Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA SLOGAN KAMPANYE

CALON BUPATI KABUPATEN PONOROGO


Muhammad Farid Hakim
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
muhammadfarid.2018@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa makna semiotika slogan
kampanye pemilihan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Ponorogo. Analisis
semiotika pada penelitian ini menggunakan teori Barthes tentang denotasi,
konotasi, dan mitos/mitologi. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2
slogan milik Calon Wakil Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo
tahun 2020, sedangkan unit analisisnya adalah makna yang terkandung dalam
slogan tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dan data
kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh
diuraikan secara jelas dan rinci.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa slogan pada paslon nomor urut 01
menggunakan kalimat yang bermakna harapan dan optimisme. Harapan yang
dimaksud tercermin pada kata “jalan terang”, dan optimisme yang tercermin pada
kata “menuju Ponorogo hebat.” Di sisi lain, slogan dari paslon nomor urut 02
menggunakan kalimat yang bermakna rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab
yang dimaksud tercermin pada kesadaran paslon tersebut bahwa masih ada
“amanah” yang masih “tertunda” dan berkeinginan untuk “menuntaskan”
tanggung jawab tersebut.
Kata Kunci: Analisis; Semiotika; Slogan; Kampanye; Bupati
Abstract
This study aims to analyze the semiotic meaning of the campaign slogan
for the election of Regent and Deputy Regent of Ponorogo. The semiotic analysis
in this study uses Barthes's theory of denotation, connotation, and myth /
mythology. The objects used in this study are 2 slogans belonging to the Vice
Regent Candidate and the Vice Regent Candidate for Ponorogo Regency in 2020,
while the unit of analysis is the meaning contained in the slogan. This research
uses qualitative data and quantitative data. Sources of data in this study are
primary data and secondary data. The data analysis technique is done by
collecting data and then analyzing it descriptively qualitatively, namely the data
obtained is described clearly and in detail.
The results of this study indicate that the slogan of candidate pair number
01 uses a sentence which means hope and optimism. The intended hope is
reflected in the word "bright path", and optimism that is reflected in the word
"towards the great Ponorogo." On the other hand, the slogan of candidate pair 02
uses a sentence which means a sense of responsibility. The sense of responsibility
in question is reflected in the candidate's awareness that there is still a
“mandate” that is still “pending” and wishes to “complete” that responsibility.
Keywords: Analysis; Semiotics; Slogan; Campaign; Regent
PENDAHULUAN
Ditengah pandemi covid-19 yang masih belum teratasi, kontestasi politik
semakin panas dengan tetap dilaksanakannya Pilkada serentak tahun 2020.
Berdasarkan data KPU tahun 2020 terdapat 270 daerah yang mengadakan
pemilihan calon bupati dan calon wakil bupati. Masa kampanye yang dijadwalkan
mulai tanggal 26 September hingga 5 Desember dimanfaatkan oleh masing-
masing pasangan calon untuk menyosialisasikan visi dan misi kepada masyarakat
pemilih.
Masa kampanye sangat penting dalam proses pemilu. Pada masa ini, para
pemegang hak pilih akan menentukan pilihannya masing-masing. Selain itu, para
pasangan calon (paslon) akan berusaha mengungkapkan visi dan misinya pada
lima tahun masa jabatannya ke depan. Oleh karena itu, ketersampaian pesan
kampanye menjadi sangat penting. Pesan kampanye akan tersampaikan kepada
pemilih jika menggunakan cara yang tepat.
Selama ini cara yang populer digunakan partai politik adalah dengan
mengadakan acara masal, seperti konser, jalan sehat, dan acara-acara publik
lainnya. Dalam acara masal seperti itu, para pasangan calon dapat menyampaikan
visi dan misinya dengan leluasa. Penyampaian pesan-pesan kampanye juga dapat
diterima dengan lebih mudah karena pada acara-acara tersebut antusias
masyarakat akan sangat tinggi.
Akan tetapi, di masa pandemi covid-19 seperti saat ini, pengadaan acara
yang menimbulkan kerumunan masa dilarang keras oleh pemerintah maupun
Bawaslu. Adanya kerumunan masa dilarang karena dikhawatirkan akan
menimbulkan klaster penyebaran covid-19 di masa pilkada serentak. Dilarangnya
cara kampanye dengan membuat kerumunan masa menjadikan cara kampanye
melalui penyebaran brosur, pemasangan baliho, dan pengiriman pamflet via
daring menjadi satu-satunya cara yang aman dari potensi kerumunan masa dan
dipandang efektif.
Meskipun demikian, cara ini masih memiliki kekurangan dan batasan-
batasan tertentu dalam menyampaikan pesan-pesan kampanye. Misalnya,
keterbatasan jumlah kalimat yang bisa dicantumkan. Alasan keterbacaan menjadi
penyebab dibatasinya jumlah kalimat. Pemasangan baliho akan percuma jika
tulisan atau pesannya tidak dapat diterima oleh pembaca. Oleh karena itu,
diperlukan pemadatan pesan-pesan kampanye tersebut menjadi sebuah slogan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), slogan memiliki arti
perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk
menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dan
sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut, setiap pasangan calon dapat
membuat slogan yang dianggap mampu mewakili visi dan misi mereka. Salah satu
bentuk slogan adalah “Jalan Terang Menuju Ponorogo Hebat”. Slogan tersebut
merupakan milik dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo nomor
urut satu, H. Sugiri Sancoko dan Hj. Lisdyarita, S. H.
Meskipun dianggap sebagai bentuk pemadatan visi, misi, dan pesan
kampanye, nyatanya banyak slogan yang masih sulit dipahami. Pada akhirnya
maksud dari slogan tersebut hanya pembuatnya yang memahami. Seperti pada
slogan “Menjaga Amanah Menuntaskan Yang Tertunda” yang dimiliki oleh
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo nomor urut dua, H. Ipong
Muchlissoni dan Bambang Tri Wahono. Slogan-slogan yang merupakan
pemadatan visi dan misi kedua pasangan calon tersebut, pada akhirnya memang
sulit dipahami maknanya.
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa makna semiotika
slogan kampanye pemilihan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Ponorogo.
Teori yang digunakan adalah teori semiotika Roland Barthes yang berkaitan
dengan denotasi, konotasi, dan mitos. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
dalam pengembangan Ilmu Bahasa khususnya kajian mengenai semiotika dalam
slogan kampanye.

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian dan Unit Analisis
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 slogan milik Calon
Wakil Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo tahun 2020. Untuk
unit analisisnya adalah makna yang terkandung dalam slogan tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti mengambil foto brosur cetak yang
disebar pasangan calon nomor urut 02 yang memiliki slogan kampanye. Selain itu
peneliti menggunakan tangkapan layar untuk mendapatkan brosur elektronik milik
pasangan calon nomor urut 01 pada media sosial. Kemudian kedua bahan tersebut
digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Peneliti juga menggunakan studi
kepustakaan untuk mencari referensi berkaitan dengan teori yang digunakan
sebagai pelengkap data penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, teknik
observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung berkaitan dengan
makna slogan kampanye Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten
Ponorogo. Untuk memperoleh data penelitian, proses dokumentasi dilakukan
dengan telaah buku, laporan, dan jurnal yang relevan.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai dengan meneliti makna dari
slogan kampanye Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo
yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya, data diproses
dengan metode semiotika model Barthes. Pertama, mencari makna denotasi
(makna yang sebenarnya dari suatu kata). Kedua, mencari makna konotasi (makna
tambahan atau makna yang berhubungan dengan nilai rasa). Terakhir, mengkaji
mitos yang berupa eksistensi tanda denotasi dan konotasi yang menjelaskan
beberapa aspek dari realitas dalam masing-masing makna slogan yang digunakan
oleh kedua pasangan calon.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Slogan “Jalan Terang Menuju Ponorogo Hebat”
Slogan ini dimiliki oleh pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Ponorogo nomor urut 01, H. Sugiri Sancoko dan Hj. Lisdyarita, S. H.
yang pada pilkada kali ini maju sebagai calon penantang petahana. Berikut adalah
tabel hasil kajiannya.
Tabel 1
Slogan “Jalan Terang Menuju Ponorogo Hebat”
(Sumber: Hasil Penelitian 2020)
Slogan Tanda yang Denotasi Konotasi Mitos
Ada
Jalan Pada tulisan Dalam hal ini Dalam slogan Dalam slogan
Terang slogan paslon ini, paslon ini, janji-janji
Menuju berwarna tersebut ingin tersebut ingin manis pasangan
Ponorogo putih yang menunjukkan menyampaikan calon menjadi
Hebat memiliki arti jalan terang bahwa dengan mitos tersendiri
murni, suci, (harapan) memilih dia yang telah
dan tidak menuju merupakan berkembang di
ternoda yang Ponorogo “jalan terang” masyarakat.
menimbulkan hebat. (harapan atau Karena
kesan solusi) menuju menjadikan
keterbukaan Ponorogo hebat. Ponorogo hebat
dan Penggunaan kata tidak cukup
kebebasan. “Jalan Terang” hanya dalam
seakan paslon satu masa
Pada tulisan tersebut ingin jabatan (lima
program- menyatakan tahun), maka
program bahwa slogan tersebut
unggulan sebelumnya hanya
menggunakan berada pada menimbulkan
warna kuning kondisi gelap mitos turun-
emas yang atau terpuruk. temurun pada
menimbulkan Tafsiran untuk setiap masa
kesan positif kata “Ponorogo kampanye.
dan optimis. hebat” itu Meskipun
sendiri demikian,
Terdapat foto diungkapkan slogan tersebut
paslon di lebih detil dalam dapat kita nilai
dalam sembilan sebagai bentuk
lingkaran program “harapan dan
dengan wajah unggulannya, optimisme.”
tersenyum seperti pertanian
yang hebat,
mengesankan pendidikan
kebahagiaan, hebat, kesehatan
dan hebat,
mengenakan pariwisata dan
pakaian kesenian hebat,
putih, berpeci UMKM hebat,
hitam dan perempuan
berjilbab hebat, pemuda
hijau yang hebat, RT
memberikan hebat, dan
kesan pemerintah
religius. amanah,
sehingga ketika
Latar pada semuanya dapat
brosur terealisasikan
menggunakan maka akan
warna merah mewujudkan
padam dan Ponorogo
bendera hebat.
merah putih
berkibar yang
memberikan
kesan
kematangan
gairah yang
berkobar.

Slogan “Menjaga Amanah Menuntaskan Yang Tertunda”


Slogan ini dimiliki oleh pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Ponorogo nomor urut 02, H. Ipong Muchlissoni dan Bambang Tri
Wahono yang pada pilkada kali ini maju sebagai petahana di mana sang calon
bupati, H. Ipong Muchlissoni telah menjabat pada periode sebelumnya dengan
wakil yang berbeda. Berikut adalah tabel hasil kajiannya.
Tabel 2
Slogan “Menjaga Amanah Menuntaskan Yang Tertunda”
(Sumber: Hasil Penelitian 2020)
Slogan Tanda yang Denotasi Konotasi Mitos
Ada
Menjaga Pada slogan Dalam hal Pada slogan ini, Pada slogan
Amanah menggunakan ini paslon paslon tersebut ini, pemimpin
Menuntaska dua warna. memiliki ingin yang amanah
n Yang Pertama warna tekat untuk mendeklarasika bagaikan
Tertunda hijau pada kata menjaga n bahwa mereka sebuah
“menjaga amanah adalah figur kontradiksi
amanah” yang (dari rakyat) yang amanah dengan kata
dapat diartikan dan (dapat “menuntaska
sebagai menuntaska dipercaya). Kata n yang
jaminan rasa n (program- “menjaga” juga tertunda”,
aman. Kedua program) menyampaikan dimana mitos
warna hitam yang pesan bahwa yang
pada kata tertunda. keduanya juga berkembang
“menuntaskan merupakan figur atau melekat
yang tertunda” yang pada
yang berkomitmen petahana
melambangka dan berpegang justru
n teguh pada menyatakan
keanggunan, prinsipnya tidak amanah
kemakmuran (amanah). (tidak
dan penuh Selanjutnya menepati
misteri. pada kata janji).
“menuntaskan” Dimana janji
Terdapat foto paslon tersebut pada periode
paslon yang ingin sebelumnya
tersenyum menyampaikan dikatakan
menandakan bahwa mereka pada slogan
kebahagian, “sedang” tersebut
kemudian melakukan masih
memakai baju sesuatu tetapi “tertunda”.
batik yang belum tuntas. Meskipun
memberikan Dan sebagai demikian,
kesan alibinya slogan
mencintai digunakan kata tersebut dapat
kearifan lokal, “tertunda” yang kita nilai
dan lebih halus sebagai
menggunakan untuk bentuk “rasa
peci hitam mengisyaratkan tanggung
yang ingin bahwa jawab.”
menunjukkan penuntasan
kesan religius. tersebut hanya
tinggal
Terdapat menunggu
tulisan seperti waktu apabila
cap stempel mereka terpilih
berwarna kembali.
merah
menunjukkan
penegasan,
bertuliskan
“panggah
Ipong” (tetap
Ipong) yang
ingin
menegaskan
dan optimisme
sang paslon
untuk tetap
menjadi bupati
dua periode.

Terdapat logo
enam partai
pendukung
paslon yang
memberikan
kesan
dukungan
besar untuk
paslon tersebut
maju dalam
pilkada.

Pada penelitian ini fokus utamanya adalah bagaimana makna slogan


kampanye pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo.
Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan analisis makna denotasi, konotasi,
dan mitos dari teori Barthes. Hal tersebut dilakukan agar makna dari slogan
kampanye yang digunakan oleh kedua pasangan calon dapat diketahui lebih
dalam. Pada pemilihan umum pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Ponorogo, kedua paslon bersaing mendapatkan suara terbanyak agar
dapat memenangkan pemilu. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan
perhatian dari masyarakat dengan cara menyebarkan brosur cetak maupun
elektronik yang memuat slogan-slogan kampanye dengan tujuan untuk menarik
perhatian masyarakat.
Slogan adalah motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik,
komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujan yang mudah
diingat. Kata slogan sendiri diambil dari istilah gaelik, sluagh-ghaim, yang berarti
teriakan tempur. Tujuan utama dari suatu slogan adalah untuk mengajak orang
lain agar melakukan sesuatu sesuai dengan isi slogan tersebut.
Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik.
Pemikiran semiotik Barthes bisa dikatakan paling banyak digunakan dalam
penelitian. Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep
mitologi atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Barthes
menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami
dan diharapkan oleh penggunanya. Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa
dijabarkan sebagai berikut.
Denotasi merupakan makna sesungguhnya atau sebuah fenomena yang
tampak dengan panca indera atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Konotasi
merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna
yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran
tetapi tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Dua aspek kajian dari
Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti mengenai semiotik.
Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana ketika aspek
konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk
terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap paling
operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.

SIMPULAN
Sehubungan dengan teori Barthes dalam penelitian ini, makna slogan
kampanye yang digunakan oleh kedua paslon tersebut telah di temukan
maknanya. Pada slogan tersebut, paslon nomor urut 01 menggunakan kalimat
yang bermakna harapan dan optimisme. Harapan yang dimaksud tercermin pada
kata “jalan terang”, dan optimisme yang tercermin pada kata “menuju Ponorogo
hebat.” Di sisi lain, slogan dari paslon nomor urut 02 menggunakan kalimat yang
bermakna rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab yang dimaksud tercermin
pada kesadaran paslon tersebut bahwa masih ada “amanah” yang masih “tertunda”
dan berkeinginan untuk “menuntaskan” tanggung jawab tersebut.
Secara harfiah dan makna, kedua slogan yang digunakan oleh masing-
masing paslon memiliki perbedaan. Dari sisi paslon nomor urut 01, slogan yang
digunakan menggambarkan figur seorang penantang yang memiliki harapan dan
optimisme tinggi apabila nanti terpilih. Hal tersebut wajar seperti pada umumnya,
karena modal terbesar penantang adalah semangat dalam membawa terobosan dan
udara baru. Tentunya akan berbeda dengan pihak petahana yang telah memiliki
modal besar berupa program-program yang telah terlaksana. Maka dari itu, dalam
figur petahana memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang telah dimulai pada
periode sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alex, Sobur. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Cangara, Hafied. (2016). Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Kusumarini, Yusita. 2006. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nimmo, Dan. (2004). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media.
Bandung: Rosda Karya.
Ruslan, Rosady. (2003). Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarata : PT.
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sumber Internet:
Diakses pada 11 Desember 2020: https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkk
Diakses pada 12 Desember 2020: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/slogan
LAMPIRAN
Gambar 1: Brosur elektronik paslon cabup cawabup nomor urut 01
(Sumber: Tangkapan layar gawai dari media sosial relawan paslon)

Gambar 2: Brosur cetak paslon cabup cawabup nomor urut 02


(Sumber: Dokumentasi penelitian dengan kamera gawai)

Anda mungkin juga menyukai