan kesempatan
kepada lansia dan keluarga
untuk bertanya apabila ada
yang kurang jelas atau
tidak dipahami

3. Tanya 5 menit - Memberikan kesempatan - Bertanya atau


jawab kepada lansia dan keluarga berdiskusi
untuk sharing atau mengenai materi
berdiskusi penyuluhan yang
- Mengevaluasi pemahaman kurang dipahami
lansia dan keluarga tentang - Menjawab
materi yang disampaikan. pertanyaan dari
penyuluh
4. Penutup 2 menit - Menyimpulkan materi yang - Mendengarkan
telah disampaikan dan
- Mengucapkan salam memperhatikan
penutup
- Menjawab salam

2. Pengorganisasian Kelompok
a. Penyuluh : Penyuluh bertugas menyampaikan materi penyuluhan,
menjawab pertanyaan dan mengevaluasi lansia dan keluarga. Penyuluh
kegiatan ini yaitu:
- Nyoman Ayu Megawati
b. Fasilitator : Fasilitator memiliki tugas untuk mendampingi lansia dan
keluarga agar dapat berpartisipasi aktif selama acara berlangsung.
Fasilitator dari kegiatan ini yaitu :
- Ni Made Sridarmayanti
- Dewa Gede Ari Wisnawa
- Kadek Febri Dwi Upayanti
- Nurdiyanti
c. Observer : Observer bertugas untuk mengawasi jalannya acara. Obsever
kegiatan ini yaitu :
- Kadek Agus Mahendra Prayoga
- Kadek Ririn Agnesia
- Nyoman Anggun Septiana Putri
- Ni Komang Apriani
- Kadek Lia Ari Pramadewi
F. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan akan dilakukan melalui metode ceramah dan
tanya jawab selama 30 menit.
G. MEDIA / ALAT / SUMBER
- Leaflet
- Alat Dokumentasi
H. SETTING TEMPAT
Setting tempat penyuluhan sebagai berikut :

Observer

Penyuluh

Fasilitator Lansia Keluarga Fasilitator


I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
- Kegiatan sudah mulai dipersiapkan 5 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
dan sudah melakukan kontrak waktu dengan klien dan keluarga
- Media yang digunakan dalam penyuluhan sudah disiapkan
- Materi sudah dipersiapkan oleh anggota SGD 5 PSSKPN FK Unud
2. Evaluasi Proses
- Materi penyuluhan disampaikan dengan baik oleh penyuluh sehingga mudah
dipahami lansia dan keluarga.
- Penyuluhan berlangsung dengan lancar dan tepat waktu
- Lansia dan keluarga antusias mendengarkan materi yang disampaikan oleh
penyaji
- Lansia dan keluarga mengikuti penyuluhan kesehatan dari awal sampai selesai
- Pengorganisasian kelompok sudah berjalan dengan baik, tiap anggota mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dilakukan dengan memberikan pertanyaan lisan, meliputi:
- Lansia dan keluarga mampu menjelaskan kembali terkait pengertian ROM
- Keluarga mampu menjelaskan kembali terkait kontraindikasi ROM
- Keluarga mampu menjelaskan kembali terkait prinsip dasar latihan ROM
- Lansia dan keluarga mampu menjelaskan kembali terkait teknik gerakan
ROM.
LAMPIRAN MATERI
RANGE OF MOTION (ROM)

1. Pengertian ROM
Range Of Motion (ROM) adalah latihan untuk meningkatkan masa dan
tonus otot yang dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontaktur.
ROM merupakan kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan kegiatan
Latihan ROM digunakan untuk mempertahankan ataupun memperbaiki
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap (Potter &
Perry, 2010).
Tujuan ROM, yakni:
a. Membantu dalam meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot
b. Membantu untuk mempertahankan fungsi pernapasan dan jantung
c. Mencegah kekakuan sendi
d. Merangsang peredaran darah
e. Mencegah terjadinya kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Manfaat ROM, yakni:
a. Mengetahui kemampuan sendi tulang dan otot untuk bergerak
b. Melakukan pengkajian terhadap tulang, sendi, dan otot
c. Melakukan pencegahan terhadap kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Membantu perbaikan tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan (RSUD Mangusada, 2019 &
Kusumawati, 2019).

2. Kontraindikasi ROM
Kontraindikasi dari pemberian ROM, yaitu:
a. Tidak boleh diberikan jika pemberian ROM dapat mengganggu proses
penyembuhan cidera. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam
batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan
akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan.
Adanya tanda-tanda peningkatan rasa nyeri dan peradangan.
b. Tidak dapat dilakukan jika klien berada dalam kondisi yang
membahayakan dan memberikan respon yang negatif (life threatening).
ROM dilakukan pada sendi-sendi besar dengan hati-hati, dan pada sendi
ankle dan kaki yang bertujuan untuk meminimalkan venous stasis dan
adanya terbentuk trombus (Ananda, 2017).

3. Prinsip Dasar Latihan ROM


Prinsip dasar latihan dari pemberian ROM, yaitu:
a. ROM diulangi sebanyak 8 kali dan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari
b. Dalam pelaksanaan ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak
membuat klien merasa lelah
c. sebelum memberikan latihan ROM, maka perhatikan umur, diagnosa,
tanda-tanda vital dan juga lamanya tirah baring pasien
d. bagian tubuh yang dapat diberikan ROM yaitu leher, jari, bahu, lengan
siku, pergelangan kaki, serta kaki
e. ROM dapat diberikan pada seluruh persendian ataupun pada bagian yang
dicurigai terjadi proses penyakit
f. Pelaksanaan ROM diberikan sesuai dengan waktu yang tepat seperti
setelah klien mandi atau setelah melakukan perawatan rutin (Ananda,
2017).

4. Teknik Gerakan ROM


Teknik Gerakan dari pemberian ROM, yaitu:
a. Fleksi, yaitu menekukan jari-jari kaki ke bawah
b. Ekstensi, yaitu meluruskan jari-jari kaki
c. Abduksi, yaitu menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain
d. Adduksi, yaitu merapatkan kembali bersama-sama
e. Eversi, yaitu memutar telapak kaki ke samping luar
f. Inversi, yaitu memutar telapak kaki ke samping dalam
g. Supinasi, yaitu memutar pergelangan kaki sehingga telapak kaki
menghadap ke samping
h. Pronasi, yaitu memutar pergelangan kaki sehingga telapak kaki
menghadap ke bawah
i. Dorsifleksi, yaitu menggerakan kaki sehingga jari kaki menekuk ke atas
j. Plantarfleksi, yaitu menggerakan kaki sehingga jari kaki menekuk ke
bawah (RSUD Mangusada, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, I. P. (2017). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot


Pada Lansia Bedrest Di PSTW Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Negeri Islam Syarif
Hidayatullah.
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Fried, L., Walston, J., Ferrucci, L. Frailty. (2009). In: Hazzard W, Halter J, editors.
Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology. New York: McGraw-Hill
Medical.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2013). Gambaran
Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2017). Analisis Lansia
di Indonesia. Jakarta: Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2019). Indonesia
Memasuki Periode Aging Population. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kusumawati, T. (2019). Pengaruh ROM Pasif Terhadap Bromage Score Pasien
Paska Spinal Anestesi. Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Papiol, M., Serra-Prat, M., Vico, J. (2015). Poor muscle strength and low physical
activity are the most prevalent frailty components in community-dwelling
older adults. J Aging Phys Act.
Potter, & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC.
RSUD Mangusada. (2019). Teknik Rehabilitasi Medik (Latihan Luas Gerak Sendi).
Badung: Humas RSUD Mangusada.
World Health Organization. (2018). Ageing and Health. Diperoleh melalui:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health, Diakses
pada 20 Oktober.

Anda mungkin juga menyukai