Anda di halaman 1dari 51

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Strategi

1. Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen. Manajemen merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang di inginkan.1 Menurut Hasibuan, manajemen pada

umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan

untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien 2.

Islam sangat mencintai orang-orang yang teratur. Allah SWT berfirman dalam

Al-Qur’an sebagai berikut :

‫إ ن ا هلل يحب ا لذ ين يقا تلو ن في س بيله ص فا كأ نهم بنيا ن‬

‫مر صو ص‬

1
Malayu Hasibuan, Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006 ),
hal. 1.
2
Ibib, hal 2.
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-

Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan

yang tersusun kokoh ”. (QS. Ash-Shaff : 4)3

Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menyukai orang-orang

yang memiliki barisan yang teratur, maksudnya memiliki manajemen yang

kuat begitu juga dengan organisasi jika memiliki manajemen yang kuat

maka organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sementara itu, istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan

secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang digunakan oleh para

jenderal untuk memenangkan suatu peperangan.4 Menurut Assauri strategi

merupakan suatu pernyataan yang mengarahkan bagaimana masing-masing

individu dapat bekerja sama dalam suatu organisasi, dalam upaya pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi tersebut. Strategi harus dapat menggambarkan

arah keputusan yang tepat atau cocok. Hal ini sangat penting sebagai dasar

arah pencapaian suatu maksud dan tujuan organisasi. Perlu disadari bahwa

strategi yang dijalankan oleh suatu organisasi adalah sekumpulan

komitmen atau tindakan atau aksi yang terkoodinasi, untuk mengusahakan

atau mengolah kompetensi dan sekaligus guna mendapatkan keunggulan

bersaing organisasi. Strategi sering pula dikaitkan dengan upaya

pengintegrasian dan pengalokasian sumber-sumber daya, kapabilitas, dan

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya ( Bandung : PT. Cordoba Internasional
Indonesia), hal. 151.

4
Sondang P Siagian, Manajemen Strategi ( Jakarta : PT Bumi Aksara ) hal. 15 .
kompetensi organisasi, agar dapat memperoleh keberhasilan di dalam

lingkungan eksternalnya yang selalu berubah.5

Lebih lanjut. Pengertian manajemen strategi diungkapkan oleh Richard

L Daft yakni seperangkat keputusan dan tindakan yang digunakan untuk

memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang berdaya

saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan lingkungannya untuk meraih

sasaran organisasi.6

Sementara itu, Wheelen dan Hunger dalam Solihin menjelaskan bahwa

manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan

manajerial. Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan

manajerial yang dihasilkan dari proses formulasi dan implementasi rencana

dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif. Jika dikaitkan dengan

terminologi manajemen, maka manajemen strategi dapat pula didefinisikan

sebagai proses perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan

pengendalian berbagai keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan

tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif. 7

Pengertian manajemen strategi secara lengkap dijabarkan oleh Kusnadi

dalam Pengantar Manajemen Strategi menyebutkan bahwa manajemen

strategi adalah suatu seni (keterampilan), teknik dan ilmu merumuskan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengawasi berbagai

keputusan fungsional organisasi (bisnis dan nonbisnis) yang selalu

5
Sofjan Assauri, Strategic Management : Sustainable Competitive Advantages ( Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada, 2016 ), hal. 3 - 4.

Richard L Daft, Manajemen, Managemet, terjemah Emil Salim, Tindung Desy Nursanti,
6

Maryanmi Hermanto ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2002 ), ed. 5, hal. 301.


7
Ismail Solihin, Manajemen Strategi ( Bandung : Penertbit Erlangga, 2012 ), hal. 64 .
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal yang senantiasa

berubah sehingga memberikan kemampuan kepada organisasi untuk mencapai

tujuan sesuai yang diharapkan. 8

Dalam konteks pendidikan, pengertian manajemen strategi lebih luas

dikemukakan oleh Nawawi, menurutnya manajemen strategi adalah

perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategik) yang berorientasi

pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan

sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar

dan prinsipal), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif

(disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan

operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang

berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut

tujuan strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.9

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis

menyimpulkan bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan

tindakan manajerial yang dilakukan melalui proses pengamatan keadaan saat

ini, merumuskan dan menentukan kinerja masa depan, kemudian

mengimplementasikan dan mengevaluasinya untuk mencapai tujuan dan

keberhasilan organisasi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen strategi perlu

diterapkan dalam sebuah organisasi untuk memperkuat sistem internal dan

eksternal organisasi dikarenakan manajemen strategi berkenaan dengan


8
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi ( Malang : Universitas Brawijaya, 2000 ), hal. 17 .
9
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2012 ), hal. 149 .
pengelolaan berbagai keputusan strategis (strategic decision), yakni sebagai

keputusan manajerial yang akan mempengaruhi keberadaan organisasi dalam

jangka panjang di masa yang akan datang.

Berkaitan dengan hal tersebut, manajemen strategi sebagai ilmu

pengetahuan hadir sebagai alternatif umat manusia dalam melaksanakan

perencanaan masa depan secara matang berdasarkan sebuah analisis keadaan

saat ini, dan perumusan-perumusan kegiatan di masa depan.

2. Konsep Manajemen Strategi

Konsep manajemen strategi dikemukakan Wheleen and Hunger

dalam Mulyasa, sebagai berikut:

a) Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan

manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan

strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian.

b) Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi

kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat) lingkungan dipandang

dari sudut kekuatan (strenght) dan kelemahan(weakness). Variabel-

variabel internal dan eksternal yang paling penting untuk perusahaan di

masa yang akan datang disebut faktor strategi dan diidentifikasi

melalui analisis SWOT. Keputusan strategi berhubungan dengan masa

yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara

keseluruhan dan memiliki tiga karakteristik, yaitu rare, consequential,

dan directive. Rare merupakan keputusan-keputusan strategis yang tidak

biasa dan khusus, serta tidak dapat ditiru. Consequential merupakan


keputusan- keputusan strategi yang memasukkan sumber daya

penting dan menuntut banyak komitmen. Directive merupakan

keputusan-keputusan strategi yang menetapkan keputusan yang dapat

ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa

yang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.

c) Manajemen strategi pada banyak organisasi cenderung dikembangkan

dalam empat tahap, mulai dari perencanaan keuangan dasar ke

perencanaan berbasis peramalan yang biasa disebut perencanaan strategi

menuju manajemen strategis yang berkembang sepenuhnya, termasuk

implementasi, evaluasi, dan pengendalian. Organisasi yang

menggunakan manajemen strategi cenderung berkinerja lebih baik

dibanding yang tidak. Model manajemen strategi dimulai dari

pengamatan lingkungan ke perumusan strategi, termasuk penetapan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan menuju ke implementasi strategi,

termasuk pengembangan program, anggaran, dan prosedur, yang

berakhir dengan evaluasi dan pengendalian. Perusahaan besar

cenderung memiliki tiga level strategi, yang berinteraksi dan

terintegrasi dengan baik untuk keberhasilan perusahaan.10

Menurut Sedarmayanti, makna konsep manajemen strategis adalah :

(1) menghubungkan fungsi perencanaan dengan sistem administrasi dan

struktur organisasi; (2) strategi dan implementasi merupakan satu

kesatuan yang menggambarkan tugas manajerial di semua tingkat dan lini

organisasi; (3) tiga isu penting dalam konsep manajemen strategis

10
E. Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013 ), hal. 161-
162 .
meliputi pentingnya integrasi sistem administrasi dan struktur organisasi,

pentingnya integrasi antara strategi dan implementasi, serta pentingnya

infrastruktur manajerial dan budaya.11

Secara garis besar, dapat dipahami bahwa konsep manajemen strategi

sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi. Melalui manajemen

strategi suatu lembaga madrasah dapat melakukan perencanaan,

pelaksanaan dan pengevaluasian program-program madrasah secara efektif

dan efesien, sehingga memudahkan tercapainya tujuan madrasah sesuai

dengan apa yang telah diharapkan.

3. Manfaat Manajemen Strategi

Menurut Nawawi, dalam mengimplementasikan manajemen strategi di

lingkungan organisasi terdapat beberapa manfaatnya yang dapat memperkuat

usaha untuk mewujudkannya secara efektif dan efesien, antara lain sebagi

berikut:

a) Organisasi kerja menjadi dinamis karena RENSTRA dan RENOP

harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi

(analisis internal) dan analisis lingkungan (analisis eksternal) yang

selalu berubah terutama pengaruh globalisasi.

b) Implementasi manajemen strategi melalui berfungsi sebagai

pengendali dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki

secara terintegrasi dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen,agar

berlangsung sebagai proses yang efektif dan efesien.

11
Sedarmayanti, Manajemen Strategi ( Bandung : PT Refika Aditama, 2016 ), hal. 11 .
c) Manajemen strategi diimplementasikan dengan memilih dan

menetapkan strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional, dan

sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan

pelaksanaan RENSTRA dan/atau RENOP.

d) Manajemen strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam

mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi, dan

informasi baru serta cara merespon perubahan dan lingkungan

operasional, nasional, dan global, pada semua pihak sesuai wewenang

dan tanggungjawabnya.

e) Manajemen dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut

serta sesuai posisi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

Dengan demikian setiap unit dan/atau satuan kerja akan berusaha

mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan

organisasi.

f) Manajemen strategi menuntut semua yang terkait untuk berpartisipasi

yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of

belonging), perasaan ikut bertanggung jawab (sense responsibility),

dan perasaan untuk ikut berpartisipasi (sense of participation) .12

Senada dengan hal tersebut, Salusu berpendapat bahwa terdapat beberapa

manfaat manajemen strategis, diantaranya yaitu:

a) Identifikasi peluang, yakni memungkinkan ancaman dari lingkungan

dapat dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan

yang dimiliki organisasi, sehingga organisasi dapat memperbaiki

12
Hadari Nawawi, Op. Cit, hal. 183 - 184 .
kelemahan-kelemahannya dan memberi petunjuk untuk mengantisipasi

perubahan-perubahan awal dari lingkungan eksternal.

b) Semangat korps, yakni mampu menciptakan sinergi dan semangat

korps sehingga meningkatkan produktivitas.

c) Perubahan-perubahan strategis, yakni apabila terjadi perubahan dalam

lingkungan organisasi, manajemen strategis dapat menyesuaikan arah

perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang ingin dicapai.13

Berdasarkan pemaparan di atas, jelas bahwa implementasi manajemen

strategi dalam dunia pendidikan dapat memberi manfaat-manfaat yang baik

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada masing-masing satuan

lembaga pendidikan.

4. Model Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan seni dan ilmu penyusunan, penerapan,

dan pengevaluasian keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan

sesuatu organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi merupakan

proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan

perencanaan untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya

untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan

organisasi. Manajemen strategi mengkombinasi aktivitas dari berbagai

bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih

lanjut, alur aktivitas merumuskan strategi yang baik dalam model

manajemen strategis dapat digambarkan sebagai berikut:

13
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit
( Jakarta : Grasindo, 2008 ), hal. 495 .
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis

Berdasarkan gambar 2.1 di atas dapat dipahami bahwa aktivitas

manajemen strategis dimulai dari formulasi strategi, kemudian dilanjutkan

implementasi strategi dan evaluasi.

Lebih lanjut Sedarmayanti meyebutkan bahwa aspek penting pada model

manajemen strategi adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

NO ASPEK MANAJEMEN KEGIATAN


STRATEGIS
1. Formulasi Strategi 1. Perumusan visi dan misi
2. PLI dan PLE KAFI dan KAFE
3. Analisis Pilihan Strategi dan Faktor-
faktor Keberhasilan
4. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan
Strategi (Perencanaan Strategis)
2. Implementasi Strategi 1. Rencana Program dan Kegiatan
2. Penganggaran (Alokasi Biaya)
3. Sistem Pelaksanaan, Pemantauan,
dan Penfawasan
3. Evaluasi Strategi 1. Pengukuran dan evaluasi kinerja
2. Pelaporan dan Pertanggung Jawaban
Aspek Penting/Model Manajemen Strategis

Sumber: Sedarmayanti, Manajemen Strategis ( Bandung: PT Refika


Aditama, 2016),hal. 36.

Keterangan:

PLI : Pencermatan Lingkungan Internal

PLE : Pencermatan Lingkungan Eksternal

KAFI : Kesimpulan Analisis Faktor Lingkungan

KAFE : Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal

Tabel 2.1 di atas menjelaskan bahwa aspek penting pada model

manajemen strategis meliputi: (1) perumusan strategi mencerminkan adanya

tujuan dan sasaran organisasi untuk menjabarkan visi organisasi; (2)

implementasi strategi menggambarkan operasionalisasi cara mencapai tujuan

dan sasaran organisasi, dan (3) evaluasi strategi merupakan aktivitas untuk

mengukur, mengevaluasi, dan memberi umpan balik kinerja organisasi.

Mengingat pada keterbatasan waktu, tenaga, serta biaya dalam penelitian

ini, penulis hanya memfokuskan pembahasan manajemen strategis pada

tahap formulasi strategi.

5. Proses Manajemen Strategi

Ilmu manajemen strategi dalam dunia pendidikan, pada dasarnya

merupakan pengembangan dari implementasi manajemen strategi yang telah


dikembangkan dan dirasakan keberhasilannya pada dunia usaha. Adapun

proses manajemen strategi dalam ranah perusahaan diungkapkan oleh Siagian

melalui 12 tahapan sebagai berikut: (1) perumusan misi organisasi; (2)

penentuan profil organisasi; (3) analisis dan pilihan strategi; (4) penetapan

sasaran jangka panjang; (5) penentuan strategi induk; (6) penentuan strategi

operasional; (7) penentuan sasaran jangka pendek, seperti sasaran tahunan;

(8) perumusan kebijakan; (9) pelembagaan strategi; (10) penciptaan sistem

pengawasan; (11) penciptaan sistem penilaian; dan (12) penciptaan sistem

umpan balik.14

Sejalan dengan hal tersebut, Wheelen dan Hunger dalam Solihin

meyebutkan bahwa model manajemen strategi yang digunakan dalam sebuah

perusahaan terdiri dari empat elemen yang meliputi: (1) pengamatan

lingkungan; (2) formulasi strategi; (3) implementasi strategi; serta (4)

evaluasi dan pengendalian.15

Berdasarkan teori Siagian dan Wheelen tersebut, penulis melihat terdapat

beberapa kesamaan pada masing-masing tahapan. Penulis menyimpulkan

bahwa pada intinya, proses manajemen strategi dalam ranah perusahaan

menncakup: (1) pengamatan lingkungan; (2) perumusan strategi; (3)

pengimplementasian strategi; dan (4) evaluasi strategi.

Sementara itu, dalam lingkungan pendidikan proses manajemen strategi

tidak jauh beda dengan tahapan-tahapan manajemen strategi yang

berlangsung pada perusahaan. Sagala menegaskan bahwa dalam konteks

14
Sondang P Siagian, Op Cit, hal. 30

15
Ismail Solihin, Manajemen Strategi ( Bandung : Penerbit Erlangga, 2012 ), hal. 78 - 83 .
pendidikan proses manajemen strategi setidaknya meliputi: (1) formulasi visi

dan misi madrasah; (2) tujuan dan target madrasah; (3) penentuan strategi

organisasi madrasah; (4) implementasi strategi organisasi madrasah; dan (5)

analisis SWOT secara cermat dan akurat.16

Lebih lanjut, Akdon menyebutkan bahwa proses manajemen strategis

dalam ranah pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan berupa: (1) strategy

formulation yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang

sesungguhnya; (2) strategi implementasi yang menggambarkan cara

mencapai tujuan; serta (3) strategi evaluasi yang mampu mengukur,

mengevaluasi, dan memberikan umpan balik kinerja organisasi.17

Proses manajemen strategi dalam ranah pendidikan seperti yang

dikemukakan Sagala dan Akdon tersebut juga terlihat memiliki

beberapa kesamaan. Penulis menarik kesimpulan bahwa secara garis besar

tahapan manajemen strategi dalam dunia pendidikan ini meliputi: (1)

perumusan strategi (2) implementasi strategi dan (3) evaluasi strategi.

Mencermati berbagai kajian teori tentang proses manajemen strategi

yang dikemukakan oleh para ahli baik dalam ranah perusahaan maupun

pendidikan tersebut, penulis mencoba menarik benang merah bahwasanya

semua tahapan yang telah diuraikan di atas pada dasarnya memiliki

kesamaan. Hal ini dapat ditinjau dari dilaksanakannya fungsi-fungsi

Syaiful Syagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ( Bandung, CV


16

Alfabeta, 2013 ), hal. 133

17
Akdon, Strategic Management for Educational Management, Manajemen Strategi untuk Manajemen
Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2011 ) hal. 79 - 80 .
manajemen dalam setiap tahapan manajemen strategi . Fungsi-fungsi

manajemen yang dimaksud mencakup: fungsi perencanaan pada tahap

perumusan strategi, fungsi pelaksanaan pada tahap implementasi strategi,

dan fungsi pengawasan atau evaluasi yang biasa selalu dilakukan setiap akhir

kegiatan.

B. Implementasi Manajemen Strategis

Mengacu pada teori-teori proses manajemen strategis yang telah

dijelaskan, penulis menyimpulkan bahwa proses manajemen strategis setidaknya

mencakup tiga hal, yakni: (1) perumusan strategi atau biasa disebut dengan

formulasi strategi (2) implementasi strategi dan (3) evaluasi strategi. Tahap

manajemen strategis yang akan diuraikan secara mendalam pada penelitian ini

adalah tahap formulasi strategi.

Formulasi strategi meliputi Perumusan visi dan misi, Pencermatan

Lingkungan Internal dan Eksternal; Kesimpulan Analisis Faktor Internal dan

Eksternal, analisis pilihan strategi dan faktor-faktor keberhasilan, penetapan

tujuan, sasaran, dan strategi (perencanaan strategis). Implementasi strategi

meliputi: rencana program dan kegiatan, penganggaran (alokasi biaya),

sistem pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan. Sedangkan Evaluasi

strategi meliputi: pengukuran dan evaluasi kinerja pelaporan dan pertanggung

jawaban.

Menurut Sedarmayanti, tahap formulasi dimulai dengan perumusan visi,

misi dan nilai. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis/melakukan


pencermatan lingkungan internal dan eksternal, analisis pilihan strategi dan kuci

keberhasilan, serta terakhir melakukan penetapan tujuan, sasaran, dan strategi.

1. Perumusan Visi dan Misi

Visi merupakan bayangan cermin mengenai keadaan internal dan

kehandalan inti seluruh organisasi. Menurut Jamal Ma’mur Asmani merupakan

idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan

kunci bagi perubahan organisasi. 18 Selanjutnya, untuk mengetahui visi yang

baik Danim mengungkapkan beberapa indikator visi yang baik sebagai berikut:

a) Visi yang mampu merangsang kreaivitas dan bermakna secara fisik-

psikologis bagi kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite

sekolah.

b) Visi yang dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif

bagikepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite sekolah

untuk tumbuh secara professional.

c) Visi yang dapat mereduksi setiap egoistik-individual atau egoistik-unit

keformat berpikir kolegialitas dan bekerja dengan cara-cara yang dapat

diterima oleh orang lain.

d) Visi yang mampu merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka

perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota

komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan serta menjadikan

perbedaan itu sebagai potensi untuk maju secara sinergis.

18
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Sakit Membangun Organisasi Sekolah ( Jogjakarta : DIVA Press, 2012 ), hal.
48 .
e) Visi yang mampu merangsang seluruh anggota, dari yang hanya

bekerjasecara proforma ke kinerja riel yang bermaslahat, efektif,

efesien, dan dengan akuntabilitas tertentu.19

Sementara itu, misi berarti pernyataan mengenai hal-hal yang harus

dicapai oleh organisasi bagi pihak-puhak berkepentingan di masa datang.

Misi madrasah adalah uraian yang berisi beberapa arah dalam mewujudkan visi

madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Misi merupakan

terjemahan dari visi yang berisi program-program jangka pendek, menengah,

dan panjang. danpenjabaran tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu

tertentu, serta digunakan sebagai program pokok madrasah.

Komariah dan Triatna menyebutkan ciri-ciri misi sebagai berikut:

a) Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat

organisasi yang berlaku untuk kurun waktu panjang.

b) Mencakup filsafat yang dianut dan digunakan organisasi.

c) Secara implisit menggambarkan citra yang hendak diproyeksikan ke

masyarakat luas.

d) Merupakan pencerminan jati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan,dan

dipelihara.

e) Menunjukkan produksi yang menjadi andalan.

19
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademi
( Jakarta : Bumi Aksara, 2007 ) hal. 73 -74 .
f) Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang diupayakan untuk

memuaskan para pelanggan. 20

Misi madrasah berjalan dengan baik mengindikasikan

kepemimpinan di sekolah berjalan dengan baik pula. Kepemimpinan yang

baik tersebut mengindikasikan bahwa manajemen persekolahan telah berfungsi

sebagaimana mestinya. Siklus ini harus dijaga mobilitas dan kontinuitasnya.

Unsur yang paling bertanggungjawab dalam menjaga mobilitas dan kontinuitas

tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal adalah kepala madrasah.

Berdasarkan hal tersebut kepala madrasah harus melaksanakan fungsinya

dengan baik. Fungsi-fungsi kepala adrasah sebagai manajer adalah seperti

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan, dan juga melakukan

evaluasi.21

2. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan merupakan serangkaian gambaran kondisi

lingkungan organisasi yang meliputi lingkungan internal dan eksternal.

Lingkungan internal meliputi variabel kekuatan dan kelemahan yang meliputi

struktur, budaya, dan sumber daya organisasi.22

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership : Menuju Sekolah Efektif ( Jakarta :
20

Bumi Aksara , 2008 ) hal. 87 - 88 .


21
Muniarti, Manajemen Strategi : Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan ( Medan : Perdana Publishing.
2000 ), hal. 158 .

Muniarti Dan Usman, Implementasi Manajemen Strategi Dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah
22

Kejuruan ( Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2009 ), hal. 46 .


Lingkungan internal, memiliki dua variabel yakni kekuatan (strength) dan

kelemahan (weakness). Kekuatan dan kelemahan di lingkungan internal

organisasi yang dapat dikelola manajemen meliputi:

a) Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personilnya.

b) Sistem organisasi dalam mencapai efektivitas organisasi termasuk

efektivitas komunikasi internal.

c) Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam

tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas

sumber daya manusia.

d) Biaya operasional berikut sumber dananya.

e) Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses

kinerja/misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial

dapat muncul di lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang

telah digunakan sampai saat ini.23

Proses melakukan analisis lingkungan internal dilakukan dengan

mengumpulkan dan memadukan informasi manajemen, pemasaran,

keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta

operasi sistem informasi manajemen organisasi.24

3. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal memiliki dua variabel yakni peluang (opportunity)

dan acaman (threats) dan terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan tugas dan

lingkungan Sosial. Lebih lanjut, Siagian membagi lingkungan eksternal

23
Akdon, Op.Cit, hal. 112 .
24
Sedarmayanti, Op.Cit, hal. 111.
kedalam dua bagian yaitu lingkungan eksternal dekat dan lingkungan eksternal

jauh. Lingkungan eksternal dekat merupakan lingkungan yang mempunyai

dampak pada kegiatan- kegiatan operasional organisasi seperti berbagai

kekuatan dan kondisi dalam lingkup dimana organisasi bergerak, situasi

persaingan, situasi pasar dan sebagainya. Sedangkan lingkungan eksternal

jauh dapat bersifat politik, ekonomi, teknologi, keamanan, hukum, sosial

budaya, pendidikan dan kultur masyarakat luas yang secara tidak langsung

mempengaruhi kegiatan operasional organisasi”.25

Dari kedua analisis ini dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang

situasi dan kondisi organisasi dari berbagai aspek, internal dan eksternal dengan

bertolak dari hasil telaah situasi dan kondisi serta dikaitkan dengan visi, dan

misi madrasah.

Tujuan analisis lingkungan adalah untuk dapat memahami lingkungan

organisasi sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat

terhadap setiap perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan

merespon berbagai isu kritis mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh

yang cukup kuat terhadap perusahaan sehingga dalam penciptaan analisis dan

pilihan strategi akan tepat sasaran.

Analisis lingkungan dilakukan dengan mencoba menyeimbangkan

kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman

lingkungan eksternal organisasi. Menurut Wheelen and Hunger dalam Solihin

salah satu alat analisis situasional yang paling bertahan lama dan banyak

digunakan oleh perusahaan dalam melakukan formulasi strategi adalah analisis

SWOT. Hasil dari analisis SWOT adalah identifikasi distinctive competencies


25
Sondang P. Siagian, Op.Cit, hal. 33 .
perusahaan berasal dari sumber daya dan kemampuan internal yang dimiliki

perusahaan serta sejumlah peluang yang selama ini belum dimanfaatkan

perusahaan, misalnya akibat adanya kekurangan dalam kemampuan internal

perusahaan.26

Adapun analisis SWOT tersebut meliputi:

a) Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana internal organisasi

mampu melakukan semua tugasnya secara sangat baik.

b) Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana internal organisai

kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dikarenakan

sarana dan prasarananya kurang mencukupi.

c) Peluang (opportunity) adalah suatu potensi menguntungkan yang

dapatdiraih oleh organisasi yang masih belum dikuasai oleh pihak

pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak atau lingkungan eksternal.

d) Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana organisasi

mengalamikesulitan yang disebabkan oleh faktor lain yang tidak lain

adalah lingkungan eksternal, yang jika dibiarkan maka organisasi akan

mengalami kesulitan dikemudian hari.27

Untuk dapat membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari

analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks. TOWS Matriks (TOWS hanya

kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana

peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan

26
Ismail Sholihin, Op.Cit. Hal. 163 .

27
Ibid, hal. 170 .
kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, sehingga hasil yang diperoleh dapat

digambarkan melalui empat set alternatif strategi.28

Pada tabel berikut dijelaskan TOWS Matriks secara singkat:

Tabel 2.2 MATRIKS TOWS

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

SO Strategies WO Strategies
OPPORTUNITIES (O)
ST Strategies WT Strategies
THREATS (T)

Sumber: dikutip dari Ismail Solihin, Manajemen Strategik,(Bandung:Penerbit


Erlangga, 2012), h.170.
Keterangan :

 S-O strategi : Mengejar peluang dengan menggunakan kekuatan yang

ada.

 W-O strategi : Mengatasi kelemahan untuk mengejar peluang.

 S-T strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi/mengurangi

dampak dari ancaman.

 W-T strategi menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar

tidak rentan terhadap ancaman.

Dari hasil komposisi di atas akan diperoleh banyak kemungkinan

strategi yang dapat dilakukan madrasah. Madrasah harus berani memilih

beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi

kemajuan madrasah. Madrasah harus mempertimbangkan pemilihan kemajuan.

Madrasah. harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai dengan


28
Ibid .
nilai-nilai madrasah dan tanggung jawab madrasah terhadap lingkungan sekitar

(social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka akan

diperoleh strategi yang diterima oleh warga madrasah dan masyarakat sekitar.

4. Analisis Pilihan Strategi dan Kunci Keberhasilan

Strategi adalah pedoman atau aturan bagaimana memanfaatkan sumber

daya yang terbatas, dengan terus menerus secara efektif dan efesien untuk

mencapai tujuan dalam kurun waktu tertentu dengan memperhatikan faktor

lingkungan internal dan eksternal.29

Analisis pilihan strategi dapat dilakukan setelah

mengidentifikasi lingkungan strategi, berupa analisis SWOT.

Selanjutnya dilakukan penyimpulan hasil dari analisis SWOT ini berupa

Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) dan Kesimpulan Analisis Faktor

Eksternal (KAFE). Melalui KAFI dan KAFE inilah, dapat dibuat matriks SWOT

(TOWS) dalam rangka menentukan asumsi (alternatif) strategi atau lebih lanjut

disebut matriks KAFI VS KAFE. Rangkaian pilihan strategi yang didapat dari

matriks KAFI VS KAFE dimasukkan ke dalam sebuah matriks yang

dinamakan “Matriks Penetapan Urutan Asumsi Pilihan Strategi” dengan diberi

pembobotan sesuai dengan faktor keterikatan atau kedekatan dengan visi,

misi, dan nilai yang diyakini organisasi.30 Strategi Pencermatan Lingkungan

Internal (PLI), Pencermatan Lingkungan (Eksternal) terhadap KAFI dan

KAFE akan menghasilkan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK).

Secara ringkas, rangkaian tahapan proses ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:

29
Akdon, Op.Cit, hal. 115 .
30
Sedarmayanti, Op.Cit, hal. 130 - 133 .
a) Analisis SWOT terhadap KAFI dan KAFE untuk

menghasilkanasumsistrategi.

b) Penetapan urutan asumsi strategi dan pilihan strategi dengan

mengadakanpembobotan berdasar tingkat keterkaitan masing-masing

asumsi strategi dengan visi, misi, dan nilai (Analisis Strategi dan

Pilihan (ASAP) atau Analysis and Choice).

c) Hasil analisis berupa urutan asumsi pilihan strategi dan dipilih 4-7

asumsi strategi untuk ditetapkan sebagai Faktor Kunci Keberhasilan

(FKK).31

Faktor kunci keberhasilan adalah faktor-faktor yang

sangat mempengaruhi dan berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi

organisasi dalam rangka pencapaian misi dan visi secara efektif dan efisien.

Liputan factor kunci keberhasilan cukup luas dan sangat mempengaruhi tingkat

keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan misinya.

Faktor Keberhasilan sangat berpengaruh dan berfungsi untuk

lebih memfokuskan strategi organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan misi

secara efektif dan efesien. FKK sangat membantu pengembangan

perencanaan strategi, agar lebih mudah dikomunikasikan dan

dilaksanakan. FKK dapat dijadikan jembatan antara misi dengan tujuan

organisasi.32

5. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Strategi

Perumusan tujuan biasanya hanya dua/tiga butir untuk faktor

FKK (Faktor Kunci Keberhasilan), sehingga memberi ukuran lebih spesifik

31
Akdon, Loc.Cit

32
Akdon, Op.Cit hal. 134 .
dan akuntabel. Tujuan mencerminkan pernyataan kondisi yang diinginkan

bukan merupakan proses/aktivitas. Untuk merumuskan tujuan yang baik

perlu didasarkan pada FKK yang dihasilkan dari analisis lingkungan strategi

dengan mengkaji relevensinya dengan misi organisasi.33

Menurut Akdon, pencapaian tujuan dapat menjadi tolok ukur untuk

menilai kinerja organisasi. Tujuan mempunya kriteria sebagai berikut:

a) Tujuan harus serasi dan mengklarifikasi misi, visi, dan nilai-nilai

organisasi;

b) Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi memenuhi

misi, program, dan sub program organisasi.

c) Tujuan akan menjangkau hasil-hasil penilaian

lingkunganinternal/eksternal dan yang diprioritaskan, serta mungkin

dikembangkan dalam merespon isu-isu strategi.

d) Tujuan cenderung untuk secara esensial tidak berubah kecuali terjadi

pergeseran lingkungan, atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan

telah tercapai.

e) Tujuan biasanya secara relative berjangka panjang, yaitu sekurang

kurangnya tiga tahun atau lebih. Namun tetap disesuaikan dengan tingkat

organisasi, kondisi, posisi,dan lokasi.

f) Tujuan harus dapat mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan saat

ini dengan yang diinginkan.

g) Tujuan menggambarkan hasil program/sub program yang diinginkan.

h) Tujuan menggambarkan arah yang jelas dari organisasi, program dan sub

33
Ibid. Hal. 137 .
i) program, tetapi belum menetapkan ukuran-ukuran spesifik atau strategi.

j) Tujuan harus menantang, namun realistis dan dapat dicapai.34

Sementara itu, sasaran merupakan gambaran hal yang ingin

diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang diambil organisasi guna mencapai

tujuan. Sasaran organisasi merupakan kegiatan integral, tak terpisahkan dari

sebuah proses perencanaan strategi. Sasaran fokusnya pada action, yaitu kegiatan

yang bersifat spesifik, terperinci, dapat diukur dan dapat diwujudkan. Sasaran harus

menyatakan alokasi anggaran/sumber yang akan mendukung pelaksanaan kegiatan. 35

Indikator sasaran meliputi:

a) Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran dalam kurun waktu rencana strategi

b) Ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi.

c) Menjadi patokan penilai keberhasilan/kegagalan penyelenggaraan

pemerintahan dalam mencapai misi dan visi organisasi.36

Strategi organisasi merupakan suatu pernyataan mengenai arah dan

tindakan yang diinginkan waktu yang akan datang. Strategi organisasi mencakup

kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan manajemen untuk melaksanakan

misinya.37

Rencana strategi meliputi penetapan tujuan, sasaran dan

strategi organisasi yang berisi kebijakan dan program (pada saatnya

akan dioperasionalkan dalam bentuk kegiatan pada rencana kerja tahunan).

34
Akdon, Op.Cit. Hal. 144 .

35
Sedarmayanti, Op.Cit, hal. 139

36
Ibid, hal. 141 .

37
Akdon, Op.Cit, hal. 79
Rencana strategi merupakan kelanjutan dari Faktor Kunci Keberhasilan, dimana

setiap FKK akan memandu penetapan tujuan (menjembatani penjabaran misi

ke dalam tujuan) dan setiap tujuan dirinci menjadi beberapa sasaran (dengan

indikatornya), dan masing-masing sasaran memiliki beberapa strategi yang

dituangkan dalam kebijakan dan program.38

Komponen dalam rencana strategi paling tidak terdiri dari visi,

misi, tujuan, sasaran, dan strategi. Rencana strategi merupakan bagian integral

dari manajemen strategi, rencana strategi meliputi keseluruhan kegiatan

proses perencanaan strategi dari visi, misi, nilai-nilai sampai menetapkan

tujuan, sasaran dan strategi organisasi yang berisi kebijakan dan program.39

Dari hasil analisis lingkungan strategi diperoleh rumusan Faktor

Kunci Keberhasilan (FKK). Setiap FKK dirinci lebih lanjut menjadi beberapa

sasaran, dan masing-masing sasaran memiliki beberapa strategi yang akan

dituangkan dalam kebijakan dan program.40

C. Tolok Ukur Keberhasilan Implementasi Manajemen Strategis

Keunggulan implementasi manajemen strategi dikemukakan

oleh Hadari Nawawi dalam Manajemen Strategik Organisasi Non Profit

Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, sebagai berikut:

1. Profitabilitas

38
Sedarmayanti, Op.Cit, hal. 142 .

39
Ibid .

40
Ibid .
Keunggulan ini menujukkan bahwa seluruh pekerjaan

diselenggarakan secara efektif dan efesien dengan penggunaan anggaran

yang hemat dan tepat, sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi

pemborosan.

2. Produktivitas tinggi

Keunggulan ini menujukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang

dapat diselesaikan cenderung meningkat, kekeliruan dan kesalahan dalam

bekerja semankin berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta

yang terpenting proses dan hasil memberikan pelayanan umum

mampu memuaskan masyarakat yang dilayani.

3. Posisi kompetitif

Keunggulan ini terlihat pada eksistensi organisasi non profit yang

diterima, dihargai dan dibutuhkan masyarakat, sehingga setiap

peraturan yang ditetapkan tentang pemberian pelayanan umum

dan pelaksanaan pembangunan di bidang masing-masing, selalu

dipatuhi, baik peraturan tentang cara melaksanakannya oleh personil di

dalam organisasi maupun peraturan tentang cara memperoleh pelayanan

bagi masyarakat yang yang memerlukan jasa sebagai produk organisasi

non profit. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya memuaskan

masyarakat yang dilayani. 4. Keunggulan

4. Teknologi

Semua tugas pokok berlangsung lancer dalam arti pelayanan umum

dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan

tingkat keunikan dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan


tingkat kekeliruan rendah, karena mampu mengadaptasi

perkembangan dan kemajuan teknologi

5. Keunggulan SDM

Di lingkungan organisasi non profit dikembangkan budaya organisasi

yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumber daya

penentu keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, SDM yang

dimiliki terus dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan,

keterampilan, keahlian, dan sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai

pemberi pelayanan kepada masyarakat. Bersamaan dengan itu

dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah (problem

solving) yang dihadapi organisasi non profit pada masa sekarang dan

untuk mengantisipasi masalah-masalah yang timbul sebagai pengaruh

globalisasi di masa yang akan datang.

6. Iklim Kerja

Tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal

dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai-

nilai kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi non profit seperti itu,

setiap SDM sebagai individu dan anggota organisasi terwujud

hubungan formal dan hubungan informal antar personil yang

harmonis sesuai posisi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing

di dalam dan di luar jam kerja.

7. Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana

dan dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan
selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara

di atas kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.41Berdasarkan

tolok ukur keberhasilan tersebut, upaya pengimplementasian

manajemen strategi akan lebih terarah. Oleh karenanya, madrasah dapat

menjadikan acuan agar implementasi manajemen strategi benar-benar

dapat terlaksana sukses.

D. Pengertian Program Adiwiyata

Karakter peduli lingkungan harus dibentuk sejak dini. Karakter peduli

lingkungan harus dibentuk pada diri peserta didik di lingkungan sekolah.

Karakter peduli lingkungan bisa ditunjukkan dengan sikap dan tindakan yang

selalu berupaya untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam yang terjadi di

sekitar kita. Karakter peduli lingkungan ini sudah tentu juga ditunjukkan

dengan sikap dan tindakan untuk mengembangkan upaya-upaya

memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi. Sungguh, karakter peduli

lingkungan sangat perlu dibangun pada diri setiap anak didik. Hal ini penting

karena zaman semakin maju yang otomatis persoalan sosial juga semakin

kompleks dan rumit. Bumi pun semakin tua dan kebutuhan manusia terhadap

alam juga semakin besar sehingga persoalan lingkungan adalah hal yang sangat

penting untuk diperhatikan.42

Program Adiwiyata merupakan program yang sangat relevan untuk

menjawab permasalahan lingkungan yang semakin parah. Program Adiwiyata


41
Hadari Nawawi, Op.Cit. Hal. 181 - 182 .

42
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 97
menekankan pada aspek pembentukan karakter warga sekolah untuk

berpartisipasi aktif dalam mengelola lingkungan secara baik. Program

Adiwiyata diharapkan mampu membentuk karakter peduli lingkungan dari hal

yang paling kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, membedakan

pembuangan sampah yang organik dan non organik, memanfaatkan kertas

yang tidak terpakai, menghemat pemakaian air, membersihkan lingkungan,

dan lain- lain.

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian

Lingkungan Hidup yang merupakan implementasi Permen Lingkungan

Hidup No. 02 tahun 2009. Program ini merupakan suatu bentuk penghargaan

yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai

berjasa dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup.

Kata Adiwiyata berasal dari kata Sansekerta yaitu “Adi” bermakna:

besar, agung, baik, sempurna. “Wiyata” bermakna: tempat di mana seseorang

mendapat ilmu pengetahuan, norma. Jadi, Adiwiyata mempunyai pengertian

atau makna: tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala

ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar

manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju cita-cita

pembangunan berkelanjutan. Adiwiyata dicanangkan untuk mendorong dan

membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat turut melaksanakan

upaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan pembangunan

berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan

datang.43 Program Adiwiyata merupakan langkah nyata sebagai kerja sama


43
E- Jounal: Tri Rismawati., Efektivitas Program Adiwiyata Sebagai Upaya
Penanaman Rasa Cinta Lingkungan di SMP Negeri 3 Malang, (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2013) hlm, 15
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

untuk menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup.

Adiwiyata sebagai sebuah program sekolah bertujuan menciptakan

kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan tempat

penyadaran warga sekolah baik pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik

maupun masyarakat sekitar sekolah, dalam upaya mendorong

penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) yang akhirnya dapat mewujudkan sekolah yang peduli dan

berbudaya lingkungan.44

Tujuan dari program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah

yang bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik.

Pelaksanaan program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar

berikut ini;

1. Partisipatif

Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi

keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

tanggungjawab dan peran. Keterlibatan warga sekolah dalam

implementasi program Adiwiyata menjadi poin penting guna

mensukseskan program tersebut. Warga sekolah dalam hal ini adalah

seluruh komponen sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, pegawai,

44
Takarina Yusnidar dkk, Journal of Educational Social Studies: Peran Serta
Warga Sekolah Dalam Mewujudkan Program adiwiyata di SMP Wilayah
Semarang Barat, (Universitas Negeri Semarang, 2015), hlm.2
karyawan bahkan karyawan kantin pun dituntut berperan aktif dalam

menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan.

2. Berkelanjutan

Pelaksanaan program Adiwiyata harus didasarkan pada proses

manajemen yang baik. Baik itu dari segi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Seluruh

kegiatan harus dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Oleh

karena itu, perlu adanya monitoring dan evaluasi dari setiap

proses yang dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi berfungsi untuk

memantau dan memberikan penilaian terhadap implementasi

program Adiwiyata sehingga ada masukan dan perbaikan ke depannya.

Keuntungan mengikuti program Adiwiyata:

1. Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan

standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

2. Meningkatkan efisiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui

penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan

energi.

3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar

yang lebih nyaman dan kondusif.

4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah

dan masyarakat sekitar.


5. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan

pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata tersebut, maka ditetapkan

empat komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai

sekolah Adiwiyata, yaitu kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan

kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif,

dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.45

a) Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Program Adiwiyata merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

menumbuhkan karakter peduli lingkungan bagi seluruh warga sekolah.

Untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata maka sekolah dituntut untuk

dapat mengembangkan kebijakan berwawasan lingkungan. Kebijakan

ataupun keputusan yang dibuat baiknya melibatkan stakeholder sekolah

agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Keputusan organisasi

sekolah menjadi tanggung jawab individu atau kelompok yang ada di

dalam sekolah. mungkin saja keputusan atau kebijakan hanya diambil

oleh pimpinan puncak, tetapi kesiapan manusia organisasional

secara keseluruhan mutlak diperlukan untuk merealisasikan keputusan

itu.46 Menjadi sebuah keharusan jika kebijakan yang telah diambil

45
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013, (Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup, 2013),hlm. 16

46
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ( Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 243
harus disosialisasikan agar realisasi kebijakan tersebut dapat maksimal

dan berpengaruh positif bagi sekolah.

Pengembangan kebijakan sekolah untuk mewujudkan

Adiwiyata hendaknya berpedoman pada buku pedoman Adiwiyata

yang telah dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup agar sesuai

dengan indikator-indikator yang terdapat di dalam buku pedoman

tersebut. Indikator dalam buku panduan Adiwiyata tersebut memuat

indikator-indikator yang dijadikan standar penilaian baik itu dari segi

implementasi kurikulum, sarana pendukung ramah lingkungan, dan

kegiatan lingkungan partisipatif.

Dalam buku panduan Adiwiyata tahun 2015 yang

dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan beberapa

indikator terkait dengan pengembangan kebijakan sekolah berwawasan

lingkungan bagi terwujudnya Adiwiyata adalah sebagai berikut;

1. Visi, misi, dan tujuan sekolah yang tertuang dalam kurikulum

memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

2. Struktur kurikulum memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal,

pengembangan diri terkait kebijakan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

3. Mata pelajaran wajib dan/ atau mulok yang terkait PLH

(pendidikan lingkungan hidup) dilengkapi dengan ketuntasan

minimal belajar
4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

meliputi; Kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran,

peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Tersedianya sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan

sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan

pengembangan mutu.47

b) Implementasi Kurikulum Berwawasan Lingkungan

Salah satu komponen untuk mewujudkan Adiwiyata adalah

sekolah harus melaksanakan kurikulum berwawasan lingkungan.

Menurut pendapat Hamalik sebagaimana dikutip oleh Mohammad

Mustari dalam bukunya Manajemen Pendidikan menyatakan bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.48 Menurut Don Mills a curriculum

is a plan for learning consisting of two major dimensions, vision, and

structure.”49 Artinya kurikulum adalah sebuah perencanaan pembelajaran

yang terdiri dari dua pokok dimensi yaitu visi dan struktur. Visi kurikulum

adalah sebuah produk dari seperangkat asumsi tentang orang dan

47
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013, hlm. 22
48
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 53
49
Don Mills, Curriculum, (New york: Macmillan Publishing Company,
1989), hlm. 39
dunia dalam arti luas dan menggambarkan bentuk dari konsep realita.

Kurikulum menjadi suatu perangkat penting dalam pelaksanaan

pembelajaran. Dengan adanya kurikulum maka sasaran dan

tujuan pembelajaran menjadi jelas dan terarah.

Banyak anggapan yang memandang kurikulum hanya sebatas

mata pelajaran. Namun dalam pandangan modern, kurikulum lebih

dari sekedar rencana pelajaran. Kurikulum dalam pandangan modern

meliputi segala sesuatu yang secara nyata terjadi dalam proses

pendidikan yang merupakan pengalaman belajar bagi peserta didik.

karena semua kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan

pengalaman belajar, maka apa yang disebut kurikulum itu tidak terbatas

pada mata pelajaran.50

Sekolah Adiwiyata harus melaksanakan kurikulum

berwawasan lingkungan. Dalam konteks kata, implementasi adalah

menerapkan ide, gagasan secara inovasi sehingga terjadi perubahan.

Dalam melaksanakan kurikulum berwawasan lingkungan harus ada

manajemen kurikulum yang terkelola dengan baik. baik itu dari segi

perencanaan kurikulum, pengorganisasian, implementasi,

pengendalian, dan evaluasi kurikulum.51

Dalam implementasi kurikulum berwawasan lingkungan, guru

merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses

50
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, hlm. 53
51
Anwar Hasnun, Mengembangkan Sekolah Efektif (Modal Untuk Cakep dan
Kepsek), (Yogyakarta: Datamedia, 2010), hlm.84
dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta

didik dalam belajar. Guru dituntut untuk dapat kreatif dalam

melaksanakan pembelajaran. sehingga mampu membentuk kompetensi

pribadi peserta didik khususnya adalah pribadi yang peduli terhadap

lingkungan. guru perlu juga untuk memperhatikan perbedaan peserta

didik agar kurikulum dapat dikembangkan secara efektif, serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Keberhasilan atau gagalnya implementasi kurikulum di sekolah

sangat bergantung pada guru karena guru merupakan kunci yang

menentukan serta menggerakkan komponen di sekolah. Dalam

kurikulum berwawasan lingkungan, guru dituntut untuk

mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran serta

membawakan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu mengangkat

tema lingkungan hidup dalam pembelajarannya. Tugas guru tidak hanya

sekedar Transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Guru harus

mampu bertindak sebagai motivator, mediator, dan fasilitator

pembelajaran.52

Indikator pelaksanaan kurikulum berwawasan lingkungan

dijelaskan dalam buku pedoman Adiwiyata adalah sebagai berikut :

1) Menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam

pembelajaran

52
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, hlm. 88
2) Mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi

pembelajaran lingkungan hidup sesuai dengan jenjang

pendidikan

3) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian

pembelajaran lingkungan hidup

4) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk

kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas.

5) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat

dalam program pembelajaran

6) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran lingkungan

hidup

7) Mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam

pemecahan masalah lingkungan hidup, serta penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari

8) Menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian

fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran

dan kerusakan lingkungan hidup.

9) Menerapkan pengetahuan lingkungan hidup yang diperoleh

untuk memecahkan masalah lingkungan hidup dalam

kehidupan sehari-hari.
10) Mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup

dengan berbagai cara dan media.53

c) Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Program Adiwiyata merupakan program yang bertujuan untuk

menumbuhkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan.

Program Adiwiyata bukan ditujukan bagi stakeholder sekolah atau

unsur pun pimpinan sekolah saja melainkan warga sekolah secara

keseluruhan. Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab pelaksanaan

program Adiwiyata berada di tangan setiap warga sekolah. Kebijakan

Adiwiyata yang sudah dibuat hendaknya disosialisasikan kepada seluruh

stakeholder dan warga sekolah agar implementasinya dapat maksimal.

Salah satu komponen program untuk mencapai Adiwiyata

adalah kegiatan lingkungan berbasis partisipatif. Sekolah harus mampu

mengajak seluruh komponen sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Selain warga sekolah, peran komite dan

lembaga instansi luar harus dilibatkan dalam upaya peningkatan

perlindungan lingkungan hidup di sekolah. Karena kehadiran komite

sekolah memiliki arti penting untuk kelancaran pengelolaan pendidikan di

sekolah. Keterlibatan komite sekolah dimaknai sebagai upaya untuk

53
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013,hlm. 24
meringankan dan memperlancar jalannya roda pendidikan sekolah. Karena

komite sekolah dan masyarakat memiliki peran sebagai berikut :54

a) Sebagai Pertimbangan

Peran komite sekolah sebagai pertimbangan artinya komite

sekolah dilibatkan dalam perumusan visi, misi, tujuan sekolah

serta pengambilan keputusan. Komite sekolah dimintai

pendapat terkait dengan kebijakan yang akan diambil sekolah.

Sehingga komite sekolah berkontribusi dalam

penyelenggaraan proses pendidikan.

b) Sebagai Pendukung

Komite sekolah berkontribusi dalam pengambilan keputusan

sekolah. Ketika keputusan tersebut telah disepakati maka

komite sekolah harus mendukung terlaksananya keputusan

sebagai konsekuensi dari keputusan yang sudah diambil.

c) Sebagai penghubung

Komite sekolah merupakan penghubung antara pihak sekolah dan

juga orang tua peserta didik. Komite sekolah dapat diibaratkan

sebagai penyambung lidah antara pihak sekolah dengan wali

peserta didik ataupun masyarakat.

d) Sebagai pengontrol

54
Anwar Hasnun, Mengembangkan Sekolah Efektif (Modal Untuk Cakep dan Kepsek),
(Yogyakarta: Datamedia, 2010), hlm.98
Komite sekolah turut serta bertindak sebagai pengontrol

jalannya roda pendidikan di sekolah. komite sekolah

mengawasi apakah proses penyelenggaraan pendidikan

sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Ketika

memang belum tercapai maka komite sekolah berhak memberikan

sumbangsih pemikiran.

Selain komite sekolah, kemitraan dengan institusi luar juga

harus dibangun oleh pihak sekolah khususnya dalam proses

mewujudkan program Adiwiyata. Instansi luar tersebut dapat dijalin

dengan perusahaan, perguruan tinggi, LSM dan sebagainya dalam upaya

meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah.

Dalam buku panduan Adiwiyata 2015 disebutkan

indikator kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dalam upaya

mewujudkan program Adiwiyata dapat dilihat sebagai berikut;

1) Memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah

oleh warga sekolah.

2) Memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-

kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(dampak yang diakibatkan oleh aktivitas sekolah)

3) Mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai

denganupaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup.
4) Adanya kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

5) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan

oleh pihak luar

6) Memanfaatkan narasumber untuk meningkatkan

pembelajaran lingkungan hidup

7) Mendapatkan dukungan dari kalangan yang terkait dengan

sekolah (orang tua, alumni, media/ pers, dunia usaha,

pemerintah, LSM,Perguruan tinggi, sekolah lain) untuk

meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup di sekolah.

8) Meningkatkan peran komite sekolah dalam

membangunkemitraan untuk pembelajaran lingkungan hidup dan

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

9) Menjadi narasumber dalam rangka pembelajaran lingkungan

hidup.

10) Memberi dukungan untuk meningkatkan upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.55

d) Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

Sarana pendukung sekolah merupakan elemen penting yang

menunjang terciptanya penyelenggaraan pendidikan yang baik dan efektif.

55
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan 2013,
hlm. 26
Oleh karena itu, perlu adanya manajemen sarana yang baik guna

mengelolanya. Dalam konsep Adiwiyata, sekolah harus mampu mengelola

sarana pendukung secara ramah lingkungan.

Sarana pendukung sekolah meliputi air yang lancar di WC,

tempat mengambil air wudhu, kamar mandi, kantin sekolah,

laboratorium.56 Sarana pendukung lingkungan tersebut harus dikelola

secara efektif dan efisien agar tidak terjadi pemborosan yang tentunya

akan merugikan pihak sekolah dan alam.

Untuk mewujudkan program Adiwiyata maka ditetapkan indikator dalam

pengelolaan sarana pendukung sekolah ramah lingkungan. Indikator

tersebut tercantum dalam buku panduan Adiwiyata 2015 Kementerian

Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut;

1) Menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi

permasalahan lingkungan hidup di sekolah.

2) Menyediakan sarana prasarana untuk mendukung

pembelajaran lingkungan hidup di sekolah

3) Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah

lingkungan

4) Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas

sanitasi sekolah

5) Memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien

56
Anwar Hasnun, Mengembangkan Sekolah Efektif (Modal Untuk Cakep dan Kepsek),
hlm.94
6) Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah

lingkungan.57

E. Langkah- Langkah Untuk Mewujudkan Program Adiwiyata

Program Adiwiyata merupakan program yang menyatu dalam 8

Standar Nasional Pendidikan sehingga pada proses pelaksanaannya tetap

menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Tujuan utama dari program adalah menumbuhkan budaya peduli lingkungan bagi

warga sekolah khususnya peserta didik. Untuk mencapai program tersebut

dibutuhkan proses manajemen yang tertata dengan rapi.

Dalam lampiran buku panduan Adiwiyata 2015 dijelaskan beberapa

langkah strategi yang digunakan untuk panduan dalam mewujudkan Adiwiyata.

Secara operasional, untuk menjadi sekolah Adiwiyata diharapkan

melalui proses yang tersusun secara hirarki menjadi 5 (lima) langkah yaitu

membentuk tim Adiwiyata sekolah, menyusun kajian lingkungan

sekolah,menyusun rencana aksi lingkungan sekolah, melaksanakan

kegiatan aksi lingkungan, dan terakhir adalah evaluasi & monitoring.58

1) Membentuk Tim Adiwiyata Sekolah

Langkah awal yang harus dilakukan untuk mewujudkan

Adiwiyata adalah membentuk tim Adiwiyata sekolah. Tim Adiwiyata

inilah yang nantinya akan mengkoordinir dan merumuskan

57
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013, hlm. 27

58
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
2013, ...hlm. 27
kajian dan aksi lingkungan di sekolah. “Tim Adiwiyata sekolah

harus mengandung unsur kepala sekolah, komite sekolah, guru, tenaga

kependidikan (tata usaha), siswa, orang tua siswa, pemerintah setempat

(kelurahan, kecamatan), perguruan tinggi, masyarakat sekitar termasuk

juga lembaga swadaya masyarakat (LSM)”.59 Sebagai gambaran teknis

dapat dijabarkan pada bagan berikut:

Koordinator Tim Adiwiyata

Sekretaris Tim Teknis Bendahara

Kel Kerja Bidang Kebijakan


Kel Kerja Bidang Kel Kerja Bidang kegiatanKel
Kurikulum Kerja Bidang Sarana Prasarana
partisipatif

Gambar 2. 3 Bagan struktur organisasi tim Adiwiyata sekolah

2) Menyusun Kajian Lingkungan Sekolah

Langkah kedua yang harus dilakukan sekolah adalah menyusun

kajian lingkungan. Pada tahap ini sekolah harus melakukan EDS

(evaluasi diri sekolah) terhadap kondisi sekolah. Penyusunan kajian

lingkungan ini merupakan tahap merencanakan program apa yang

akan dilakukan oleh sekolah nantinya. Penyusunan kajian lingkungan ini

59
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013, hlm. 83
dilakukan untuk menentukan arah yang jelas terhadap pelaksanaan

program Adiwiyata. Penyusunan kajian lingkungan dapat dilakukan

dengan cara:

1. Tim harus memastikan bahwa seluruh anggota tim bekerja sama

sebaik mungkin untuk melaksanakan kajian, sebanyak

mungkin siswa berpartisipasi dalam proses ini.

2. Kajian lingkungan oleh tim sekolah dapat dilakukan

melalui sebuah instrumen checklist mencakup berbagai isu

lingkungan yang terjadi sekolah, misalnya; Sampah, Air,

Energi, Makanan dan kantin sekolah. Keanekaragaman

Hayati (masalah lain yang menjadi isu lingkungan di

sekolah)

3. Dari isu lingkungan yang ada, sekolah dapat memfokuskan

pada satu atau beberapa masalah yangakan ditetapkan menjadi

fokus dalam melakukan rencana aksi lingkunga.

4. Kajian lingkungan dilakukan pada kurun waktu

tertentu,misalnya dilakukan tahunan atau dua tahun sekali

sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal tersebut

dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi kemajuan kinerja

tim sekolah.60

3) Penyusunan Rencana Aksi Lingkungan

60
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan 2013,
hlm. 90
Rencana aksi lingkungan merupakan tindak lanjut dari

penyusunan kajian lingkungan sekolah. Pada tahap ini sekolah

menentukan kegiatan lingkungan yang akan dilakukan nantinya.

Dalam menyusun rencana aksi lingkungan pihak sekolah harus

mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki sekolah agar

tujuan yang akan dicapai dapat terealisasi dengan baik. Rencana aksi

lingkungan harus dideskripsikan ke dalam empat komponen program

Adiwiyata, yaitu komponen kebijakan, kurikulum, kegiatan partisipatif,

dan sarana prasarana Penyusunan rencana aksi lingkungan dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana aksi berangkat dari hasil kajian

lingkungan yang telah dilakukan.

2. Memilih topik yang sesuai dengan prioritas kebutuhan

sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan dan tenggang

waktu yang dimiliki (misalnya, sekolah ingin mengatasi

permasalahan sampah sebagai kegiatan utama. Maka semua

sumber daya yang dimiliki sekolah diarahkan untuk

mengatasi permasalahan tersebut).

3. Jika ada bagian yang tidak mampu diselesaikan oleh sekolah,

maka perlu dicari cara bagaimana sekolah bekerja sama dengan

pihak lain agar dapatmengatasinya (misalnya bekerjasama dengan

dinas kebersihan dalam mengangkut sampah ke TPA)


4. Menetapkan siapa yang akan menjadi penanggung jawab

setiap kegiatan (sedapat mungkin kegiatan harus melibatkan

siswa

5. Melakukan perencanaan terhadap alokasi dana yang

dibelanjakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan. 61

4) Pelaksanaan Aksi Lingkungan

Setelah rencana sudah tersusun dengan rapi maka tahap

selanjutnya adalah implementasi kegiatan. Pelaksanaan aksi

lingkungan mengacu pada 4 (empat) komponen dalam program

Adiwiyata, yaitu pelaksanaan aksi lingkungan pada komponen

kebijakan sekolah, kurikulum, kegiatan partisipatif, dan sarana

prasarana.

5) Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi dan monitoring menjadi hal wajib dalam suatu

proses implementasi kegiatan. Proses evaluasi dan monitoring harus

dilakukan secara terus menerus untuk memaksimalkan implementasi

kegiatan. Evaluasi dan pengawasan dilakukan untuk mengetahui

ketercapaian suatu program. Pelaksanaan evaluasi dan monitoring dapat

dilakukan sendiri oleh pihak sekolah yang terbagi ke dalam evaluasi

monitoring ketercapaian rencana aksi lingkungan dan evaluasi

monitoring untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata. implementasi

manajemen strategi menuju madrasah adiwiyata di MI Ma’arif Nu

Assa’adah .
61
E-book: Anonimous, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan 2013,..hlm. 90
F. Kerangka Berfikir

Mengingat luasnya bahasan objek yang diteliti yaitu

implementasi kebijakan sekolah dalam mewujudkan program Adiwiyata.

Maka penelitian ini lebih difokuskan pada analisis implementasi

kebijakan sekolah yang mengacu pada indikator pengembangan kebijakan

sekolah berwawasan lingkungan, kegiatan partisipatif, kurikulum

berwawasan lingkungan, dan sarana lingkungan sekolah berbasis lingkungan.

Dari latar belakang masalah yang telah dideskripsikan

sebelumnya maka kerangka berfikir penelitian ini terpola pada suatu alur

pemikiran yang terkonsep seperti tampak pada bagan berikut:

Pedoman Program Adiwiyata

Sekolah

Perumusan Kebijakan Dan Program

Kebijakan berwawasan
Kurikulum
lingkungan
berwawasan
Kegiatan
lingkungan
lingkungan
Sarana
partisipatif
pendukung ramah lingkungan

Implement tasi

Monitoring dan evaluasi


Gambar 2. 4 Bagan kerangka berfikir tentang implementasi kebijakan sekolah
dalam mewujudkan program Adiwiyata

Dari bagan kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan sebagai berikut;

a. Sekolah / institusi pendidikan merujuk kepada buku pedoman

Adiwiyata Kementerian Lingkungan Hidup tentang strategi dan

pengembangan kebijakan

b. Sekolah merumuskan kebijakan dan program yang berfokus pada

empat program pencapaian Adiwiyata yaitu pengembangan

kebijakan berwawasan lingkungan, implementasi kurikulum

berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan

pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan

c. Kebijakan dan program yang mengacu pada empat program tersebut

diimplementasikan oleh pihak sekolah

d. Pihak sekolah memonitoring dan mengevaluasi implementasi

kebijakan sekolah dalam mewujudkan program Adiwiyata.

Hasil evaluasi kebijakan sekolah tersebut kemudian

disesuaikan dengan indikator keempat program yang tertuang dalam buku

panduan Adiwiyata. Dari evaluasi tersebut diharapkan akan mampu

memperbaiki implementasi program Adiwiyata.

Anda mungkin juga menyukai