Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TUTORIAL

PATIENT SAFETY

Disusun oleh:

1. SELA DAMA CAHYATI (200101423)


2. SHELLA OLIVIA (200101384)
3. SINTA ITA ANDRIANI (200101385)
4. SISKA RISTIANA (200101386)
5. SITI BAROROH (200101387)
6. TEDDY SYAHPUTRA (200101389)
7. UCUP FIRDAUS (200101390)
8. VIKA ASLIKHATUS SYARO’ (200101391)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA JOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Bismillahirrahmannirahim,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan karunia-Nya, kami dapa
menyelesaikan makalah “PATIENT SAFETY” ini tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak
lupa pula kami hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di akhir kelak.
Dalam menyelesaikan tugas ini kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu
terutama kepada:
1. Ibu Winda Rofiyati,S.Kep.,Ns.,M.Kep memberikan bimbingan kepada kelompok B3
2. Kepada kedua orang tua yang sudah memberikan dukungan
3. Kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengejakan makalah ini.
Akhiru kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Harapan
kami agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran.Semoga makalah ini biasa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak.Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................................4
1.3 Manfaat..............................................................................................................................................4
BAB II SKENARIO DAN PEMBAHASAN..............................................................................................5
2.1 KASUS..............................................................................................................................................5
2.2 ANALISIS KASUS...........................................................................................................................5
2.2.1 STEP KATA SULIT...................................................................................................................5
2.2.2 STEP 2 MUNCULKAN PERTANYAAN..................................................................................6
2.2.3 STEP 3 MENJAWAB PERTANYAAN.....................................................................................6
2.2.4 STEP 4 MIND MAPPING..........................................................................................................8
2.2.5 STEP 5 MENENTUKAN LO.....................................................................................................8
2.2.6 HASIL STADY LITERATURE.................................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit.Sejak malpraktik menggema di seluruh
belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal
ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap
issuekeselamatan pasien.Program keselamatan pasienadalah suatu usaha untuk menurunkan
angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pasien selama dirawat di rumah
sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit (Nursalam,
2011).
Patient safetydi rumah sakit merupakan suatu kebutuhan.Patient safetysaat ini telah
menjadi isu yang diperbincangkan di berbagai negara.Isu ini berkembang karena masih
banyaknya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yang
masih sering terjadi di rumah sakit.Penelitian yang dilakukan oleh IOM (Institute of
Medicine) pada tahun 1999 yang dilakukan di Washington DC,dilaporkan bahwasebanyak
44.000 sampai dengan 98.000 orang meninggal setiap tahunnya di rumah sakit karena
kesalahan medis (Institute of medicine,2001).Kesalahan medis termasuk dalam kategori
kedelapan sebagai penyebab kematian utama di Amerika dan lebih tinggi dibandingkan
masalah kecelakaan, yaitu sebesar 43,4%. Sekitar 7000 orang diperkirakan meninggal setiap
tahunnya.
Keselamatan pasien di rumah sakit (Hospital Patient Safety)merupakan suatu sistem
pelayanan rumah sakit yang memberikan asuhan agar pasien menjadi lebih aman.Termasuk di
dalamnya adalah mengukurrisiko, identifikasi, dan pengelolaan risiko terhadap pasien,
pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta
merupakan solusi untuk mencegah, mengurangi, serta meminimalkan risiko. Kejadian risiko
yang mengakibatkan pasien tidak aman (patient not safety)tersebut sebagian besar masih
dapat dicegah (preventable adverse event)diminimalisasi dengan beberapa cara, antara lain
petugas pelayanan kesehatanselalu meningkatkan kompetensi melakukan kewaspadaan dini

1
melalui identifikasi yang tepat, serta komunikasi aktif dengan pasien (Widayat,
2009).Penyelenggaraan patient safetymerupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh rumah
sakit dengan didasari beberapa landasan hukum diantaranya adalah UU No.8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No.44 tahun
2009 tentang rumah sakit, KEPMENKES No.133/MENKES/SK/XII/1999 tentang
perlindungan konsumen, UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No.44 tahun 2009
tentang rumah sakit, KEPMENKES No.133/MENKES/SK/XII/1999 tentang standar
pelayanan rumah sakit. Serta PERMENKES No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien di rumah sakit.
Depkes melaporkansetiap tenaga kesehatan di Rumah Sakit termasuk didalamnya
perawat wajib menerapkan keselamatan pasien (Patient safety) untukmencegah insiden
keselamatan pasien. Joint Commission International(JCI) &Wolrd Health
Organitation(WHO)melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan
pengobatan. JCI&WHO melaporkan kasus sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang permanen
pada pasien di Australia 11% disebabkan karena kegagalan komunikasi. WHOmenyebutkan
pemberian injeksiyang tidak aman yaitu pemberian injeksi tanpa alat yang steril, berkontribusi
40%di seluruh dunia, diprediksikan 1,5 juta kematian di USA setiap tahun
disebabkanpemberian injeksi yang tidak aman atau insiden keselamatan pasien(IKP).
Depkesmelaporkan insiden keselamatan pasien paling banyak terjadi di Indonesia adalah
kesalahan pemberian obat.Kesalahan pemberian obat dapat terjadi jika petugas kesehatan
termasukperawat tidak menerapkan prinsip benar dalam pemberian obat.Pemberian obat ada
prinsip 10 benaryaitu obat, dosis, pasien, rute, waktu, informasi, kadaluarsa, pengkajian,
evaluasi dan dokumentasi.Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
menerapkan prinsip benar ini untuk meningkatkan keselamatan pasien (Tambayong, 2005).
Pelaksanaan patient safetymenjadi suatu sistem yang harus ada di semua rumah sakit di
dunia begitu juga di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari standar akreditasi rumah sakit
2012 yang terdiri dari empat kelompok, yaitu
4standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran
keselamatan pasien di rumah sakit, serta sasaran Milenium Development Goals. Keselamatan
pasien dalam standar akreditasi rumah sakit terdiri dari standar keselamatan pasien rumah
sakit,tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit, serta sasaran keselamatan pasien rumah

2
sakit.Adaenam sasaran keselamatan pasien, salah satunya dan yang menjadi sasaran utama
adalah ketepatan identifikasi pasien (Sutoto, 2012).
Penelitian ini akan dilakukan di ruang rawat inapAnden Gedang Kelas III RSUD Panglima
Sebaya Kabupaten Paser. RSUD Panglima Sebaya merupakan satu-satunya rumah sakit di
Kabupaten Paser Kalimantan Timur yang menjadi pusat rujukan dari beberapa pelayanan
kesehatan primer di Kabupaten Paser dengan kunjungan pasien yang tinggi setiap
harinya.Ruang rawat inapAnden Gedang RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser
merupakan ruang rawat inap untuk pasien yang ditangani dalam spesialisasi penyakit
dalam.Aktivitas pelayanan kepada pasien sangat tinggi dikarenakan banyaknya pasien rawat
inap, terutama pasien kelas III. Salah satu kegiatan di ruang rawat inapyang membutuhkan
identifikasi yang tepat sesuai dengan SOP yaitu proses pemberian obat oral oleh perawat,
karena merupakan tindakan yang memerlukan ketelitian dan ketepatan untuk tercapainya
keselamatan pasien (patient safety).
Berdasarkan pengamatan pada studi pendahuluan bulan Februari 2017di RSUD Panglima
Sebaya, frekuensi pemberian obat oral sangat tinggi (high frequency) terutama di ruang rawat
interna. Fakta permasalahan yang ada pada identifikasi pasien dalam proses pemberian obat
oral yang selama ini berlangsung di ruang rawat inap yaitu obat oral sering terlewat, sering
terdobel, waktu dan cara pemberian yang kurang tepat, dan bahkan beberapa kali pernah
tertukar identitas pasiennya. Hal tersebut merupakan salah satu kejadian yang berpotensi
mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan (adverse event)dalampemberian obat kepada
pasien. Insiden yang pernah dijumpai oleh peneliti yaitu obat pasien tertukar dengan pasien
lainnya karena nama pasien yang mirip. Hal tersebut merupakan suatu kejadian nyaris cedera
(near miss event).Oleh karena itu pentinguntuk diteliti tentang “pelaksanaan identifikasi
pasiendalam proses pemberian obat oraldiruang rawat inap Anden Gedang RSUD Panglima
Sebaya Kabupaten Paser”.

3
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang PATIENT SAFETY
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mempelajari definisi PATIENT SAFETY
b. Mahasiswa mampu mengetahui permasalahan, kasus, penyelesaian, dan upaya
pencegahan PATIENT SAFETY

1.3 Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini penyusun berharap dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak serta mahasiswa yang berkepetingan

4
BAB II

SKENARIO DAN PEMBAHASAN


2.1 KASUS
Seorang pasien datang ke RS Alma Ata dengan keluhan gangguan lambung yang sangat
mengganggu, dokter Poli Umum meminta Toni injeksi melalui telepon ke Instalasi Farmasi.Obat
diantar oleh Kurir IF ke Poli Umum, dan oleh perawat asisten poli umum di suntikkan ke
pasien.Beberapa saat setelah obat disuntikkan, Pasien tertidur di atas blankar pasien.Dokter
langsung memeriksa ampul obat yang telah disuntikkan, ternyata obat yang disuntikkan adalah
Valisanbe injeksi. Dan pada saat pasien terbangun, pasien tersebut merasa segar dan kondisi
membaik. Pasien tidak tahu kalau obat yang diberikan salah.

2.2 ANALISIS KASUS

2.2.1 STEP KATA SULIT


1. Valisanbe injeksi
2. Injeksi
3. Instalasi farmasi
4. Ampul
5. Blankar
6. Poli umum
MENJAWAB
1. Valisanbe injeksi adalah obat yang digunakan untuk terapi jangka pendek pada penderita
ansietas (kecemasan), insomnia, terapi tambahan pada kondisi putus alkohol akut, status
epileptikus, kejang demam, dan spasme otot. Valisanbe injeksi mengandung diazepam,
obat yang termasuk golongan benzodiazepine.
2. Injeksi atau yang sering disebut sebagai “sho” atau “jab” dalam bahasa Inggris, adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan
yang kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Adapun jarum
yang digunakan dalam proses injeksi adalah jarum hipodermik dan jarum suntik.

5
3. Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
4. Ampul adalah jenis sediaan obat dengan wadah gelas bening dengan bagian leher
menyempit. Wadah ini berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair. Untuk menggunakan
obat dari wadah ampul ini, harus mematahkan leher ampul
5. brankar adalah usungan untuk mengangkat orang sakit, dengan cara membaringkannya
6. Poli umum merupakan salah satu dari jenis layanan di Puskesmas yang memberikan
pelayanan kedokteran berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan penyuluhan kepada
pasien atau masyarakat agar tidak terjadi penularan dan komplikasi penyakit, serta
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

2.2.2 STEP 2 MUNCULKAN PERTANYAAN


1. Dari skenario 4 apa yang menjadi insidenya?
2. Efek samping apa yang di dapatkan pasien saat di berikan suntikan valisanbe injeksi
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan valisanbe injeksi 
4. Mengapa kondisi pasien membaik padahal obat yang di berikan salah?
5. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di ruang perawat apa yang segera di lakukan

2.2.3 STEP 3 MENJAWAB PERTANYAAN


1. Insiden kasus ke 4 yaitu salah pemberian obat terhadap pasien
2. - Efek samping yang lebih serius, tetapi kejadiannya relatif jarang  misalnya depre
pernapasan, ketergantungan, gangguan mental, amnesia, kebingungan, kelainan darah dan
sakit kuning, retensi urin, dan hipotensi.
- Efek samping paradoks dapat terjadi, termasuk kegelisahan, lekas marah, kegembiraan,
memburuknya kejang, insomnia, kram otot, perubahan libido, dan dalam beberapa kasus,
kemarahan dan kekerasan. Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada anak-anak, orang
tua, dan individu dengan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol dan atau agresi.
- Obat ini meningkatkan risiko kejang jika digunakan terlalu sering pada pasien pengidap
epilepsi.
- Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan toleransi, ketergantungan, dan gejala
putus obat pada pengurangan dosis.
- pada injeksi intravena terjadi bisa terjadi nyeri, dan tromboflebitis.

6
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan valisanbe injeksi (diazepam)
adalah sebagai berikut :
 Pemakaian obat harus dihentikan jika muncul ruam kulit atau tanda lain yang
menunjukkan reaksi alergi karena bisa berakibat fatal.
 Obat ini menyebabkan pusing dan mengantuk, jangan mengemudi, menyalakan mesin,
atau mengerjakan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi saat menggunakan
obat ini.
 Berikan dengan hati-hati untuk pasien lanjut usia. Kurangi dosis jika diperlukan. Dosis
dibatasi pada jumlah efektif terkecil untuk menghalangi perkembangan ataksia atau
sedasi (2 mg - 2.5 mg 1 x sehari atau 2 x sehari, bisa ditingkatkan secara bertahap sesuai
kebutuhan).
 Jangan menggunakan obat ini dalam jangka panjang karena bisa menyebabkan
ketergantungan. Potensi ketergantungan meningkat pada pasien dengan riwayat
penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
 Dosis yang lebih rendah direkomendasikan untuk pasien dengan insufisiensi pernapasan
kronis, karena risiko depresi pernapasan.
5. pada skenario 4 pasien itu mengalami keluhan pada lambung dan dari efek samping obat
yang diberikan itu bisa menyebabkan melemahnya otot,,sehingga pasien tersebut bisa
membaik karna efek samping dri obatnya
6. Insiden keselamatan pasien adalah kejadian atau situasi yang dapat menyebabkan atau
berpotensi mengakibatkan cidera yang seharusnya tidak terjadi. Insiden Keselamatan
Pasien di rumah sakit memiliki jenis-jenis yang berbeda terdiri dari: Kejadian Potensial
Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) atau adverse event dan Kejadian Sentinel atau sentinel event
(Kementerian Kesehatan, 2017). Rumah sakit memiliki Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS) yang tergabung di Komite Mutu dan Keselamatan Pasien ya itu organisasi
non=Struktural dan bertanggung jawab melaksanakan tugas salah satunya adalah melapor
kepada Direktur Rumah Sakit secara langsung. TKP-RS melaksanakan tugas salah satunya
adalah melakukan pencatatan, pelaporan Insiden, analisis insiden termasuk melakukan
Root Cause Analysis (RCA) / Analisis Akar Masalah dan mengembangkan solusi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.

7
2.2.4 STEP 4 MIND MAPPING

2.2.5 STEP 5 MENENTUKAN LO


1. Definisi
2. Jenis jenis
3. Standar
4. Tujuan
5. Apa tindakan perawat apabila salah memberi obat
6. Permasalahan hukum pada patient safety bisa tidak?

2.2.6 HASIL STADY LITERATURE


1. Definisi patient safety
Pasient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya

8
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2. Tujuan patient safety
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) :
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4) Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan (KTD)
Tujuan keselamatan pasien internasional yaitu
1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications ( meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery ( mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi resiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6) Recude the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh )
3. Standar patient safety
1) Hak pasien Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
tedrjadinya insiden.Kriterianya adalah terdiri dari:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
(contohnya: dokter menulis pada asessmen medik atau catatan pasien terintegrasi pada
rekam medis pasien)
2) Mendidik pasien dan keluarga. Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan harus
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:

9
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan fasilitas pelayanan kesehatan
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Standarnya adalah fasilitas
pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.Kriterianya adalah
terdiri dari:
a.) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien. Standarnya adalah fasilitaspelayanan
kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses perancangan (desain)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan fasilitas pelayanan kesehatan,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis

10
yang sehat, dan faktor- faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”.
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi d.intensif terkait
dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
d. Intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi.
e. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Standarnya adalah
terdiri dari:
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien“.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan
keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah terdiri dari:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.

11
b. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.Standarnya adalah terdiri dari:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Sumber: buku manajemen keselamatan pasien
4. Jenis-jenis patient safety
1) Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse eventyaitu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2) Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near missmerupakan suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi
karena:
a. "Keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat)
b. "Pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan
dosis lethal tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).
c. "Peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan
dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak
menimbulkan cidera yang berarti)
5. Tindakan perawat apabila salah obat
- Segera bersedia mengakui kesalahan
- Hubungi dokter/laporkan kepada pasien terkait
- Evaluasi (pribadi maupun lalai untuk mencari kesalahan dan tindakan pencegahan guna
mencegah terulangnya kesalahan yang sama/kesalahan lainnya).

12
- Dokumentasi dengan bener pada PAK/ bentuk khusus kekeliruan : penjelasan kesalahan
dan langkah yang sudah diambil untuk mengatasinya
6. Aspek hukum patient safety
Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
UU tentang Kesehatan dan UU tentang rumah sakit
Keselamatan pasien sebagai isu hukum
1. Pasal 53(3) UU No.36/2009 ‘pelaksanaan pelayanan Kesehatan harus mendahulukan
keselamatan nyawa pasien’
2. Pasal 32n UU No.44/2009 ‘pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan dirumah sakit’
3. Pasal 58 UU No.36/2009 ‘
a.) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga Kesehatan,
dan atau penyelenggara Kesehatan yang menimbulkan krugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan Kesehatan yang diterimanya
b.) Tidak berlaku bagi tenaga Kesehatan yang melakukan Tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat
Tanggung jawab hukum rumah sakit
1. Pasal 29b UU No.44/2009 ‘memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu ,anti
dekriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan RS.’
2. Pasal 46 UU No.44/2009 ‘RS bertanggung jawab secara hukum tehadapn semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga Kesehatan di RS.’
3. Pasal 45(2) UU No.44/2009 ‘RS tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam
rangka menyelamatkan nyawa manusia.’
Bukan tanggung jawab RS
1. PASAL 45(1) UU No.44/2009 tentang RS ‘RS tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan keluarganya menolak dan menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif.
Hak pasien
1. Pasal 32d UU No.44/2009 ‘setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
Kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional .

13
2. Pasa 32c UU No.44/2009 ‘setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang
efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
3. Pasal 32j UU No44/2009 ‘setiap pasien mempunyai hak tujuan Tindakan medis,
alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan progenosis
terhadap Tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
4. Pasal 32q UU No.44/2009 ‘setiap pasien mempunyai hak menggugat dan atau
menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdataan ataupun pidana.
Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
1. Pasal 43 UU No.44/2009
a) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan.
c) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh mentri
d) Laporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonim dan ditujukan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Sejak malpraktik menggema di seluruh
belahan bumi melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal
ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap
issuekeselamatan pasien. Program keselamatan pasienadalah suatu usaha untuk
menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pasien selama
dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak
rumah sakit.
Pasient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu
(Depkes RI, 2011): Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, Meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, Menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit, Terlaksananya program–program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD).

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11529/BAB%20I.pdf
http://repositori.unsil.ac.id/783/3/3.%20BAB
%20II.pdfhttp://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6418/BAB%20II.pdf?seq
https://www.academia.edu/37455422/MANAJEMEN_PATIENT_SAFETY_DI_RUMAH_S
AKIT
buku manajemen keselamatan pasien
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1220025076-3-BAB%20II%20fix.pdf
https://www.scribd.com/document/433656428/Bagaimana-Jika-Perawat-Salah-Memberikan-
Obat

16
LAMPIRAN
1. Judul
Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Pada Petugas Kesehatan
2.Nama Peneliti
Ns. Nining Sriningsih, S. Kep., M. Kep1Endang Marlina2
Ns. Nining Sriningsih, S. Kep., M. Kep., Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
3.Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan dasar dari pelayanan kesehatan yang baik. Pengetahuan
tenaga kesehatan dalam sasaran keselamatan pasien terdiri dari ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,
kepastian tepat lokasi, prosedur, dan tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi,
pengurangan risiko pasien jatuh. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dengan penerapan keselamatan pasien pada petugas kesehatan di Puskesmas
Kedaung Wetan Kota Tangerang. Metode Penelitian menggunakan deskriptif korelasi
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 50 responden. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar
kuesioner. Teknik analisa diatas menggunakan analisa Univariat dan Bivariat. Hasil Penelitian
ada Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Keselamatan Pasien pada Petugas Kesehatan,
dengan hasil, p value sebesar 0,013 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan
Pengetahuan dengan Penerapa Keselamatan Pasien pada Petugas Kesehatan. Kesimpulan
penelitian ada Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Keselamatan Pasien. Saran Bagi
petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang penerapan sasaran
keselamatan pasien, baik dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar maupun mengikuti
workshop secara berkelanjutan, sehingga diharapkan penerapan patient safety dapat
diterapkan lebih optimal dan tercipta pelayanan kesehatan yang aman dan sesuai dengan
standar sasaran keselamatan pasien. Kata kunci Pengetahuan, Patient safety, Petugas
kesehatan keselamatan pasien (patient safety) adalah dasar dari pelayanan kesehatan yang
baik. Keselamatan pasien juga menjadi salah satu indikator dalam menilai akreditas institusi
pelayanan kesehatan, oleh karena itu keselamatan pasien sangat penting. Namun, jika ditinjau
dari insiden keselamatan pasien, keselamatan pasien di berbagai tingkat pelayanan kesehatan
masih buruk, baik secara global maupun nasional (Kusek, 2012). (WHO) melaporkan

17
beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan meskipun, JCI dan WHO
mengeluarkan “Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien.
Kenyataannya, permasalahan keselamatan pasien masih banyak terjadi termasuk di Indonesia
(JCI, 2017, dalam Sulahyuningsih, dkk, 2017).
Hasil wawancara peneliti dengan salah satu anggota tim KPRS sepanjang tahun 2017
terdapat 97 laporan IKP yang masuk kepada tim KPRS RSU Bunda Thamrin, dari 97 laporan
ini terdapat 11,5% KPC, 10,31% KNC, 64,9% KTC, 8,2% KTD dan sentinel 0% dengan
angka rata-rata ketepatan waktu pelaporan IKP hanya sebesar 88%.Tahun 2018 sampai pada
bulan April, ada sebanyak 36 laporan insiden yang terjadi dan hanya sebesar 81% dari seluruh
laporan insiden tersebut yang tepat waktu. Bila dilihat dari tren pelaporan IKP kepada tim
KPRS maka ketepatan waktu pelaporan IKP berfluktuasi sepanjang tahun 2017 dan
pertengahan 2018. Dari data insiden yang ada selama peneliti melakukan survey awal, dapat
dilihat bahwa insiden dengan jenis KTC memiliki tingkat kejadian paling banyak terjadi
diantara kejadian insiden yang lainnya yaitu sebanyak 84 kejadian, disusul KNC dengan 15
kejadian, KTD 15 kejadian, dan KPC sebanyak 14 kejadian. Menurut peneliti kondisi ini perlu
mendapatkan perhatian dan pengkajian secara obyektif, karena data IKP sangat bermanfaat
untuk melakukan evaluasi dan perbaikan sistem pelayanan yang berbasis keselamatan pasien.
Keselamatan pasien mulai muncul di Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, yaitu
bahwa Puskesmas harus memperhatikan keselamatan tenaga kesehatan dalam bekerja,
keselamatan pasien dan keselamatan pengunjung (Geradin, Iin tahun 2018). Keselamatan
Pasien (KP) merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Pada prinsipnya
keselamatan pasien bukan berarti harus tidak ada risiko sama sekali agar semua tindakan
medis dapat dilakukan. . Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya, seperti yang dijelaskan
dalam UndangUndang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit
Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan yang

18
aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien.
Rumah sakit wajib memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama
dalam perawatan di rumah sakit. (Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/2011). Keselamatan
Pasien (patient safety) merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen
penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis
dari manajemen mutu (WHO, 2014). Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan
(safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit, keselamatan
lingkungan (green productivity) dan keselamatan bisnis rumah sakit. Ke lima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu
dan citra perumahsakitan (Depkes, 2015, p.17). Keselamatan adalah suatu system yang
membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi assasmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
resiko pasien, peporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya. Suatu jaminan segala tindakan dan aktivitas yang
berhubungan dengan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan agar berlangsung dengan
aman. Memberikan citra yang besar, tanggung jawab sosial moral serta kinerja petugas
kesehatan agar mutunya menjadi lebih baik.
Keselamatan pasien akan terus berkembang, yang didefinisikan sebagai upaya maksimal
yang dilakukan rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien melalui
penerapan metode dan regulasi yang legal serta melalui standar yang terukur untuk
meminimalisir kesalahan medis. Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak
yang berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan. Dalam mencapai tujuan yang
berorientasi kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter,
paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan menentukan
persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Keselamatan
pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan. Data yang di dapatkan di
Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang berdasarkan Laporan Kasus KTD, KPC dan

19
KNC 2018, yaitu terdapat pasien yang hampir terkena wastapek yang jatuh di kamar mandi
lantai 2 yaitu merupakan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Dan berdasarkan Bukti Pengukuran
Sasaran Keselamatan Pasien yaitu terdapat kejadian keselahan identifikasi pasien dimana
petugas melakukan kesalahan dalam menulis nama pasien yang akan berobat, namun
kesalahan yang terjadi masih bisa ditanggulangi karena dilakukan pengecekan sebelum
pemeriksaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengetahui tentang
hubungan pengetahuan petugas kesehatan dengan penerapan keselamatan pasien (patient
safety) di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang.
4. Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan manajemen keselamatan pasien dalam
usaha pencegahan kejadian pasien jatuh di Rumah Sakit .
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam upaya membangun
kesadaran akan nilai keselamatan pasien dalam usaha pencegahan kejadian pasien jatuh.
b. Mendeskripsikan usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien dalam usaha pencegahan kejadian
pasien jatuh.
c. Mendeskripsikan usaha yang dilakukan oleh rumah sakit dalam upaya
membangun/mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta melakukan
identifikasi dan assesmen hal yang potensial bermasalah dalam usaha pencegahan kejadian
pasien jatuh.
d. Mendeskripsikan sistem pelaporan dalam manajemen keselamatan pasien di rumah sakit
dalam usaha pencegahan kejadian pasien jatuh.
5.Hasil Pembahasan Dan Penelitian Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah petugas kesehatan sebanyak 50 responden. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan
berupa lembar kuesioner. Teknik analisa diatas menggunakan analisa Univariat dan Bivariat.

20
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, jenis kelamin, Pendidikan, Lama kerja
Tabel : 1 Data Demografi Tenaga Kesehatan Tahun 2019 (n=50)

No. Karakteristik Respoden Frekuensi %


1 Usia Dewasa Muda (20 – 25) Tahun 28 56
Dewasa Tua (>25 – 60 Tahun) 22 44,0
2 Jenis Kelamin
Laki – Laki 16 34
Perempuan 32 68,0

3 Pendidikan
D3 20 40,0
S1 28 56,0
S2 2 4,0
4 Lama Kerja
Kategori Baru (< 3) Tahun 25 50,0
Kategori Lama (> 3) Tahun 25 50,0
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan distribusi frekuensi yang mendominasi responden


lebih banyak yang berusia diantara 20 – 25 tahun (dewasa muda), berjenis kelamin perempuan
34 orang (68,0%), pendidikannnya S1 sebanyak 28 orang (56,0%) dan rata responden dengan
lama kerja < 3 tahun sebanyak 25 orang (50,0%) dan responden dengan lama kerja > 3 tahun
sebanyak 25 orang (50,0%).

2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Patient Safety


Tabel : 2 Pengetahuan Tenaga Kesehatan Tentang Pasient Safety Tahun 2019 (n=50)

Tabel : 2 Pengetahuan Tenaga Kesehatan Tentang Pasient Safety Tahun 2019


(n=50)

No Pengetahuan Patient Frekuensi (n) Persentase (%)


Safety
1 Baik 31 62 %
2 Kurang Baik 19 38 %
Jumlah 50 100 %

21
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang
patient safety di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang Tahun 2019 sebagian besar
dalam kategori Baik yaitu 31 responden (62%).

3. Distribusi Frekuensi Penerapan Patient Safety


Tabel : 3 Penerapan Tenaga Kesehatan Dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety) Tahun
2019 (n=50)

No Penerapan Patient Safety Frekuensi (n) Persentase %

1 Baik 33 66 %
2 Kurang Baik 17 34 %
Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi penerapan patient
safety di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang Tahun 2019 sebagian besar petugas
melakukan penerapan patient safety dengan baik yaitu 33 responden (66%).

4. Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Pada


Petugas Kesehatan
Tabel : 4 Hubungan Pengetahuan Tentang Patient Safety Dengan Penerapan Patient Safety Di
Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang 2019 (n=50) Pengetahuan tentang pasientTabel :
4 Hubungan Pengetahuan Tentang Patient Safety Dengan Penerapan Patient Safety Di
Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang 2019 (n=50)

Tabel : 4 Hubungan Pengetahuan Tentang Patient Safety Dengan Penerapan


Patient Safety Di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang 2019 (n=50)

Pengetahuan tentang Penerapan Patient safety


pasient safety
Total P value
Baik Kurang
Baik
N % N % N %

Baik 25 80,6 6 19,4 3 100


% % 1 %
0.013
Kurang Baik 8 42,1 1 57,9 1 100
% 1 % 9 %

22
Total 33 66,0 1 34,0 5 100%
% 7 % 0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
tentang patient safety dengan penerapan patient safety baik yaitu sebanyak 25 orang (80,6%),
dan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang patient safety dengan penerapan
patient safety kurang baik sebanyak 6 orang (19,4%) sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik tentang patient safety dengan penerapan patient safety baik
sebanyak 8 orang (42,1%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang
pasient safety dengan penerapan patient safety kurang baik yaitu sebanyak 11 (57,9%).
Berdasarkan uji chi-square bahwa p-value 0,013 < 0,05 maka dapat dinyatakan Ho di tolak
dan Ha di terima artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan patient safety
pada petugas kesehatan di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang Tahun 2019.

PEMBAHASAN
Karakteristik usia berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi
responden didominasi dengan usia diantara 20 – 25 tahun (dewasa muda) sebanayak 28 orang
(56,0%). Menurut Saragih & Rumapea (2013). Menyatakan bahwa usia seseorang secara garis
besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya dengan semakin banyak atau bertmbah usia maka dalam menerima sebuah
instruksi dan dalam melaksanakan suatu prosedur akan semakin bertanggung jawab dan
berpengalaman. Semakin cukup usia seseorang akan semakin matang dalam berpikir dan
bertindak serta kesiapan yang lebih mengutamakan keselamatan pasien. Karakteristik Jenis
Kelamin Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden
didominasi dengan responden yang berjenis kelamin perempuan 34 orang (68,0%). Menurut
(Wade dan Tavris 2010, dalam Dewi 2018), istilah jenis kelamin dengan gender memiliki arti
yang berbeda, yaitu “jenis kelamin” adalah atribut – atribut fisiologi dan anatomis yang
membedakan anatara laki–laki dan perempuan, sedangkan “gender” dipakai untuk
menunjukan perbedaan–perbedaan anatara laki–laki dan perempuan yang dipelajari. Gender
merupakan bagian dari system sosial, seperti status sosial, usia, dan etnis, itu adalah faktor
penting menentukan peran , hak, tanggung jawab dan hubungan antara pria dan wanita.

23
Penampilan, sikap, kepribadian tanggung jawab adalah perilaku yang akan membentuk
gender.

Karakteristik Pendidikan berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi


frekuensi responden dinominasi dengan pendidikannya S1 sebanyak 28 orang (56,0%).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal
agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat
pengetahuan orang tersebut akan semakin tinggi dan mudah untuk menerima informasi
tentang keselamatan pasien. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai–nilai yang baru diperkenalkan, dimana petugas
kesehatan merupakan mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan medis berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui Pendidikan
(Sutraningsih, 2015).

Berdasarkan lama kerja pada hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi
responden dengan lama kerja < 3 tahun sebanyak 25 orang (50,0%) dan responden dengan
lama kerja > 3 tahun sebanyak 25 orang (50,0%). Menurut Wulandari, Setyaningrum &
Musafah (2015), meyatakan bahwa masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai
bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama
masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan
pekerjaannya. Sedangkan menurut Elrifda (2014), bahwa pengalaman kerja seseorang dapat
mempengaruhi kinerja dalam melakukan tugasnya, demikian pula halnya dalam menjaga
keselamatan pasien. Idealnya, seseorang yang telah berpengalaman akan lebih baik dalam
penerapan keselamatan pasien. Pengetahuan tentang patient safety pada petugas kesehatan di
puskesmas kedaung wetan kota tangerang dengan jumlah responden sebanyak 50 orang
dengan pengetahuan tentang patient safety yang tertinggi dalam kategori Baik yaitu 31
responden (62%), Berdasarkan penelitian tersebut kita bias menyimpulkan bahwa petugas
kesehatan di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang lebih banyak dengan pengetahuan
tentang patient safety yang tertinggi dalam kategori baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aruningrum (2014). Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengetahuan responden.

24
6. KESIMPULAN
Sebagian besar responden dengan usia 20–25 tahun (dewasa muda) 28 orang, berjenis
kelamin perempuan 34 orang, pendidikan S1 sebanyak 28 orang, dan rata responden dengan
lama kerja < 3 tahun dan > 3 tahun yaitu 25 orang. Sebagian besar dengan pengetahuan baik
yaitu 31 responden (62,0%). Sebagian besar petugas kesehatan menerapkan patient safety
dengan baik yaitu 33 responden (66,0%). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
penerapan keselamatan pasien (patient safety) pada petugas kesehatan di Puskesmas Kedaung
Wetan kota Tangerang tahun 2019.

25

Anda mungkin juga menyukai