ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu fisiologi benih beberapa varietas
jagung dalam penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di loboratorium dan rumah kaca Balai
Penelitian Tanaman Serealia Maros mulai bulan Desember 2009 hingga Juni 2010. Parameter
yang diamati terdiri dari berat jenis, bobot 1000 butir, daya berkecambah, kecepatan tumbuh,
bobot kering kecambah, daya hantar listrik dan bocoran kalium. Daya berkecambah benih
jagung varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisi 2 dan NK 77 tidak berbeda setelah disimpan 6 bulan,
kecuali dengan Pioner 15. Bobot kering kecambah benih jagung varietas Lamuru lebih tinggi
dibandingkan dengan Sukmaraga, Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77 setelah disimpan 6 bulan.
Indikator mutu benih melalui bocoran membran sel menunjukkan daya hantar listrik benih
jagung Lamuru dan Sukmaraga lebih rendah dibandingkan Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77. Dari
indikator bocoran membran sel menunjukkan ketahanan simpan Lamuru dan Sukmaraga lebih
tinggi dari Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77.
PENDAHULUAN
529
Oom Komalasari dan Ramlah Arief: Mutu Fisiologis Benih Jagung ……
penyimpanan benih antara lain jenis benih yang akan disimpan, kualitas benih, lama
penyimpanan, dan kondisi lingkungan ruang simpan (Saenong 1984).
Daya kecambah benih merupakan indakator baku yang digunakan dalam
pengawasan mutu benih. Saat ini sistem pengawasan mutu benih jagung harus
memiliki mutu fisiologi tinggi yaitu berdaya kecambah minimal 90% untuk hibrida dan
80% untuk varietas komposit. Kemampuan kecepatan dan keserampakan daya
tumbuh benih yang tinggi ditentukan oleh kandungan nutrisi atau komposisi kimia
dalam biji. Demikian pula susunsn komposisi kimia benih, dapat berpengaruh terhadap
mutu benih (Austin 1972). Tujuan penelitian untuk mengavaluasi mutu fisiologi varietas
jagung pada beberapa periode simpan.
METODOLOGI
3. Daya Berkecambah
Daya berkecambah benih, sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam
pada media pasir halus. Pengamatan dilakukan pada hari ke tiga, empat dan lima
setelah tanam. Selain untuk pengujian daya berkecambah benih, perlakuan ini juga
530
Seminar Nasional Serealia, 2013
digunakan untuk tolok ukur kecepatan tumbuh benih. Jumlah kecambah normal pada
hari ke 4 (kumulatif), merupakan data keserempakan tumbuh benih.
∑ (Xi-Xi-1)
KT =
Ti
8. Bocoran Kalium
Sebanyak 50 butir benih diambil secara acak dan ditimbang lalu direndam di
dalam 75 ml air bebas ion pada suhu 25 0C selama 30 menit lalu kadar kalium yang
531
Oom Komalasari dan Ramlah Arief: Mutu Fisiologis Benih Jagung ……
terdapat dalam air rendaman benih ini diukur konsentrasinya dengan menggunakan
flame photometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat jenis benih sebelum disimpan, lebih
tinggi dibanding setelah disimpan 3 bulan dan benih jagung varietas Lamuru dan Bisi
2 berat jenisnya lebih tinggi dibanding varietas Sukmaraga, Pioner 15 dan NK 77.
Demikian pula benih yang disimpan 6 bulan, berat jenisnya lebih rendah dibanding
penyimpanan 3 bulan (Tabel 1). Benih yang disimpan 3 bulan tidak menunjukkan
penyusutan bobot 1000 butir pada varietas Lamuru dan Sukmaraga tetapi berbeda
dengan benih jagung varietas Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77. Penyimpanan 6 bulan
bobot 1000 butir menurun pada varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisi 2 dan Pioner 15,
sehingga bobot benih menjadi lebih rendah dibanding sebelum benih disimpan (0
bulan) (Tabel 1).
Tabel 1. Berat jenis dan bobot 1000 butir pada periode simpan 0,3 dan 6 bulan.
Maros, 2010.
Data pada Tabel 2 secara umum menunjukkan bahwa benih yang diuji tidak
ada perbedaan daya berkecambah pada awal penyimpanan (0 bulan), namun setelah
disimpan 3 bulan. NK 77 menunjukkan daya berkecambah lebih rendah dibandingkan
varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisi – 2 dan Pioner 15. Daya berkecambah varietas
Lamuru, Sukmaraga, Bisi 2 dan NK 77 penyimpanan pada 6 bulan lebih tinggi dari
varietas Pioner 15 (Tabel 2).
Kecepatan tumbuh dan kualitas kecambah dipengaruhi oleh letak embrio dan
pada embrio kerusakan yang paling sensitif ialah pada bagian tengah embrio (Black
and Bewley, 2000). Kerusakan kecil tidak langsung berpengaruh terhadap viabilitas
benih tetapi dapat menyebabkan penurunan vigor kecambah dan peningkatan jumlah
kecambah abnormal.
532
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 3. Bobot kering kecambah dan panjang akar, biji jagung beberapa varietas pada
beberapa periode simpan, Maros. 2010.
533
Oom Komalasari dan Ramlah Arief: Mutu Fisiologis Benih Jagung ……
Tabel 4. Daya hantar listrik dan bocoran kalium, biji jagung beberapa varietas pada
beberapa periode simpan, Maros. 2010.
Daya hantar listrik air rendaman benih pada periode simpan (3 bulan)
menunjukkan varietas Lamuru dan Sukmaraga mempunyai daya hantar listrik lebih
rendah dibandingkan Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77. Demikian pula dengan daya hantar
listrik pada periode simpan 6 bulan (Tabel 4). Lama penyimpanan berpengaruh pada
mutu dan fisiologis benih. Lama penyimpanan berkorelasi positif dengan daya hantar
listrik artinya semakin lama benih disimpan, maka semakin tinggi pula daya hantar
listriknya.
Hasil penelitian Koes dan Arief (2010) menunjukkan bahwa meningkat
disimpan selama 6 bulan. Lebih lanjut Koes dan Arief (2010) juga menunjukkan bahwa
benih jagung yang disimpan dengan kadar air awal yang lebih tinggi, menyebabkan
penurunan mutu fisiologis yang lebih cepat melalui peningkatan daya hantar listrik air
rendaman benih.
Bocoran kalium air rendaman benih sebagai salah satu indikator mutu benih
dikemukakan oleh Miguel dan Filho (2002). Kalium merupakan ion-ion utama yang
terdapat dalam bocoran membran benih jagung selama proses imbibisi lalu diikuti oleh
natrium dan kalsium. Menurut Mc. Donald dan Nelson (1986), adanya elektrolit dalam
cairan rendaman benih sebagai akibat adanya sel-sel yang mati. Dalam penelitian ini
bocoran kalium pada awal penyimpanan (periode simpan 0 bulan) tidak menunjukkan
adanya perbedaan. Namun pada periode simpan 3 bulan mulai terdapat perbedaan,
dan pada periode simpan 6 bulan, bocoran kalium varietas Pioner 15 dan NK 77 lebih
tinggi dibandingkan Lamuru, Sukmaraga dan Bisi 2 (Tabel 4). Hasil ini
mengindikasikan tingkat bocoran membran sel pada Pioner 15 dan NK 77 lebih tinggi
dari Lamuru, Sukmaraga dan Bisi 2.
Ditinjau dari sudut bocoran membran sel, melalui indikator daya hantar listrik,
varietas Lamuru dan Sukmaraga lebih rendah tingkat bocoran membrannya
dibandingkan dengan Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77, menunjukkan dengan data tingkat
bocoran K yang lebih rendah (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa varietas
534
Seminar Nasional Serealia, 2013
Lamuru dan Sukmaraga lebih tahan disimpan dibandingkan dengan Bisi 2, Pioner 15
dan NK 77.
KESIMPULAN
- Daya berkecambah benih benih jagung varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisi 2 dan
NK 77 tidak berbeda setelah disimpan 6 bulan, kecuali dengan Pioner 15.
- Bobot kering kecambah benih jagung varietas Lamuru lebih tinggi dibandingkan
dengan Sukmaraga, Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77 setelah disimpan 6 bulan.
- Indikator mutu benih melalui bocoran membran sel menunjukkan daya hantar
listrik benih jagung Lamuru dan Sukmaraga lebih rendah dibandingkan Bisi 2,
Pioner 15 dan NK 77.
- Dari indikator bocoran membran sel menunjukkan ketahanan simpan Lamuru dan
Sukmaraga lebih tinggi dari Bisi 2, Pioner 15 dan NK 77.
DAFTAR PUSTAKA
AOSA, I. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. Association of Official Seed Analysts.
Contribution No. 32.
Black, M . and J . D . Bewley. (ed.) 2000. Seed Technology and its Biplogical Basis.
CRC Press, Boca Raton, FL.
Koes, F dan R.Arief. 2010. Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung
Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT). Prosiding. Seminar
Nasional Serealia Maros 27 – 28 Juli 2010.
Saenong, S. 1984. Masalah Penyimpanan dan Daya Simpan Benih. Bahan Kuliah
untuk Penataran PPS Agronomi, IPB, Bogor. 28 p.
535
Oom Komalasari dan Ramlah Arief: Mutu Fisiologis Benih Jagung ……
Saenong, S. 1994. Masalah Penyimpanan dan Daya Simpan Benih. Bahan Kuliah
untuk Penataran PPS Agronomi. IPB. Bogor.
Sadjad, S. and Z. A. Pian, 1980. A new Rapid Aging Method for Seed Storability by
Using Ethyl Alcohol damp Special for Corn Seed. A Paper Submitted to a
Seminan on Comparative Agricultural Studies of Biological Production in the
Tropical and Temperate Regions. Tokyo. Japan. 26 Mach – 2 April
536