Anda di halaman 1dari 9

OPERASI – OPERASI DAN

DASAR HIMPUNAN
A. Operasi Dasar Himpunan
Ada beberapa operasi himpunan yang perlu diketahui , yaitu : irisan, gabungan,
komplemen, selisih dan selisih simetris.
1. Irisan (Intersection)
Defenisi 2.1 : irisan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota himpunan A dan himpunan B, dinotasikan dengan tanda A∩ B.
Dengan notasi pembentuk himpunan defenisi ini dapat dituliskan sebagai berikut :
A∩ B ¿ { x|x ϵ A dan x ϵ B}
Pada diagram venn di bawah ini, A∩ B merupakan daerah yang diarsir :

Contoh :
1. Misalkan A = {2,3,5,7,11} dan B = {3,6,9,12}, maka A∩ B = {3}
2. Misalkan A adalah himpunan siswa kelas 1 SD dan himpunan siswa kelas 3 SD, maka A∩
B=∅
Defenisi 2.2 : Himpunan A dan B dikatakan saling lepas atau saling asing jika tidak ada
anggota A yang merupakan anggota B dan tidak ada anggota B yang merupakan
anggota
Contoh :
Misalkan A himpunan pria, dan B = himpunan wanita, maka A∩ B = ∅
Teorema 2.1 : Himpunan A dan B dikatakan saling lepas atau saling asing jika dan hanya jika
A∩ B = ∅
Bukti :
Untuk membuktikan teorema tersebut harus ditunjukkan :
a) Himpunan A dan B saling asing →A∩ B = ∅
b) A∩ B = ∅ → Himpunan A dan B saling asing
Misal A dan B sebarang himpunan :
a) Akan ditunjukkan : Himpunan A dan B saling asing →A∩ B = ∅
Andaikan A∩ B = ∅ → ada x hingga sedemikian x ϵ A∩ B
→ x ϵ A dan x ϵ B
→ ada anggota A yang merupakan anggota B
→ himpunan A dan B tidak saling asing
Pernyataan ini kontradiksi dengan yang pernyataan sebelumnya, yaitu “himpunan A dan
B saling asing”. Maka dapat dikatakan bahwa pengandaian salah, sehingga disimpulkan :
Himpunan A dan B saling asing →A∩ B = ∅
b) Akan ditunjukan A∩ B = ∅ → Himpunan A dan B saling asing
Andaikan himpunan A dan B tidak saling asing
→ ada anggota A yang merupakan anggota B
→ ada x sedemikian hingga x ϵ A dan x ϵ B
→ x ϵ A∩ B
→ A∩ B ≠ ∅

Pernyataan ini kontradiksi dengan yang pernyataan sebelumnya, yaitu “A∩ B = ∅”.
Maka dapat dikatakan bahwa pengandaian salah, sehingga disimpulkan : A∩ B = ∅ →
himpunan A dan B saling asing.
Berdasar a) dan b) disimpulkan himpunan A dan B saling asing jika dan hanya jika
A∩ B = ∅
Teorema 2.2 : jika A ⊂ B maka A ∩B= A
Bukti :
Diketahui A ⊂ B berarti x ϵ A →x ϵ B
Akan ditunjukkan A ∩ B= A
Ini berarti menunjukkan dua hal, yaitu : A ∩ B⊂ Adan A ⊂ A ∩B
a) A ∩ B⊂ A
x ϵ A ⊂ B → x ϵ A dan x ϵ B
→xϵ A
Maka disimpulkan A ∩ B⊂ A
b) A ⊂ A ∩B
Andaikan A ⊄ A ∩B
→ ∃ x ϵ A sehingga x ∉ A ∩ B
→ ∃ x ϵ A sehingga x ∉ A atau x ∉ B
(dalam hal ii karena x ∉ A tidak mungkin maka dapat ditulis)
→ ∃ x ϵ A sehingga x ∉ B
→ A ⊄B
Ini kontradiksi dengan yang diktahui bahwa A ⊂B. Dengan demikian pengandaian
salah, sehingga dapat disimpulkan A ⊂ A ∩B
Berdasarkan a) dan b) disimpulkan A ⊂ B → A ∩B= A
2. gabungan (union)
Defenisi 2.3 : Gabungan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota himpunan A atau himpunan B, dinotasikan dengan tanda A ∪ B .
Dengan notasi pembentuk himpunan defenisi ini dapat dituliskan sebagai berikut :
A ∪ B={x ∨x ϵ A atau x ϵ B}
Pada diagram venn dibawah ini, A ∪ B merupakan daerah yang diarsir :

Contoh :
1. Misalkan A = {2,3,5,7,11} dan B = {3,6,9,12}, maka A ∪ B = {2,3,5,6,7,9,11,12}
2. Misalkan A adalah himpunan anak perempuan di kelas 1 SD dan B adalah himpunan laki
– laki kelas 1 SD, maka A ∪B = himpunan seluruh anak di kelas 1 SD.
Teorema 2.3 : n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )−n( A ∩B)
Bukti :
Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu a) A ∩ B=∅ ; dan b) A ∩ B≠ ∅
a) Untuk A ∩ B=∅
Jika A ∩ B=∅ maka A dan B saling lepas. Perhatikan gambar di bawah ini, A ∪B di
tunjukkan oleh daerah yang diarsir.
dengan demikian jelas bahwa :
n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )
n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )−0
n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )−n( A ∩B) → Terbukti
b) untuk A ∩ B≠ ∅
jika A ∩ B≠ ∅ maka A dan B saling lepas. Perhatikan gambar dibawah ini, A ∪B
ditunjukkan oleh daerah yang diarsir.

dalam hal ini A ∪ B dibagi menjadi tiga daerah. Misal n(I) = p, n(II) = q dan n(III) = r.
Dengan demikiaan bahwa:
n ( A ∪ B )= p+q+ r
n ( A ∪ B )= p+q+ r +(q−q)
n ( A ∪ B )=( p+ q)+(r + q)−q
n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )−n( A ∩B) → Terbukti
Berdasarkan a) dan b) disimpulkan bahwa berlaku :
n ( A ∪ B )=n ( A ) +n ( B )−n( A ∩B)
Teorema 2.4 : jika A ⊂ B maka A ∪ B=B
Bukti :
Diketahui A ⊂ B berarti x ϵ A → x ϵ B
Akan ditunjukkan A ∪ B=B
Ini berarti menunjukkan dua hal, yaitu : A ∪ B ⊂ A dan A ⊂ A ∪B
a) A ∪ B ⊂ B
x ϵ A ∪ B → x ϵ A atau x ϵ B
(karena A ⊂B berarti x ϵ A → x ϵ B
→ x ϵ A atau x ϵ B
→xϵ B
maka disimpulkan A ∪ B ⊂ B
b) B⊂ A ∪ B
Andaikan B⊄ A ∪ B
→ ∃ x ϵ B sehingga x ∉ A ∪ B
→ ∃ x ϵ B sehingga x ∉ A dan x ∉ B
Pernyataan ini adalah kontradiksi (x ϵ B dan x ∉ B), dengan demikian pengandaian
salah, sehingga dapat disimpulkan B⊂ A ∪ B
Berdasarkan a) dan b) disimpulkan A ⊂ B → A ∪ B=B

3. Komplemen (complement)
Defenisi 2.4 : komplemen himpunan A adalah himpunan yang anggotanya semua anggota
himpunan semesta yang bukan anggota himpunan A, dinotasikan dengan A
Dengan notasi pembentuk himpunan defenisi ini dapat dituliskan sebagai berikut
A = {x|x ϵ S dan x ∉ A}
Pada diagram venn di bawah ini, A` merupakan daerah yang diarsir :

Contoh :
1. Misalkan S = { 1,2,3, ...,9}
Jika A = {1,3,7,9}, maka A` = {2,4,5,6,8}
Jika B = { x ϵ S | x bilangan prima }, maka B` = {1,4,6,8,9}
2. S = himpunan siswa SD Negeri 1 desa suka maju
A = himpunan siswa yang tinggal di lingkungan sekolah
B = himpunan siswa kelas 5
C = himpunan siswa yang ikut les tambahan disekolah
Pernyataan : “ semua siswa kelas 5 yang tidak tinggal di lingkunga sekolah atau yang ikut
les tambahan”, dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut :
( B∩ A ) ∪C .

4. Selisih (difference)
Defenisi 2.5 : Selisih himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua anggota
himpunan A yang bukan anggota himpunan B dinotasikan dengan tanda A – B
Dengan notasi pembentuk himpunan defenisi ini dapat dituliskan sebagai berikut :
A−B={ x|xϵ A dan x ∉ B} = A ∩ B
Pada diagram venn dibawah ini, A – B merupakan daerah yang diarsir :

Contoh :
Jika A = { 1,2,3,...,10 } dan B = { 2,3,5,7,11,12 }, maka
A – B = { 1,4,6,8,9} dan
B – A = {11,12}
5. Selisih Simetris (Symmetric Difference)
Defenisi 2.6 : Selisih simetris himpunan Adan B adalah himpunan yang anggotanya semua
anggota himpunana A atau B yang bukan anggota persekutuan keduanya,
dinotasikan dengan tanda A ⊕B.
Dengan notasi pembentuk himpunan defenisi ini dapat dituliskan sebagai berikut :
A ⊕ B= { x| x ϵ A ∪ B dan x ∉ A ∩ B }
Atau dapat ditulis :
A ⊕ B=( A ∪B )−( A ∩ B)
Pada diagram venn di bawah ini, A ⊕ B merupakan daerah yang diarsir :

Contoh :
Jika A = {2,3,5,7} dan B = {1,2,3,4,5},
Maka A ⊕ B = {1,4,7}
B. SIFAT – SIFAT OPERASI HIMPUNAN
Sifat – sifat yang berlaku untuk operasi himpunan disebutkan dibawah ini. Beberapa
sifat dibuktikan, sementara pembuktian sifat yang lain diserahkan kepada pembaca sebagai
latihan.
1. Sifat identitas :
 A ∩ S= A
Bukti : (perhatikan teorema 5)
 A ∩⊘=A
Bukti : (perhatikan teorema 6)

2. Sifat null/dominasi :
 A ∩⊘=⊘
Bukti : (perhatikan teorema 5)
 A ∩ S=S
Bukti : (perhatikan teorema 6)

3. Sifat komplemen :
 A ∪ A =S
 A ∪ A =⊘
Bukti :
Andaikan A ∩ A ≠ ⊘
→∃x∈ A∩ A
→ ∃ x ∈ A dan x ∈ A
Pernyataan ini adalah kontradiksi, dengan demikian pengandaian salah, sehingga dapat
disimpulkan A ∩ A =⊘

4. Sifat indempoten :
 A ∪ A= A
 A ∩ A=A

5. Sifat involusi :
(A`)` = A

6. Sifat penyerapan (absorpsi)


 A ∪ ( A ∩B )= A
Bukti :
x ∈ A ∩B → x ∈ A dan x ∈ B
→ x∈ A
Dengan demikian A ∩ B⊂ A
Berdasarkan teorema 6 dapat disimpulkan A ∪ ( A ∩B )= A

7. Sifat komutatif :
 A ∪ B=B ∪ A
 A ∩ B=B ∩ A
 A ⊕ B=B ⊕ A

8. Sifat asosiatif :
 A ∪ ( B ∪C )=(A ∪ B)∪ C
 A ∩ ( B∩ C )=( A ∩ B)∩C
 A ⊕ ( B ⊕C )=(A ⊕ B)⊕ C

9. Sifat distributif
 A ∩ ( B∪C )=(A ∩B)∪( A ∩C )
Bukti :

a) akan ditunjukkan ( A ∩ B ) ∪( A ∩C)⊂ A ∩(B∪C )


B⊂ B ∪ C → A ∩ B ⊂ A ∩ ( B∪ C )..............................*
C ⊂ B ∪C → A ∩C ⊂ A ∩ ( B ∪C ) ..............................**
Dari *) dan **) dapat ditulis
( A ∩ B ) ∪ ( A ∩C ) ⊂ [ A ∩ ( B ∪C ) ] ∪ [ A ∩ ( B ∪ C ) ] → ( A ∩ B ) ∪¿

b) akan ditunjukkan A ∩ ( B∪C ) ⊂ ( A ∩ B ) ∪ ( A ∩C )


ambil sembarang x ∈ A ∩ ( B ∪C )
→ x ∈ A dan x ∈ ( B ∪ C )
→ x ∈ A dan (x ∈ B atau x ∈C)
→(x ∈ A dan x ∈ B) atau( x ∈ A dan x ∈ C)
→ ( x ∈ A ∩ B ) atau( x ∈ A ∩C )
→ x ∈(A ∩B)∪( A ∩C)
Maka dapat disimpulkan A ∩ ( B∪ C ) ⊂ ( A ∩ B ) ∪ ( A ∩C )
Dari a) dan b) disimpulkan A ∩ ( B∪C ) ⊂ ( A ∩ B ) ∪ ( A ∩C )

10. Sifat de morgan


 ( B∩ A ) =B ∪ A
 ( B∪ A ) =B ∩ A

Anda mungkin juga menyukai