Anda di halaman 1dari 2

Cinta, Kekeluargaan, dalam Bungkus Dunia Sirkus

Judul : Circo de Patrimonio


Penulis : Sylvee Astri
Tanggal : November 2015
Nomor ISBN : 978-602-0806-36-5
Kota : Yogyakarta
Penerbit : de TEENS
Harga : Rp. 56.000,00
Jumlah halaman : 268 halaman

Penulis novel Circo de Patrimonio, Sylvee Astree adalah seorang pecinta novel, komik, film,
dan game. Circo de Patrimonio adalah karya pertama yang ia tulis yang berhasil terbit,
disusul dengan karyanya yang lain yaitu Inikah Rasanya yang terbit tahun 2018.

Circo de Patrimonio menceritakan kisah Stella, seorang gadis pecinta sirkus yang pindah
bersama orang tuanya ke Bilbao, Spanyol, tempat di mana tidak ada sirkus. Ia sudah
berpikiran buruk, merasa bahwa kehidupannya akan jadi membosankan tanpa pertunjukkan
favoritnya itu. Namun seorang pelempar pisau congkak—Frene namanya—membuktikan
bahwa pemikirannya itu salah. Frene adalah anggota Circo de Patrimonio, kelompok sirkus
yang terdiri dari anak-anak yatim piatu di panti asuhan bernama Casa de Patrimonio. Stella
langsung saja tertarik, sehingga menerima uluran tangan Frene untuk bermain sirkus
dengannya sebagai aerialist. Konflik terjadi, mulai dari cedera pemain semasa latihan, hingga
masalah perizinan menjelang pertunjukkan. Tidak hanya sampai di sana, Stella juga
menemukan Frene sebagai pribadi yang sangat keras kepala, yang ternyata membenci orang
tua kandung yang membuangnya saat ia masih bayi. Selain itu ada juga kisah ayah Stella
yang membenci sirkus dan ingin menjauhkan putrinya dari hal-hal berbau sirkus—alasan
mengapa ia sekeluarga memilih pindah ke Bilbao, ia pikir tak ada sirkus di sana. Sebuah
kisah tentang drama keluarga dan percintaan, dibungkus dengan tema sirkus yang menarik.

Novel ini menyajikan cerita yang unik dan menarik, jarang sekali ada novel yang
memasukkan sirkus ke dalamnya. Drama percintaan dalam novel ini secara garis besar mirip
dengan novel remaja pada umumnya, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta segitiga. Namun
bagusnya novel ini adalah ia tidak hanya fokus pada sirkus, atau pada romansa nya. Inti dari
novel ini justru terletak pada kekeluargaan. Tentang anak-anak yatim piatu yang punya
pandangan berbeda terhadap orang tua. Frene yang merasa dibuang sehingga membenci ayah
kandungnya, Luce yang haus akan kasih sayang hingga menerima orang tua yang
mengadopsinya kembali di usia dua puluh dua tahun, Nate yang masa bodoh waktu kecil
ditinggal di museum saat mereka liburan di Spanyol. Juga Stella, si tokoh utama yang teramat
polos dan naif, yang mencoba menyadarkan Frene bahwa orang tua pasti menyayangi
anaknya. Bahwa pasti ada alasan mengapa ayahnya membuang Frene. Stella selalu memiliki
pandangan positif terhadap segala sesuatu.

Mengusung sirkus sebagai pembungkus cerita, penulis melakukan riset terhadap apa yang
hendak ia tulis. Mulai dari setting tempat latihan hingga panggung pertunjukkan, nama-nama
istilah dalam sirkus seperti aerial straps, juggler, dan lain-lain. Detail-detail seperti ini
menambah kesan nyata pada cerita, yang menunjukkan bahwa di luar pertunjukkan, pemain
sirkus mempunyai kehidupannya sendiri seperti manusia pada umumnya. Tidak hanya di
bidang sirkus, penulis juga mendeskripsikan latar yang ia pilih, Bilbao, dengan rinci.
Meskipun kota di Spanyol itu bisa dibilang kurang terkenal, ia bisa menggambarkannya
hingga pembaca seolah melihat Bilbao yang meriah.

Kekurangan dalam novel ini misalnya, gaya bahasanya yang, terkesan kaku dan seperti novel
terjemahan. Mungkin karena latar yang digunakan memang berada di luar negeri, sehingga
tidak ada bahasa gaul yang dimasukkan. Karena itu juga dialog antar tokoh terkesan kurang
mengalir dengan lancar. Misalnya percakapan antara Stella dan Frene saat di kampus.

Secara keseluruhan novel ini sangat baik dan menyenangkan untuk dibaca, alurnya tidak
mainstream, pesan moralnya disampaikan dengan jelas dan mengena, karakter mempunyai
kekurangannya masing-masing yang membuat mereka manusiawi. Hanya saja, novel ini tidak
memberi saya efek yang panjang, dalam artian, saya mudah lupa dengan sebagian adegan
usai membaca, juga tidak menemukan keinginan untuk membacanya berulang-ulang. Novel
ini tidak membosankan, namun tidak juga memberi efek nagih.

Anda mungkin juga menyukai