Anda di halaman 1dari 3

Antioksidan

Sistem pertahanan tubuh manusia dapat dibentuk dari zat-zat gizi, enzimenzim dan komponen
non gizi lainnya yang dikenal sebagai antioksidan. Secara umum, antioksidan adalah senyawa
yang dalam konsentrasi kecil yang dapat mencegah atau menghambat reaksi oksidasi radikal
bebas (Hasan 2016). Pengertian antioksidan secara biologis adalah senyawa yang mampu
menangkal atau meredam dampak negatif radikal bebes pada tubuh. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat radikal sehingga aktivitas
senyawa radikal tersebut bisa dihambat (Winarsi 2007). Antioksidan dapat mencegah terjadinya
penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak, dan
artritis (Salamah et al. 2008).

Antioksidan berdasarkan sumbernya digolongan menjadi dua, yaitu antioksidan sintetik dan
antioksidan alami. Antioksidan sintetik diperoleh dari sintesa reaksi kimia, sedangkan
antioksidan alami berasal dari senyawa antioksidan dalam makanan dari tanaman dan hewan
(Pokorny et al. 2008). Senyawa antioksidan alami yang umumnya terdapat pada makanan yaitu
fenol, polifenol, flavanoid (flavanol, isoflavon, katekin), karatenoid, α tokoferol dan asam
organik polifungsi (Pratt dan Hudson 1990).

Aktivitas antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui efek antioksidan
dalam mengontrol proses oksidasi. Setiap metode memiliki mekanisme yang berbeda, sesuai
dengan kandungan senyawa antioksidannya. Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan,
yaitu seperti metode 2,2-difenil-1-pikrihidrasil (DPPH), 2,2’-azinobis (3-etilbenzotiazoline-6
sulfonic acid/ABTS), Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), dan Cuprac Reducing
Antioxidant Capacity (CUPRAC) (Abdullah 2011).

Bunga Krisan
Krisan merupakan tanaman hias berupa perdu. Sebutan lain dari bunga ini adalah seruni
atau bunga emas. Bunga krisan memiliki berbagai macam spesies dan berasal dari dataran Cina
dengan nama latin Chrysanthemum indicum (kuning) dan Chrysanthemum morifollum (ungu dan
merah muda). Tanaman krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Pengembangan tanaman
bunga krisan secara komersil di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1940. Tanaman bunga
krisan dimanfaatan sebagai bunga potong sehingga bunga krisan mulai dibudidayakan dan
dikembangakan. Bunga krisan merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki
bentuk dan warnya yang bagus. Bunga krisan memiliki ragam dalam bentuk, warna dn ukuran.
Keragaman bunga krisan ini banyak dimanfaatkan untuk hiasan rumah atau rangkaian bunga
yang banyak digunakan pada acara-acara.

Bunga Krisan (Chrysanthemum) merupakan jenis bunga hias yang memiliki banyak ragam
dan varitas. Bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak dibudidayakan di Indonesia
terutama pada daerah-daerah dataran tinggi. Daerah-daerah sentra penghasil buga krisan di
Indonesia antara lain adalah Bandungan, Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang, dan Brastagi.
Varietas bunga krisan yang ditanam di Indonesia adalah jenis krisan hibrida yang berasal dari
Eropa dan Jepang. Klasifikasi bunga Krisan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat
(Nuryanto, 2007)
Budidaya bunga krisan dimulai dengan proses pengolahan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharahaan tanaman, pemanenan, kemudian diakhiri dengan proses pasca panen sebelum
akhirnya bunga dipasarkan.

Penanganan Pascapanen Bunga Krisan

Bunga potong merupakan salah satu produk pertanian yang sangat mudah rusak. Bunga
krisan merupakan salah satu jenis bunga potong. Sifat sangat mudah rusak pada bunga potong
mengakibatkan kerugian pascapanen yang cukup tinggi. 2014. Permasalahan yang terjadi dalam
perdagangan bunga potong adalah persediaan bunga potong yang terlalu banyak yang
mengakibatkan harga jual bunga potong yang realtif rendah. Penanganan pascapanen bunga
potong yang tepat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas penyimpanan bunga
potong. Penanganan pascapanen yang tepat dapat menunjang proses pengiriman ekspor bunga
potong.
Penanganan pascapa panen bunga potong pada umunya adalah pra-panen, pemanenan,
sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin. Bunga krisan akan disemprotkan dengan
larutan kimia pada kegiatan pra-panen. Penyemprotan pada pra-panen dilakukan untuk menjaga
kesegaran bunga. Bunga yang sudah disemprot kemudian dilakukan proses pemanenan. Umur
panen dari bunga krisan akan mempengaruhi kualitas dari bunga potong tersebut. Sortasi dan
grading bunga krisan dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria yaitu panjang batang,
penampilan bunga, jumlah bunga, bentuk bunga, warna, dan kesegaran bunga. Bunga krisan
yang sudah disortasi selanjutkan akan dikemas. Kualitas bunga potong dipengaruhi pada
penampilan dan kesegaran bunga setelah panen. Bunga yang memiliki kualitas baik memiliki
nilai jual yang baik (Lintang et.al 2020). Pengemasan dilakukan dengan menyimpan bunga
potong didalam kertas. Penyimpanan dilakukan setelah dilakukan pengemasan. Penyimpanan
bunga potong dilakukan dengan metode penyimpanan dingin dengan suhu 0-3 C.

post-harvest handling of cut flowers varies depending on the type of flower, producer, production
area, and marketing strategy. In general, the steps for handling are: harvesting, sorting, packing,
binding, packing, precondition, storage, transportation, and marketing.

The quality of cut flowers depends on the appearance and durability of freshness. Flowers with
prime quality have a higher sale value compared to low-quality cut flowers. To maintain the quality
of prime cut flowers still need to be implemented several treatments, especially when the flowers
are ready to harvest to the consumers. This treatment harvests and post-harvest includes
harvesting, storage, transportation, to display in flower shops (Widyawan dan Prahastuti, 1994).
Lintang M, Tandi O, Layuk P. 2020. Implementation of Chrysanthemum Post-Harvest
Technology in Tomohon City to Extend Storage Time. Agrotech Journal. 5(1): 27-40.

Cut flowers, in general, are highly perishable and chrysanthemums are no exception to it.
The high perishability of flowers render them vulnerable to considerable postharvest
losses (Bhattacharjee, 1999). In view of market strategy for cut flowers in the country,
there are problems of frequent market gluts and price crash. Hence, there is an urgent need
to evolve an appropriate packaging and storage technique for cut flowers during periods of
decline and also to facilitate long term sea-shipment for export.

Postharvest handling involving packaging is imperative to maintain flower freshness and


original colour of flower for a longer period which is chiefly governed by internal
mechanism that includes balance between water uptake and water loss, stem plugging,
respiration rate and production of toxic substances like ethylene and external factors that
include environmental conditions and microbial attack on the cut ends. The vase life of
cut flowers is influenced by variety of factors like climate, variety, harvesting time,
postharvest handling etc. (Bhattacharjee, 1999). A wide range of floral preservatives in the
form of germicides, ethylene antagonistics and source of energy (sucrose) are in use to
preserve flower quality and extending Postharvest longevity of cut flowers. Postharvest
management and value addition can increase prices of cut flowers up to 9-10 times. A
variety of preservatives and temperature treatments have been advocated for extending the
vase life of cut flowers of different varieties. However, such information on crop varieties
growing under Tarai conditions is scanty. Therefore, the present investigation was undertaken to
study the influence of chemicals, wrapping material and storage conditions on postharvest life of
chrysanthemum under ‘Tarai’ conditions.

- Sharman G dan Srivastava R. 2014. Postharvest life of cut chrysanthemum cultivar in


relation to chemicals, wrapping material and storage condition. Tropical Agricultural
Research. 26(1): 195-201.

Anda mungkin juga menyukai