Anda di halaman 1dari 8

Penanya : “Selamat siang ibu, perkenalkan saya Anton, Owen, Vendi, dan Rimba.

Narasumber : “Saya Yuni.”

Penanya : “Nama lengkapnya bu ?”

Narasumber : “Yuni Nur Hidayati.”

Penanya : “Umur berapa ibu ?”

Narasumber : “Saya 31”

Penanya : “Pendidikan terakir ?”

Narasumber : “S1 Akuntansi”

Penanya : “Jabatan di sini bu ?”

Narasumber : “Accounting Officer.”

Penanya : “Disini kurang lebih sudah kerja berapa tahun ibu ?”

Narasumber : “2014 mau lima tahun ya.”

Penanya : “Kalau Dagadu ini masuk dalam jenis perdagangan atau ?”

Narasumber : “Disini perdagangan kalau konsep pembukuannya sih semi manufaktur ya”

Penanya : “Kalau boleh tahu untuk divisi keuangan karyawannya berjumlah berapa
bu ?”

Narasumber : “Kalau disini itu digabung Finance dan juga IT, total ada 7 karyawan.”

Penanya : “Bisa diceritakan bu untuk sejarah singkat Dagadu ?”

Narasumber : “Sejarah singkatnya, sebenarnya usaha ini dibentuk sama mahasiswa UGM
Mahasiswa UGM jurusan arsitek ya dulu dapat tugas dari dosennya saya lupa
namanya. Dulu waktu mall malioboro buka dikasih space nih saya punya
lahan segini di mall, kalian mau bikin apa jadi 23 mahasiswa tadi berpikir
karena mereka arsitek seneng gambar lalu tercetuslah kaos. Jadi pemegang
saham disini ada 23 orang dari dulu sampai sekarang masih tetep mereka.
Terus berkembang, keluar bajakannya juga. Konsep nya sih masih sama dari
dulu main kata, plesetan, masih sama. Sampai sekarang akhirnya untuk prinsip
Dagadu sendiri adalah oleh-oleh khas Jogja. Kita gak jual di luar Jogja karena
kalau jual di luar Jogja udah nggak khas lagi.

Jadi kita ini ada system brand dimana ada brand lain selain Dagadu yang bisa
ada di luar Jogja. Ada Hipik itu singkatan dari hiruk pikuk, ada lagi DGD,
kalau DGD itu premium brand nya Dagadu. Jadi konsep nya DGD itu back to
nature jadi apasih yang mau diangkat dari Indonesia. Jadi brand diluar itu
diharapkan bisa keluar dari Jogja.” Itu sudah cukup singkat ya

Penanya : “hahaha”

Penanya : “Untuk pecatatan keuangan perusahaan apakah dilakukan secara rutin bu ?”

Narasumber : “Iya harian karena kita itu sistemnya cash bassis dimana ada kejadian disitu
ada pencatatan.”

Penanya : “Kalau untuk metode pencatatan apakah sudah komputerisasi ?”

Narasumber : “Komputerisasi tapi belum pakai program sendiri. Kalau kita masih pakai
Excel biasa, baru mengembangkan siste kedepannya. Jadi kita manual tapi
sudah komputerisasi.”

Penanya : “Untuk proses auditing apakah memakai jasa auditor eksternal ?”

Narasumber : “Enggak pakai, kita internal aja.”

Penanya : ”Menurut ibu, arti penting auditing bagi perusahaan ini apa bu ?”

Narasumber : “Arti penting ya untuk kontrol laporan keuangan kan dari fungsi laporan
keuangan itu bisa diliatin sejauh mana perkembangan perusahaan. Bisa juga
untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Kan dari laporan keuangan bisa
untuk mengambil keputusan juga.”

Penanya : “Untuk permasalahan yang sering terjadi dalam proses auditing di


perusahaan ini ada tidak ya bu ?

Narasumber : “Ooo ya ada terutama di bidang produksi, kan kita ini perusahaan yang
memproduksi dari bahan baku menjadi bahan jadi. Proses yang paling riskan
ini ya di bidang produksi ini, karena penentu dia tercapai target atau enggak
itu kan dari produksinya. Kain itu kan lebar, nah kalau proses pemotongannya
nggak bener jadinya kan sisa kain percanya tidka bisa dipakai, kalau tidak
efisien ini akan kebuang.”

Jadi, disini setiap divisi punya tanggung jawab masing-masing, tapi untuk
yang paling sering bermasalah itu di bidang produksi.

Penanya : “Kalau di Dagadu ini ada standar operasional atau prosedur khusus dalam
proses pengaduitan tidak bu ?”

Narasumber : “Kalau untuk SOP tentang audit sendiri nggak ada ya, kalau disini audit itu
nggak ada divisinya sendiri. Jadi masing-masing divisi itu ditugaskan saling
kroscek aja. Jadi saling mengkoreksi itu kalau di kita sudah bisa dibilang audit
ya.”

Penanya : “Biasanya dalam kurun waktu berapa hari bu melakukan proses auditing ?”

Narasumber : “Yaaa setiap hari, kan setiap hari ada transaksi ada penjualan. Sesuai nggak
dengan yang ada di system dengan laporan yang kami terima.”

Penanya : “Jika ditemukan ketidak wajaran dalam laporan keuangan, apakah auditor
boleh mendiskusikan daftar ketidak wajaran tersebut dengan orang lain ?”

Narasumber : “Oo ya pasti, kita harus menelusur mana ini yang salah, misalnya ternyata
banyak barang yang reject na reject ini kan masuknya ke HPP. Jadi untuk
barang reject ini kita tampung lalu kita jual lagi, tapi masih dalam standar
kualitas dari kami.”

Penanya : “Ada batasan nggak sih bu untuk auditor disini ?”

Narasumber : “Kalau disini sih nggak yak karena kita kan gak ada divisi khusus.”

Penanya : “Lalu untuk Dagadu ada komite audit nggak bu ?”

Narasumber : “Nggak ada ya, kalau perusahaan besar kaya BUMN gitu ya ada.”

Penanya : “Kalau boleh tau, bagaimana system pengendalian Dagadu ini pada system
pengaduitan ini ?”

Narasumber : “Kalau system pengendalian nggak ada ya, paling cuma berdasarkan hasil
evaluasi itu tadi.”

Penanya : “Apa komitmen perusahaan terhadap integritas karyawan di sini ya bu ?”


Narasumber : “Ada cuman 1, tidak mencuri sudah cukup.”

Penanya : “Misalkan ada penyimpangan laporan keuangan apa tindakan perusahaan ?”

Narasumber : “Sanksi paling fatal ya PHK, kalau SOP ya ada SP 1,2.”

Penanya : “Apa tanggung jawab manajemen terhadap pengendalian internal perusahaan


?”

Narasumber : “Nggak ada, ya tadi evaluasi sejauh mana kita bisa memperbaiki yang
kemarin kurang efisien itu karena apa.”

Penanya : “Lalu yang terakhir bu, apakah disini pernah terjadi kecurangan dalam proses
pengauditan ?”

Narasumber : “Katanya sih dulu pernah, tapi di zaman saya kok nggak ada.”

Penanya : “Baik bu terimakasih atas waktu luangnya.”

Narasumber : “Iya sama-sama”


Senin, 18 Maret 2019

Jl. IKIP PGRI I Sonosewu Jl. Sonopakis Kidul No.50, Sonosewu, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55184

Aseli Dagadu Djokdja.

Kami kelompok 3 memulai observasi bertemu dengan ibu Yuni. Kantor Aseli Dagadu
Djokdja, yang berada di Jl. IKIP PGRI terdapat 2 lantai. Dimana pada lantai 1 terdapat
beberapa ruang seperti ruang rapat, ruang tempat penjualan produk “reject” dari mereka,
terdapat pos pengamanan di depan kantor dimana setiap orang yang berasal dari luar
diharapakan untuk melapor pada pos tersebut.

Pada bagian belakang terdapat ruang produksi kaos DAGADU dimana mereka
memproduksi kaos mereka sendiri mulai dari proses menjahit hingga proses penyablonan.
Lantai 2 terdapat ruangan dari berbagai macam divisi : Finance & TI, team kreatif, dll. Kami
tertuju pada bagian Finance dan IT, selayaknya kantor pada umumnya mereka melakukan
proses pencatatan transaksi. Tidak ada bagian / divisi Audit tersendiri di kantor Dagadu
tersebut.
BAB 3

Dari wawancara yang kami lakukan dengan narasumber, kami mengetahui beberapa hal dari
pedoman yang kami buat. Pencatatan yang dilakukan perusahaan Dagadu dilakukan harian
secara rutin. Karena yang menggunakan sistem cash basis, dimana jika ada suatu kejadian
disitu terdapat pencatatan. Untuk metode pencatatannya dilakukan secara komputerisasi yaitu
dengan Microsoft excel dikarenakan belum mempunyai program tersendiri dan perusahaan
masih mengembangkan kedepannya. Dari perusahaan Dagadu sendiri tidak menggunakan
jasa auditor eksternal tetapi dilakukan secara internal melalui divisi finance & IT. Perusahaan
juga tidak memiliki auditor internal, maka dari itu perusahaan hanya melakukan pemeriksaan
laporan keuangan hanya dari divisi finance & IT. Menurut Bu Yuni selaku Accounting
Officer, arti penting auditing bagi perusahaan yaitu untuk kontrol laporan keungan
perusahaan dan digunakan sebagai tolak ukur/ sejauh mana perkembangan perusahaan, bisa
juga untuk menilai kewajaran laporan keuangan dan untuk pengambilan keputusan.

Untuk permasalahan dalam proses auditing, terjadi dibidang produksi karena sebagai penentu
tercapainya target atau tidak dari produksinya itu. Jadi dikantor Dagadu, divisi mempunyai
tanggung jawab masing – masing tetapi yang paling sering bermasalah yaitu dibidang
produksi. Di perusahaan Dagadu, SOP tentang audit belum ada, untuk pengauditan sendiri
tidak ada divisi khusus melainkan sesama divisi melakukan cross check setiap harinya
dengan dibantu oleh divisi finance & IT. Kelebihan dalam melakukan cross check setiap hari,
jadinya perusahaan dapat mengurangi atau meminimalisir terjadinya kesalahan yang dapat
merugikan proses produksi maupun proses penjualannya. Sebagai contoh, banyak barang
yang direject, jadi semua barang reject ini ditampung lalu dijual kembali tetapi masih dalam
standar kualitas perusahaan. Di perusahaan Dagadu tidak ada batasan untuk auditor karena
tidak ada divisi khusus yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Untuk sistem
pengendalian di perusahaan ini tidak ada, tetapi hanya berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh setiap divisi. Peraturan yang diterapkan oleh perusahaan Dagadu hanya satu
yaitu, “Tidak Boleh Mencuri” dikarenakan perusahaan Dagadu membebaskan karyawannya
dalam berpakaian dan tata tutur selama itu sopan.

Jika terdapat penyimpangan dalam laporan keuangan, tindakan perusahaan yang paling fatal
adalah memberikan sanksi PHK tetapi sebelum itu perusahaan memberikan Surat Peringatan.
Tanggung jawab manajemen terhadap pengendalian internal, sejauh ini belum ada karena
dilakukan evaluasi untuk memperbaiki kesalahan yang sebelumnya terjadi. Lalu yang
terakhir, di perusahaan Dagadu dulu sudah pernah terjadi tindak kecuarangan dalam proses
pengauditan tetapi sekarang kecurangan itu sudah tidak pernah terjadi lagi.
BAB 4

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Dari hasil wawancara dan observasi kami, Dagadu tidak memiliki auditor tetap. Untuk proses
auditing di bidang keuangannya, hanya dilakukan oleh divisi Finance & IT. Setiap divisi juga
melakukan cross check untuk membantu proses pemeriksaannya. Dalam menentukan
seberapa besar penjualannya, proses produksi menjadi hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan oleh perusahaan.

Saran

Saran bagi pembaca : Penulis berharap dengan membaca laporan hasil wawancara kami,
pembaca dapat mengetahui proses auditing di PT. Aseli Dagadu Djokdja.

Saran bagi perusahaan : Penulis berharap perusahaan dapat memilikki auditor internal
tersendiri. Agar antar divisi tidak menyalahi jobdesk mereka masing-masig. Hal itu juga
dapat berpengaruh bagi kinerja divisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai