Anda di halaman 1dari 13

Nama :Muhammad Kamal Khairi Putera.

A
Kelas :X ips 2
Absen : 21
Mapel : Geografi

Rangkuman Materi Hidrosfer

1.Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di bumi. Siklus
hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi
yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi
kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat
tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan
ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini.

A) Proses Terjadinya Siklus Hidrologi.


Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut.

1. Evaporasi

Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi.
Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan
atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari. Penguapan serupa
juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini
disebut dengan istilah evaporasi.

Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga
memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
(misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer
bumi juga akan semakin besar.

2.Transpirasi

Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi
umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi.

3.Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan


bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut
ke atas permukaan atmosfer.

4.Sublimasi

Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi.

Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi
terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi
panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.

5.Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi,
dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui
proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena
pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.

Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain
sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

6.Adveksi

Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.
Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

7.Presipitasi

Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius,
presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di
daerah beriklim sub tropis.

8.Run Off

Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off
pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya
terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga
samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju
lapisan hidrosfer.
 

9.Infiltrasi

Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke
dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses
pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan
secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.

B) Macam Macam Siklus Hidrologi

Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat


dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus
hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.

1. Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi. Uap
air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah sekitar
laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
 Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.

2.Siklus Hidrologi Sedang

Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus
hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan
yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi sedang
ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
 Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
 Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan
kembali ke laut
3.Siklus Hidrologi Panjang

Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah
beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak
langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan
membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
 Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
 Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
 Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
 Salju terakumulasi menjadi gletser.
 Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
 Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.

2. Perairan Darat

Perairan darat adalah semua bentuk air yang terdapat di daratan. Air dapat
berupa benda cair atau benda padat (es dan salju). Adapun dari keduanya yang
banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah yang berbentuk benda cair yaitu air.
Meliputi di antaranya air permukaan, air tanah, sungai, danau, dan sebagian air
rawa.

A) Macam Macam Perairan Darat

1. Air Tanah (Ground Water)

Air tanah adalah massa air yang ada di bawah permukaan tanah. Air tanah
pada litosfer kurang dari 0,62 % dari seluruh air yang ada di bumi.
Volume air tanah yang ada di berbagai tempat tidak sama, bergantung
kepada persyaratan yang menunjang proses peresapannya.
2. Sungai

Sungai adalah bagian dari muka bumi yang karena sifatnya menjadi
tempat air mengalir. Sifat yang dimaksud adalah bagian permukaan bumi
yang paling rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya

3. Danau

Danau adalah massa air yang berada di suatu cekungan (ledok/basin)


yang terdapat di daratan.

4. Rawa

Rawa (swamp/marsh) adalah tanah basah yang selalu digenangi air secara
alami karena sistem drainase (pelepasan air) yang jelek atau letaknya lebih
rendah dari daerah sekelilingnya. Rawa-rawa biasanya ditumbuhi oleh
vegetasi dan selalu berlumpur. Rawa-rawa di Indonesia terdapat di sekitar
muara-muara sungai yang besar dan rapat, seperti di Pulau Sumatra
bagian timur, Kalimantan sebelah barat, selatan, dan bagian timur, serta
Papua sebelah barat dan selatan. Sebagian rawa-rawa tersebut
terpengaruh oleh pasang naik dan pasang surut air sungai terdekat
sehingga air tidak begitu asam. Ada juga air rawa yang sama sekali tidak
mengalir sehingga airnya sangat asam

3. Perairan Laut

Laut merupakan air yang menutupi permukaan bumi yang luas dan
umumnya mengandung garam dan terasa asin. Biasanya air mengalir yang
ada di darat akan bermuara ke laut. Indonesia memiliki wilayah perairan
laut yang sangat luas antara lain:

a. Landas kontinen, adalah wilayah laut yang merupakan batas antara dua negara
tetangga dengan segala kekayaan alam yang terdapat di laut sampai dengan
kedalaman 200 meter.
b. Laut teritorial, adalah wilayah laut sejauh 12 mil dari garis dasar lurus pantai
terluar Indonesia.

c. Laut zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar pulau terluar
Indonesia.

Wilayah Perairan Laut di Indonesia

Laut dapat diklasifikaksikan dengan berbagai penggolongan sebagai


berikut:

a. Berdasarkan Terjadinya:

1. Laut Transgresi adalah laut dangkal yang terjadi karena naiknya


permukaan air laut akibat mencairnya es di bumi pada akhir zaman glasial
sekitar 2-3 juta tahun yang lalu. Kedalaman laut transgresi umumnya
tidak lebih dari dari 200 meter. Contoh laut transgresi di wilayah
Indonesia antara lain Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Karimata, Selat
Malaka, dan Laut Arafura.

2. Laut Ingresi adalah laut dalam yang terjadi karena penurunan dasar laut
oleh tenaga tektonik, dengan kedalaman 200 meter lebih. Contoh laut
ingresi di wilayah Indonesia antara lain Laut Banda, Laut Flores, Laut
Maluku
3. Laut Regresi adalah laut yang menyempit karena proses sedimentasi
lumpur daratan yang masuk ke laut akibat erosi daratan dan atau terjadi
akibat reklamasi pantai yang digunakan untuk permukiman penduduk
atau kegiatan lainnya. Contohnya Laut Jawa dan Selat Malaka

b. Berdasarkan Letak Laut:

1. Laut Tepi, yaitu laut-laut yang letaknya di tepian benua yang memisahkan
benua tersebut dengan Samudera. Contohnya antara lain Laut Jepang,
Laut Arab, Teluk Benggala, dan laut-laut tepi di sekitar pantai Benua
Amerika.

Laut Tepi

2. Laut Pedalaman, yaitu laut yang letak atau posisinya di tengah-tengah


benua atau dikelilingi daratan. Contohnya Laut Hitam, Laut Baltik, Laut
Kaspia, dan Laut Mati.

 
Laut Pedalaman

3. Laut Tengah adalah laut yang terletak di antara dua benua, contohnya
Laut Mediterania, Laut Merah dan laut-laut di Indonesia yang terletak di
antara Benua Asia dengan Benua Australia.

Laut Tengah

c. Berdasarkan Kedalaman Laut :

1. Zone Litoral (wilayah pasang-surut) adalah laut yang berada di batas


antara garis pasang surut air laut yang bisa kering dan bisa tergenang air
laut.
2. Zone Neritik (wilayah laut dangkal) adalah laut yang mempunyai
kedalaman kurang dari 200 meter. Zone neritik merupakan wilayah yang
paling kaya ikan atau organisme laut lainnya karena kawasan ini masih
dapat ditembus oleh sinar matahari. 3

3. Zone Batial (wilayah laut dalam) adalah laut yang memiliki kedalaman
laut antara 200 hingga 2000 meter. Zone ini, organism laut dan ikan
sudah mulai tidak ada. Kalaupun ada hanya jenis ikan besar saja, seperti
ikan hiu.

4. Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam) adalah laut yang memiliki
kedalaman antara 2000 - 5000 meter. Zone abyssal umumnya merupakan
dasar samudera.

5. Zone Hadal (wilayah laut sangat dalam sekali) adalah wilayah laut sangat
dalam lebih dari 5000 meter. Zone hadal umumnya berupa palung
maupun lubuk laut yang sangat dalam, suhu air di wilayah ini sangat
dingin.

Laut Menurut Kedalamannya

d. Berdasarkan Morfologinya:

1. Landas kontinen (Continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di


sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter.
2. Lereng benua (Continental slope), merupakan kelanjutan dari continental
shelf dengan kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter.

3. Pengangkatan benua (Continental Rise), merupakan bagian dari lereng


benua yang langsung berbatasan dengan dasar samudera.

4. Dataran Abisal (Abyssal Plains), merupakan dasar laut yang luas berupa
kenampakan topografi yang sangat datar.

5. Ngarai Bawah Laut (Submarine Canyon), merupakan lembah yang


memotong lereng benua berbentuk V, dengan sisi lembah curam.

4. Pelestarian Sumber Daya Air

1. Menjaga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah hal


mutlak yang harus kita jaga demi menjaga keberadaan air agar tidak
tercemar oleh limbah dan kotoran. Menjaga kebersihan lingkungan akan
membuat air yang kita pakai dan kita konsumsi tidak sampai tercemar.
Adalah tugas bersama untuk selalu menjaga kebersihan sungai, selokan
dan sumber-sumber air yang kita butuhkan.

2. Menghemat penggunaan air. Penggunaan air secara berlebihan dan


tidak bertanggungjawab dapat berakibat pada bencana kekeringan. Kita
harus bisa mengurangi kebiasaan buruk seperti mandi terlalu lama atau
lupa untuk menutup keran air setelah mandi. Sebaiknya tidak menyiram
tanaman di pekarangan rumah dengan alat penyemprot, atau membersih-
kan kendaraan bermotor dengan alat penyemprot karena ini adalah
tindakan memubazirkan penggunaan air bersih. Pemborosan penggunaan
air bisa mengakibatkan berkurangnya sumber air yang ada dan akan
berdampak sangat buruk saat terjadi musim kemarau.

3. Membuang sampah pada tempatnya. Keberadaan sampah di dalam


saluran air atau di sungai selain menyebabkan pencemaran, dapat pula
menyebabkan bencana banjir. Menumpuknya sampah di selokan akan
menutup aliran air sehingga air akan meluber hingga ke jalan, bahkan bila
volume airnya terus bertambah akan menggenangi rumah-rumah di se-
kitarnya. Sungai yang sudah tercemar oleh sampah pun pada akhirnya
tidak dapat lagi dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sungai untuk
mandi atau sebagai sumber air bersih untuk dikonsumsi.

4. Mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Meminimalkan


penggunaaan bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah
satu cara yang sangat tepat untuk melindungi perairan dari cemaran
bahan berbahaya. Ketika bahan-bahan kimia yang telah dipakai larut
dalam air, maka bahan-bahan tersebut akan dapat merusak ekosistem air.
Misalnya zat-zat kimia yang ada di air akan dapat menghancurkan alga-
alga yang merupakan makanan plankton. Selain tentu saja tidak bisa lagi
dimanfaatkan oleh manusia untuk kehidupannya.

5. Tidak sembarangan membuang bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang


dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari ternyata juga dapat berbahaya
bagi kelestarian air dan dapat merusak lapisan atmosfer bumi. Bahan
kimia yang dapat berubah jadi gas, apabila lepas ke udara akan
menyebabkan pencermaran udara yang dapat memperburuk kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaiknya tidak membuang cat, oli,
minyak, atau bahan kimia lainnya ke dalam air sungai karena dapat
membunuh ekosistem dalam sungai. Bahan-bahan kimia itu dapat
ditanam sehingga dampak terpapar kepada manusia dapat diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai