Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BAHASA INDONESIA

“PENGARUH GIZI TERHADAP KESEHATAN REMAJA”

Disusun Oleh:

Nama : Rendi Ega Tiyasa

Kelas : XI MIPA 4
No. Absen : 30

Karya Ilmiah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas Bahasa Indonesia Semester 2

Tahun Pelajaran 2019/2020

SMA Negeri 1 Pekalongan

Jalan R.A Kartini 39, Kota Pekalongan 51128, Telp. (0285) 421190
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa

selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

1.4 Manfaat........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

1.1 Pengertian Gizi................................................................................................................3

1.2  Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja.............................................................................4

1.3  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi......................................................5

1.4  Keadaan Gizi Remaja Saat Ini........................................................................................6

1.5  Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja.................................................................8

1.6  Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja...................................................................9

1.7  Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja.....................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................12

1.1 Kesimpulan................................................................................................................12

1.2 Saran..........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal

dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak

dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau

perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan

tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual

seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.

Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih

suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga. Perubahan-perubahan

fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan

kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi

atau kelebihan gizi.

Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan

masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani. Banyak

penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah

tersebut antara lain Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus

(berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan

mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya

penanggulangannya. 

Berdasarkan pemaparan di atas, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang

“Peran Zat Gizi Pada Usia Remaja”.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan pemberian nutrisi terhadap remaja?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi?

3. Bagaimana keadaan gizi usia remaja?

4. Bagaimana kebutuhan akan zat gizi pada remaja?

5. Apa akibat dari kekurangan gizi pada usia remaja?

6. Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada usia remaja?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pemberian nutrisi terhadap remaja?

2 Mengetahui Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi?

3 Mengetahui Bagaimana keadaan gizi usia remaja?

4 Mengetahui Bagaimana kebutuhan akan zat gizi pada remaja?

5 Mengetahui Apa akibat dari kekurangan gizi pada usia remaja?

6 Mengetahui Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada usia remaja?

1.4 Manfaat

Mengetahui peran zat gizi bagi remaja, Mengetahui pentingnya nutrisi pada remaja,

mengetahui akibat dari kelebihan dan kekurangan gizi pada usia remaja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-

zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan

yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan

tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna

makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.

Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu

jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan

makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga,

zat pembangun dan zat pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat

menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-

kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,

susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

3
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan.

Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan

bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

1.2  Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja

Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar

mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu

para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa

tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil

survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun

kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.

Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam

kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup.

Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak

mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu

keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat,

magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.

Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai

penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis

remaja.

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma

bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan

datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko

4
osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena

sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.

Diabetes tipe 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam

satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan

pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang

sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes tipe 2, yang

dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat

pada remaja.

Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan

ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa

makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi

kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

1.3  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi

Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola

makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna.

Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak

seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau

status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.

Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.

Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi,

dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih

ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat

menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi

kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:

1. Psikologis.

2. Lingkungan sekolah.

3. Konsumsi makanan tidak cukup.

4. Pilihan terhadap makanan.

5. Tidak ada nafsu makan.

1.4 Keadaan Gizi Remaja Saat Ini

Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.

Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan

alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para

remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari

masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat

badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan

hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.

Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%

mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain

terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita

tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang,

ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara

maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak
6
44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia)

mengalami anemia kekurangan besi.

Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan

olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini, meski

dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di

samping zat aditif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat

kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini

menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.

Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:

1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang

lebih banyak.

2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan

zat gizi.

3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan

kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara

berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.

Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.

Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan

memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri

malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar

kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat

mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin

digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan

7
sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium,

besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol,

dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang

terkandung dalam makanan itu.

Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini

pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan”

mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari tahun ke

tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang disertai

oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta gangguan

ovarium.

1.5  Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada

Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan

perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari

jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus

dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,

biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.

Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis

besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16

tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900

pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),

kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada

stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan

penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih

8
baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm,

sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.

Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan

usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm

tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis

mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok

karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan

kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja.

Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin

di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus

ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses

pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan

asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam sintesis

RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin

A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin D karena perannya dalam proses

pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian

AS, Guenter dkk, 1986), terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.

1.6  Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja

Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang

yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan

pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi

9
yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi

dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua

masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena

remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri

perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.

Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja

perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja

perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia

nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga

menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya

remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon

testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan

perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik,

peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali

mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan

E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.

Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu,

mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja

yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan

terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja

dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah

dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang

terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang

10
mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin

untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.

Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia

gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang

mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya.

1.7 Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan

masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:

a. Program Edukasi Gizi

Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,

khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah

pertumbuhan pada masa balita.

b. Program Suplementasi Gizi

Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa

terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi

makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.

Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan

vitamin A.

c. Program Fortifikasi Bahan Makanan

11
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan

tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat

gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara

bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan

makanan tersebut.

Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh

masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi

pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan

timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan,

absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.

Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada

remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya

pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi

tulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja

adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah

gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi

gizi melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A,

program fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada

tepung.

12
1.2 Saran

Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik

karena pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan

pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya

pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan merusak

kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara komprehensif dan akan

menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rentinasmawati. 2016. Gizi Seimbang pada Remaja.

https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/06/12/gizi-seimbang-pada-remaja/

Mutmainah, Muti. 2016. Makalah Gizi Remaja.

http://lingkupanilmu.blogspot.com/2016/09/makalah-gizi-remaja.html

14

Anda mungkin juga menyukai