Anda di halaman 1dari 45

FITOKIMIA

apt. Wulandari, M.Sc.


STIFAR YAPHAR SEMARANG
Kotrak perkuliahan

1. Terlambat maksimal….
SILABI FITOKIMIA

1. Pendahuluan , Aspek Kimia Tumbuhan


2. Metode fitokimia
3. Penerapan metode fitokimia : Ekstraksi dan fraksinasi
kandungan kimia tumbuhan
4. Senyawa fenolik
5. Senyawa tanin
6. Senyawa flavonoid
7. Senyawa fenilpropanoid
8. Senyawa lignan
9. Senyawa coumarin
10.Senyawa terpenoid
11.Senyawa alkaloid
Acuan Pustaka

1. J.B. Harborne, 1987,Metode Fitokimia , Penerbit ITB,


Bandung
2. Markham K.R., 1988,Cara Mengidentifikasi Flavonoid ,
Penerbit ITB, Bandung
3. Robinson Trevor, 1995,Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi, Penerbit ITB, Bandung
4. Sastrohamidjojo Hardjono, 1996,Sintesis Bahan Alam ,
UGM Press, Yogyakarta
5. Sirait Midian, 2007,Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi ,
Penerbit ITB, Bandung
6. Jurnal-jurnal yang diperlukan
Aspek Kimia Tumbuhan
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau 
tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang
terdapat  pada tanaman.

Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air.

Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis
zat yang  disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam
tumbuhan  dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu
Kandungan kimia dari tumbuhan atau fitokimia adalah merupakan senyawa-
senyawa metabolit sekunder karena merupakan hasil lanjutan dari proses
biosintesa pada suatu tumbuhan.

Misalnya : fenol, flavonoid, glikosida dan alkaloid, terpenoid dll

Senyawa-senyawa fitokimia dapat memberikan rasa, aroma atau warna


pada tumbuhan.
Misal :
senyawa fitokimia antosianin  memberikan warna pada tanaman
Senyawa tanin  memberikan rasa kelat pada tanaman dan mengusir
serangga pengganggu
Hal-hal yang berkaitan dengan aspek kimia tumbuhan diantaranya adalah
mengenai :
1. Definisi
2. Struktur kimianya
3. Biosintesisnya
4. Perubahan serta metabolismenya
5. Penyebarannya secara alamiah
6. Fungsi biologisnya/farmakologisnya
7. Isolasi
8. identifikasi

Untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan adanya metode


pemisahan, pemurnian, dan identifikasi senyawa-senyawa kimia yang
terdapat dalam tumbuhan.
Metabolisme Metabolit Sekunder
Metode –metode fitokimia
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang


ditemukan pada tumbuhan yang memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Metode fitokimia merupakan serangkaian cara untuk menganalisis
kandungan senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan.

pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan
alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya.

Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongkan menurut beberapa cara


Pengolahan didasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan dan adanya
gugus fungsi tertentu.
Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak
tumbuhan.

Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid,
steroid, saponin dan flavonoid.

Untuk menentukan senyawa-senyawa tersebut maka digunakan pereaksi-pereaksi


khusus dan spesifik, misalnya pereaksi Dregendrorf, Meyer, Wagner, asam pikrat dan
pereaksi asam tannat untuk alkaloid. Pereaksi liebermen – burchard untuk terpenoid,
FeCl3 
un tuk mengide nt
ifika si
p ol
ifeno lda nlar
u t a ngela
tinu ntuksen yaw ata nin.

Menurut harbone (1987) fitokimia adalah suatu teknik analisa kandungan kimia
didalam tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan
adalah data kualitatif.

Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan
kimia dalam suatu jenis tumbuhan atau sering disebut dengan istilah skrining
fitokimia
Metode Fitokimia

1. Metode ekstraksi
2. Metode pemisahan
3. Metode pemurnian
4. Metode identifikasi
5. Analisis hasil
Metode ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dll.
 
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat
yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan
yang mengandung zat tresebut.
Proses penyarian dapat dibagi menjadi :

1. Pembuatan serbuk

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk


simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, oleh karena itu
simplisia perlu dilakukan penyerbukan.
 
Serbuk yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses
penyarian, disebabkan karena :
serbuk yang terlalu halus menyebabkan ruang antar sel berkurang
sehingga menyebabkan sulitnya cairan penyari menembus serbuk
simplisia

butir-butir halus dari serbuk akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
dengan hasil penyarian.

Serbuk yang terlalu halus, dinding selnya mudah pecah sehingga semua zat
baik zat yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan ikut terlarut semua ke dalam
penyarian.
2. Pembasahan

Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia
segar dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan, lapisan air
menguap sehingga terjadi pengerutan dan terbentuk pori-pori udara.

Jika serbuk simplisia tersebut dibasahi dengan cairan penyari, maka ruang
pori-pori udara akan diisi oleh cairan penyari yang selanjutnya penyari akan
melarutkan zat-zat dalam simplisia tersebut.
 
3. Penyarian

Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini :


Murah dan mudah diperoleh
Stabil secara fisika dan kimia
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Diperbolehkan oleh peraturan

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,


etanol, etanol-air dan eter.
 
Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada air dan
etanol atau etanol air.
 
Air
Air dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena :
Murah dan mudah diperoleh
Stabil
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Alamiah
 
Kerugian penggunaan air sebagai penyari :
Tidak selektif
Air dapat melarutkan garam alkaloid, glikosida, tanin, gula, gom, pati, protein,
lendir, enzim, pektin
Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak
Air merupakan tempat tumbuh bagi kapang, kamir dan kuman. Oleh karenanya sari
harus ditambah dengan zat pengawet.
Air dapat melarutkan enzim yang dapat menyebabkan reaksi enzimatik
sehingga mengakibatkan penurunan mutu.
Untuk pengeringan diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
etanol
Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena :
Lebih selektif
Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin,
kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, klorofil.
Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas
Tidak beracun
Netral
Absorbsinya baik
Etanol dapat bercampur dengan air dengan berbagai perbandingan
Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
 
Kerugian etanol sebagai penyari adalah harganya yang mahal
dibandingkan air
 
 
Cara penyarian /metode penyarian/ metode ekstraksi
..\..\Metoda_ekstraksi.pdf
4. Penguapan

Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan, sehingga sari
yang tadinya berupa cairan akan berubah kekentalannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan


Suhu
Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat
penguapan.
Akan tetapi adanya panas yang tinggi juga dapat mempengaruhi kerusakan zat aktif,
misalnya glikosida dan alkaloid yang akan mudah teruai.
Waktu
Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang menimbulkan
kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu rendah tetapi memerlukan
waktu yang lama.
Kelembapan
Beberapa senyawa kimia lebih mudah terurai bila kelembapan tinggi, terutama pada
kenaikan suhu.
Cara penguapan
Misal dengan menggunakan rotary evaporator, water bath, dengan bantuan kipas
angin
Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi akan mengakibatkan kenaikan titik didih larutan tersebut.
Dengan kenaikan suhu dan kadar zat padat akan memperbesar resiko kerusakan.
5. Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat menentukan baik


buruknya mutu produk yang dihasilkan. Oleh karena itu proses pengeringan
harus memperhatikan sifat-sifat zat aktif, cara pemanasan, tinggi suhu dan
lamanya pemanasan.
Pengeringan yang baik adalah yang dapat menghasilkan produk dengan zat
aktif yang maksimal
Fraksinasi
Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit
dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.

Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas
dan ukuran molekul yang sama.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa - senyawa berdasarkan tingkat


kepolaran.

Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda
tergantung pada jenis tumbuhan.
Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode ektraksi cair-cair atau dengan
kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), size-exclution
chromatography (SEC), solid-phase extraction (SPE)

Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu


denganmenggunakan corong pisah dan kromatografi kolom

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan
dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu
campuran antara dua fase pelarut dengan massa jenis berbeda yang tak tercampur.
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut
organik lipofilik seperti eter, diklorometan, kloroform, etil asetat, heksan dll.

Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki
atom dari unsur halogen
Gambar corong pisah
Gambar kromatografi kolom
Contoh skema fraksinasi
10 gram ekstrak

Ditambah 100 ml aquadest

Difraksinasi dengan 100 ml n- heksan

Fraksi n- heksan Fraksi air

Diuapkan di Difraksinasi dengan


waterbath 100 ml etil asetat

Fraksi etil asetat Fraksi air

Diuapkan di waterbath Diuapkan di


waterbath

Fraksi kental n-
Heksan Fraksi kental etil Fraksi kental air
asetat
Pemisahan dan identifikasi kandungan kimia
tumbuhan

Pemisahan
Pemisahan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu senyawa dari suatu bahan.

Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling
bercampur.. Sedangkan pemurnian dilakukan untuk medapatkan zat murni dari suatu zat
yang tela tercemar ole zat lain.

Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut memiliki
perbedaan sifat itulah yang mendasari pemisahan campuran atau dasar pemisahan.
Isolasi atau pemisahan senyawa dalam simplisia dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan
dari teknik tersebut.
Keempat teknik kromatografi tersebut adalah :
Kromatografi kertas (KKt)
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi gas cair (KCG)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Kromatografi kertas (KKt)
 
KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut
dalam air seperti karbohidrat, asam amino, basa asam nukleat, asam organik dan
senyawa fenolat
 
Keuntungan KKt : Mudah dan sederhana dalam pengerjaan hanya perlu kertas
saring sbg media pemisahan dan penyangga. Biasanya digunakan kertas saring
Whatman No.1

Untuk mencapai pemisahan dengan teknik kromatografi tertentu, dalam


perdagangan tersedia berbagai jenis kertas saring yang sdh dimodifikasi.
Misalnya, sifat polar selulosa dapat dikurangi dengan memadukan asam silikat
atau alumina ke dalam kertas sehingga lebih cocok untuk memisahkan lipid.

Untuk sekala besar dapat diberi lembaran kertas saring kromatografi yang tebal
(Whatman No 3) dan kerttas ini dapat menampung beberapa mg senyawa per
lembar .

Pada KKt senyawa biasanya dideteksi sebagai bercak berwarna atau bercak
berfluorosensi –UV setelah direaksikan dengan pereaksi
Kromatografi lapis tipis (KLT)

Kelebihan KLT dibanding dengan KKt diantaranya adalah :


1. Keserbagunaan
Selain selulosa, sejumlah penyerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada plat
yang digunakan untuk kromatografi.
Penyerap yang sering digunakan adalah silika gel. Selain itu dapat pula digunakan
alumunium oksida, celite, kalsium hidroksida, magnesium fosfat, poliamida.

2. Kecepatan
Disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan
merupakan keuntungan bila menelaah senyawa yang labil

3. Kepekaan
Dapat memisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg
Pelat yang digunakan dalam KLT dapat mengandung indikator fluorosensi atau
tidak .

Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua senyawa yang


memadamkan fluorosensi bila pelat diamati dengan disinari sinar UV berpanang
gelombang 254 nm.

Pada saat akan melakukan KLT, bejana / chamber harus dijenuhkan lebih dulu
dengan eluen. Proses penjenuhan dibantu dengan kertas saring.

Deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan


penampak bercak
Klt preparatif merupakan cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil (50 mg
sampai 1 gram)

Klt preparatif sebagai penyerapnya digunakan lapisan tebal (sampai 1 mm)


Senyawa kimia yang akan di deteksi ditotolkan membentuk pita. Setelah noda
tertarik pada penyerap dapat diperoleh dengan mengerok penyerap lalu serbuk
dilarutkan dengan pelarut misalnya eter dan di vortex untuk menghilangkan
penyerapnya.

Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh


senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis,
untuk meneliti bahan alam yang lazaimnya berjumlah kecil dan campurannya
rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengalibrasi KLT
kuantitatif
Kromatografi gas-cair (KGC)

Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-


komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.

Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang
terikat pada zat padat penunjangnya

Kromatografi gas terkadang juga dikenal sebagai uap-tahap kromatografi (VPC),


atau gas-cair kromatografi partisi (GLPC
Kelebihan :

1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.

2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi


pemisahan yang tinggi.

3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.

4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga


analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
 
·         
Kekurangan :

1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap

2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran


dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam
tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.

3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.
Adapun pemurnian senyawa organik padat dapat
dilakukan dengan :
 rekristalisasi dengan pelarut yang didasarkan pada prinsip kelarutan.
Zat-zat yang direkristalisasi dilarutkan dalam pelarut pada suhu tinggi,
dihilangkan pengotornya, disaring untuk menghilangkan residu yang tak
larut dan didinginkan. Kristal yang terbentuk kemudian disaring pada
tekanan rendah, dicuci dan dikeringkan (McKee, 1997). Pemilihan pelarut
merupakan hal yang penting dalam rekristalisasi. Kriteria pelarut yang baik
untuk rekristalisasi adalah mudah melarutkan senyawa yang
dimurnikan pada suhu tinggi dan  sulit melarutkan pada suhu rendah,
menghasilkan kristal dengan baik dari senyawa yang dimurnikan, mudah
dipisahkan dari senyawa yang dimurnikan (memiliki titik didih yang relatif
rendah) dan tidak bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan(Vogel, 1989).

 
Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik padatan yang dapat digunakan
untuk menguji kemurniannya.Penentuan titik leleh ditentukan dari
pengamatan trayek lelehannya, dimulai saat terjadinya pelelehan,transisi
padat-cair, sampai seluruh padatan mencair. Senyawa organik murni
umumnya memiliki titik leleh yang tajam, yaitu
rentang titik leleh tidak melebihi sekitar 0,5oC (Vishnoi, 1996). Pengotor
dalam jumlah sedikit dapat memperlebar trayek titik leleh dan menyebabkan
suhu awal terjadinya pelelehan lebih rendah atau tinggi dari pada titik leleh
senyawa murninya (Sudjadi, 1988).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih
banyak digunakan.
Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
jumlah yang banyak berdasarkan daya adsorpsi dan partisi.
Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel, alumina, selulosa dan
karbon aktif. 
Fasa gerak (eluen) pada kromatografi kolommelalui fasa diam (adsorben)
yang berada dalam kolom, sehingga campuran akan terpisah membentuk
pita-pita karena perbedaan sifat kepolaran (Gritter, 1991).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan proses pemisahan dan
pemurnian yang didasarkan pada perbedaan adsorpsi dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang bergerak mengikuti
kepolaran eluen.
Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina. Sedangkan
partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi
(eluen) dimana arah gerakannya disebabkan oleh interaksi komponen
dengan eluen sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda dan menyebabkan terjadinya pemisahan
et al.
(Hostettmann  , 1995).
 
Caranya :

1. Campuran yang akan dipisahkan dengan KLT dilarutkan pada suatu


pelarut yang sesuai, lalu ditotolkan pada bagian bawah plat KLT
menggunakan pipa kapiler dan dikeringkan.

2. Plat selanjutnya dielusi dalam suatu bejana yang berisi sistem pelarut yang
jenuh dengan uap eluen.

3. Pelarut kemudian naik hingga bagian tertentu dari plat selanjutnya


dikeringkan.

4. Proses penampakan noda pada plat KLT dapat dilakukan dengan


penyinaran dengan sinar ultraviolet, uap amonia atau dengan penyemprotan
menggunakan senyawa kimia tertentu, misalnya 2,4-dinitrofenilhidrazin dan
et al. , 1991).
ninhidrin (Gritter 

5. Kemurnian senyawa dapat diketahui dari bentuk noda pada plat, jika noda
yang tampak berupa noda tunggal, maka senyawa tersebut sudah tidak
bercampur dengan senyawa lainnya.

Uji kemurnian dengan metode ini harus dilakukan pada berbagai eluen yang
berbeda (Poole dan Salwa, 1991).
Identifikasi kandungan kimia tumbuhan
Pada identifikasi suatu kandungan kimia tumbuhan, Setelah kandungan
senyawa-senyawa kimia tumbuhan tsb diisolasi dan dimurnikan , pertama-
tama harus di tentukan dulu golongannya kemudian baru ditentukan jenis
senyawanya.

Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan


kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum uv.

Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa dibandingkan dengan data-


data pustaka atau dengan senyawa pembanding atau baku standar
Macam-macam spektrofotometri dan peranan masing-
masing pada identifikasi fitokimia.
1. Spektroskopi UV dan spektrum tampak
Spektrum serapan kandungan tumbuhan dapat diukur dengan larutan yang
sangat encer dengan pembanding blanko pelarut serta menggunakan
spektrofotometer yang merekam otomatis. Senyawa berwarna diukur pada
jangka 200 sampai 700 nm. Panjang gelombang serapan maksimum dan
minimum pada spektrum serapan yang diperoleh direkam (dalam nm),
demikian juga kekuatan absorbansi (keterserapan) (atau kerapatan optik)
pada maksimal dan minimal yang khas. Bahan yang diperlukan hanya
sesepora saja karena sel spektrofotometri baku (1 x 1 cm) hanya dapat diisi 3
ml larutan.
2. Spektroskopi inframerah (IM)
Spektrum inframerah senyawa tumbuhan dapat diukur dengan
spektrofotometri inframerah yang merekam secara otomatis dalam bentuk
larutan (dalam kloroform, karbontetraklorida, 1-5 %), bentuk ge rusan dalam
minyak nuyol, atau bentuk padat yang dicampur dengan kalium bromida.
Pada cara terakhir, tablet atau cakram tipis dibuat dari serbuk yang
mengandung kira-kira 1 mg bahan dan 10-100 mg kalium bromida dalam
kondisi tanpa air, dibuat dengan menggunakan cetakan atau pengempa.
Jangka pengukuran mulai dari 4000 sampai 667 cm -1 (atau 2,5 sampai 15
µm), dan perekaman spektrum memakan waktu kira-kira 3 menit. Contoh
spektrum IM yang dibuat dengan cara tersebut terlihat pada gambar.
3. Spektroskopi Massa (SM)
SM, telah merevolusikan penelitian biokimia mengenai bahan alam dan telah
meringankan fitokimiawan dalam banyak hal. Nilai cara ini terletak pada
kecilnya jumlah bahan yang diperlukan (skala mikrogram), kemampuannya
menentukan bobot molekul dengan tepat, kemampuannya menghasilkan
pola fragmentasi rumit yang sering khas bagi senyawa yang bersangkutan
sehingga dapat diidentifikasi.
4. Spektroskopi resonansi magnet inti (RMI)
Spektroskopi RMI proton pada hakikatnya merupakan sarana untuk
menentukan struktur senyawa otrganik dengan mengukur momen magnet
atom hidrogennya. Pada kebanyakan senyawa, atom hidrogen terikat pada
gugus yang berlainan (seperti –CH2-, -CH3, -CHO, -NH2, -CHOH-, dan
sebagainya) dan spektrum RMI proton merupakan rekaman sejumlah atom
hidrogen yang berada dalam keadaan lingkungan yang berlainan tersebut.
Tetapi, spektrum itu tidak dapat memberikan keterangan langsung mengenai
sifat kerangka karbon molekul tersebut

Tabel Ciri geser kimia resonansi megnet inti proton berbagai golongan senyawa tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai